Anda di halaman 1dari 14

ANALISIS JARINGAN PIPA PDAM KABUPATEN KUDUS DI KELURAHAN UNDAAN KIDUL DENGAN EPANET Leily Fatmawati Jurusan Teknik

Sipil Politeknik Negeri Semarang Abstract Clean water is a vital need for human beings. Water reservoir regional company of Kudus regency as the me which runs a business on drinking water services is highly demanded to improve its best services forward people or customers. One of various problems faced by this company is the improper distribution of water supply in Undaan Kidul village. According to the field study data, the water supply in Undaan Kidul village is resulted from both the Sempalan well ( the quantity = 10 litres per second) and the rest of water from Bae reservoir. Mean while, the total customers who need to be served is 1328. The research analysis conducted by the reseacher, with the Epanet program, shows that there is a tremendous negative pressure from 5:00 am through 6:00 am, so that the water is not able to reach Undaan Kidul. In order that the water supply can reach Undaan Kidul village, therefore, the pressure must be strengthened or raised by using a pump with particular characteristics. In effect, a positive pressure will come up. Keywords : clean water, debit, negative pressure, positive pressure, pump, reservoir, water supply, well. PENDAHULUAN Air bersih merupakan salah satu kebutuhan vital bagi kehidupan manusia, yang harus terpenuhi setiap saat. Kebutuhan air bersih ini tidak saja menyangkut jumlah yang cukup, tetapi juga kualitas air yang sesuai standar karena akan mempengaruhi kualitas hidup atau standar kesehatan masyarakat. Kabupaten Kudus merupakan kabupaten yang letaknya sangat strategis di bidang perindustrian dan pendidikan dari Provinsi Jawa Tengah, yang sekarang ini tengah berusaha meningkatkan pelayanan penyediaan air bersih untuk mendukung kegiatan penduduknya. Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kabupaten Kudus sebagai perusahaan yang bergerak dalam bidang pelayanan air minum/air bersih, dituntut untuk meningkatkan pelayanannya kepada pelanggan/masyarakat di Kabupaten Kudus dan sekitarnya. PDAM Kabupaten Kudus berusaha memanfaatkan seoptimal mungkin sumber-sumber air yang ada untuk memberikan pelayanan air minum secara lebih teratur dalam
31

kuantitas air yang cukup dan kualitas air yang sesuai standar yang telah ditetapkan oleh Pemerintah Indonesia. Upaya peningkatan pelayanan air bersih kepada masyarakat Kabupaten Kudus telah dilakukan PDAM Kabupaten Kudus melalui beberapa proyek sarana yang meliputi peningkatan kapasitas produksi dengan membangun IPA, pembangunan sistem transmisi, dan reservoar, jaringan pipa distribusi serta penambahan jumlah sambungan rumah. Kondisi ini mengakibatkan makin kompleksnya sistem yang dibangun dan sangat diperlukan data yang akurat atas setiap perkembangan sarana dan perfomanc (kinerja) sarana yang telah dibangun. Untuk meningkatkan pelayanan distribusi kepada pelanggan/masyarakat maka dibutuhkan pengelolaan sistem distribusi air secara baik. Pengelolaan sistem distribusi air yang baik membutuhkan suatu sistem pengelolaan dan penyajian data yang cepat dan tepat sehingga aktivitas pelayanan akan selalu mengikuti perkembangan secara

