Anda di halaman 1dari 13

BAB I PENDAHULUAN

Iodium adalah jenis elemen mineral mikro kedua sesudah besi yang dianggap penting bagi kesehatan manusia walaupun sesungguhnya jumlah kebutuhan tidak sebanyak zat-zat gizi lainnya. Djokomoeldjanto (1993) mengatakan bahwa manusia tidak dapat membuat unsur/elemen iodium dalam tubuhnya seperti membuat protein atau gula, tetapi harus mendapatkannya dari luar tubuh (secara alamiah) melalui serapan iodium yang terkandung dalam makanan serta minuman.1 Kekurangan iodium masih menjadi masalah besar dibeberapa negara di dunia, khususnya negara-negara berkembang. Dilaporkan sekitar 38% dari jumlah penduduk dunia terkena risiko gangguan akibat kekurangan iodium. Gangguan akibat kekurangan iodium (GAKI) merupakan salah satu masalah gizi masyarakat di Indonesia. Diperkirakan 140 juta IQ point hilang akibat kekurangan iodium, karena sekitar 42 juta orang hidup di daerah endemik, 10 juta di antaranya menderita gondok, 3,5 juta menderita GAKI lain, dan terdapat 9000 bayi kretin. Kekurangan iodium dapat menyebabkan gondok, terjadinya kretinisme, menurunnya kecerdasan, gangguan pada otak, bisu-tuli, serta pada ibu hamil dapat menyebabkan keguguran dan kematian pada bayi.2 Kekurangan iodium berhubungan erat dengan jumlah iodium yang terkandung di dalam tanah yang digunakan dalam bidang pertanian di daerah yang berpengaruh. Walaupun program suplemen tambahan iodium telah mengurangi kekurangan jumlah iodium di berbagai daerah daerah di dunia, masih terlihat masalah kekurangan iodium yang serius di berbagai daerah (Brody, 1999).3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Iodium Iodium merupakan zat gizi mikro yang dibutuhkan tubuh untuk pertumbuhan dan perkembangan fisik dan mental. Sekitar 75 % dari iodium ada di dalam kelenjar tiroid yang digunakan untuk mensistesis hormon tiroksin, tetraiodotironin (T4) dan Triiodotironin (T3). Iodium secara alami terdapat pada tanah dan air. Hormon-hormon ini sangat penting selama pembentukan embrio dan untuk mengatur kecepatan metabolis dan produksi kalori atau energi disemua kehidupan. Yodium adalah penting untuk perkembangan dan pertumbuhan saraf otot pusat, pertumbuhan tulang, perkembangan fungsi otak, dan sebagian besar metabolisme sel tubuh kecuali sel otak. Yodium juga dibutuhkan untuk sel darah merah dan pernapasan sel serta menjaga keseimbangan metabolisme tubuh. (Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII, 2004) Saluran ekskresi utama iodium adalah melalui saluran kencing (urin) dan cara ini merupakan indikator utama pengukuran jumlah pemasukan dan status iodium. Tingkat ekskresi (status iodium) yang rendah (25 20 mg I/g creatin) menunjukan risiko kekurangan iodium dan bahkan tingkatan yang lebih rendah menunjukan risiko yang lebih berbahaya (Brody, 1999). Di daerah pegunungan umumnya kurang mengandung iodium karena terbawa aliran air, sungai, banjir, erosi dan lain-lain.3 Dalam saluran pencernaan, iodium dalam bahan makanan dikonversikan menjadi Iodida yang mudah diserap dan ikut bergabung dengan pool-iodida intra/ekstraseluler. Iodium tersebut kemudian memasuki kelenjar tiroid untuk disimpan. Setelah mengalami peroksidasi akan melekat dengan residu tirosin dari tiroglobulin. Struktur cincin hidrofenil dari residu tirosin adalah iodinate ortho pada grup hidroksil dan berbentuk hormon dari kelenjar tiroid yang dapat dibebaskan (T3 dan T4) Iodium adalah suatu bagian integral dari hormon tridothyronine tiroid (T3) dan thyroxin (T4). Hormon tiroid kebanyakan menggunakan, jika tidak semua, efeknya melalui pengendalian sintesis protein. Efek-efek tersebut adalah efek kalorigenik, kardiovaskular, metabolisme dan efek inhibitor pada pengeluaran thyrotropin oleh pituitary (Sauberlich, 1999).3 Kebanyakan Thyroxine (T4) dan Triidothyronine (T3) diangkut dalam bentuk terikatplasma dengan protein pembawa. Thyroxine-terikat protein merupakan pembawa hormon

