Anda di halaman 1dari 39

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Teori Dasar Metode Magnetotellurik
Metode Magnetotellurik, yang merupakan salah satu metode dalam
eksplorasi geofisika, diperkenalkan pertama kali oleh Louis Cagniard pada
tahun 1953. Penemuan ini dilatarbelakangi oleh hubungan timbal balik antara
medan listrik dengan medan elektromagnetik, seperti yang diperlihatkan oleh
fenomena Biot-Savart. Persamaan yang menunjukan sifat timbal balik atau
fenomena ini adalah persamaan Maxwell.
Dari persamaan Maxwell, kita dapat melihat bahwa hubungan antara
kejadian medan listrik dan medan magnet, berkaitan erat dengan sifat geometri
dan kelistrikan medium dimana fenomena itu terjadi. Dengan dasar seperti
inilah, Cagniard dan ahli-ahli geofisika lainnya, seperti Bostick, Sim, Sinha dan
lain-lain, menurunkan persamaan Maxwell untuk mendapatkan formula yang
berkaitan dengan sifat kelistrikan medium, seperti Impedansi, Resistivitas semu
dan sebagainya.
Metode magnetotellurik (MT) adalahmetode sounding elektromagnetik
(EM) untuk mengetahui struktur tahanan jenis bawah permukaan dengan cara
melakukan pengukuran pasif komponen medan listrik ( ) dan medan magnet
( ) alam yang berubah terhadap waktu. Perbandingan antara medan listrik dan
medan magnet disebut impedansi yang merupakan sifat listrik
(konduktivitas/resistivitas) medium. Metode MT menghasilkan kurva sounding
7
tahanan jenis semu terhadap frekuensi yang menggambarkan variasi
konduktivitas listrik terhadap kedalaman. Metode MT secara umum digunakan
untuk memperoleh informasi mengenai struktur tahanan jenis bawah
permukaan. Pada eksplorasi daerah prospek geotermal, metode MT digunakan
untuk mencari daerah bertahanan jenis rendah yang diasosiasikan dengan
keberadaan pergerakan fluida panas atau reservoir panas bumi.
Metode magnetotellurik memanfaatkan variasi medan elektromagnetik
(EM) alam. Variasi medan EM alam meliputi frekuensi yang sangat lebar yaitu
antara 10
-5
Hz 10
4
Hz. Medan EM mempunyai kawasan frekuensi dengan
rentang band frekuensi panjang yang mampu untuk investigasi dari kedalaman
beberapa puluh meter hingga ribuan meter di bawah muka bumi. Makin rendah
frekuensi yang dipilih makin dalam jangkauan penetrasi.Kedalaman penetrasi
atau jangkauan gelombang elektromagnetik (EM) ke dalam bumi, kecepatan
kerja untuk liputan daerah yang cukup luas, serta kesederhanaan dalam akuisisi
data di lapangan merupakan keunggulan utama metode MT
2.2 Sumber Medan Magnetotellurik
Beberapa sumber medan elektromagnetik (EM) alam, antara lain
disebabkan oleh aktivitas manusia, seperti medan EM yang terjadi disekitar
jaring-jaring listrik, sumber tenaga, industri, dan lainnya, dan yang disebabkan
oleh kejadian alam sendiri seperti kejadian secara meteorologi dan yang
disebabkan oleh aktivitas matahari. Sumber medan EM frekuensi tinggi (>1 Hz)
8
berasal dari kegiatan guntur dan kilat yang terjadi dalam lapisan atmosfer bumi
secara menyeluruh (world-wide).
Gambar 2.1 Ilustrasi sumber medan elektromagnetik (EM)
(sumber: Grandis, H. 2007)
Sumber medan EM frekuensi rendah (< 1 Hz) berasal dari gelombang
micro (micropulsation) karena interaksi antara partikel matahari (solar wind)
dengan medan magnet bumi. Dalam permasalahan ini, penulis hanya akan
membahas medan EM yang disebabkan oleh matahari, karena medan inilah
yang merupakan sumber medan untuk metode Magnetotel lurik, bila digunakan
sumber alam.
9
Gambar 2.2 skema sederhana proses induksi gelombang elektromagnet terhadap
bumi yang konduktif
(sumber: Setyawan, A. et al. 2005 )
Dipermukaan matahari selalu terjadi letupan-letupan plasma yang akan
mengeluarkan partikel, yang sebagian besar terdiri dari partikel hidrogen.
Aktivitas letupan tersebut berubah-ubah terhadap waktu. Karena terjadi proses
ionisasi dipermukaan matahari, maka hidrogen berubah menjadi plasma yang
mengandung proton dan elektron. Kecepatan plasma ini relatif rendah dan lebih
dikenal dengan sebutan angin matahari (Solar Wind), yang mempunyai sifat
acak dan berubah terhadap waktu.
Bila angin matahari bertemu dengan medan magnet bumi, maka proton
dan elektron akan terpisah dengan arah yang berlawanan, dan ini akan
menimbulkan arus listrik dan medan EM dalam angin matahari. Medan ini akan
bersifat melawan medan magnet bumi di tempat perist iwa itu terjadi, sehingga
medan magnet ditempat itu akan berkurang secara taj am sehingga membentuk
10
batas medan magnet bumi di atmosfer yang disebut sebagai lapisan
magnetopause yang merupakan batas terluar dari atmosfer bumi.
Angin matahari yang membawa medan EM akan terus menjalar sampai
lapisan ionosfer, dan akan terjadi lagi interaksi dengan lapisan tersebut. Sekali
lagi, terjadi medan atau gelombang EM dan arus tellurik yang mengalir dalam
ionosfer tersebut. Gelombang EM ini akan menjalar sampai permukaan bumi
dan sesuai dengan sifat pembawaannya yaitu berfluktuasi terhadap waktu. Bila
medan ini, yang merupakan sumber medan magnet dipermukaan bumi,
menembus bumi maka akan terjadi interaksi antara medan EM dengan material
bumi yang dapat bersifat sebagai konduktor. Akibat interaksi ini, akan timbul
arus induksi seperti yang terjadi pada fenomena Biot-Savart. Arus induksi ini
akan menginduksi ke permukaan bumi sehingga terjadi arus eddy dilapisan
permukaan bumi yang kita kenal sebagai arus tellur ik. Arus tellurik inilah
yang akan menjadi sumber medan listrik dipermukaan bumi untuk metode MT
ini.
2.3 Konsep Dasar Gelombang Elektromagnetik
Besaran medan listrik E dapat diperoleh tanpa kehadiran medan magnet B,
dan demikian juga sebaliknya. Kedua gejala tersebut dapat terjadi karena medan
listrik dan medan magnet tidak berubah terhadap waktu. Sedangkan untuk
pembahasan medan listrik dan medan magnet yang berubah terhadap waktu,
keberadaan medan listrik selalu disertai dengan medan magnet, demikian pula
11
sebaliknya. Hubungan antara keduanya dapat dinyatakan dengan persamaan
Maxwell.
Persamaan Maxwell merupakan sintesa hasil-hasil eksperimen mengenai
fenomena listrik-magnet yang didapat oleh Faraday, Gauss, Coulumb dan
Maxwell sendiri. Respon EM dari suatu konfigurasi konduktivitas medium
dapat diperoleh dari penyelesaian persamaan Maxwell menggunakan model-
model yang relatif sederhana. Persamaan Maxwell dal am satuan SI dirumuskan
sebagai berikut:
(2.1)
(2.2)
(2.3)
(2.4)
Dimana:
E = medan listrik (V/m)
B = induksi magnetik (Tesla )
0
= permeabilitas
magnetik