dinamis. Kondisi yang ada sekarang ini bahwa pengelolaan dan penyajian data dari sistem distribusi air minum PDAM Kabupaten Kudus dilakukan secara manual, di mana jaringan perpipaan di wilayah pelayanan dituangkan dalam lembar-lembar gambar. Lembar-lembar gambar ini semakin hari semakin besar jumlahnya sehingga untuk mendapat informasi membutuhkan waktu cukup lama. Selain itu, belum ada integrasi antara data gambar dan data pelanggan, sehingga informasi hanya sebatas pada data-data sekunder tanpa mampu menganalisis data-data tersebut menjadi informasi lain (misalnya informasi hidrolis, sistem tekanan, debit dan lain-lain). Karena kelambatan proses informasi tersebut menyebabkan semakin tidak optimalnya pengelolaan distribusi air minum. Oleh karena itu, diperlukan suatu sistem informasi dari sistem distribusi air minum yang mampu menyelesaikan permasalahan pengelolaan dan penyajian data. Dengan perkembangan teknologi pemetaan dan teknologi komputer/informatika, yaitu adanya Sistem Informasi Analisis Jaringan (SIAJ) memungkinkan dibuat sistem informasi distribusi air minum yang berbasiskan komputer. SIAJ adalah sistem informasi yang terdiri dari perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software) komputer, data spasial yang bergeoreferensi dan personel yang didesain dan digunakan untuk memperoleh, menyimpan, mengolah (pemutakhiran, manipulasi, analisis), dan menampilkan data atau informasi yang bergeoreferensi. SIAJ memiliki kemampuan menyimpan dan menangani data dalam jumlah besar serta mampu mengolah (pemutakhiran, manipulasi, analisis) dan menampilkan data dan informasi secara cepat. SIAJ dimungkinkan dimanfaatkan untuk menangani sistem distribusi air minum di wilayah pelayanan PDAM Kabupaten Kudus. SIAJ yang digunakan tidak saja untuk menyajikan informasi data yang diinputkan ke sistem, tetapi memiliki kemampuan untuk menganalisis data-data sekunder menjadi informasi lain (misalnya : kondisi hidrolis dan kualitas air) yang senantiasa berubah sesuai kondisi lapangan. Adanya SIAJ untuk pengelolaan sistem distribusi air minum ini diharapkan akan lebih meningkatkan kinerja PDAM Kabupaten Kudus
32

lebih efisien dan efektif serta meningkatkan pelayanan kepada masyarakat di wilayah Kabupaten Kudus dan sekitarnya. METODE PENELITIAN Pendekatan teknis diperlukan dalam melaksanakan penelitian Pembuatan Aplikasi Program Sistem Informasi Analisis Jaringan (SIAJ) pipa PDAM Kabupaten Kudus di Undaan Kidul dengan EPANET, dimaksudkan sebagai acuan teoretis dan kerangka pikir yang digunakan dalam penyusunan metodologi penelitian. Pendekatan teknis meliputi hal-hal berikut. a. Sistem penyediaan air bersih Benny Chatib (1982) mengemukakan bahwa tujuan sistem penyediaan air bersih adalah 1) menyediakan jumlah air yang cukup untuk kebutuhan masyarakat, sesuai dengan kemajuan dan perkembangan daerah layanan; 2) meningkatkan taraf hidup masyarakat yang higienis atau sehat. Kebutuhan air untuk setiap aktivitas berbeda-beda, dibedakan antara lain kebutuhan domestik, industri, sosial dan rekreasi. Sistem penyediaan air bersih harus dapat menyediakan jumlah air yang cukup untuk kebutuhan suatu kota. Unsur-unsur sistem yang modern terdiri atas sumber air baku, fasilitas penyimpanan, fasilitas transmisi ke unit pengolahan, fasilitas pengolahan, fasilitas transmisi, dan penyimpanan serta fasilitas distribusi. b. Persyaratan kualitas air bersih Air dapat mengandung sejumlah besar bahan yang berbahaya, walaupun sumber airnya bebas dari bahan yang berbahaya, namun dapat terkontaminasi oleh bahan berbahaya yang banyak terdapat di lingkungan sekitarnya. Kontaminan dapat di bagi dalam tiga kategori, yaitu fisik, kimiawi, dan biologis. Kontaminan fisik yang

