Anda di halaman 1dari 4

BAB 1 PENDAHULUAN 1.

1 LATAR BELAKANG Kala tiga persalinan merupakan jangka waktu sejak bayi lahir hingga keluarnya plasenta dan selaput ketuban dengan lengkap. Seiring dengan bertambahnya durasi kala tiga, terutama jika lebih dari 30 menit, akan meningkatkan resiko perdarahan pasca perlahiran (Baston, 2011). Perdarahan merupakan resiko utama bagi ibu selama atau setelah pelepasan plasenta dan retensi plasenta (Burhan, 2003). Paritas 2 3 merupakan paritas paling aman ditinjau dari sudut kematian maternal. Paritas 1 dan parita tinggi (lebih dari 3) mempunyai angka kematian maternal yang lebih tinggi. Lebih tinggi paritas, lebih tinggi angka kematia maternal (Prawirohardjo, 2005). Fuchs (1985) melaporkan hasil akhir pada hampir 5800 wanita para 7 atau lebih, melaporkan bahwa insiden perdarahan postpartum sebesar 2,7 persen pada para wanita ini meningkat empat kali lipat dibandingkan dengan populasi obstetri umum. Babinszki dkk, (1999) melaporkan insiden perdarahan postpartum sebesar 0,3 persen pada mereka dengan para 4 atau lebih (Cunningham,2004). Berdasarkan data Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007 menyebutkan bahwa AKI di Indonesia sebesar 228 per 100.000 kelahiran hidup (Profil Kesehatan Jatim 2011). Berdasarkan Profil Data Kesehatan Indonesia tahun 2011 menyatakan bahwa Angka Kematian Maternal (AKM) tahun 2008 di Indonesia mencapai 240 per 100.000 kelahiran hidup. Angka tersebut masih jauh dari target RPJMN tahun 2014 sebesar 118 per 100.000 kelahiran hidup dan target MDGs sebesar 102 per 100.000 kelahiran hidup tahun 2015 (Profil Kesehatan Jatim 2011). Angka Kematian Ibu tertinggi di Indonesia tahun 2010 terdapat pada Propinsi Jawa Barat 19,9%, Jawa Tengah 15,3%, NTT 5,6%, Banten 4,7%, dan kemudian disusul oleh Jawa Timur 4,3% yang menemati peringkat ke-5. Penyebab kematian di Indonesia masih didominasi oleh perdarahan 27%, eklampsia 23%, infeksi 11%, komplikasi nifas 8%,emboli obstetric 5%, trauma obstetric 5%, partus macet 5%, abortus 5%, dan lain-lai mencapai 11% (Hernawati,2011). Berdasarkan Laporan Kematian Ibu (LKI) Kabupaten/Kota se Jawa Timur, AKI di Provinsi Jawa Timur pada tahun 2006 sampai dengan tahun 2011 ada kecenderungan meningkat. AKI pada tahun 2006 ada 72 per 100.000 kelahiran hidup sedangkan pada tahun 2011 pada posisi 104,3 per 100.000 kelahiran hidup. Bila dibandingkan dengan target MDGs sebesar 102 per 100.000 kelahiran hidup, maka kondisi tersebut sudah mendekati target. Berdasarkan profil kesehatan Jawa Timur 2011 menyatakan bahwa penyebab kematian ibu di Jawa Timur meliputi perdarahan 29,35 %, pre/eklampsi 27,27 %, 6,06 % infeksi, 15,47 % jantung, 21,85 % lain-lain (Profil Kesehatan Jatim 2011). Angka kematian ibu di Kota Blitar dilaporkan terus mengalami peningkatan. Menurut data Profil Profinsi Jawa Timur 2010, angka kematian ibu pada tahun 2010 di Kota Blitar mencapai 1 kasus dari 1943 kelahiran hidup (Profil Profinsi Jatim,2010). Angka tersebut terus mengalami