0
= permitivitas listrik
Dari persamaan Maxwell 1 (Hukum Gauss) menyatakan bahwa jumlah
garis gaya medan listrik yang menembus suatu permukaan tertutup sebanding
dengan jumlah muatan yang dilingkupi permukaan tersebut.
(2.5)
(2.6)
12
dimana adalah rapat muatan; =
(2.7)
Melalui teorema divergensi :
Maka diperoleh
(2.8)
Untuk ruang vakum = 0, sehingga didapat:
(2.9)
Dari persamaan 2 Maxwell (Hukum Gauss Magnetik) menyatakan bahwa
medan magnet yang menembus suatu permukaan tertutup sama dengan nol
karena tidak adanya sumber medan berupa muatan magnetik.
(2.10)
(2.11)
(2.12)
Dari persamaan 3 Maxwell (Hukum faraday-Lenz) menyatakan ggl
induksi yang timbul pad suatu rangkain sebanding dengan perubahan fluks
magnet yang menembus rangkaian tersebut terhadap waktu, sehingga dapat
ditarik kesimpulan bahwa medan listrik dapat timbul karena adanya perubahan
pada medan magnet, dimana medan magnet ini berubah terhadap waktu.
(2.13)
Karena
(2.14)
13
(2.15)
(2.16)
Menurut teorema stokes :
(2.17)
Dari persamaan 4 Maxwell (Hukum Ampere) menyatakan jumlah garis
gaya medan magnet yang menembus lintasan tertutup sebanding dengan jumlah
arus yang dilingkupinya.

B
(2.18)
Dari hubungan
(2.19)
Karena maka
(2.20)
Hal ini menjelaskan bahwa medan magnet dapat timbul karena perubahan
medan listrik. Dimana interaksi antara kedua medan ini akan menghasilkan
gelombang elektromagnetik yang dapat merambat di ruang vakum (tanpa
sumber muatan) maupun dalam suatu bahan.
2.2.1 Gelombang (EM) pada medium konduktif
Untuk memahami penjalaran gelombang elektromagnetik (EM), kita
menggunakan persamaan Maxwell dalam suatu bentuk hubungan antara
medan listrik dan medan magnet.
14
Untuk medium konduktif, diketahui rapat arus J tidak sama dengan nol,
besarnya sebanding dengan medan listrik E, sehingga hanya diperhatikan
muatan bebas dan arus bebas, persamaan Maxwell menj adi:
dengan hubungan , =
= vector kuat medan listrik
= vector rapat fluk magnet
= vector perpindahan listrik
= intensitas medan magnet
= rapat muatan listrik
= vektor rapat arus listrik
Persamaan 1 maxwell
r
D
b
(
2
.
2
1
)
Persamaan ini dikenal juga sebagai hukum gauss, Hukum ini
menyatakan bahwa fluks medan listrik yang melalui sembarang permukaan
tertutup sama dengan
1
di
ka
li
kan dengan muatan total didalam
o
15
.
H J
permukaan tersebut. Hukum gauss menyiratkan bahwa medan listrik akibat
muatan titik berubah berbanding terbalik terhadap kuadrat jarak dari muatan
tersebut. Hukum ini menguraikan bagaimana garis medan listrik memancar
dari muatan positif dan menuju muatan negative. Dasar percobaannya adalah
hukum coulomb.
Gambar 2.3 Ilustrasi hukum gauss
(Sumber: Tipler, Paul A. 2001)
Persamaan 2 maxwell
B
r
. 0
(2.22)
Menyatakan bahwa fluks vector medan magnetic B sama dengan nol di
seluruh permukaan tertutup. Persamaan ini menguraikan pengamatan secara
percobaan bahwa garis-garis medan magnet tidak memancar dari titik
manapun dalam ruang atau mengumpul ke sembarang tit ik; dengan kata lain
hukum ini menyiratkan bahwa kutub magnetik yang terisolasi tidak ada.
Persamaan 3 maxwell
r
E

