Anda di halaman 1dari 12

HAK, KEWAJIBAN DAN PERAN SERTA MASYARAKAT

8.1 Hak dan Kewajiban Masyarakat Di dalam Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, penyelenggaraan penataan ruang dilakukan oleh pemerintah dengan melibatkan berbagai unsur seperti masyarakat, pihak swasta, dunia usaha, kelompok profesi, LSM yang selanjutnya disebut dengan peranserta masyarakat. Peranserta masyarakat merupakan hal yang sangat penting dalam penataan ruang, karena pada akhirnya hasil dari penataan ruang adalah untuk kepentingan seluruh lapisan masyarakat serta untuk tercapainya tujuan penataan ruang, yaitu terselenggarakannya pemanfaatan ruang berwawasan lingkungan, terselenggaranya pengaturan pemanfaatan ruang kawasan lindung dan budidaya, serta tercapainya pemanfaatan ruang yang berkualitas. Peran serta masyarakat dalam penataan ruang sebagaimana tersebut di atas, dituangkan dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 69 Tahun 1996 tentang Pelaksanaan Hak dan Kewajiban Serta Bentuk dan Tata Cara Peranserta Masyarakat Dalam Penataan Ruang, dimana didalamnya diatur mengenai : Pelaksanaan hak dan kewajiban masyarakat dalam proses penataan ruang ; Bentuk peranserta masyarakat dalam proses penataan ruang ; Tata cara peranserta masyarakat dalam proses penataan ruang, dan ; Pembinaan peranserta masyarakat dalam proses penataan ruang. Penataan ruang adalah proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang. Sedangkan pemberdayaan masyarakat dalam penataan ruang adalah keterlibatan dan mengambil peran secara aktif dalam proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang. Kegiatan sebagaimana tersebut di atas diperjelas lagi dalam Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 9 Tahun 1998.

RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SOLOK SELATAN

VIII-1

Sejalan dengan sifat peran serta masyarakat di atas, pada intinya terdapat 6 (enam) manfaat lain terhadap adanya peran serta masyarakat tersebut, antara lain adalah : a. Sebagai proses pembuatan suatu kebijakan, karena masyarakat sebagai kelompok yang berpotensi menanggung konsekuensi dari suatu kebijakan memiliki hak untuk konsultasi (rights to consult). b. Sebagai suatu strategi, dimana melalui peran serta masyarakat suatu kebijakan pemerintah akan mendapatkan dukungan dari masyarakat sehingga keputusan tersebut memiliki kredibilitas (credible). c. Peran serta masyarakat juga ditujukan sebagai alat komunikasi bagi pemerintah yang dirancang untuk melayani masyarakat untuk mendapatkan masukan dan informasi dalam pengambilan keputusan, sehingga melahirkan keputusan yang responsif. d. Peran serta masyarakat dalam penyelesaian sengketa atau konflik, dimana perlu didayagunakan sebagai suatu cara untuk mengurangi atau meredakan konflik melalui usaha pencapaian konsensus dari pendapat-pendapat yang ada. Asumsi yang melandasi persepsi tersebut adalah dengan bertukar pikiran maupun pandangan dapat meningkatkan pengertian dan toleransi serta mengurangi rasa ketidakpercayaan (mistrust) dan kerancuan. e. Pengidentifikasi berbagai potensi dan masalah pembangunan termasuk bantuan untuk memperjelas hak atas ruang di wilayah dan termasukpula pelaksanaan tata ruang kawasan. f. Pemberi informasi, saran, pertimbangan, atau pendapat dalam menyusun strategi dan struktur pemanfaatan ruang wilayah kabupaten. Dari uraian mengenai bentuk dan sifat peran serta masyarakat di atas, akan memberikan gambaran lebih jelas bagaimana kebijakan peran serta masyarakat di dalam penataan ruang wilayah Kabupaten Solok Selatan, pemanfaatan ruang, peninjauan kembali rencana tata ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang.

RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SOLOK SELATAN

VIII-2

8.2 Ketentuan Hak dan Kewajiban Masyarakat Dalam Proses Penataan Ruang Hak dan kewajiban masyarakat dalam penataan ruang mencakup hak dan kewajiban dalam proses perencanaan penataan ruang, pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang. Dalam proses perencanaan tata ruang, hak dan kewajiban masyarakat adalah : 1. Memperoleh informasi secara mudah 2. Memberikan bantuan pemikiran dan pertimbangan dalam perencanaan tata ruang 3. Memberikan bantuan teknik dalam perencanaan tata ruang Dalam proses pemanfaatan ruang, hak dan kewajiban masyarakat dapat dilakukan melalui pelaksanaan program dan kegiatan pemanfaatan ruang yang sesuai dengan RTRW meliputi : 1. Pemanfaatan ruang daratan dan ruang udara berdasarkan RTRW yang telah ditetapkan 2. Bantuan pemikiran dan pertimbangan berkenaan dengan pelaksanaan pemanfaatan ruang 3. Bantuan teknik dan pengelolaan dalam pemanfaatan ruang 4. Penyelenggaraan kegiatan pembangunan berdasrkan RTRW 5. Konsolidasi pemanfaatan lahan, air dan sumberdaya alam lainnya untuk tercapainya pemanfaatan ruang yang berkualitas 6. Perubahan dan pelestarian pemanfaatan ruang sesuai dengan RTRW 7. Pemberian masukan untuk penetapan lokasi pemanfaatan ruang dan kegiatan menjaga, memelihara, dan meningkatkan kelestarian fungsi lingkungan hidup. Hak dan kewajiban masyarakat dalam proses pengendalian pemanfaatan ruang dapat dilakukan melalui : 1. Pengawasan dalam bentuk pemanfaatan ruang dan pemberian informasi atau laporan pelaksanaan pemanfatan ruang 2. Bantuan pemikiran atau pertimbangan berkenaan dengan penertiban pemanfaatan ruang. 8.3 Peran Serta Masyarakat Peran serta masyarakat dalam penataan ruang ini merupakan bagian yang sangat penting, bahkan pemerintah mengeluarkan peraturan khusus mengenai peran serta masyarakat tersebut, yaitu Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1996 Tentang

RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SOLOK SELATAN

VIII-3

Pelaksanaan Hak dan Kewajiban, Serta Bentuk dan Tata Cara Peran Serta Masyarakat dalam Penataan Ruang (PP Peran Serta Masyarakat). Definisi peran serta masyarakat menurut Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1996 (PP Peran Serta Masyarakat) tersebut adalah berbagai kegiatan masyarakat yang timbul atas kehendak dan keinginan sendiri di tengah masyarakat untuk berminat dan bergerak dalam penyelenggaraan penataan ruang. Di dalam Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1996 (PP Peran Serta Masyarakat) diatur mengenai hak masyarakat terhadap kegiatan penataan ruang, yaitu : a. Berperan serta dalam proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang. b. Mengetahui secara terbuka rencana tata ruang wilayah, rencana tata ruang kawasan, rencana rinci tata ruang kawasan. c. Menikmati manfaat ruang dan atau pertambahan nilai ruang sebagai akibat dari proses penataan ruang. d. Memperoleh penggantian yang layak atas kondisi yang dialami sebagai akibat pelaksanaan pemanfaatan atau pelaksanaan kegiatan pembangunan. Pelaksanaan kewajiban masyarakat dalam kegiatan penataan ruang yang wajib untuk dipatuhi, adalah sebagai berikut : a. Berperan serta dalam memelihara kualitas ruang; b. Berlaku tertib dalam keikutsertaannya dalam proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan mentaati rencana tata ruang yang telah ditetapkan. Sedangkan bentuk peran serta masyarakat yang terdapat dalam penataan ruang wilayah kabupaten adalah : a. Pemberian masukan dalam penentuan arah pengembangan wilayah kabupaten yang ditetapkan. b. Pengidentifikasian berbagai potensi dan masalah pembangunan, termasuk bantuan untuk memperjelas hak atas ruang wilayah kabupaten. c. Pemberian informasi, saran, pertimbangan atau pendapat dalam penyusunan strategi dan arahan kebijakan pemanfaatan wilayah kabupaten. d. Pengajuan keberatan terhadap rancangan rencana tata ruang wilayah kabupaten. e. Kerjasama dalam penelitian dan pengembangan. f. Bantuan tenaga ahli.

RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SOLOK SELATAN

VIII-4

Bentuk peran serta masyarakat di atas berlaku sama terhadap peran serta masyarakat di daerah kabupaten. Namun, perlu digarisbawahi bahwa bentuk-bentuk peran serta yang ditawarkan di dalam PP tersebut tidak menyangkut sama sekali peran serta masyarakat dalam pembuatan keputusan, sehingga sifatnya masih bersifat konsultatif. Sedangkan kewajiban pemerintah sehubungan dengan peran serta masyarakat ini bahwa pemerintah menyelenggarakan pembinaan untuk menumbuhkan serta mengembangkan kesadaran, memberdayakan dan meningkatkan tanggung jawab masyarakat dalam penataan ruang melalui : a. Memberikan pelatihan; b. Menyebarluaskan semua informasi mengenai proses penataan ruang kepada masyarakat secara terbuka; c. Mengumumkan dan menyebarluaskan rencana tata ruang kepada masyarakat; d. Menghormati hak yang dimiliki oleh masyarakat; e. Memberikan penggantian yang layak kepada masyarakat atas kondisi yang dialaminya sebagai akibat pelaksanaan kegiatan pembangunan yang sesuai dengan rencana tata ruang; f. Melindungi hak masyarakat untuk berperan serta dalam proses perencanaan tata ruang, menikmati pemanfaatan ruang yang berkualitas dan pertambahan nilai ruang akibat rencana tata ruang yang ditetapkan serta dalam mentaati rencana tata ruang; g. Memperhatikan dan menindaklanjuti saran, usul, atau keberatan dari masyarakat dalam rangka peningkatan mutu penataan ruang. Meskipun dalam pembagian peran sebagaimana diuraikan di atas, ternyata belum menempatkan masyarakat secara setara atau memiliki posisi tawar yang sama antara masyarakat dan pemerintah. Untuk meningkatkan peran serta masyarakat dalam penataan ruang, selain masyarakat mengetahui Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten dari Lembaran Daerah Kabupaten, pemerintah Kabupaten berkewajiban mengumumkan dan menyebarluaskan rencana tata ruang yang telah ditetapkan tersebut melalui penempelan/pemasangan peta rencana tata ruang yang bersangkutan pada tempatdan menyelenggarakan penyuluhan, bimbingan, dorongan, pengayoman, pelayanan, bantuan teknik, bantuan hukum, pendidikan dan atau

RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SOLOK SELATAN

VIII-5

tempat umum yang mudah diakses masyarakat dan kantor-kantor yang secara fungsional menangani rencana tata ruang tersebut. Sedangkan tata cara peran serta masyarakat dalam proses penataan ruang atau kawasan dilaksanakan dengan pemberian saran, pertimbangan, pendapat, tanggapan, keberadaan, masukan terhadap informasi tentang arah pengembangan, potensi, dan masalah, serta rancangan rencana tata ruang, baik secara lisan maupun tertulis dan ditujukan kepada bupati. Kesemuanya itu dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Tabel 8.1 : Tata Cara Peran Serta Masyarakat Dalam Penataan Ruang Wilayah Penataan Ruang Perencanaan Provinsi (termasuk kawasan strategis) 1. Saran 2. Pertimbangan 3. Tanggapan 4. Keberatan 5. Masukan (semua dilakukan secara lisan atau tertulis kepada Gubernur) Dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku (pelaksanaan diatur lebih lanjut oleh Gubernur) Kabupaten 1. Saran 2. Pertimbangan 3. Tanggapan 4. Keberatan 5. Masukan (semua dilakukan secara lisan atau tertulis kepada Bupati) Dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan yang berlaku (pelaksanaan dikordinasikan oleh Bupati)

Pemanfaatan

Secara keseluruhan prinsip-prinsip pokok dan bentuk-bentuk peran serta masyarakat di dalam setiap proses penataan ruang wilayah diatur didalam Peraturan Pemerintah tentang hak warga negara dalam pemanfaatan ruang yang menjadi dasar dalam perumusan-perumusan peran serta masyarakat dalam proses penyusunan RTRW Kabupaten. 8.3.1 Prosedur Peran Serta Masyarakat Prosedur kemitraan yang dianut dalam pengembangan Kabupaten Solok Selatan ini adalah memposisikan pemerintah kabupaten, menjadi fasilitator dan administrator
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SOLOK SELATAN

