Anda di halaman 1dari 3

Aplikasi Hormonal untuk Terapi Kegagalan Reproduksi/Breeding Program

Posted: 15th November 2012 by Rani Rehulina Tarigan in genetika ikan

8 PENDAHULAUAN Peningkatan produksi dalam kegiatan budidaya perairan pada perairan tawar erat kaitannya dengan peranan produksi benih ikan air tawar itu sendiri. Namun demikian, produksi benih ikan memiliki kendala tersendiri dalam upaya pemenuhan permintaannya. Salah satu kendalanya yaitu pemijahan induk yang tergantung musim. Selama ini solusi yang dilakukan untuk menanggulanginya yakni dengan melakukan pemijahan buatan dengan teknik induce breeding. Teknik ini menggunakan rangsangan hormonal yang disuntikkan kepada ikan yang akan dipijahkan. Teknik ini telah digunakan dan menjadi trend di kalangan pembudidaya maupun petani ikan. Ikan-ikan yang telah berhasil dipijahkan memalui teknik tersebut sudah banyak, sebagai contoh pada ikan konsumsi yaitu, ikan mas, lele, dll. Sedangkan pada ikan hias yaitu ikan redfin, botia, balashark, dll. Hormon merupakan mediator kimia yang mengatur aktivitas sel/organ tertentu. Dahulu sekresi hormonal dikenal dengan cara dimana hormon disintesis dalam suatu jaringan diangkut oleh sistem sirkulasi untuk bekerja pada organ lain disebut sebagai fungsi Endokrin. Ini bisa dilihat dari sekresi hormon Insulin oleh pulau Langerhans Pankreas yang akan dibawa melalui sirkulasi darah ke organ targetnya sel-sel hepar. Rangsangan hormonal (rekayasa hormonal) umumnya menggunakan bahan perangsang berupa ovaprim untuk pemijahan buatan. Ovaprim adalah produk impor yang dibuat oleh Syndel Laboratories Ltd, Kanada. Namun penggunaan ovaprim sendiri memiliki beberapa kendala yaitu harganya yang relatif mahal dan juga sulit diperoleh. Karenanya, untuk memenuhi kebutuhan bahan perangsang untuk pemijahan buatan dapat dibuat suatu alternatif berupa larutan premiks yang terdiri dari komponen-komponen yang memiliki fungsi yang sama dengan ovaprim (Permana, 2009). ISI Hormon merupakan bahan kimia yang disekresikan ke dalam cairan tubuh oleh satu sel atau sekelompok sel dan dapat mempengaruhi fisiologi sel-sel tubuh. Hormon akan bekerja sesuai dengan reseptornya. Masing-masing reseptor pada sel berbeda-beda, ada yang terdapat pada membran sel, sitoplasma dan inti sel. Di dalam inti akan diekspresikan sesuai dengan cetakan gennya. Gen merupakan sepotong DNA yang akan menyandikan rantai polipeptida dan RNA. Tidak semua gen diekspresikan secara tepat dalam bentuk polipeptida. Ekspresi gen oleh masing-masing hormon akan menunjuk (Tanjung, 2003).

