PAS Statement Bahasa FPT
PAS Statement Bahasa FPT
Lebih dari 1 miliar populasi dunia dari 6,8 miliar orang kini kekurangan makan, sebuah kondisi yang benar-benar membutuhkan pengembangan sistem pertanian dan teknologi baru.
2.
Perkiraan penambahan 2 2,5 miliar orang untuk mencapai perkiraan total 9 miliar orang pada tahun 2050 menambah desakan atas permasalahan ini.
3.
Konsekuensi yang diperkirakan akibat perubahan iklim dan penurunan yang terkait ketersediaan air bagi pertanian juga akan mempengaruhi kemampuan kita untuk memberi makan populasi dunia yang terus berkembang.
4.
Pertanian, seperti yang saat ini dipraktekkan tidak berkelanjutan, dibuktikan dengan kehilangan besar-besaran lapisan tanah atas dan tingginya aplikasi pestisida yang tak dapat diterima di sebagian besar belahan dunia.
5.
Aplikasi rekayasa genetika dan teknik molekuler modern lainnya yang tepat dalam pertanian berkontribusi terhadap penyelesaian beberapa tantangan ini.
6.
Tidak ada yang hakiki mengenai penggunaan teknologi rekayasa genetika untuk perbaikan tanaman yang akan mengakibatkan tanaman itu sendiri atau produk makanan yang dihasilkan tidak aman.
7.
Komunitas ilmiah seharusnya bertanggungjawab atas riset dan pengembangan yang mengarah pada kemajuan dalam produktivitas pertanian, dan juga harus berupaya keras untuk melihat bahwa keuntungan terkait kemajuan-kemajuan semacam itu bertambah demi kepentingan orang miskin serta mereka yang berada di negara maju yang saat ini menikmati standar hidup yang relatif tinggi.
8.
Upaya khusus perlu dilakukan untuk memberikan akses bagi para petani di negara berkembang ke varietas tanaman unggul rekayasa genetika yang diadaptasi ke kondisi lokal mereka.
9.
Riset pengembangan tanaman unggul seperti itu perlu menaruh perhatian khusus atas kebutuhan lokal dan varietas tanaman dan untuk kemampuan tiap-tiap negara mengadaptasi tradisinya, warisan sosial serta praktek-praktek administratif demi mencapai keberhasilan introduksi tanaman rekayasa genetika.
Teknologi rekayasa genetika yang digunakan dengan tepat dan bertanggungjawab, dalam banyak situasi dapat memberikan kontribusi penting bagi produktivitas pertanian melalui perbaikan tanaman, meliputi peningkatan hasil tanaman dan kualitas nutrisi, dan peningkatan ketahanan terhadap hama serta perbaikan toleransi terhadap kekeringan dan bentuk lain dari stres lingkungan. Perbaikanperbaikan ini diperlukan diseluruh dunia guna membantu meningkatkan keberlanjutan dan produktivitas pertanian.
2.
Perbaikan genetika dari tanaman budidaya dan ornamental tersebut menghadirkan sebuah teknik panjang dan berkelanjutan yang dapat diprediksi dan lebih tepat. Seperti yang disimpulkan National
Research Council Amerika dalam sebuah laporan di tahun 1989: Sebagaimana metode molekuler lebih spesifik, para pengguna metode-metode ini akan lebih yakin mengenai sifat yang mereka masukkan kedalam tanaman dan oleh karenanya kurang bertanggungjawab untuk menghasilkan efek yang tidak diinginkan dibandingkan metode lainnya dari pemuliaan tanaman.
3.
Keuntungan telah memberi arti penting di negara-negara seperti Amerika, Argentina, India, Cina dan Brazil, dimana tanaman rekayasa genetika ditanam secara luas.
Ada banyak istilah yang digunakan untuk menggambarkan proses yang terlibat dalam pemuliaan tanaman. Semua
4. organisme hidup terdiri dari sel dimana terkandung gen didalamnya, yang memberikan mereka karakteristik yang
berbeda. Susunan gen lengkap (genotipe) disandi dalam DNA dan disebut sebagai genom; ini merupakan informasi hereditas yang diwariskan tetua ke keturunannya. Semua pemuliaan tanaman dan tentu saja semua evolusi, melibatkan perubahan genetika atau modifikasi yang diikuti oleh seleksi karakteristik menguntungkan diantara keturunannya.