r
B
t
(2.2
3)
16
H J
Persamaan ini lebih dikenal sebagai hokum faraday, hukum ini
menyebutkan bahwa perubahan fluks magnetik akan menghasilkan arus listrik.
Hukum Faraday menyatakan bahwa medan listrik yang mengelilingi
sembarang kurva tertutup, yang merupakan ggl sama dengna laju perubahan
fluks magnetic melalui sembarang permukaan yang dibatasi oleh kurva
tersebut.
Faraday menguraikan bagaimana garis-garis medan listrik mengelilingi
sembarang luasan yang melalui fluks magnetic yang sedang berubah, dan
hukum ini menghubungkan medan listrik E dengna laju perubahan vector
medan magnet.
Gambar 2.4 Fluks magnet
(Sumber: Tipler, Paul A. 2001)
Persamaan 4 maxwell
r r
+

r
D
b
t
(2.24)
Persamaan ini dikenal pula sebagai hukum Ampere, bahwa di sekitar
arus listrik akan terbentuk medan magnet.
Ampere menyatakan bahwa integral garis medan magnet ic B yang
mengililingi sembarang kurva tertutup c sama dengan
o
dikalikan dengan
17
H J
B J
arus yang melalui sembarang permukaan yang dibatasi oleh kurva
o
dikalikan dengan laju perubahan fluks listrik yang melalui permukaan
tersebut.
Gambar 2.5 Ilustrasi Hukum Ampere
(Sumber: Tipler, Paul A. 2001)
Hukum ini menguraikan bagaimana garis-garis medan magnetik
mengelilingi luasan yang dilewati suatu arus atau luasan dimana fluks listrik
sedang berubah.
2.2.2 Persamaan gelombang elektromagnetik (EM) pada medium konduktif
Gelombang elektromagnetik dalam medium
Untuk vakum dan dalam medium dielektrik = 0 dan J = 0, sedangkan
r

r
dalam medium konduktif J E
.
Dari hubungan B = H
dan D = E
Persamaan Maxwell 4 menjadi
r

r
E
t
(2.25)
B J
18
o
B J
H J
Persamaan Gelombang:
Dari persamaan Maxwell 3
r
E

r
B
t
diferensial dengan operasi rotasi
(2
.2
6)
Dari vector identitas (2.27)
Persamaan menjadi (2.28)
(2.29)
(2.30)
Dari Hukum Ohm diperoleh :
(2.31)
Solusi persamaan gelombang:
(2.32)
(2.33)
Dari persamaan Maxwell 4
r r
+

r
D
diferensial dengan operasi rotasi
b
t
(2.34)
(2.35)
H J
19
H J
Dari vektor identitas (persamaan 2.23)
(2.36)
(2.37)
(2.38)
(2.39)
Solusi persamaan gelombang:
(2.40)
(2.41)
Persamaan (2.31) dan (2.39) merupakan persamaan telegrapher yang
menunjukan sifat dari penjalaran gelombang dari medan elektromagnetik,
yaitu sifat difusif dan sifat gelombang. Kedua sifat ini pada penjalarannya
tergantung dari frekuensi yang digunakan. Jika frekuensi tinggi (hingga
ukuran Megahertz/Gigahertz), maka yang dominan adalah sifat gelombang
yang juga dikenal sebagai gelombang akustik. Didalam studi elektromagnetik
untuk panas bumi, frekuensi yang digunakan adalah frekuensi rendah (10
-3
-10
4
Hz), sehingga yang dominan adalah sifat difusifnya. Konsekuensi dari hal
tersebut adalah resolusi yang semakin besar pada kedalaman yang lebih
dalam.
Dari solusi medan listrik dan medan magnet untuk medium homogen
nampak bahwa amplitudo gelombang EM mengalami atenuasi secara
eksponensial terhadap kedalaman. Dengan menggunakan solusi tersebut kita
20
x xx x xy y
= +
= *
dapat menghitung besarnya amplitudo terhadap kedalaman tertentu. Skin
depth didefinisikan sebagai kedalaman suatu medium homogen dimana
amplitudo gelombang EM telah tereduksi menjadi 1/e dari amplitudo di
permukaan bumi.

2
0
(2.4
2)
2.3 Tensor Impedansi
Data MT berupa deret waktu (time series) komponen horizontal medan
elektromagnetik (E
x
, E
y,
H
x
dan H
y
) yang diukur pada permukaan bumi. Dimana
Ex adalah Medan Sinyal terekam mempunyai rentang frekuensi sangat lebar (10
-
3
-10
5
Hz), yang berisi informasi tentang variasi medan listrik dan magnetik
terhadap waktu. Tujuan pengolahan data adalah mendapatkan fungsi transfer
MT, yaitu tensor impedansi yang menyatakan hubungan antara medan listrik
dan medan magnetik dalam domain frekuensi melalui persamaan berikut:
E Z H Z H
+
E
Z
H
Z
H
(2.43)
y yx x yy y
atau