tiroid utama yang beberapa di antaranya juga terikat dengan thyroxin-terikat prealbumin (Sauberlich, 1999).3 Tingkat bebasnya hormon-hormon tersebut dalam plasma dimonitor oleh hipotalamus yang kemudian mengontrol tingkat pemecahan proteolitis T3 dan T4 dari tiroglobulin dan membebaskannya ke dalam plasma darah, melalui tiroid stimulating hormon (TSH). Kadar T4 plasma jauh lebih besar dari pada T3, tetapi T3 lebih potensial dan turn overnya lebih cepat. Beberapa T3 plasma dibuat dari T4 dengan jalan deiodinasi dalam jaringan nontiroid. Sebagian besar dari kedua bentuk terikat pada protein plasma, terutama thyroidbinding-globulin (TBG), tetapi hormon yang bebas aktivitasnya pada sel-sel target. Dalam sel-sel target dalam hati, banyak dari hormon tersebut didegradasi dan iodidat dikonversikan untuk digunakan kembali kalau memang dibutuhkan.4 Menurut Ganong (1989) apabila mengkonsumsi iodium 500 mg/hari, hanya sebagian iodium (120 mg) yang masuk ke dalam kelenjar tiroid, dan dari kelenjar tiroid disekresikan sekitar 80 mg yang terdapat dalam T3 dan T4, yang merupakan hormon tiroid. Selanjutya T3 dan T4 mengalami metabolisme dalam hepar dan dalam jaringan lainnya. Sehingga dari hepar dikeluarkan sekitar 60 mg ke dalam cairan empedu, kemudian dikeluarkan ke dalam lumen usus dan sebagian mengalami sirkulasi yang lepas dari reabsorbsi akan diekskresikan bersama feses dan urin.4

2.2 Pangan Sumber Iodium


Iodium dapat diperoleh dari berbagai jenis pangan dan kandungannya berbeda-beda tergantung asal jenis pangan tersebut dihasilkan. Kandungan iodium pada buah dan sayur tergantung pada jenis tanah. Kandungan iodium pada jaringan hewan serta produk susu tergantung pada kandungan iodium pada pakan ternaknya. Pangan asal laut merupakan sumber iodium alamiah. Sumber lain iodium adalah garam dan air yang difortifikasi (Muchtadi. dkk, 1992). Hal yang sama juga dikemukakan oleh Sauberlich, (1999) bahwa makanan laut dan ganggang laut adalah sumber iodium yang paling baik. Penggunaan garam beriodium di Amerika Serikat diberikan sebagai sumber iodium penting. Di USA konsumsi garam beriodium per hari per orang mendekati 10 12 gram dimana garam tersebut mengandung 76 mg iodium per gram.4 Soehardjo (1990) mengatakan bahwa dengan mengkonsumsi pangan yang kaya iodium dapat menekan atau bahkan mengurangi besarnya prevalensi gondok. Berikut Gibson (1990)
3

menyebutkan rata-rata kandungan iodium dalam bahan makanan antara lain : Ikan Tawar 30 mg; Ikan Laut 832 mg; Kerang 798 mg; Daging 50 mg; Susu 47 mg; Telur 93 mg; Gandum 47 mg; Buah-buahan 18 mg; Kacang-kacangan 30 mg dan Sayuran 29 mg.4

Garam beryodium
Garam beryodium adalah garam yang telah diperkaya dengan KIO3 (kalsium laktat) dalam bentuk larutan pada lapisan tipis garam, sehingga diperoleh campuran yang merata sesuai Standart Nasional Indonesia (SNI). Kadar yodium dalam garam ditentukan sebesar 3080 ppm. Hal ini dikaitkan dengan jumlah garam yang dikonsumsi tiap orang per hari sekitar 6 gram atau satu sendok teh setiap hari (Depkes, 1999). Standart Nasional Indonesia (SNI) garam konsumsi ditetapkan secara wajib terhadap produsen, distributor/pedagang sesuai Kepres No. 69 tahun 1994 tentang pengadaan garam beryodium untuk melindungi kesehatan masyarakat. Sedangkan untuk menguji kualitas garam di tingkat rumah tangga menggunakan iodina test (Depkes, 1999).5