VIII-6

pembangunan. Dengan demikian orientasi pembangunan dari top down berubah ke bottom up dan partisipatif dan juga sekaligus menciptakan kepemerintahan yang baik (good governance) dan demokratis. Berbagai program yang dapat dilakukan secara kemitraan antara para stakeholder pembangunan, kemitraan dalam pembangunan sangat penting untuk dilakukan mengingat dua hal : a. Kemitraan merupakan wujud nyata dari partisipasi masyarakat dan swasta dalam proses pembangunan; b. Kemitraan merupakan cara yang tepat untuk mengefisienkan belanja pemerintah (government expenditure) di sektor pembangunan; c. Selain kepentingan praktis, kemitraan swasta juga didukung oleh instrumen hukum yang mendukung terselenggaranya kerjasama pelaku pembangunan; Pola kerjasama pemerintah dan swasta dalam kemitraan tersebut sangat membantu dalam mewujudkan pembangunan daerah. Beberapa pertimbangan yang mendasari kerjasama ini, yaitu: a. Pihak Pemerintah Kabupaten Solok Selatan: b. Di era otonomi daerah ini beban Pemerintah Kabupaten Solok Selatan semakin tinggi khususnya dalam proses pemanfaatan sumberdaya keuangan, administrasi dan manajemen; 1. Terbatasnya anggaran pembangunan untuk daerah; 2. Terbatasnya tenaga profesional untuk mengembangkan dan mengelola potensi daerah. c. Pihak Swasta: 1. Sektor swasta dapat memenuhi kebutuhan yang belum tertangani oleh Pemerintah Daerah, tanpa mengambil alih peran Pemerintah Daerah; 2. Pelayanan swasta itu amat bervariasi, swasta juga dianggap luwes; 3. Dengan masuknya swasta, maka persaingan akan lebih tumbuh; 4. Efisiensi diperkirakan lebih baik. Ada beberapa skema kerjasama yang dapat terbentuk melalui mekanisme kemitraan pemerintah dan swasta/lembaga ekonomi masyarakat. Bentuk kerjasama yang sering dilakukan dan dibenarkan secara hukum adalah: a. b. c. d. Kontrak Pelayanan (service contract); Kontrak Manajemen (management contract); Kontrak Sewa (lease contract); Konsesi (concession);
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SOLOK SELATAN

VIII-7

e. 8.4

BOT (Built Operation Transfer). Kelembagaan Penataan Ruang memberikan dampak kepada seluruh penduduk, paling tidak

penduduk pada suatu wilayah perencanaan, sehingga penduduk atau masyarakat menjadi faktor kunci bagi kegiatan penataan ruang, dan sasaran dari manfaat yang akan dicapai. Selama ini upaya pengelolaan Penataan Ruang cenderung hanya dari atas (top down), bukan dari bawah, dengan melibatkan masyarakat, hal ini merupakan fakta, karena ketersediaan dana berada pada sistem anggaran pemerintah, begitu pula halnya dengan mekanisme penyelenggaraannya. Kelibatan masyarakat masih terbatas pada tahap pemenuhan persyaratan atau formalitas saja, dan kalau kemudian akan muncul keseragaman produk, itu karena mengabaikan keberagaman karakteristik wilayah maupun budaya masyarakat, sehingga produk tersebut kurang bisa memberi manfaat yang jelas untuk dapat dipedomani. Semestinya harus sudah dimulai bahwa proses penyelenggaraan penataan ruang dipandang sebagai proses demokratisasi, karenanya penataan ruang harus sudah dianggap dan merupakan hak seluruh warga masyarakat, karena langsung bersentuhan dengan kehidupan masyarakat. Pada era otonomi dan desentralisasi, memberikan ruang yang lebih leluasa kepada pemerintah daerah bersama masyarakat untuk menyelenggarakannya. 8.4.1 Kebijakan Kelembagaan Penataan Ruang Berdasarkan Undang-undang No. 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang, menyebutkan bahwa Penataan Ruang bertujuan untuk terselenggaranya pemanfaatan ruang berwawasan lingkungan yang berlandaskan wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional, terselenggaranya pengaturan pemanfaatan ruang kawasan lindung dan budidaya , dan terciptanya pemanfaatan ruang yang berkualitas. Sedangkan secara hirarki penataan ruang terbagi atas Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi dan Ruang Wilayah Kabupaten/Kota. Dimana kelembagaan dalam penyelenggaraan kewenangan dan pembinaan penataan ruang di Tingkat Nasional dilaksanakan oleh Menteri yang ditunjuk, di Tingkat Provinsi dilaksanakan oleh Gubernur dan Tingkat Kabupaten/Kota dilaksanakan oleh Bupati/Walikota. Sedangkan untuk penataan ruang kawasan tertentu (kawasan strategi dan diprioritaskan bagi kepentingan nasional) penyusunan rencana tata
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SOLOK SELATAN

VIII-8

ruangnya dikoordinasikan oleh Menteri yang ditunjuk, dengan arahan pengelolaannya sebagai bagian dari Rencana Tata Ruang Wilayah/Provinsi dilaksanakan oleh Gubernur, dan yang merupakan bagian dari rencana tata ruang wilayah Kabupaten/Kota oleh Bupati/Walikota. Dalam menterpadukan penataan ruang pada semua tingkatan, yang bertugas mengkoordinasikan penataan ruang, dapat dilihat pada tabel 8.2. di bawah: Tabel 8.2 Koordinatorisasi Penataan Ruang Tingkatan Penataan Ruang Nasional Penataan Ruang Provinsi Kawasan Tertentu yang menjadi Bagian dari RTRW Provinsi Penataan Ruang Kabupaten/Kota Kelembagaan Penyelenggaraan Kewenangan Pembinaan Penyelenggaraan Kewenangan Pembinaan Perencanaan Ruang Arahan Pengelolaan Pelaksanaan Menteri Koordinasi Presiden