E
E
x
y
_

Z
Z
xx
yx
Z
Z
x
y
y
y

,
H
H
x
y
_

,
E Z H
(2.4
4)
Pada persamaan (2.23), Z adalah tensor impedansi penghubung medan
listrik dan magnetik. Z adalah bilangan kompleks dengan elemen riil dan
x xx x xy y
= +
= *


= +
= +
tan
1
(2.46)
imajiner, sehingga bisa dinyatakan oleh:
21
x xx x xy y
= +
?
?
?
= *


= +
= +
tan
1
(2.46)
xx yy
= = 0
xx yy
1 2
Z (2.45)
ija ij
0

ij

Re
ij
Tahapan untuk mengestimasi fungsi transfer MT didahului dengan analisis
spektral deret waktu medan elektromagnetik. Deret waktu dengan rentang yang
sangat panjang dipartisi menjadi deret-deret waktu yang pendek. Dari tiap
partisi akan diperoleh estimasi impedansi pada beberapa frekuensi. Perkalian
tiap komponen medan elektromagnetik dengan konjugat kompleksnya akan
menghasilkan spektrum-daya (power-spectra) dan spektrum-silang (cross
spectra) sebagai berikut:
Data pengukuran medan listrik dan magnetik selalu mengandung noise.
Oleh karena itu, komponen medan listrik dan magneti k hasil pengukuran bisa
dituliskan sebagai penjumlahan antara medan alami dan noise.
E E E (2.47)
obs noise
H H H (2.48)
obs noise
Untuk menghilangkan pengaruh noise pada spektrum-daya magnetik,
diterapkan metode remotereference. Metode remotereference melibatkan satu
titik pengukuran tambahan yang letaknya relatif jauh dari titik pengukuran
utama. Sensor yang digunakan pada titik ini biasanya hanya sensor magnetik
saja. Metode remote reference didasarkan pada karakter medan magnetik yang
secara spasial tidak terlalu banyak bervariasi. Oleh karena itu karakter atau
sinyal pada medan magnetik di titik pengukuran dan di titik refereni relatif
identik, namun masing-masing memiliki noise yangberbeda.
22
.
/
/
?
?
ij
Z
Z Im


= +
= +
=tan
1
(2.46)
xx yy
= = 0
xx yy
Selain dengan teknik remotereference, pembersihan noise juga dilakukan
dengan analisis statistik. Robustprocessing adalah teknik yang digunakan dalam
analisis ini. Dengan mendeteksi pencilan luar (outliers), data yang memiliki
nilai jauh berbeda dengan data keseluruhan, secara iteratif diberikan
pembobotan yang lebih kecil.
2.3.1 Rotasi tensor impedansi
Persamaan (2.13) menyatakan hubungan antara medan listrik dan medan
magnetik pada medium 3-D dimana nilai Z bervariasi terhadap sistem
koordinat x, y, z. Untuk medium 1-D, dimana variasi tahanan-jenis hanya
terhadap kedalaman, nilai elemen diagonal tensor impedansi, Z
xx
danZ
yy
adalah nol. Sedangkan elemen tak-diagonal mempunyai nilai yang sama tetapi
berlawanan tanda.
Z Z

Z Z

;
D

(24
9)
xy yx
Untuk kasus medium 2-D, dimana arah struktur sejajar atau tegak lurus
dengan sumbu koordinat, nilai dari komponen-komponen tensor adalah,
Z Z

Z Z

;
D

(2.5
0)
xy yx
Secara teoritis, tensor impedansi yang dihasilkan dari pengolahan data
dapat dirotasikan sehingga diperoleh impedansi dengan sistem koordinat
berbeda sistem koordinat pengukuran. Rotasi tensor impedansi didasarkan
persamaan:
Z = R . Z . R
23
xx yy
= = 0
xx yy
-=
T
( ) = -
cos sin _