2.3 Kebutuhan Iodium


Kebutuhan iodium perhari sekitar 1-2 mikrogram per kg berat badan. perkiraan

kecukupan yang dianjurkan sekitar 40-120 mikrogram perhari untuk anak sampai sepuluh tahun dan 150 mikrogram per hari untuk orang dewasa. Untuk wanita hamil dan menyusui dianjurkan tambahan masing-masing 25 mikrogram dan 50 mikrogram per hari. Angka kecukupan iodium yang ditetapkan oleh WNPG 2004 tersaji pada tabel 1.5

Tabel 1 Angka Kecukupan Iodium

2.4 Definisi GAKI


Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKI) adalah sekumpulan gejala atau kelainan yang ditimbulkan karena tubuh menderita kekurangan iodium secara terus menerus dalam waktu yang lama yang berdampak pada pertumbuhan dan perkembangan makhluk hidup (manusia dan hewan) (DepKes RI, 1996). Makin banyak tingkat kekurangan iodium yang dialami makin banyak komplikasi atau kelainan yang ditimbilkannya, meliputi pembesaran kelenjar tiroid dan berbagai stadium sampai timbul bisu-tuli dan gangguan mental akibat kretinisme (Chan et al, 1988).6

2.5 Etiologi dan Patogenesis


Faktor Faktor yang berhubungan dengan masalah GAKI antara lain : Faktor Defisiensi Iodium dan Iodium Excess Defisiensi iodium merupakan sebab pokok terjadinya masalah GAKI. Hal ini disebabkan karena kelenjar tiroid melakukan proses adaptasi fisiologis terhadap kekurangan unsur iodium dalam makanan dan minuman yang dikonsumsinya (Djokomoeldjanto, 1994).1 Hal ini dibuktikan oleh Marine dan Kimbell (1921) dengan pemberian iodium pada anak usia sekolah di Akron (Ohio) dapat menurunkan gradasi pembesaran kelenjar tiroid. Temuan lain oleh Dunn dan Van der Haal (1990) di Desa Jixian, Propinsi Heilongjian (Cina) dimana
5

pemberian iodium antara tahun 1978 dan 1986 dapat menurunkan prevalensi gondok secara drastic dari 80 % (1978) menjadi 4,5 % (1986).7 Iodium Excess terjadi apabila iodium yang dikonsumsi cukup besar secara terus menerus, seperti yang dialami oleh masyarakat di Hokaido (Jepang) yang mengkonsumsi ganggang laut dalam jumlah yang besar. Bila iodium dikonsumsi dalam dosis tinggi akan terjadi hambatan hormogenesis, khususnya iodinisasi tirosin dan proses coupling (Djokomoeldjanto, 1994).1 Faktor Geografis dan Non Geografis Menurut Djokomoeldjanto (1994) bahwa GAKI sangat erat hubungannya dengan letak geografis suatu daerah, karena pada umumnya masalah ini sering dijumpai di daerah pegunungan seperti pegunungan Himalaya, Alpen, Andres dan di Indonesia gondok sering dijumpai di pegunungan seperti Bukit Barisan Di Sumatera dan pegunungan Kapur Selatan. Daerah yang biasanya mendapat suplai makanannya dari daerah lain sebagai penghasil pangan, seperti daerah pegunungan yang notabenenya merupakan daerah yang miskin kadar iodium dalam air dan tanahnya. Dalam jangka waktu yang lama namun pasti daerah tersebut akan mengalami defisiensi iodium atau daerah endemik iodium (Soegianto, 1996 dalam Koeswo, 1997).7 Faktor Bahan Pangan Goiterogenik Kekurangan iodium merupakan penyebab utama terjadinya gondok, namun tidak dapat dipungkiri bahwa faktor lain juga ikut berperan. Salah satunya adalah bahan pangan yang bersifat goiterogenik (Djokomoeldjanto, 1974).1 Williams (1974) dari hasil risetnya mengatakan bahwa zat goiterogenik dalam bahan makanan yang dimakan setiap hari akan menyebabkan zat iodium dalam tubuh tidak berguna, karena zat goiterogenik tersebut merintangi absorbsi dan metabolisme mineral iodium yang telah masuk ke dalam tubuh. Goiterogenik adalah zat yang dapat menghambat pengambilan zat iodium oleh kelenjar gondok, sehingga konsentrasi iodium dalam kelenjar menjadi rendah. Selain itu, zat goiterogenik dapat menghambat perubahan iodium dari bentuk anorganik ke bentuk organik sehingga pembentukan hormon tiroksin terhambat (Linder, 1992).