5. 6.
Sebagian besar perubahan ke fenotipe tanaman atau sifat yang dapat diamati (seperti struktur fisiknya, perkembangan, kekayaan biokimia dan nutrisinya) dihasilkan dari perubahan genotipenya. Pemuliaan tanaman secara konvensional 7. memanfaatkan pengubahan gen acak diantara spesies yang sangat dekat dan kompatibel secara seksual, seringkali dengan konsekuensi tak terduga dan selalu dengan detail perubahan genetika yang belum terjelajahi. Pada pertengahan 8. abad kedua puluh hal ini dilengkapi oleh pemuliaan mutagenesis, perlakuan benih acak atau keseluruhan tanaman
9. dengan bahan kimia mutagenik atau radiasi energi tinggi dengan harapan menghasilkan perbaikan fenotipe; ini juga
memunculkan konsekuensi genetika yang tak terduga dan belum diselidiki dimana pemulia tanaman menyeleksi sifatsifat yang menguntungkan. Baru-baru ini, beberapa teknik telah dikembangkan yang memperbolehkan transfer gen-gen spesifik, teridentifikasi dan terkarakteristik dengan baik, atau kelompok kecil gen-gen yang memberikan sifat-sifat tertentu, disertai oleh sebuah analisis tepat dari hasil fenotipe dan genotipe: kategori terakhir ini disebut transgenesis (dikarenakan gen-gen ditransfer dari donor ke resipien) atau rekayasa genetika (disingkat menjadi RG dalam laporan
ini), namun, dalam kenyataannya, istilah ini diberikan bagi semua prosedur pemuliaan.
4.
Produk rekayasa genetika (PRG) juga dapat sangat berarti bagi para petani sumberdaya miskin dan para anggota yang rentan dari komunitas pertanian miskin, terutama wanita dan anak-anak. Kapas dan jagung rekayasa genetika tahan serangga, khususnya, telah sangat mengurangi penggunaan pestisida (dan oleh karenanya meningkatkan keamanan pertanian) serta berkontribusi penting untuk hasil yang lebih tinggi, pendapatan rumah tangga lebih tinggi dan angka kemiskinan lebih rendah (dan juga keracunan lebih rendah dengan pestisida kimia) dalam sektor pertanian khusus di beberapa negara berkembang, termasuk India, Cina, Afrika Selatan dan Filipina.
5.
Introduksi ketahanan herbisida yang ramah lingkungan dan tidak mahal pada tanaman jagung, kedelai, kanola dan tanaman lainnya merupakan sifat rekayasa genetika yang digunakan secara luas. Hal itu telah meningkatkan hasil per hektar, menggantikan penyiangan manual dan telah memfasilitasi input lebih rendah menghasilkan teknik pengolahan minimum (tanpa pengolahan) yang telah menurunkan laju erosi tanah. Teknologi ini dapat secara khusus bermanfaat bagi para petani di negara berkembang yang, untuk alasan usia atau penyakit, tidak dapat berhubungan dengan pengendalian gulma manual tradisional.
6.
Teknologi rekayasa genetika dapat memerangi defisiensi nutrisi melalui modifikasi yang menyediakan mikro nutrisi penting. Sebagai contoh, studi Golden Rice biofortifikasi yang mengandung vitamin A telah menunjukkan bahwa standar diet harian yang mengandung padi biofortifikasi ini akan cukup untuk mencegah defisiensi vitamin.
7.
Aplikasi teknologi RG untuk ketahanan serangga telah mengawali suatu penurunan dalam penggunaan insektisida kimia, mengurangi biaya dari beberapa input pertanian serta memperbaiki kesehatan para pekerja pertanian. Hubungan ini utamanya penting di wilayah seperti negara-negara Eropa, dimana aplikasi insektisida lebih tinggi dibandingkan wilayah lainnya, yang dapat membahayakan ekosistem secara umum dan kesehatan manusia.
8.