si
n
cos

,
dimana R adalah matriks rotasi, adalah sudut rotasi dan R
T
adalah transpos
dari R.
Rotasi dilakukan untuk memperkirakan arah jurus struktur daerah
pengukuran. Untuk menentukan nilai agar sesuai dengan arah jurus struktur,
nilai tensor impedansi Z
xy
danZ
yx
dimaksimalkan dan nilai Z
xx
danZ
yy
diminimalkan. Elemen tensor hasil rotasi, Z
xy
danZ
yx
, dikenal dengan TE-
mode dan TM-mode jika sumbu-x sejajar arah struktur.
2.3.2Tensor impedansi invarian
Pada medium 1-D yang hanya bervariasi terhadap kedalaman, besaran
impedansi merupakan besaran skalar yang tidak bergantung arah koordinat
pengukuran. Besaran invarian diturunkan dari tensor impedansi dan bersifat
tidak bergantung arah koordinat pengukuran. Dengan kata lain besaran
invarian tidak terpengaruh walaupun dilakukan rotasi tensor impedansi.
Berdichevsky (2002) menyatakan besaran invarian sebagai hasil
perataan komponen utama tensor impedansi:
Z Z Z
1
inv xy yx
(2.
52)
Besaran invarian bisa dijadikan sebagai alternatif untuk menentukan arah
jurus struktur secara kasar jika medium tidak terlalu jauh menyimpang dari
kondisi 1-D.
( ) = -
24
2
( ) = -
R= (2.51)
2.4 Pemodelan Struktur Tahanan Jenis
Untuk melihat distribusi tahanan-jenis bawah permukaan, data MT multi-
site ditampilkan dalam bentuk penampang. Penampang tahanan-jenis diperoleh
melalui pemodelan 1-D dan 2-D, dengan data masukan berupa impedansi TE-
mode dan TM-mode.
2.4.1 Pemodelan 1-D
Model 1-D berupa model berlapis horisontal, yaitu model yang terdiri
dari beberapa lapisan, dimana tahanan-jenis tiap lapisan homogen. Dalam hal
ini parameter model 1-D adalah tahananjenis dan ketebalan tiap lapisan.
Secara umum hubungan data dan parameter model dapat dinyatakan oleh:
d=F(m) (2.53)
dimana d adalah vektor data, m adalah vektor model dan F(m) adalah fungsi
forward modeling.
Pemecahan masalah menggunakan algoritma dilakukan Newton dengan
mencari solusi model yang meminimumkan fungsi objektif , yang
didefinisikan oleh:
(m) = (d m F )
T
V (d m F )) (2.54)
dimana V adalah matriks pembobot. Penerapan metode Newton untuk
minimasi persamaan (2.39) memberikan solusi:
m
n+ 1
= m
n
[J
n
T
J
n
+
Hn
T
(F( m ) d )]
-1
[J
n
T
((Fm) d )] (2.55)
dimana mn+1 adalah model pada iterasi ke-n, J adalah matriks Jacobian yaitu
turunan pertama terhadap m dan H adalah matriks Hessian yaitu turunan
25
kedua terhadap m. Pemodelan inversi dengan menerapkan metode Newton
ini diimplemetasikan oleh Bobachev (2001) pada program IPI2Win.
2.4.2 Pemodelan 2-D
Model 2-D berupa model bawah permukaan yang terdiri dari blok-blok
dengan ukuran berbeda. Dalam hal ini parameter model 2-D adalah nilai
tahanan-jenis dari tiap blok yang mempunyai dimensi lateral (x) dan vertikal
(z). Secara umum hubungan data dan parameter model juga dapat dinyatakan
oleh persamaan (2.24).
Pemecahan masalah menggunakan algoritma nonlinear conjugate
gradient (NLCG) dilakukan dengan mencari solusi model yang
meminimumkan fungsi objektif , yang didefinisikan oleh:
( (m) = (d F m )
T
V
-1
(d F m))+
2
m
T
W
m
m (2.56)
dimana adalah bilangan positif sebagai bobot relatif antara kedua faktor yang
diminimumkan, dan W adalah faktor smoothness yang merupakan fungsi
kontinyu model yang dapat dinyatakan oleh turunan pertama atau turunan
keduanya. Penerapan metode NLCG untuk meminimumkan persamaan (2.53)
memberikan solusi:
m
n+ 1
= m
n
[J
n
T
J
n
+ H
n
T
( F (m) d )+W
m
J
n
T
(F (m) d
)] (2.57)
Pemodelan inversi dengan algoritma NLCG diaplikasikan pada program
WinGlink.
26
]
-1
x[
2.5 Energi Panas Bumi
Panas Bumi adalah sumber energi panas yang terkandung di dalam air
panas, uap air, dan batuan bersama mineral ikutan dan gas lainnya yang secara
genetik semuanya tidak dapat dipisahkan dalam suatu sistem Panas Bumi.Panas
Bumi merupakan sumber energi panas yang terbentuk secara alami di bawah
permukaan bumi. Sumber energi ini berasal dari pemanasan batuan, air dan
unsur-unsur lain yang dikandung Panas Bumi yang tersimpan di dalam kerak
bumi.Secara umum perubahan kenaikan temperatur terhadap kedalaman di
kerak bumi adalah sekitar 30
o
C/km. Jika diasumsikan temperatur rata-rata
permukaan bumi adalah 15
o
C, maka di kedalaman 3 km, temperaturnya akan
mencapai 105
o
C. Akan tetapi temperatur tersebut kurang menguntungkan dari
sisi ekonomis untuk dimanfaatkan sebagai sumber energi panasbumi.
Dari pandangan ini, maka menjadi jelas bahwa sumber energi panas bumi
yang potensial dan bernilai ekonomis tentunya hanya berada di lokasi tertentu
dengan kondisi geologi yang khas. Bagaimana cara mencari daerah yang
potensial? Pengamatan yang mudah adalah dengan mencari keberadaan
manifestasi panas bumi. Jika di suatu lokasi ditemukan fumarole dan mata air
panas, maka sudah pasti dibawahnya ada sumber panas bumi yang membuat
temperatur air tanah meningkat dan membuatnya keluar ke permukaan tanah
sebagai mata air panas.