Wahana TEKNIK SIPIL Vol. 13 No. 1 April 2008: 31 - 44

terutama adalah kekeruhan yang disebabkan oleh bahan partikulat. Partikulat ini mungkin tidak berbahaya, misalnya tanah liat, tetapi menyebabkan tidak sedap dipandang dan dapat mengganggu proses desinfeksi. Partikel yang berbahaya, misalnya asbes, yang berasal dari alam atau polusi asbes sebagai karsinogen bila terhisap atau bila terdapat dalam air minum. Air bersih, beberapa aspek dan peranannya dalam kesehatan masyarakat terdapat unsur mineral yang diperlukan untuk perkembangan/pertumbuhan fisik manusia. Beberapa unsur mineral yang terkandung didalamnya, antara lain Ca, Mg, dan Fe. Persyaratan kualitas air bersih/minum terdiri dari hal-hal berikut. 1) Persyaratan fisik Kualitas fisik yang dipertahankan atau yang menyangkut tentang kenyamanan dan dapat diterima oleh masyarakat pemakai air serta menyangkut pula segi estetika, seperti: a) tidak berbau dan berasa, b) temperatur , c) tidak berwarna, dan d) kekeruhan. 2) Persyaratan kimiawi Kandungan unsur kimia di dalam air bersih harus mempunyai kadar dan tingkat konsentrasi tertentu yang tidak membahayakan kesehatan manusia atau makhluk hidup lainnya. Beberapa unsur tertentu sebaliknya diperlukan dalam jumlah yang cukup untuk penciptaan suatu kondisi air bersih yang dapat mencegah suatu penyakit atau pertumbuhan fisik manusia serta kondisi kualitas yang menguntungkan. 3) Persyaratan bakteriologis Dalam persyaratan ini ditentukan batasan tentang jumlah bakteri pada umumnya, khusus pada tinjauan kandungan mikroorganisme ini didekati dari kandungan bakteri golongan coli. Kehadiran mikroorganisme golongan coli ini dalam konsentrasi bagaimanapun kecilnya dapat dianggap sebagai indikasi dari terdapatnya kemungkinan tercemarnya air oleh kotoran feacal. Jumlah maksimum yang diperbolehkan adalah 50 MPN/100 ml untuk non

perpipaan dan 10 MPN/100 ml untuk perpipaan. c. Pemakaian air bersih Jumlah pemakaian air oleh penduduk merupakan fungsi penduduk dan pemakaian perorang, dinyatakan dalam gallon per orang per hari. Pemakaian air bervariasi dari kota yang satu dengan lainnya, tergantung pada iklim, karakteristik lingkungan, populasi, industri dan lainnya (Heinke, Gary W. 1990). Dalam suatu kota pemakaian air juga bervariasi dari musim ke musim, dari hari ke hari dan dari jam ke jam. Karena itu dalam perencanaan system penyediaan air bersih, pemakaiaan air dan variasinya harus diperkirakan seteliti mungkin (George, dkk. 1978). Faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan air, antara lain iklim, karakteristik penduduk, industri dan perdagangan, debit dan meter air, ukuran kota, dan keperluan cadangan. Pemakaian air dalam suatu komunitas bervariasi secara kontinyu. Hal inilah yang menghasilkan suatu pola fluktuasi, yang menggambarkan naik turunnya jumlah pemakaiannya air oleh konsumen setiap saat (JICA, 1992). Fluktuasi pemakaian air ini dapat ditinjau untuk suatu jangka waktu tertentu, misalnya bulanan, mingguan atau harian. Dari pola fluktuasi dapat diketahui kondisi puncak dengan pemakaian air tertinggi untuk jangka waktu tertentu yang menggambarkan prosentase pemakaian rata-rata harian, disebut waktu puncak. d. Sistem distribusi Sistem distribusi adalah sistem yang langsung berhubungan dengan konsumen, yang mempunyai fungsi pokok mendistribusikan air yang telah memenuhi syarat ke seluruh daerah pelayanan. Sistem distribusi air bersih terdiri atas perpipaan, katub-katub, dan pompa yang membawa air yang telah diolah dari instalasi pengolahan menuju
33

ANALISIS JARINGAN PIPA PDAM KABUPATEN KUDUS DI KELURAHAN (Leily Fatmawati)

pemukiman, perkantoran dan industri yang mengkonsumsi air. Dua hal penting yang harus diperhatikan pada sistem distribusi adalah tersedianya jumlah air yang cukup dan tekanan yang memenuhi (kontinuitas pelayanan), serta menjaga keamanan kualitas air yang berasal dari instalasi pengolahan. Distribusi air bersih dapat dilakukan dengan beberapa cara berikut. 1) Cara gravitasi Cara gravitasi dapat digunakan apabila elevasi sumber air mempunyai perbedaan cukup besar dengan elevasi daerah pelayanan, sehingga tekanan yang diperlukan dapat dipertahankan. Cara ini dianggap cukup ekonomis, karena hanya memanfaatkan beda ketinggian lokasi. 2) Cara pemompaan Pada cara ini pompa digunakan untuk meningkatkan head (tekanan) yang diperlukan untuk mendistribusikan air dari reservoir distribusi ke konsumen. Cara ini digunakan jika daerah pelayanan merupakan daerah yang datar, dan tidak ada daerah yang berbukit. 3) Cara gabungan Pada cara gabungan, reservoar digunakan untuk mempertahankan tekanan yang diperlukan selama periode pemakaian tinggi dan pada kondisi darurat, misalnya saat terjadi kebakaran atau tidak adanya energi. Selama periode pemakaian rendah, sisa air dipompakan dan disimpan dalam reservoar distribusi. Karena reservoar distribusi digunakan sebagai cadangan air selama periode pemakaian tinggi atau pemakaian puncak, maka pompa dapat dioperasikan pada kapasitas debit ratarata. e. Reservoar distribusi Reservoir digunakan dalam sistem distribusi untuk menyeimbangkan debit pengaliran, mempertahankan tekanan, dan mengatasi keadaan darurat. Untuk optimasi penggunaan, reservoar harus diletakkan sedekat mungkin dengan pusat daerah layanan. Di kota besar, reservoir distribusi ditempatkan pada beberapa lokasi dalam daerah layanan. Reservoir distribusi juga digunakan untuk
34