Perangsangan pemijahan dengan bantuan hormon telah dilakukan sejak tahun 1930-an melalui teknik hipofisasi (Matty, 1985). Setelah itu beberapa puluh tahun kemudian mulai digunakan hormon lain seperti HCG, LH-RH, GnRG analog sintetis dan lain-lain. LH-RH digunakan pada ikan jambal siam (Ernawati, 1999). GnRH digunakan untuk merangsang pemijahan ikan brown trout dengan dosis 10 g/kg (Mylonas et al. 1992). HCG digunakan untuk merangsang pemijahan pada ikan koki (Carman, 1991). Secara genetis, jenis kelamin ditentukan oleh gonosom atau kromosom kelamin. Hal ini telah ditetapkan semenjak terjadinya pembuahan. Namun demikian pada masa-masa awal sebelum diferensiasi kelamin, faktor lingkungan sangat berperan dalam mengarahkan ekspresi gen (fenotipe) tanpa mengubah genotipenya. Dengan demikian, pada akhirnya jenis kelamin suatu organisme ditentukan secara bersama oleh gen dan lingkungan. Yamazaki (1983) menyatakan bahwa fisiologi seksual dapat dimanipulasi dengan menggunakan hormon steroid. Hormon steroid dapat memanipulasi proses diferensiasi gonad, gametogenesis, ciri-ciri kelamin sekunder, ovulasi dan spermiasi. Tingkat keberhasilan penggunaan hormon dalam pengerahan kelamin dipengaruhi oleh beberapa hal antara lain jenis hormon, lama perlakuan, metoda, fase benih/embrio, suhu, teknik perlakuan dan lain-lain.Manipulasi hormon merupakan salah satu teknik yang dapat digunakan untuk menginduksi kematangan gonad, ovulasi, dan pemijahan (Abdullah 2007). Berbagai jenis hormon terdapat pada tubuh ikan, salah satu yang dapat memicu terjadinya ovulasi adalah LHRH (Leutinizing Hormone Releasing Hormone), yaitu hormon dari golongan protein yang dihasilkan oleh hipotalamus. Salah satu produk yang menggunakan prinsip tersebut adalah ovaprim-C. Ovaprim-C merupakan produk yang dikeluarkan oleh Syndel Laboratories, Ltd dengan kandungan 20 g salmon gonadotropin hormon releasing hormon (sGnRH) (D-Arg6,Trp7,Leu8,Pro9 Net)-LH-RH dan 10 mg domperidone, dopamin antagonis (Nandeesha et al. 1990). Beberapa kegunaan ovaprim yaitu menekan musim pemijahan, merangsang pematangan gonad sebelum musim pemijahan normal, memaksimalkan potensi reproduksi, dan mempersingkat periode pemijahan (Sumantri 2006). Aromatase merupakan anggota dari sitokrom P450 yang berisi enzim kompleks. Enzim ini mengkatalisis tahap akhir proses pembentukan estrogen yaitu hidrosilaksi androstenedion menjadi estron dan testosteron menjadi estradiol 17.selain itu ada juga 17 -Metiltestosteron 17-Metiltestosteron merupakan hormon androgen yang sangat umum digunakan dalam produksi ikan nila kelamin jantan. Pemakaiannya dapat diterapkan baik secara oral melalui penggunaan pakan, maupun dengan perendaman (dipping). Contoh pemanfaatan hormon tersebut adalah pada pengubahan kelamin ikan nila dari jantan menjadi betina secara fungsional nampaknya merupakan suatu lternatif pemecahan masalah kekurangan stok betina. Induk betina hasil pembetinaan yang digunakan dalam produksi akan juga bermanfaat untuk meningkatkan produksi benih nila jantan. Hormon yang paling sering digunalan adalah Estradiol-17. Carman (1998) menyatakan bahwa Estradiol-17 dapat digunakan untuk mengubah kelamin ikan nila baik melalui teknik perendaman maupun melalui oral.

Target akhir dari penggunaan teknik ini adalah mendapatkan benih nila jantan tanpa penggunaan hormon. Dalam program produksi nila jantan YY (supermale), hormon Estradiol- 17 digunakan untuk menghasilkan nila XY dan YY. Tulisan ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran tentang kegiatan yang dilakukan BBAT Sukabumi dalam program produksi nila kelamin jantan melalui hibridisasi, sex reversal dengan hormon 17-Metiltestosteron dan program produksi nila jantan YY (supermale) (Sucipto, 2003). KESIMPULAN Hormon merupakan mediator kimia yang mengatur aktivitas sel / organ tertentu Manipulasi hormon merupakan salah satu teknik yang dapat digunakan untuk menginduksi kematangan gonad, ovulasi, dan pemijahan

Anda mungkin juga menyukai