Dari sudut pandang geologi, sumber energi panas bumi berasal dari
magma yang berada di dalam bumi. Ia berperan seperti kompor yang menyala.
Magma tersebut menghantarkan panas secara konduktif pada batuan
27
disekitarnya. Panas tersebut juga mengakibatkan aliran konveksi fluida
hydrothermal di dalam pori-pori batuan. Kemudian fluida hydrothermal ini akan
bergerak ke atas namun tidak sampai ke permukaan karena tertahan oleh lapisan
batuan yang bersifat impermeabel. Lokasi tempat terakumulasinya fluida
hydrothermal disebut reservoir, atau lebih tepatnya reservoir panasbumi.
Dengan adanya lapisan impermeabel tersebut, maka hydrother-mal yang
terdapat pada reservoir panasbumi terpisah dengan groundwater yang berada
lebih dangkal. Berdasarkan itu semua maka secara umum sistem panasbumi
terdiri atas tiga elemen: (1) batuan reservoir, (2) fluida reservoir, yang berperan
menghantarkan panas ke permukaan tanah, (3) batuan panas (heat rock) atau
magma sebagai sumber panas, Goff and Cath (Suparno, S. 2009).
Suatu sistem panas bumi terdiri dari beberapa komponen geologi, yaitu
sumber panas, batuan dasar, batuan penutup, dan batuan reservoir . Sumber panas
yang dimaksudkan adalah massa panas pada aliran fluida panas atau sebagai
pembawa panas ke permukaan yang berinteraksi dengan sistem air tanah bawah
permukaan dan terperangkap dalam zona reservoir yang permeabilitasnya tinggi
pada umumnya massa panas berbentuk aliran konduksi dan konveksi yang
berhubungan dengan kontak sentuh hasil kegiatan gunung api (vulkanisme).
Sebuah sistem panas bumi terdiri dari empat elemen batuan penyusunnya
yaitu:
a.Adanya sumber panas (heat source), pada umunya berupa intrusi
magmatik (vulkanik) yang bersuhu sangat tinggi (t > 600
o
C) yang telah
mencapai kedalaman relatif cukup dangkal (5-10 km) sehingga dapat
28
menimbulkan anomali fluks panas yang cukup besar atau sistem dengan
suhu tertentu yang cukup rendah namun terus bertambah seiring dengan
kedalaman.
b.Adanya batuan dasar (bed rock) yang impermebel, yang dapat
mengkonduksikan panas dari sumbernya ke reservoir.
c.Adanya batuan wadah (reservoir ), yaitu batuan ekifer dengan porositas
dan permeabilitas cukup tinggi berisi fluida (air dan/ uap) panas. Ada
pengisian kembali air dingin biasanya air hujan mel alui sesar dan rekahan.
Reservoir panas bumi berupa batu panas yang permeabel dimana fluida
yang mengisi dan melaluinya mengambil panas.
d.Adanya batuan penutup (caprock) yaitu batuan impermeabel yang dapat
mencegah pelepasan energi dari reservoir ke lapisan dekat permukaan.
Gambar 2.6 Sketsa Sistem Panas Bumi
(sumber: Wahyudi. 2009)
29
2.6 Karakteristik Panas Bumi
Langkah awal dalam rangka penyiapan konservasi energi panas bumi
adalah study sistem panas bumi terutama melalui pemahaman terhadap
karakteristik sumber panas bumi sebagai bagian penting dalam sistem.
Pemahaman tentang karakteristik sumber panas bumi berkaitan dengan hal-hal
berikut:
2.6.1 Dapur magma
Menurut para ahli seperti Turner dan Verhoogen, F. F Groun, Takeda
(Karami. G. 2009) magma didefinisikan sebagai cairan silikat kental yang
pijar terbentuk secara alamiah, bersuhu tinggi antara 1500-2500
o
C dan
bersifat mobile (dapat bergerak) serta terdapat pada kerak bumi bagian bawah.
Dapur magma yang terbentuk pada kedalaman menengah kemungkinan
terkontaminasi oleh bahan-bahan kerak bumi yang kaya akan silika dan gas,
sehingga bersifat lebih eksplosif. Volumenya dapat diperkirakan dari
kenampakan-kenampakan fisik berupa ukuran kaldera, distribusi lubang,
kepundan, pola rekahan, pengangkatan topografi, dan hasil erupsi gunung api
atau melalui identifikasi dengan metode geofisika.
2.6.2 Kondisi hidrologi
Kondisi hidrologi pada suatu sistem panas bumi sangat dipengaruhi oleh
bentang alam. Pada daerah berelief (topografi) rendah, manifestasi-manifestasi
panas bumi dapat berbentuk mulai dari kolam air panas dengan pH mendekati
netral, pengendapan sinter silika hingga zona-zona uap mengandung H
2
S yang
berpeluang menghasilkan fluida bersifat asam; menandakan bahwa sumber
30
fluida panas bumi berada relatif tidak jauh dari permukaan. Sementara pada
daerah dengan topografi tinggi dimana kenampakan manifestasi berupa
fumarol atau solfatara, menggambarkan bahwa sumber panas bumi berada
pada kondisi relatif dalam yang memerlukan waktu dan jarak panjang untuk
mencapai permukaan.
2.6.3 Manifestasi panas bumi
Adanya aktivitas panas bumi ditunjukkan oleh adanya manifestasi-
manifestai di permukaan. Manifestasi di permukaan diperkirakan terjadi
karena adanya perambatan panas dari bawah permukaan atau karena adanya
rekahan-rekahan yang memungkinkan fluida panas bumi (uap dan air panas)
mengalir ke permukaan, adanya manifestasi panas bumi sering ditunjukan
oleh hal-hal berikut:
Mata air panas; merupakan manifestasi yang menunjukkan adanya