mengurangi variasi tekanan ssstem distribusi (Fair, 1986).

dalam

Husain (1981) menjelaskan bahwa kapasitas reservoar ditentukan oleh halhal berikut. 1) Komponen penentu kapasitas reservoar, yaitu : a) besar cadangan air untuk kestabilan (kondisi maksimum dan minimum); b) Besarnya cadangan air untuk kebakaran; c) Besarnya cadangan air untuk keadaan darurat. 2) Variasi dari sistem pengaliran 3) Waktu pemompaan f. SIAJ SIAJ adalah suatu kemampuan yang memanfaatkan sistem komputer yang digunakan untuk menyimpan, mengolah (pemutakhiran, analisis), dan menampilkan semua informasi tentang jaringan pipa yang ada di lapangan beserta kelengkapannya, seperti lokasi pipa, panjang, diameter, jenis pipa, dan letak valve. Komponen-komponen SIAJ terdiri dari hal-hal berikut. 1) Input Data Kegiatan ini adalah mengubah data dari bentuk asalnya (data primer/ lapangan) menjadi data digital yang dapat dibaca oleh komputer. 2) Manajemen data Manajemen data meliputi fungsifungsi yang diperlukan untuk menyimpan dan memanggil kembali data digital yang sudah tersimpan dalam database SIAJ. 3) Manipulasi dan analisis Data yang sudah tersimpan dalam database SIAJ dapat dengan mudah dikelola sehingga membentuk informasi baru. Dalam komponen ini terdapat fasilitas yang memudahkan pengolahan data jaringan pipa, misalnya penggabungan data spasial dari berbagai tema dan

Wahana TEKNIK SIPIL Vol. 13 No. 1 April 2008: 31 - 44

sumber, pengelompokkan data ke dalam kelas-kelas berdasarkan kriteria tertentu. 4) Output data Komponen ini berfungsi menyajikan data yang tersimpan dalam database SIAJ maupun informasi yang dihasilkan melalui proses analisis data. Penyajian informasi ini dapat dilakukan melalui layar monitor komputer. Penampilan informasi ini dapat berupa informasi pipa, node, pompa, valve, dan sebagainya.

Berdasarkan pendekatan teknis diatas maka disusun metodologi Penelitian Sistem Informasi Analisis Jaringan (SIAJ) Pipa PDAM Kabupaten Kudus di Kelurahan Undaan Kidul dengan EPANET digambarkan sebagai bagan alir berikut.

Persiapan

Install Program

Pembuatan Basis Data

Pembuatan Aplikasi Sistem Informasi

Gambar 1. Diagram Alir Pengoperasian Program Epanet


HASIL PENELITIAN Analisis jaringan pipa di daerah Undaan diasumsikan menurut kebutuhan air yang digunakan setiap pelanggan ( 0,01 lt/dtk ) karena tidak adanya meter induk yang terpasang di setiap wilayah ( Undaan Lor, Undaan Tengah, Undaan Kidul, dan Sambung).