Teknologi RG dapat menekan praktek pengolahan tanah mekanis yang berbahaya, memakan energi, meningkatkan keragaman biologi dan melindungi lingkungan, sebagian dengan mengurangi pelepasan CO2, gas rumah kaca antropogenik yang paling penting, kedalam lingkungan.
9.
Prediksi dampak perubahan iklim memperkuat kebutuhan pemanfaatan rekayasa genetika dibarengi dengan teknik-teknik pemuliaan lainnya secara layak dan sadar, sehingga sifat-sifat seperti toleransi kekeringan dan banjir dapat dimasukkan kedalam tanaman pangan utama di semua wilayah secepatnya.
10. Teknologi RG telah meningkatkan hasil tanaman para petani miskin dan ada bukti peningkatan
risiko. Hal ini berarti bahwa regulasi harus berdasar pada sifat-sifat utama dari varietas tanaman baru bukan berarti teknologi yang digunakan untuk menghasilkannya.
12. Pengkajian risiko harus mempertimbangkan tidak hanya potensi risiko dari penggunaan suatu jenis
varietas tanaman baru, tapi juga alternatif risiko jika varietas khusus itu tidak tersedia.
13. Upaya sektor publik penting saat ini sedang berlangsung demi menghasilkan varietas atau galur
unggul rekayasa singkong, ubi jalar, padi, jagung, pisang, sorghum dan tanaman tropis utama lainnya yang akan bermanfaat langsung bagi orang miskin. Usaha-usaha ini perlu benar-benar didorong.
14. Besarnya tantangan yang dihadapi dunia miskin dan kekurangan nutrisi harus ditangani sebagai hal
yang mendesak. Defisiensi nutrisi tiap tahun menyebabkan penyakit dan kematian yang dapat dicegah. Tingginya harga pangan saat ini diseluruh dunia telah mengungkap kerentanan orang miskin terhadap persaingan untuk mendapatkan sumberdaya. Dalam konteks ini, manfaat yang dihasilkan hilang selamanya.
15. Dengan penemuan ilmiah ini, ada sebuah desakan moral untuk memanfaatkan teknologi RG yang
tersedia pada skala yang lebih luas bagi populasi miskin dan rentan yang menginginkannya dan mengenai hal itu akan memungkinkan mereka meningkatkan standar hidupnya, memperbaiki kesehatannya serta melindungi lingkungannya
Secara umum, aplikasi teknologi RG telah menunjukkan arti pentingnya bagi perbaikan produktivitas pertanian diseluruh dunia, tapi itu hanya satu bagian dari apa yang harus menjadi strategi multifaset. Seperti yang telah diamati oleh Bapa Suci Benedict XVI: akan sangat bermanfaat untuk mempertimbangkan peluang-peluang baru yang terbuka melalui penggunaan teknik pertanian tradisional yang tepat dan inovatif, selalu beranggapan bahwa hal-hal ini telah dipertimbangkan, setelah cukup pengujian, menjadi layak, menghormati lingkungan dan memperhatikan kebutuhan mereka yang paling kekurangan. (3) Namun demikian, kami mengakui bahwa tidak semua perkembangan teknologi RG akan merealisasikan janjinya, sebagaimana yang terjadi dengan teknologi manapun. Kita harus terus mengevaluasi potensi kontribusi dari semua teknologi yang tepat, yang bersama dengan pemuliaan tanaman konvensional dan strategi tambahan lainnya harus digunakan untuk memperbaiki ketahanan pangan dan mengurangi kemiskinan untuk generasi mendatang. (4) Banyak diantaranya yang dapat digunakan secara sinergis dengan teknologi-teknologi RG. Strategi yang meliputi retensi lapisan tanah atas (topsoil) lewat tanpa pengolahan dan praktek konservasi lainnya, aplikasi pupuk yang tepat, perkembangan jenis baru pupuk dan agrokimia yang ramah lingkungan, konservasi air, manajemen hama terpadu, konservasi keragaman genetika, adopsi jenis baru tanaman dimana perbaikan tanaman yang ada (terutama orphan crops (5) untuk penggunaan lebih luas melalui investasi dan kemitraan publik-swasta. Faktor lainnya dari kepentingan utama untuk meningkatkan keamanan pangan atau yang khususnya penting bagi negara-negara miskin meliputi perbaikan dalam infrastruktur (transportasi, suplai listrik dan fasilitas penyimpanan), pengembangan kemampuan dengan cara memberikan anjuran yang adil dan berpengetahuan bagi para petani mengenai pemilihan benih melalui penyuluhan lokal, pengembangan sistem keuangan dan asuransi yang adil serta lisensi kepemilikan teknologi. Namun, kesadaran bahwa tidak ada solusi tunggal bagi permasalahan kemiskinan dan diskriminasi melawan orang miskin di banyak wilayah tidak harus mencegah kita memanfaatkan varietas tanaman RG dimana mereka dapat memberikan kontribusi yang tepat bagi keseluruhan solusi.