reservoir panas bumi di bawah batuan permukaan. Mata air panas biasanya
memiliki suhu antara (150-225)
o
C, sehingga pada umunya kita dapat
memperkirakan jumlah energi panas yang dapat diproduksi. Dalam
kehidupan sehari-hari mata air panas dapat dimanfaatkan secara langsung
untuk pemanas ruangan/rumah pertanian, air mandi atau penggerak turbin
listrik.
Sinter Silika; merupakan manifestasi panas bumi yang berasal dari fluida
hidrothermal yang mempunyai susunan alkalin dengan kandungan silika
yang cukup. Sinter silika mengendap ketika fluida yang mengalami
31
pendinginan dari 100
o
C ke 50
o
C. Endapan ini dapat digunakan sebagai
indikator yang baik bagi keberadaan reservoir bersuhu >175
o
C.
Travertin; merupakan manifestasi panas bumi yang berasal dari jenis
karbonat yang mengendap di permukaan, hal ini terjadi ketika air meteorik
yang sedang bersirkulasi sepanjang bukaan-bukaan struktur mengalami
pemanasan oleh magma dan bereaksi dengan batuan karbonat. Travertin
biasanya terbentuk sebagai timbunan/gundukan disekitar mata air panas
yang mempunyai suhu sekitar (30-100)
o
C. Travertin dapat digunakan
sebagai indikator suhu reservoir panas bumi berkapasitas energi kecil yang
terlalu lemah untuk menggerakkan turbin listrik tetapi dapat dimanfaatkan
secara langsung.
Kawah dan endapan hidrothermal, kawah merupakan manifestasi panas
bumi yang dihasilkan oleh erupsi berkekuatan supersonik karena tekanan
uap panas yang berasal dari reservoir hidrothermal dalam (pada kedalaman
t 400 m dan mempunyai suhu sekitar 230
o
C) yang melampaui tekanan
litostatik, ketika aliran uap tersebut terhambat ol eh lapisan batuan tidak
permeabel (caprock). Sedangkan endapan hidrothermal merupakan
manifestasi panas bumi yang dihasilkan oleh erupsi berkekuatan balistik
dari reservoir hidrothermal dangkal (pada kedalaman t 200 m dan
mempunyai suhu sekitar 195
o
C). Endapan hidrothermal terjadi ketika
transmisi tekanan uap panas melebihi tekanan litost atik karena tertutupnya
bukaan-bukaan batuan yang dilaluinya. Kedua jenis manifestasi ini erat
32
hubungannya dengan kegiatan erupsi hidrothermal dan merupakan
indikator kuat dari keberadaan reservoir hidrothermal aktif.
2.6.4 Reservoir
Reservoir merupakan suatu volume batuan di bawah permukaan bumi
yang mempunyai cukup porositas dan permeabilitas untuk meloloskan fluida
yang terperangkap didalamnya, menurut Hochstein (Herman, Danny. 2006)
reservoirgeothermal diklasifikasikan menjadi 3 (tiga) yaitu :
1)Entalpi rendah yaitu reservoir geothermal yang mempunyai batas suhu t <
125
o
C dengan rapat daya spekulatif 10 MW/km
2
dan konversi energi 10%.
2)Entalpi sedang yaitu reservoir geothermal yang mempunyai kisaran suhu
125
o
C 225
o
C dengan rapat daya spekulatif 12,5 MW/km
2
dan konversi
energi 10%.
3)Entalpi tinggi yaitu reservoir geothermal yang mempunyai batas suhu t >
225
o
C dengan rapat daya spekulatif 15 MW/km
2
dan konversi energi 15%.
2.6.5 Batuan penutup (caprock)
Batuan penutup (caprock) yaitu batuan impermeabel yang dapat
mencegah pelepasan energi dari reservoir ke lapisan dekat permukaan.
Caprock sistem panas bumi memliki resistivitas dan permeabilitas yang
rendah karena diakibatkan kehadiran beberapa mineral hasil alterasi
hidrotermal.
33
2.7Studi Pustaka Daerah Penelitian
2.7.1Geologi Regional Jawa Barat
Secara umum, Van Bemmelen (Cherdasa, 2009: 8) membagi daerah
Jawa Barat ke dalam empat zona fisiografis, yaitu:
1.Zona Dataran Rendah Pantai Jakarta, memanjang dari ujung barat Pulau
Jawa ke arah timur mengikuti pantai utara Jawa Barat ke kota Cirebon.
Zona ini memiliki morfologi yang datar, sebagian besar ditempati oleh
endapan alluvial dan lahar gunung api muda.
2.Zona Bogor, terletak di sebelah selatan Zona Dataran Pantai Jakarta,
membentang dari barat ke timur mulai dari Rangkasbi tung, Bogor,
Subang, Sumedang, Purwakarta dan berakhir Bumiayu di Jawa Tengah
dengan panjang kurang lebih 40 km. Zona ini merupakan antiklinorium
yang cembung ke utara dengan arah sumbu lipatan barat timur.
Endapannya terdiri dari lapisan batuan berumur Neogen yang terlipat kuat
dengan dicirikan oleh endapan laut dalam.
3.Zona Bandung atau Zona Depresi Tengah, dibentuk oleh depresi antar
pegunungan. Pegunungan yang membatasi depresi-depresi tersebut pada
umumnya berupa tinggian yang tersusun atas batuan berumur Tersier.
Secara struktural, zona ini merupakan puncak antiklin Jawa Barat yang
runtuh setelah pengangkatan, lalu dataran rendah ini terisi oleh endapan
gunung api muda. Dari penyelidikan ini, Zona Bandung dalam sejarah
geologinya tidak dapat dipisahkan dengan Zona Bogor, kecuali oleh
banyaknya puncak-puncak gunung api yang masih aktif sampai sekarang.
34
4.Zona Pegunungan Selatan Jawa barat, terbentang dari Pelabuhan Ratu
hingga Nusa Kambangan, Cilacap. Bagian pegunungan selatan sendiri
dapat dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu: Jampang, Pangalengan, dan