ANALISIS JARINGAN PIPA PDAM KABUPATEN KUDUS DI KELURAHAN (Leily Fatmawati)

35

Gambar 2. Eksisting Jaringan Pipa Kecamatan Undaan Hasil analisis jaringan pipa dengan menggunakan program Epanet pada kondisi eksisting Tabel 1. Node jam 5:00 Elevation Base Demand Demand Head Pressure Node ID m LPS LPS m m Junc 2 2 0 0 -263.88 -265.88 Junc 3 2 3.53 6.35 -273.67 -275.67 Junc 4 2 0.04 0.07 -265.51 -267.51 Junc 5 2 0.26 0.47 -265.82 -267.82 Junc 16 7 0 0 10.28 3.28 Junc 47 5 0 0 6.66 1.66 Junc 48 5 5.19 9.34 -73.25 -78.25 Junc 49 4 0 0 -137.56 -141.56 Junc 50 4 4.3 7.74 -193.96 -197.96 Junc 51 7 0 0 6.81 -0.19 Junc 53 7 0 0 205.01 198.01 Junc 54 6 0 0 6.81 0.81 Junc 56 6 0 0 6.86 0.86 Resvr 46 2 #N/A -39.46 2 0 Resvr 52 2 #N/A -12.09 2 0 Tank 1 1 #N/A 27.58 6.81 5.81 ditunjukkan pada tabel berikut (kondisi jam puncak).

36

Wahana TEKNIK SIPIL Vol. 13 No. 1 April 2008: 31 - 44

Tabel 2. Node jam 6:00 Elevation Base Demand Demand Head Pressure Node ID m LPS LPS m m Junc 2 2 0 0 -264.03 -266.03 Junc 3 2 3.53 6.35 -273.81 -275.81 Junc 4 2 0.04 0.07 -265.66 -267.66 Junc 5 2 0.26 0.47 -265.97 -267.97 Junc 16 7 0 0 10.13 3.13 Junc 47 5 0 0 6.51 1.51 Junc 48 5 5.19 9.34 -73.4 -78.4 Junc 49 4 0 0 -137.7 -141.7 Junc 50 4 4.3 7.74 -194.11 -198.11 Junc 51 7 0 0 6.67 -0.33 Junc 53 7 0 0 204.95 197.95 Junc 54 6 0 0 6.67 0.67 Junc 56 6 0 0 6.72 0.72 Resvr 46 2 #N/A -39.47 2 0 Resvr 52 2 #N/A -12.1 2 0 Tank 1 1 #N/A 27.59 6.67 5.67 Tabel 3. Node jam 15:00 Elevation Base Demand Demand Head Pressure Node ID m LPS LPS m m Junc 2 2 0 0 -263.88 -265.88 Junc 3 2 3.53 6.35 -273.66 -275.66 Junc 4 2 0.04 0.07 -265.51 -267.51 Junc 5 2 0.26 0.47 -265.82 -267.82 Junc 16 7 0 0 10.28 3.28 Junc 47 5 0 0 6.66 1.66 Junc 48 5 5.19 9.34 -73.25 -78.25 Junc 49 4 0 0 -137.55 -141.55 Junc 50 4 4.3 7.74 -193.96 -197.96 Junc 51 7 0 0 6.82 -0.18 Junc 53 7 0 0 205.01 198.01 Junc 54 6 0 0 6.82 0.82 Junc 56 6 0 0 6.87 0.87 Resvr 46 2 #N/A -39.46 2 0 Resvr 52 2 #N/A -12.09 2 0 Tank 1 1 #N/A 27.58 6.82 5.82

ANALISIS JARINGAN PIPA PDAM KABUPATEN KUDUS DI KELURAHAN (Leily Fatmawati)

37

Tabel 4. Node jam 16:00 Elevation Base Demand Demand Head Pressure Node ID m LPS LPS m m Junc 2 2 0 0 -264.03 -266.03 Junc 3 2 3.53 6.35 -273.81 -275.81 Junc 4 2 0.04 0.07 -265.66 -267.66 Junc 5 2 0.26 0.47 -265.97 -267.97 Junc 16 7 0 0 10.13 3.13 Junc 47 5 0 0 6.51 1.51 Junc 48 5 5.19 9.34 -73.4 -78.4 Junc 49 4 0 0 -137.7 -141.7 Junc 50 4 4.3 7.74 -194.11 -198.11 Junc 51 7 0 0 6.67 -0.33 Junc 53 7 0 0 204.95 197.95 Junc 54 6 0 0 6.67 0.67 Junc 56 6 0 0 6.71 0.71 Resvr 46 2 #N/A -39.47 2 0 Resvr 52 2 #N/A -12.1 2 0 Tank 1 1 #N/A 27.59 6.66 5.66 Dari tabel di atas ditunjukkan adanya negative pressure pada jam-jam tertentu, sehingga belum seimbangnya supply air di Kecamatan Undaan (survai lapangan menunjukkan bahwa supply air tidak sampai di daerah Undaan Kidul). Oleh karena itu, peneliti memberikan solusi dengan memasang valve dan memperbesar tekanan (memasang pompa dengan karakteristik tertentu) agar supply air sampai di daerah Kelurahan Undaan Kidul.