menunjukkan kesediaan untuk membuat teknologi yang dimilikinya tersedia bagi kepentingan masyarakat miskin, hal tersebut layak kita beri ucapan selamat, dan kita mendorongnya agar terus berlanjut mengikuti standar etika tertinggi di bidang ini. Untuk hal itu, ketika kita mempertimbangkan hubungan antara bisnis dan etika, setiap perusahaan swasta, dan terutama multinasional, juga seharusnya tidak membatasi diri semata-mata hanya untuk keuntungan ekonomi. Diatas semuanya itu harus menyampaikan nilai-nilai kemanusiaan, budaya dan pendidikan. Untuk alasan ini, Caritas in veritate menyambut baik perkembangan terkini menuju suatu ekonomi sipil dan ekonomi persekutuan, yakni sebuah realitas komposit yang tidak mengecilkan keuntungan namun memandangnya sebagai suatu alat demi mencapai tujuan sosial dan kemanusiaan. Memang ensiklikal ini menyatakan bahwa bentuk institusional dari usaha yang sangat plural memunculkan sebuah pasar yang tak hanya lebih beradab namun juga lebih kompetitif. (7 ) Cerminan ini utamanya berlaku menyangkut kualitas dan kuantitas ketersediaan pangan bagi sebuah populasi.
memikul tanggung jawab untuk menjamin bahwa masyarakat tersebut tidak terhindarkan dari akses manfaat ilmu pengetahuan modern, sehingga dapat mencegah mereka dari kemiskinan, kesehatan yang buruk, dan rawan pangan.
Melibatkan biaya yang sangat tinggi dan kurangnya investasi oleh pemerintah pusat. Hal ini mengakibatkan kegagalan dalam penerapan pendekatan untuk perbaikan dan adaptasi pengembangan tanaman lokal, termasuk tanaman penting yang disebut juga tanaman orphan seperti sorgum, singkong, pisang raja, dll, yang tidak diperdagangkan secara internasional dan tidak dibenarkan berinvestasi secara komersial oleh perusahaan-perusahaan multinasional;
2.
Peraturan yang bersifat berlebihan dan tidak perlu pada teknologi rekayasa genetika, sehingga jika dibandingkan dengan semua peraturan lain di bidang pertanian, maka peraturan tersebut membuatnya menjadi terlalu mahal untuk diterapkan pada tanaman 'minor' sehingga tidak dapat menawarkan kepada pengembang keuntungan yang sepadan dengan investasi dan resikonya. Ini tentu saja tidak berlaku semata-mata untuk sektor swasta, tapi semua investasi, baik swasta maupun publik harus dilihat dari kemungkinan untung rugi investasinya. Oleh karena itu, sektor publik maupun sektor swasta supaya dapat menahan diri dari pegembangan produk-produk yang penggunaannya terbatas dibandingkan dengan pengembangan tanaman komoditas utama sebagai hasil dari kebutuhan investasi, masalah regulasi dan ketidakpastian pengiriman.
Dengan demikian dibutuhkan kerjasama antara pemerintah, organisasi internasional, lembaga bantuan dan kegiatan amal di daerah ini. Potensi manfaat dari kerjasama tersebut sudah terlihat ketika perusahaanperusahaan multinasional telah menunjukkan kesediaannya untuk berunding dengan kemitraan publik swasta dan menyumbangkan secara gratis sebuah teknologi yang relevan dan bisa dipatenkan untuk digunakan dalam perbaikan tanaman. Dalam kasus 'Golden Rice', cara ini telah menghasilkan transfer teknologi ke banyak
negara di Asia. Contoh lain termasuk jagung tahan kekeringan di Afrika, sayuran dan polong-polongan tahan serangga di India dan Afrika, dan lusinan proyek tambahan di Afrika, Asia dan Amerika Latin.