Menurut Chapman (1982) goitrogen alami ada dalam jenis pangan seperti kelompok Sianida (daun + umbi singkong , gaplek, gadung, rebung, daun ketela, kecipir, dan terung) ; kelompok Mimosin (pete cina dan lamtoro) ; kelompok Isothiosianat (daun pepaya) dan kelompok Asam (jeruk nipis, belimbing wuluh dan cuka).7
6

Faktor Zat Gizi Lain Defisiensi protein dapat berpengaruh terhadap berbagai tahap pembentukan hormon dari kelenjar thyroid terutama tahap transportasi hormon. Baik T3 maupun T4 terikat oleh protein dalam serum, hanya 0,3 % T4 dan 0,25 % T3 dalam keadaan bebas. Sehingga defisiensi protein akan menyebabkan tingginya T3 dan T4 bebas, dengan adanya mekanisme umpan balik pada TSH maka hormon dari kelenjar thyroid akhirnya menurun.7

2.6 Klasifikasi
Survei epidemiologis untuk gondok endemik biasanya didasarkan atas besarnya kelenjar tiroid, dilakukan dengan metode Palpasi, menurut klasifikasi Perez atau modifikasinya (1960) : Grade 0 : Tidak teraba Grade 1 : Teraba dan terlihat hanya dengan kepala yang ditengadahkan Grade 2 : Mudah terlihat, kepala posisi biasa Grade 3 : Terlihat dari jarak tertentu Karena perubahan gondok pada awalnya perlu diwaspadai, maka grading system, khususnya grade 1 dibagi lagi dalam 2 klas, yaitu: Grade 1a : Tidak teraba atau teraba tidak lebih besar daripada kelenjar tiroid normal. Grade 1b : Jelas teraba dan membesar, tetapi pada umumnya tidak terlihat meskipun kepala ditengadahkan. Kelenjar tiroid tersebut ukurannya sama atau lebih besar dari falangs akhir ibu jari tangan pasien.7

2.7 Akibat Kekurangan Iodium


Banyak faktor yang ditimbulkan akibat kekurangan yodium, meliputi: 1. Pada fetus: abortus, lahir mati, anomali kongenital, peningkatan kematian perinatal, defek psikomotor, kretin nervosa dan kretin miksodematosa 2. Pada neonatus: gondok neonatus, hipotiroid neonatus 3. Pada bayi, anak dan remaja: gondok, hipotiroidi juvenil, gangguan fungsi mental, keterbelakangan fisik, peningkatan kerentanan terhadap radiasi nuklir 4. Pada orang dewasa: gondok dan komplikasinya, hipotiroidi, gangguan fungsi mental.2

2.8 Manifestasi Klinis


Gejala yang sering tampak sesuai dengan dampak yang ditimbulkan , seperti:

Terhadap Pertumbuhan - Pertumbuhan yang tidak normal. -Pada keadaan yang parah terjadi kretinisme - Keterlambatan perkembangan jiwa dan kecerdasan - Tingkat kecerdasan yang rendah - Mulut menganga dan lidah tampak dari luar

Kelangsungan Hidup Wanita hamil didaerah Endemik GAKI akan mengalami berbagai gangguan kehamilan antara lain : - Abortus - Bayi Lahir mati - Hipothryroid pada Neonatal