Gambar 3. Jaringan Pipa Baru Kecamatan Undaan


38 Wahana TEKNIK SIPIL Vol. 13 No. 1 April 2008: 31 - 44

Hasil analisis jaringan pipa dengan menggunakan program Epanet setelah dipasang valve dan Tabel 5. Node jam 3:00

tekanan diperbesar ditunjukkan pada tabel berikut.

Elevation Base Demand Demand Head Pressure Node ID m LPS LPS m m Junc 2 2 0 0 453.37 451.37 Junc 3 2 3.53 1.06 453.01 451.01 Junc 4 2 0.04 0.01 453.31 451.31 Junc 5 2 0.26 0.08 453.3 451.3 Junc 16 7 0 0 466.62 459.62 Junc 47 5 0 0 463.16 458.16 Junc 48 5 5.19 1.56 460.27 455.27 Junc 49 4 0 0 457.94 453.94 Junc 50 4 4.3 1.29 455.9 451.9 Junc 51 7 0 0 463.17 456.17 Junc 53 7 0 0 466.56 459.56 Junc 54 6 0 0 463.17 457.17 Junc 56 6 0 0 463.17 457.17 Junc 6 7 0 0 7 0 Junc 7 7 0 0 463.17 456.17 Resvr 46 2 #N/A -2.65 2 0 Resvr 52 2 #N/A -1.34 2 0 Tank 1 1 #N/A 0 7 6 Tabel 6. Node jam 4:00 Elevation Base Demand Demand Head Pressure Node ID m LPS LPS m m Junc 2 2 0 0 372.56 370.56 Junc 3 2 3.53 2.82 370.39 368.39 Junc 4 2 0.04 0.03 372.2 370.2 Junc 5 2 0.26 0.21 372.13 370.13 Junc 16 7 0 0 454.08 447.08 Junc 47 5 0 0 432.82 427.82 Junc 48 5 5.19 4.15 415.02 410.02 Junc 49 4 0 0 400.7 396.7 Junc 50 4 4.3 3.44 388.14 384.14 Junc 51 7 0 0 432.85 425.85 Junc 53 7 0 0 453.69 446.69 Junc 54 6 0 0 432.85 426.85 Junc 56 6 0 0 432.87 426.87 Junc 6 7 0 0 7 0 Junc 7 7 0 0 432.85 425.85 Resvr 46 2 #N/A -7.07 2 0 Resvr 52 2 #N/A -3.58 2 0 Tank 1 1 #N/A 0 7 6

ANALISIS JARINGAN PIPA PDAM KABUPATEN KUDUS DI KELURAHAN (Leily Fatmawati)

39

Tabel 7. Node jam 8:00 Elevation Base Demand Demand Head Pressure Node ID m LPS LPS m m Junc 2 2 0 0 393.84 391.84 Junc 3 2 3.53 2.47 392.14 390.14 Junc 4 2 0.04 0.03 393.56 391.56 Junc 5 2 0.26 0.18 393.51 391.51 Junc 16 7 0 0 457.5 450.5 Junc 47 5 0 0 440.9 435.9 Junc 48 5 5.19 3.63 427 422 Junc 49 4 0 0 415.82 411.82 Junc 50 4 4.3 3.01 406.01 402.01 Junc 51 7 0 0 440.92 433.92 Junc 53 7 0 0 457.2 450.2 Junc 54 6 0 0 440.92 434.92 Junc 56 6 0 0 440.94 434.94 Junc 6 7 0 0 7 0 Junc 7 7 0 0 440.92 433.92 Resvr 46 2 #N/A -6.19 2 0 Resvr 52 2 #N/A -3.14 2 0 Tank 1 1 #N/A 0 7 6 Tabel 8. Node jam 9:00 Elevation Base Demand Demand Head Pressure Node ID M LPS LPS m m Junc 2 2 0 0 412.62 410.62 Junc 3 2 3.53 2.12 411.34 409.34 Junc 4 2 0.04 0.02 412.41 410.41 Junc 5 2 0.26 0.16 412.36 410.36 Junc 16 7 0 0 460.46 453.46 Junc 47 5 0 0 447.99 442.99 Junc 48 5 5.19 3.11 437.54 432.54 Junc 49 4 0 0 429.13 425.13 Junc 50 4 4.3 2.58 421.76 417.76 Junc 51 7 0 0 448.01 441.01 Junc 53 7 0 0 460.24 453.24 Junc 54 6 0 0 448.01 442.01 Junc 56 6 0 0 448.02 442.02 Junc 6 7 0 0 7 0 Junc 7 7 0 0 448.01 441.01 Resvr 46 2 #N/A -5.3 2 0 Resvr 52 2 #N/A -2.69 2 0 Tank 1 1 #N/A 0 7 6