Oleh karena itu, kemungkinan risiko evolusioner dari peristiwa rekayasa genetika tidak mungkin lebih besar daripada resiko pada proses alami evolusi biologis atau penerapan kimia mutagenesis, baik yang bertanggung jawab terhadap perubahan tingkat karakteristik genetik secara luas maupun sempit. Catatan statistik menunjukkan bahwa efek yang tidak diinginkan seperti perubahan genetik adalah sangat langka, dan dalam kasus pemuliaan konvensional, hal ini terseleksi secara berdampingan. Didasarkan pada perkembangan pemahaman ilmiah sejak adopsi Protokol Cartagena mengenai Keamanan Hayati tahun 2000, maka sekarang saatnya untuk menilai kembali sebuah protokol yang didasarkan pada pemahaman kebutuhan peraturan dan manfaat yang berbasis ilmu pengetahuan.
Rekomendasi
1. Peningkatan penyediaan informasi yang dapat dipercaya kepada para regulator, para petani dan produsen di seluruh dunia sehingga mereka akan mampu membuat keputusan yang didasarkan pada informasi up to date (terbaru) dan berdasarkan pengetahuan yang menyangkut semua aspek manajemen pertanian untuk produktifitas dan keberlanjutan. 2. Standarisasi - dan rasionalisasi - prinsip-prinsip yang terlibat dalam evaluasi dan persetujuan varietas tanaman baru (baik yang dihasilkan secara konvensional, pemuliaan dengan bantuan penanda (marker), atau teknologi RE/Rekayasa Genetika) secara universal sehingga bersifat ilmiah, berbasis risiko, dapat diprediksi dan transparan. Sangat penting bahwa ruang lingkup dari apa yang menjadi subyek dalam peninjauan kasus demi kasus adalah sama pentingnya dengan tinjauan yang sebenarnya, tetapi juga harus ilmiah dan berbasis risiko. 3. Mengevaluasi kembali penerapan prinsip kehati-hatian untuk pertanian, pembingkaian kembali secara praktis dan ilmiah dan membuat persyaratan peraturan dan prosedur yang sebanding dengan risiko, serta mempertimbangkan risiko yang berkaitan dengan kurangnya tindakan. Ini harus diingat bahwa kehati-hatian (phronesis atau prudentia) adalah kebijaksanaan praktis yang harus dijadikan sebagai dasar tindakan. (11) Meskipun kebijaksanaan praktis atau pencegahan kebutuhan kehati-hatian ini dalam rangka untuk memiliki sebuah pemahaman yang baik guna menghindari kejahatan, namun sebenarnya komponen utama kehati-hatian bukanlah pencegahan, tetapi prediksi. Ini berarti bahwa fitur utama kehati-hatian bukan menahan diri dari tindakan dalam rangka menghindari kerugian tetapi menggunakan prediksi ilmiah sebagai dasar untuk bertindak. (12) Jadi, Paus Benedict XVI, dalam kesempatan pidatonya pada rapat pleno Akademi Ilmu Kepausan tahun 2006 tentang 'Keterprediksian dalam Ilmu', menekankan bahwa kemungkinan membuat prediksi adalah salah satu alasan utama untuk mendapatkan kehormatan bahwa ilmu pengetahuan disukai oleh masyarakat kontemporer dan bahwa penciptaan metode ilmiah telah memberikan kemampuan ilmu pengetahuan untuk meramalkan fenomena dan mempelajari perkembangannya, dan dengan demikian penjagaan habitat manusia akan tetap terkendali. Memang kita bisa mengatakan, Paus Benediktus menegaskan, "bahwa kegiatan memprediksi, mengendalikan dan mengatur alam, yang menjadikan ilmu pengetahuan hari ini lebih praktis daripada di masa lalu, dan itu semua merupakan bagian dari rencana Sang Pencipta ', (13). 4. Mengevaluasi Protokol Cartagena, yaitu sebuah perjanjian internasional yang mengatur perdagangan internasional mengenai varietas tanaman Rekayasa Genetika, dimana protokol ini dikembangkan pada saat ilmu tanaman Rekayasa Genetika belum banyak diketahui, yang bertujuan untuk memastikan bahwa hal ini sejalan dengan pemahaman ilmiah saat ini. 5. Teknik-teknik Rekayasa Genetika yang bersifat bebas, paling modern, tepat dan dapat diramalkan untuk perbaikan genetik, sifat berlebihan, peraturan yang tidak ilmiah, dan mengijinkan aplikasi