Gubernur

Menteri

Tata Gubernur

Menteri

Bupati/Walikota Penyelenggaraan Kewenangan Pembinaan Perencanaan Tata Bupati/Walikota Ruang Arahan Pengelolaan Bupati/Walikota

Gubernur

Kawasan Tertentu yang menjadi Bagian dari RTRW Kab/Kota

Menteri

Sumber : Undang-undang No. 26 Tahun 2007

Untuk memantapkan koordinasi dan pengelolaan kegiatan penataan ruang di semua tingkatan, dikeluarkan Keppres No. 62 Tahun 2000 Tentang Koordinasi Penataan Ruang Nasional (BKPRN) dan Instruksi Menteri Dalam Negeri (Mendagri) No. 19 Tahun 1996 Tentang Pembentukan Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah (BKPRD) Tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota. BKPRN mengkoordinasikan penyelenggaraan Penataan Ruang Nasional agar sejalan dengan RTRWN, dengan terbentuknya BKPRD akan membantu Gubernur, dan Bupati/Walikota dalam merumuskan kebijakan Penataan Ruang di wilayah masingmasing. Dalam melaksanakan tugasnya BKPRD Provinsi bertanggung jawab kepada

RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SOLOK SELATAN

VIII-9

Gubernur sedangkan BKPRD Kab/Kota bertanggung jawab kepada Bupati/Walikota dalam menyelenggarakan fungsi Penataan Ruang sebagaimana tersebut di atas dengan melibatkan/peranserta masyarakat, sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 8 Tahun 1998 Tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang di Daerah dan Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 9 Tahun 1998 Tentang Tata Cara PSM Dalam Proses Perencanaan Tata Ruang di Daerah, maupun Peraturan Pemerintah No. 69 Tahun 1996 tentang Pelaksanaan Hak dan Kewajiban serta Bentuk dan Tata Cara PSM dalam Penataan Ruang. 8.4.2 Organisasi Kelembagaan Penataan Ruang Sebagaimana terkandung dalam Keputusan Presiden No. 62 Tahun 2000 tentang Koordinasi Penataan Ruang Nasional, dan Instruksi Menteri Dalam Negeri No. 19 Tahun 1996 tentang Pembentukan Badan Koordinasi Penataan Ruang di daerah. Organisasi Kelembagaan Penataan Ruang sebagaimana tersebut di atas, khususnya untuk tingkatan pemerintahan kabupaten adalah sebagai berikut : Pembentukan BKPRD Kabupaten ditetapkan dengan Surat Keputusan Bupati/Walikota dengan susunan anggota sebagai berikut : a. b. c. d. e. Penanggung Jawab Ketua Wakil Ketua Sekretaris Anggota : Bupati : Kepala Bappeda Kabupaten : Kepala Dinas Tata Ruang/Pekerjaan Umum Kabupaten (disesuaikan dengan kondisi daerah) : Kabid Fisik dan Prasarana Bappeda Kabupaten : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Kepala Kantor Pertanahan Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan Ka. Bagian Penyusunan Program Kabag Hukum Kabag Ekonomi Kadinas Kehutanan Kas Dam Instansi terkait Kabupaten

RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SOLOK SELATAN

VIII-10

Untuk kelancaran pelaksanaan tugas BKPRD Kabupaten, perlu dibutuhkan Tim Teknis/Pokja Tata Ruang Daerah Kabupaten, dengan susunan anggota sebagai berikut: a. b. c. d. Ketua Wakil Ketua Sekretaris Anggota : : : : Kabid Fisik & Prasarana Bappeda Kabupaten Kasi Dinas Tata Ruang, Dinas PU (sesuai dengan kondisi di daerah) Kasi tata Ruang Bappeda Kabupaten 1. Unsur Bappeda Kabupaten 2. 3. 4. 5. 6. 7. Unsur Dinas Tata Ruang/PU (sesuai dengan kondisi daerah Unsur Kantor Pertanahan Unsur Dinas Kehutanan Unsur Pakar Unsur Organisasi Profesi Unsur Dinas Terkait di Kabupaten

RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SOLOK SELATAN

VIII-11

Anda mungkin juga menyukai