Karangnunggal. Batas Zona Pegunungan Selatan Jawa Barat dengan Zona
Bandung terlihat jelas di lembah Sungai Cimandiri. Batas tersebut berupa
perbukitan bergelombang pada lembah Sungai Cimandiri, langsung
berbatasan dengan dataran tinggi (plateau) dari pegunungan selatan
dengan beda tinggi sekitar 200 m.
Gambar 2.7 Peta fisiografi Jawa Barat
(Sumber:Van Bemmelen, 1949)
2.7.2Geologi Daerah Penelitian
Setting tektonok daerah penelitian dalam bagan fiografi Jawa Barat (Van
Bemmelem, 1949) masuk kedalam Zona Bandung bagian selatan dan hampir
berdekatan dengan daerah Pegunungan Selatan Jawa Barat. Zona Bandung
merupakan daerah yang ditempati oleh produk-produk gunung api kwarter
35
yang memanjang barat-timur mulai dari daerah Sukabumi-Bandung hingga ke
timur Tasikmalaya.
Dari hasil pemetaan geologi regional (N. Ratman dan S. Gafoer, N.
Ratman dan S. Gafoer. Tahun 1998 1998), produk vulkanik tersier tersingkap
sekitar 10 Km di sebelah selatan puncak G. Papandayan, dan
direkonstruksikan bahwa produk ini berada disekitar 0-200 meter dari muka
air laut di bawah G. Cikurai (2920 m) dan G. Kencana (2182 m) masing-
masing berada di sebelah timur dan barat daerah penyelidikan. Batas antara
satuan produk vulkanik kwarter dan tersier umumnya diperlihatkan oleh
patahan normal barat-timur, dimana bagian satuan produk vulkanik tersier
(bagian selatan) relatif naik terhadap bagian yang kwarter (bagian utara).
Sementara itu satuan sedimen Miosen tersingkap seki tar 25 Km di sebelah
barat daya puncak Papandayan dan diperkirakan berada jauh di bawah
permukaan air laut.
Gambar 2.8 Peta Geologi Leles-Papandayan skala 1:100.000
(sumber: N. Ratman dan S. Gafoer. 1998)
36
Keterangan Peta
Keterangan
Qa
Aluvium
Qypu Endapan rempah Lepas Gunung api Muda Tak
teruraikan
Qyp
Qhg
Qhp
Batuan gunung
api muda
Lava
Guntur
Rempah Lepas Gunung
Api Papandayan
2.8 Manifestasi Panas Bumi Daerah Penelitian
2.8.1 Manifestasi termal di sekitar kawah aktif
Beberapa manifestasi termal yang teramati di daerah penelitian pada
umumnya berkaitan dengan kegiatan vulkanik dan fumarolik di daerah
puncak, terutama di daerah dan sekitar kawah aktifnya. Manifestasi tersebut
antara lain: Lapangan sulfatara dengan endapan sulfurnya, batuan terubah dan
mata air panas.
2.8.1.1 Lapangan sulfatara dan endapan sulfur
Lapangan sulfatara berada dalam kawah emas, yang merupakan kawah
aktif di G. Papandayan. Sebagaimana lapangan sulfatara pada umumnya,
lubang gas panas mengeluarkan suara mendesis dengan bau yang khas dan
menyengat. Pemandangan di dalam kawah juga didominasi oleh asap putih
(steam).
37
2.8.1.2 Batuan ubahan
Di dalam kawah aktif proses alterasinya sedang berlangsung oleh
fluida panas yang keluar dari lubang-lubang sulfatara. Sebagai hasil, Kristal
surfur diendapkan sebagai akibat proses sublimasi. Fluida (gas dan steam)
panas dengan pH yang sangat asam tersebut juga telah mengubah batuan di
dalam dan sekitar lapangan sulfatara menjadi batuan berwarna putih (pada
umumnya kaolinite). Dengan melihat jenis batuan ubahan dan tipe mineral-
mineral yang hadir, mengindikasikan bahwa fluida yang berperan dalam
proses ini adalah tipe asam sulfat.
2.8.1.3 Mata air panas
Sekelompok mata air panas dengan pH asam (3 hingga 4,5) dijumpai
di sekitar kawah aktif. Salah satu diantaranya adalah mata air panas dengan
temperatur sekitar 56
o
C dengan debit air 0,5 liter perdetik. Air ini
kemungkinan merupakan air permukaan (dekat permukaan) yang terpanasi
oleh gas-gas yang berasal dari lapangan sulfatara di dekatnya.
2.9Model dan Potensi Panasbumi
Mengingat minimnya data geologi kepanasbumian yang didapat dalam
tahap penyelidikan ini, maka geologi panasbumi hipotesis di daerah penelitian
masih belum dapat direkontruksikan. Namun secara kualitatif karakteristik
kepanasbumian di daerah penelitian dapat dinyatakan sebagai berikut.
Sumber panasbumi tentu saja tersedia, disamping panas yang berasal
dari kantong magma gunung api aktif, gunung api-gunung api disekitarnyapun
38
kemungkinan masih menyimpan sisa panas. Melihat adanya manifestasi
daerah puncak, yakni kegiatan fumarolik dan tanah terubah, juga adanya
letusan hidritermal di daerah tersebut, kemungkinan sistem hidrotermal telah
terbentuk. Kalau dianalogikan dengan lapangan panasbumi terdekat seperti
lapangan Darajat, daerah zona produksi berada pada kedalaman 2000-2500 m.
Sementara itu batuan penutup bias saja dari batuan-batuan dari produk-
produk gunung api yang lebih muda dimana self seal ing telah terjadi karena
proses hidrotermal ataupun batuan-batuan kedap lainnya. Demikian juga
dengan potensi panasbuminya masih belum dapat ditentukan. Tetapi kalau
mengacu pada lapangan Drajat, dengan asumsi sistem hidrotermal di bawah
daerah penelitian telah terbentuk, maka potensi panasbumi di daerah Leles-
Papandayan cukup besar juga.
39

Anda mungkin juga menyukai