mereka untuk meningkatkan kualitas dan produktifitas nutrisi tanaman (dan juga produksi vaksin dan obat-obatan lainnya) di seluruh dunia. 6. Mempromosikan potensi teknologi untuk membantu petani kecil melalui pendanaan penelitian yang memadai, peningkatan kapasitas dan pelatihan melalui kebijakan publik yang tepat. 7. Mendorong adopsi secara luas praktek pertanian yang produktif dan berkelanjutan dan pelayanan penyuluhan yang terutama penting untuk meningkatkan kehidupan orang miskin dan yang membutuhkan di seluruh dunia. 8. Dalam rangka untuk memastikan bahwa kesesuaian Rekayasa Genetika dan pemuliaan dengan bantuan penanda itu digunakan untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman yang relevan dalam kondisi rawan pangan, negara-negara miskin, di mana teknologi ini dapat diharapkan memiliki dampak yang penting untuk meningkatkan ketahanan pangan,maka kami mendesak kepada pemerintah, badan bantuan internasional dan amal meningkatkan pendanaan di daerah ini. Mengingat urgensinya,organisasi internasional seperti FAO, CGIAR, UNDP atau UNESCO memiliki tanggung jawab moral untuk menjamin keamanan pangan saat ini dan masa depan terhadap populasi dunia. Mereka harus menggunakan semua usaha mereka untuk menengahi pembentukan hubungan kerjasama publik-swasta untuk memastikan eksploitasi bebas biaya dari teknologi ini untuk kepentingan bersama di negara berkembang di mana mereka akan mempunyai dampak paling besar (14).
Latar Belakang
Penelitian PAS Study Week dari tanggal 15-19 Mei 2009 ini diselenggarakan atas nama Akademi ilmu Kepausan, oleh anggota akademi Profesor Ingo Potrykus, dengan dukungan dari anggota akademi Profesor Werner Arber, dan Profesor Peter Raven. Penyelenggara tahu bahwa sejak tahun 2000, ketika awal-Dokumen Kajian diterbitkan oleh Akademi yang sama tentang '"Modifikasi Genetik Tanaman Pangan" untuk Memerangi Kelaparan di Dunia', banyak bukti dan pengalaman telah terkumpul mengenai tanaman rekayasa genetika.
Tujuan dari Study Week adalah untuk mengevaluasi manfaat dan resiko rekayasa genetika dan praktek-praktek pertanian lainnya berdasarkan pengetahuan ilmiah saat ini dan potensinya untuk diterapkan guna meningkatkan ketahanan pangan dan kesejahteraan manusia di seluruh dunia dalam konteks pembangunan berkelanjutan. Para peserta juga menyadari ajaran sosial Gereja tentang bioteknologi dan menerima perintah moral untuk berfokus pada aplikasi Rekayasa Genetika yang bertanggung jawab sesuai dengan prinsip-prinsip keadilan sosial.
Partisipasi hanya dengan undangan dan peserta dipilih berdasarkan kompetensi ilmiah mereka di bidang keahlian masing-masing dan keterlibatan mereka untuk keketatan ilmiah dan keadilan sosial. Penyelenggara harus membuat seleksi peserta, dan pilihan mereka didasarkan pada kebutuhan untuk mensukseskan tujuan utama pertemuan, dengan meninjau pengalamannya sampai saat ini. Walaupun ada perbedaan pendapat, sudut pandang dan penekanan di antara para peserta, semua sepakat pada prinsip-prinsip luas yang terkandung dalam pernyataan ini.