Perkembangan Intelegensia - Setiap penderita Gondok akan mengalami defisit IQ Point sebesar 5 Point dibawah normal - Setiap Penderita Kretinisme akan mengalami defisit sebesar 50 Point dibawah normal. Iodium diperlukan khususnya untuk biosintesis hormon tiroid yang beriodium. Iodium dalam makanan diubah menjadi iodida dan hampir secara sempurna iodida yang dikonsumsi diserap dari sistem gastrointestinal. Yodium sangat erat kaitannya dengan tingkat kecerdasan anak. Dampak yang ditimbulkan dari kekurangan konsumsi yodium yang berada dalamtubuh, akan sangat buruk akibatnya bagi kecerdasan anak, karena bisa menurunkan 11-13 nilai IQ anak.. Di antara penyakit akibat kekurangan iodium adalah
8

gondok dan kretinisme. Ada dua tipe terjadinya kretinisme, yaitu kretinisme neurology seperti kekerdilan yang digolongkan dengan mental, kelumpuhan dan buta tuli. Ada pula kretinisme hipotiroid Lokasi dan struktur tiroid (gondok) di mana kelenjar tiroid yang terletak di bawah larynx sebelah kanan dan kiri depan trakea mengekskresi tiroksin, triiodotironin dan beberapa hormon beriodium lain yang dihubungkan dengan pertumbuhan yang kerdil dan retardasi mental yang lambat. Selama masa pertumbuhan dan perkembangan, kebutuhan tubuh akan yodium memang harus selalu dipenuhi. Karena kalau tidak, hipotiroidisme akan terus mengancam. Baik bayi, anak, remaja, bahkan dewasa muda tetap mempunyai peluang terserang penyakit gondok, gangguan fungsi mental dan fisik, maupun kelainan pada system saraf. Semua penyakit dan berbagai kelainan lainnya yang disebabkan oleh defisiensi unsur kimia berlambang I ini , kini disebut dengan GAKI ( Gangguan Akibat Kekurangan Iodium ). Selain akan mempengaruhi tingkat kecerdasan anak, yang kita tahu selama ini, kekurangan yodium akan menyebabkan pembesaran kelenjar gondok. Padahal, banyak gangguan lain yang juga bisa muncul. Misalnya saja, kekurangan yodium yang dialami janin akan mengakibatkan keguguran maupun bayi lahir meninggal, atau meninggal beberapa saat setelah dilahirkan. Bahkan, tidak sedikit bayi yang terganggu perkembangan sistem sarafnya sehingga mempengaruhi kemampuan psikomotoriknya.

Pertumbuhan Sosial Dampak sosial yang ditimbulkan oleh GAKI berupa terjadinya gangguan perkembangan mental, lamban berpikir, kurang bergairah sehingga orang semacam ini sulit dididik dan di motivasi.

Perkembangan Ekonomi GAKI akan mengalami gangguan metabolisme sehingga badannya akan merasa dingin dan lesu sehingga akan berakibatnya rendahnya produktivitas kerja, yang akan mempengaruhi hasil pendapatan keluarga.4

2.9 Penanggulangan dan Pencegahan


Kegiatan pencegahan dan penaggulangan GAKI yang telah dilakukan oleh pemerintah meliputi komunikasi , informasi dan edukasi (KIE) terhadap penaggulangan GAKI yang tertuju pada 3 ( tiga ) kelompok sasaran yaitu : a. Para perencana, pengelola dan pelaksana program. b. Masyasarakat didaerah gondok endemik. c. Masyarakat di luar daerah gondok endemik.

Intervensi GAKI terus dilakukan dengan bantuan sejumlah badan dunia. Program intensifikasi penanggulangan GAKI yang berlangsung tahun 1997 2003 bertujuan menurunkan prevalensi GAKI lewat pemantauan status GAKI pada penduduk, meningkatkan persediaan garam beriodium serta meningkatkan kerja sama lintas sektoral. Upaya penanggulangan GAKI sudah dimulai sejak pemerintahan Belanda melalui distribusi garam beryodim ke daerah endemik berat.

Penanggulangan GAKI dilakukan dalam dua jangka waktu, yaitu :

Jangka Panjang: suplementasi tidak langsung melalui fortifikasi garam konsumsi dengan iodium dimana program ini disebut garam iodium.