peningkatan, berdasarkan data Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur tahun 2011 menyatakan jumlah kematian ibu di Kota Blitar tahun 2011 mencapai 2 kasus kematian dari 1965 kelahiran hidup (Profil Kesehatan Jawa Timur,2011). Dinas Kesehatan Kota Blitar menyatakan bahwa angka kematian ibu 2012 mencapai 339,31 %, menurut data Dinas Kesehatan Kota Blitar periode 1 Januari 2012 sampai dengan 31 Desember 2012 ditemukan 7 kasus kematian ibu dari 2069 kelahiran hidup, yang tersebar dalam 3 wilayah puskesmas antara lain: Puskesmas Kepanjenkidul 4 kasus, Puskesmas Sananwetan 2 kasus, dan Puskesmas Sukorejo 1 kasus. Penyebab kematian ibu di Kota Blitar tahun 2012 disebabkan oleh perdarahan 2 kasus, preeklampsi 2 kasus, jantung 1 kasus, lain-lain mencapai 2 kasus (Dinas Kesehatan Kota Blitar, 2012). Penyebab langsung kematian ibu antara lain pendarahan, pre/eklamsia, partus lama, komplikasi aborsi dan infeksi (Kementerian Kesehatan RI, 2009)(Profil Kesehatan Jatim 2011). Perdarahan pasca persalinan adalah komplikasi yang terjadi pada tenggang waktu diantara persalinan dan masa pasca persalinan. Faktor predisposisinya antara lain adalah anemia, yang berdasarkan prevalensi di negara berkembang merupakan penyebab paling bermakna kejadian perdarahan pasca persalinan. Penyebab perdarahan yang paling sering adalah atonia uteri serta retensio plasenta, penyebab lain kadang kadang adalah laserasi servik atau vagina, rupture uteri dan inversi uteri. (Prawirohardjo,2008) Retensio plasenta adalah tertahannya atau belum lahirnya plasenta hingga atau melebihi waktu 30 menit setelah bayi lahir (Saifuddin,2008). Pada beberapa kasus dapat terjadi retensi plasenta berulang (habitual retensio plasenta). Plasenta harus dikeluarkan karena dapat menimbulkan bahaya perdarahan, infeksi karena sebagai benda mati, plasenta inkaserata, polip plasentadan terjadi degenerasi ganas korio karsinoma (Manuaba,dkk,2010). Beberapa predisposisi terjadinya retensio plasenta adalah: (1) grandemultipara, (2) kehamilan ganda sehingga memerlukan implantasi plasenta yang agak luas, (3) kasus infertilitas karena lapisan endometriumnya tipis, (3) plasenta pevia karena dibagian isthmus uterus, pembuluh darah sedikit sehingga perlu masuk jauh kedalam, (4) adanya bekas operasi pada uterus (Manuaba,2007). Chhabra (2002) dalam Ramadhani (2011) melaporkan bahwa retensio plasenta secara potensial dapat mengancam jiwa, bukan hanhya retensionya tersebut tetapi karena berkaitan dengan perdarahan dan infeksi yang merupakan komplikasi retensio plasenta. Data dari Kastruba Hospital (India) pada tahun 2002 menunjukkan, insidensi retensio plasenta sebesar 0,008% (dua dari 23.838 kelahiran pervaginam). Lima puluh wanita datang ke rumah sakit dengan retensio plasenta dengan proses kelahiran di rumah yang di tolong oleh bidan (home deliveries) dan tiga wanita dengan retensio plasenta dengan proses kelahiran di rumah sakit. Pada 23 (32,4%) kasus terdapat wanita melahirkan preterm, 22 wanita (16,9%) memiliki riwayat operasi uterus, dan 10 wanita (14,1%) memiliki riwayat retensio plasenta sebelumnya. Berdasakan data diatas didapatkan mortalitas maternal sebesar 5,6%. Kematian perinatal sebesar 7,04%.

Rizwan,dkk (2009) menyebutkan bahwa retensio plasenta merupakan salah satu penyebab kematian di Pakistan. Terdapat 90 pasien dengan retensio plasenta dari 8782 pasien dalam periode tertentu. Frekuensi retensio plasenta terjadi pada 37,7% pada wanita kelompok usia 26 sampai 30 tahun, 26,6% pada wanita sampai usia 35 tahun, 22,2% pada wanita usia 20 sampai 25 tahun, mulai menurun antara usia 36 sampai 40 tahun, sedangkan frekuensinya meningkat pada wanita dengan paritas rendah (44,4%). Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di ruang rekam medik RSD Mardiwaluyo Blitar tanggal 9 Maret 2013 didapatkan kejadian retensio plasenta pada bulan Januari Februari 2013 sebanyak 5 orang, 2 diantaranya merupakan primipara dan 3 lainnya merupakan multipara. Berbagai upaya perlu dilakukan untuk mencegah kematian ibu, antara lain dengan mengatasi 3 terlambat: terlambat mengaenal tanda bahaya dan mengambil keputusan (P4K), terlambat merujuk (DESA SIAGA, ambulans desa suami siaga, bidan siaga, warga siaga), terlambat mendapat penanganan (mempercepat respon di fasilitas rujukan, kesiapan UGD, dll), serta mengatasi 4 terlalu: terlalu muda (penundaan usia melahirkan), terlalu tua (perencanaan kehamilan pada usia 20 35 tahun), terlalu dekat (penundaan kehamilan minimal 2 tahun dengan KB), terlalu banyak (stop kehamilan dengan KB mantap (Hernawati,2011). Berdasarkan uraian diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Hubungan Antara Paritas Dengan Kejadian Retensio Plasenta Pada Ibu Bersalin Kala III di RSD Mardiwaluyo Blitar Periode 1 Januari- 31 Desember 2012. 1.2 RUMUSAN MASALAH Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah dalam penelitian ini adalah Adakah Hubungan Antara Paritas dengan Kejadian Retensio Plasenta Pada Ibu Bersalin Kala Tiga di RSD Mardiwaluyo Blitar Periode 1 Januari- 31 Desember 2012? TUJUAN PENELITIAN 1.3.1 Tujuan Umum Mengetahui Hubungan Antara Paritas dengan Kejadian Retensio Plasenta Pada Ibu Bersalin Kala Tiga. 1.3.2 Tujuan Khusus a. Mengidentifikasi berbagai tingkat paritas ibu yang mengalami retensio plasenta pada ibu bersalin kala tiga. b. Menganalisa kejadian retensio plasenta pada ibu bersalin kala tiga. c. Menganalisa hubungan antara paritas dengan kejadian Retensio plasenta pada ibu bersalin kala tiga. MANFAAT PENELITIAN Hasil penelitian diharapkan bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan terhadap penelitian ini. 1.4.1 Bagi Peneliti Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi dan

1.3

1.4

memperluas pengetahuan peneliti tentang hubungan paritas dengan kejadian retensio plasenta pada ibu bersalin kala tiga. 1.4.2 Bagi Institusi Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi untuk pertimbangan penelitian selanjutnya terkait dengan faktor faktor yang mempengaruhi terjadinya retensio plasenta. 1.4.3 Bagi Tempat Penelitian 1.4.3.1 Sebagai bahan masukan dalam upaya antisipasi penanganan untuk menyelamatkan ibu bersalin dengan retensio plasenta. 1.4.3.2 Sebagai bahan masukan untuk meningkatkan kualitas pelayanan kebidanan dalam upaya pencegahan kehamilan pada ibu dengan paritas tinggi.

Anda mungkin juga menyukai