Para peserta Study Week dan kompetensi keilmuan mereka di urutkan dibawah ini sesuai dengan abjad
Anggota dari Akademi Ilmu Keuskupan: Prof. em. Werner Arber Switzerland, University of Basel: Microbiology, Evolution. Prof. Nicola Cabibbo Rome, President Pontifical Academy of Sciences: Physics. H.Em. Georges Cardinal Cottier, Vatican City: Theology. Prof. em. Ingo Potrykus Switzerland, Swiss Federal Institute of Technology: Plant Biology, Agricultural Biotechnology. Prof. em. Peter H. Raven USA, President Missouri Botanical Garden: Botany, Ecology. H.Em. Msgr. Marcelo Snchez Sorondo Vatican, Chancellor Pontifical Academy of Sciences: Philosophy. Prof. Rafael Vicua Chile, Pontifical Catholic University of Chile: Microbiology, Molecular Genetics.
Prof. em. Klaus Ammann Switzerland, University of Berne, Botany, Vegetation Ecology. Prof. Kym Anderson Australia, The University of Adelaide, CEPR and World Bank: Agricultural Development Economics, International Economics. Dr. iur. Andrew Apel USA, Raymond, Editor in Chief of GMObelus: Law. Prof. Roger Beachy USA, Donald Danforth Plant Science Center, now now NIVA, National Institute of Food and Agriculture, Washington DC.: Plant Pathology, Agricultural Biotechnology. Prof. Peter Beyer Germany, Albert-Ludwig University, Freiburg: Biochemistry, Metabolic Pathways.
Prof. Joachim von Braun USA, Director General, International Food Policy Research Institute, now now University of Bonn, Center for Development Research (ZEF),: Agricultural and Development Economics. Prof. Dr. Moiss Burachik Argentina, General Coordinator of the Biotechnology Department: Agricultural Biotechnology, Biosafety. Prof. Bruce Chassy USA, University of Illinois at Urbana-Champaign: Biochemistry, Food Safety. Prof. Nina Fedoroff USA, The Pennsylvania State University: Molecular Biology, Biotechnology. Prof. Dick Flavell USA, CERES, Inc.: Agricultural Biotechnology, Genetics. Prof. em. Jonathan Gressel Israel, Weizmann Institute of Science: Plant Protection, Biosafety. Prof. Ronald J. Herring USA, Cornell University: Political Economy. Prof. Drew Kershen USA, University of Oklahoma: Agricultural Law, Biotechnological Law. Prof. Anatole Krattiger USA, Cornell University and Arizona State University, now Director, Global Challenges Division, WIPO, Geneva, Switzerland: Intellectual Property Management. Prof. em. Christopher Leaver UK, University of Oxford: Plant Sciences, Plant Molecular Biology. Prof. Stephen P. Long USA, Energy Science Institute: Plant Biology, Crop Science, Ecology. Prof. Cathie Martin UK, John Innes Centre, Norwich: Plant Sciences, Cellular Regulation. Prof. Marshall Martin USA, Purdue University: Agricultural Economics, Technology Assessment. Prof. Henry Miller USA, Hoover Institution, Stanford University: Biosafety, Regulation. Prof.em. Marc Baron van Montagu Belgium, President European Federation of Biotechnology: Microbiology, Agricultural Biotechnology. Prof. Piero Morandini Italy, University of Milan: Molecular Biology, Agricultural Biotechnology. Prof. Martina Newell-McGloughlin USA, University of California, Davis: Agricultural Biotechnology. H.Em. Msgr. George Nkuo Cameroon, Bishop of Kumbo: Theology. Prof. Rob Paarlberg USA, Wellesley College: Political Science. Prof. Wayne Parrott USA, University of Georgia: Agronomy, Agricultural Biotechnology. Prof. Channapatna S. Prakash USA, Tuskegee University: Genetics, Agricultural Biotechnology. Prof. Matin Qaim Germany, Georg-August University of Gttingen: Agricultural Economics, Development Economics.