Jangka pendek: suplementasi langsung dengan ,minyak iodium baik secara oral maupun suntikan lipiodol. Upaya ini hanya ditunjukkan pada daerah endemik berat dan telah dilaksanakan sejak tahun 1974 Menurut ketentuan Peraturan Menteri Kesehatan RI 1986, kandungan KIO3 yang dianjurkan adalah 40 ppm. Iodium diperlukan semata mata untuk biosintesis hormon thyuroid yang mengandung iodium. Kebutuhan iodium meningkat pada kaum remaja dan kehamilan. Banyaknya metoda suplementasi Iodium tergantung pada beratnya GAKI pada populasi, grade iodium urine dan prevalensi goiter dan kretinism.

10

GAKI ringan: Prevalensi goiter : 5 19,9% (anak sekolah) Iodium urine : 50 - 99mg/l Dieliminasi dengan garam berjodium. GAKI sedang : Prevalensi goiter : 20 29,9% dan beberapa hypothyroidism. Iodium urine : 20 49 mg/hr

Dapat dikontrol dengan garam berjodium (biasanya 20 40 mg/kg pada tingkat rumahtangga) Disamping itu minyak beriodium diberi secara oral atau suntik yang dikoordinasi melalui puskesmas.

GAKI berat : Prevalensi goiter : 30%, endemic cretinism Iodium urine : <>

Penanganannya : minyak beriodium diberikan sampai sistim garam berjodium efektif, jika sistim saraf pusat dicegah dengan sempurna.6

11

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan Iodium merupakan salah satu unsur mineral mikro yang sangat dibutuhkan oleh tubuh walaupun dalam jumlah yang relative kecil. Namun apabila diabaikan dapat menimbulkan efek atau dampak yang cukup berpengaruh dalam kehidupan semua orang. Dan korban penderita GAKI akan menjadi beban semua orang yang ada disekitar kehidupannya.

3.2 Saran 1) Mengadakan kegiatan penyuluhan tentang pentingnya garam beryodium secara rutin dan berkelanjutan dengan metode ceramah dan diskusi tanya jawab sehingga penyuluhan kesehatan dapat lebih efektif 2) Perlu memberi masukan kepada instansi terkait agar dapat memantau penggunaan garam beryodium. 3) Untuk institusi pendidikan, diharapkan memantau keadaan murid dan mengarahkan siswa didik/orang tua untuk meningkatkan konsumsi yodium.

12

DAFTAR PUSTAKA

1. Djokomoeldjanto, R. 1993. Hipotiroidi di Daerah Defisiensi Iodium. Kumpulan Naskah Simposium GAKI. Hal. 35-46. Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang. 2. Marpaung, Yuniar, Yulinar, Asti Isnariani M.Pharm, Wardhono Tirtosudarmo dkk. Penentuan Kadar Spesi Iodium Dalam Garam Beriodium dan Makanan Dengan Metode HPLc Pasangan Ion. Info POM. Badan Pengawas Obat Dan Makan Republik Indonesia. Vol. 7. No. 3. Jakarta. Mei 2006. http://perpustakaan.pom.go.id/KoleksiLainnya/InfoPOM/0306.pdf 3. Brody, T. 1999. Nutritional Biochemistry. Second Edition. Academic Press. University of California at Berkeley, California. 4. Picauly, Intje. Iodium dan Gangguan Akibat Kekurangan Iodium. Program Pasca Sarjana IPB. Bogor. Nopember 2002. http://rudyct.com/PPS702-

ipb/05123/intje_picauly.htm. 5. Suhermang. Gangguan Akibat Kekurangan Iodium. http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/21/jtptunimus-gdl-s1-2008-suhermang0-1021-2abb2.pdf 6. DepKes RI. Gangguan Akibat Kekurangan Iodium dan Garam Beriodium . Pusat Penyuluhan Kesehatan Masyarakat. Jakarta. 1996. 7. Thesa. GAKI (Gangguan Akibat Kekurangan Iodium). Juni 25, 2009. http://daniaaprilia.blogspot.com/2009_03_01_archive.html.

13

Anda mungkin juga menyukai