40

Wahana TEKNIK SIPIL Vol. 13 No. 1 April 2008: 31 - 44

PEMBAHASAN Berdasarkan penelitian ini dihasilkan data-data berikut. a. Data Sekunder Data sekunder yang didapat adalah sebagai berikut. 1) Peta jaringan distribusi Perumahan Undaan diperoleh dari PDAM Kabupaten Kudus yang masih dalam bentuk as build drawing (belum dalam bentuk digital). 2) Jumlah pelanggan Perumahan Undaan sebesar 1328 pelanggan yang terbagi dari Undaan Lor = 519 pelanggan, Undaan Tengah = 430 pelanggan, Undaan Kidul = 353 pelanggan dan Sambung = 26 pelanggan. Untuk jumlah pelanggan tersebut air yang disediakan (base demand) dapat dilihat pada tabel beban daerah pelayanan Perumahan Undaan. (Tabel 9).

Tabel 9. Kebutuhan Debit Air No. Nama Wilayah Debit (lt/dtk) 1 Undaan Lor 5,19 2 Undaan Tengah 4,30 3 Undaan Kidul 3,53 4 Sambung 0,26 Sumber : PDAM Kab. Kudus 2007 3) Pipa Jaringan Panjang pipa dan jenis pipa yang terpasang sesuai dengan panjang jalan. 4) Pola Pemakaian Air Pola pemakaian air tiap hari akan selalu bervariasi karena dipengaruhi dari banyak faktor seperti kondisi wilayah, kondisi jaringan dan pola budaya masyarakat serta tingkat perekonomian sehingga memberikan kemungkinan satu wilayah pelayanan memiliki pola pemakaian air yang berbeda dari wilayah pelayanan yang lainnya.

Gambar 4. Pola Pemakaian Air

5) Debit air Kecamatan Undaan diperoleh dari Sumur Sempalan (Q=10 lt/dtk) dan air sisa dari Reservoir Bae (debitnya tidak diketahui) b. Data Primer Data primer yang langsung diambil di lapangan adalah sebagai berikut. 1) Data tekanan Data tekan dilakukan pada beberapa titik pengambilan yang dianggap sebagai titik kritis, adapun alat yang dipergunakan adalah menometer. Pemantuan tekanan dimaksudkan untuk memantau tekanan yang ada pada jaringan pipa distribusi

induk. Hal lain yang dapat diketahui dalam pemantauan manometer bertujuan a) menjelaskan tekanan yang terjadi pada titik-titik pelayanan tiap pelayanan; b) Mendapatkan data masukan dalam kalibrasi running Epanet 2.0. c. Beban daerah pelayanan pada perumahan undaan Untuk memperkirakan kebutuhan air pada daerah pelayanan diasumsikan tiap pelanggan 0,01 lt/dtk. Q Demand (lt/dtk) 5,19 4,30 3,53 0,26 Sumber : Perhitungan 2007

No. 1 2 3 4

Tabel 10. Pembebanan pada Pipa Jumlah Wilayah Pelanggan Undaan Lor 519 Undaan Tengah 430 Undaan Kidul 353 Sambung 26

1). Pemodelan Simulasi Jaringan Analisis tekanan jaringan pipa distribusi ini dilakukan dengan program Epanet 2.0 dari data-data sekunder yang ada seperti data panjang pipa, diameter pipa, jumlah pelanggan, pola pemakaian air, dan data primer tekanan yang ada pada jaringan distribusi Perumahan Undaan. Epanet adalah program komputer yang menggambarkan simulasi hidrolis dan kecenderungan kualitas air yang mengalir di dalam jaringan pipa.