Dr. Raghavendra Rao India, Department of Biotechnology, Ministry of Science and Technology: Agriculture, Plant Pathology. Prof. Konstantin Skryabin Russia, Bioengineering Centre Russian Academy of Sciences: Molecular Biology, Agricultural Biotechnology. Prof. Monkumbu Sambasivan Swaminathan India, Chairman, M.S. Swaminathan Research Foundation: Agriculture, Sustainable Development. Prof. Chiara Tonelli Italy, University of Milan: Genetics, Cellular Regulation. Prof. Albert Weale UK, Nuffield Council on Bioethics and University of Essex, now University College of London, Dept. of Political Sciences: Social & Political Sciences. Prof. Robert Zeigler Philippines, Director General International Rice Research Institute: Agronomy, Plant Pathology.
Notes
1. 2. 3. 4.
Cf. John Paul II, Encyclical Letter Laborem exercens, 5: loc. cit., 586-589. Caritas in veritate, 69 Caritas in veritate, 27. Ini adalah prinsip yang harus diingat dalam produksi pertanian itu sendiri, setiap kali ada pertanyaan tentang kemajuannya melalui aplikasi bioteknologi, yang tidak dapat dievaluasi semata-mata atas dasar kepentingan ekonomi langsung. Mereka harus diajukan terlebih dahulu untuk pemeriksaan ilmiah dan etika yang ketat, guna mencegahnya menjadi bencana bagi kesehatan manusia dan masa depan bumi (John Paul II, menyampaikan pada Perayaan Agricultural World, 11 November 2000). Orphan crops, yang juga disebut sebagai tanaman yang diabaikan atau hilang, adalah tanaman dengan nilai ekonomi tinggi di negara-negara berkembang. Tanaman-tanaman ini meliputi tanaman sereal (seperti millet dan tef), legum (cow pea, grass pea dan bambara Groundnut/kacang bogor), dan tanaman berakar (singkong dan ubi jalar). Meskipun orphan crops penting bagi kehidupan jutaan petani dengan sumberdaya miskin, riset mengenai tanaman ini tertinggal dibanding tanaman utama. Demi mendorong produktivitas tanaman dan mencapai swasembada pangan di negara berkembang, riset mengenai orphan crops perlu mendapat perhatian lebih. Centesimus annus, 6. Caritas in veritate, 46. Tuhan telah berdaulat terhadap kuasa atas segala sesuatu: dan Dia, sesuai dengan pemeliharaan-Nya, menggariskan hal-hal tertentu untuk kelangsungan tubuh manusia. Untuk alasan ini manusia memiliki kuasa atas hal-hal yang alami, berkenaan kekuatan untuk memanfaatkannya. (Thomas Aquinas, Summa Theologica, II-II, q. 66, a. 1 ad 1
5.
6. 7. 8.
9.
Cf. Paul VI, Disampaikan dalam Sidang Pleno Akademi Ilmu Keuskupan pada tanggal 19 April 1975, Papal Addresses, Vatican City 2003, p. 209.
10. St. Thomas Aquinas, Summa Theologica, I-II, 94, a.5. Cf. loc. cit. ad 3.
11. Kebijaksanaan (phronesis) adalah pencapaian kualitas kebenaran rasional, peduli dengan tindakan yang berkaitan dengan hal-hal baik bagi manusia (Aristotle, Eth. Nic., VI, 5,1140 b 20, Eng. tr. J. Bywater). Cf. also the rest of the chapter. 12. Prediksi adalah prinsip kehati-hatian.. Oleh karena itu, nama prudence (kehati-hatian) diambil dari prediksi (takdir) sebagai bagian yang sangat prinsip (St. Thomas Aquinas, Summa Theologica, II-II, q. 49, a. 6 ad 1). 13. Diambil dari Bapa Suci Benedict XVI pada sidang paripurna Akademi Ilmu Kepausan. Tersedia online di http://www.vatican.va/holyfather/benedict_xvi/speeches/2006/november/documents/hf_benxvi_spec_20061106_academysciences_en.html 14. Cf. P. Dasgupta, Sains sebagai sebuah Institusi: Menetapkan Prioritas dalam Kontek Sosial-Ekonomi Baru pada Konferensi Ilmu Pengetahuan Dunia: Sains untuk Abad Dua Puluh Satu, Sebuah Komitmen Baru (UNESCO, Paris, 2000). Translators: Facilitation through Clive James from the ISAAA, translation organized with Clement Dionglay Project Assistant Global Knowledge Center on Crop Biotechnology ISAAA SEAsiaCenter