Gambar 5. Kotak Dialog Pengisian Data uUntuk Node Data-data yang dimasukkan pada junction adalah sebagai berikut. a) Junction ID : identitas (ID junction) dapat diberikan dengan maksimal 15 karakter ). b) X-koordinat : secara otomatis akan terisi dari posisi horizontal
2 Wahana TEKNIK SIPIL Vol. 13 No. 1 April 2008: 31 - 44

junction yang ada atau denan pengisian manual, maka posisi junction akan berpindah dengan sendirinya. a) Y-koordinat : sama dengan Xkoordinat, hanya pergeseran ke arah vertikal. b) Elevasi : tinggi elevasi diperlukan untuk perhitungan sisa tekan. c) Base demand : kebutuhan rata-rata air untuk suplai (debit pelayanan). d) Demand patern : pola kebutuhan menggunakan grafik kebutuhan. Data yang diisikan pada node reservoar adalah sebagai berikut. a) Junction ID : identitas (ID) reservoar dapat diberikan dengan maksimal 15 karakter. b) X-koordinat : secara otomatis akan terisi dari posisi horizontal junction yang ada atau denan pengisian manual, maka posisi junction akan berpindah dengan sendirinya. c) Y-koordinat : sama dengan Xkoordinat, hanya pergeseran ke arah vertikal. d) Total head : tinggi tekanan pada titik reservoar yang biasanya diisikan dengan tinggi elevasi titik reservoar. Data yang diisikan pada pipa adalah sebagai berikut. a) Pipa ID label pipa digunakan untuk identitas pipa perletakan pipa. b) Star node : titik awal node pipa, dalam pembuatan titik awal node sebaiknya dimulai dari titik perkiraan arah aliran dalam pipa. c) End node : titik akhir node pipa. d) Length : panjang pipa. e) Diameter : diameter pipa. f) Roughness : koefisien kekasaran pipa. g) Loss koefisien : koefisien kehilangan tekanan di aksesoris pipa, jika dimasukkan 0 maka minor losses diabaikan. h) Initial status : menentukan status keadaan pipa apa tertutup, terbuka aliran pipa hanya satu arah (open, closed, atau dipasang dengan check vale ).

Dari analisis pertama, dengan program Epanet dihasilkan negative pressure yang cukup besar sehingga supply air tidak sampai di daerah Undaan Kidul. Dari analisis kedua solusi yang diberikan peneliti dengan memasang valve dan menaikkan tekanan (memasang pompa dengan karakteristik tertentu) sehingga ketika program Epanet dijalankan dihasilkan positive pressure sehingga supply air dapat sampai di Undaan Kidul. KESIMPULAN Berdasarkan analisis yang telah dilakukan dengan program Epanet dapat disimpulkan sebagai berikut. a. Agar supply air sampai di Kelurahan Undaan Kidul tekanan diperbesar yaitu dengan memasang pompa dengan karakteristik tertentu. b. Perlu dipasang valve agar supply air sampai di Kelurahan Undaan Kidul. c. Perlu dipasang meter induk di tiap-tiap wilayah guna mengetahui debit yang masuk maupun yang keluar. UCAPAN TERIMA KASIH Penelitian diperlukan ketekunan, keseriusan untuk mencapai suatu hasil yang maksimal, disamping dana yang tidak sedikit kadangkadang juga menjadi kendala dalam keberhasilan dan kelanjutan penelitian tersebut, untuk selanjutnya diterapkan dalam masyarakat industri. Dalam penelitian ini atas nama tim peneliti mengucapkan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada berbagai pihak yang telah mendukung pelaksanaan penelitian ini, antara lain Polines yang telah membiayai penelitian ini, dan UP2M Polines yang telah membantu terselenggaranya penelitian, dan para anggota tim peneliti yang telah bekerja untuk proses penelitian.

ANALISIS JARINGAN PIPA PDAM KABUPATEN KUDUS DI KELURAHAN (Leily Fatmawati)

43

DAFTAR PUSTAKA Trihatmodjo. 1996. Hidrolika I, Cetakan ke-4 . Yogyakarta: Beta Offset. Frank M. White. 1994. Mekanika Fluida I, Cetakan ke-2. JakartaL: Penerbit Erlangga. Bambang

Lewis A. Rossman. 2004. EPANET 2, Cetakan ke-1. National Risk Management Research Laboratory Office of Research and Development U.S Environmental Protection Agency Cincinnati, OH 45268.

44

Wahana TEKNIK SIPIL Vol. 13 No. 1 April 2008: 31 - 44

Anda mungkin juga menyukai