Anda di halaman 1dari 36

PEMBAHASAN A.

Definisi osteoporosis Osteoporosis adalah berkurangnya kepadatan tulang yang progresif, sehingga tulang menjadi rapuh dan mudah patah. Tulang terdiri dari mineral-mineral seperti kalsium dan fosfat, sehingga tulang menjadi keras dan padat. Untuk mempertahankan kepadatan tulang, tubuh memerlukan persediaan kalsium dan mineral lainnya yang memadai, dan harus menghasilkan hormon dalam jumlah yang mencukupi (hormon paratiroid, hormon pertumbuhan, kalsitonin, estrogen pada wanita dan testosteron pada pria). Juga persediaan vitamin D yang adekuat, yang diperlukan untuk menyerap kalsium dari makanan dan memasukkan ke dalam tulang. Secara progresif, tulang meningkatkan kepadatannya sampai tercapai kepadatan maksimal (sekitar usia 30 tahun). Setelah itu kepadatan tulang akan berkurang secara perlahan. Jika tubuh tidak mampu mengatur kandungan mineral dalam tulang, maka tulang menjadi kurang padat dan lebih rapuh, sehingga terjadilah osteoporosis Sekitar 80% persen penderita penyakit osteoporosis adalah wanita, termasuk wanita muda yang mengalami penghentian siklus menstruasi (amenorrhea). Hilangnya hormon estrogen setelah menopause meningkatkan risiko terkena osteoporosis.

B. Epidemiologi Insiden osteoporosis lebih tinggi pada wanita dibandingkan laki-laki dan merupakan problem pada wanita pascamenopause. Osteoporosis di klinik menjadi penting karena

problem fraktur tulang, baik fraktur yang disertai trauma yang jelas maupun fraktur yang terjadi disertai trauma yang jelas.

Diperkirakan lebih 200 juta orang diseluruh dunia terkena osteoporosis , sepertiganya terjadi pada usia 60-70 th, 2/3nya terjadi pada usia lebih 80 th. Diperkirakan 30% dari wanita di atas usia 50 th mendapat 1 atau lebih patah tulang vertabra. Diperkirakan 1 dari 5 pria di atas 50 th mendapat patah tulang akibat osteoporosis dalam hidupnya. Angka kematian 5 tahun pertama meningkat sekitar 20 % pada patah tulang nertebra maupun punggul. Di Amerika pada tahun 1995 pata tulang aibat osteoporosis menduduki peringkat 1 dibanding penyakit lain, jumlah 1,5 juta pertahun dengan patah tulang vertebra terbanyak (750 ribu),hip(250 ribu), wrist(250 ribu), fraktur lain ( 250 ribu),dengan anggaran meningkat sebesar 13,8 miliar dollarpertahun(kebanyakan biaya untuk patah tulang hip sebesar 8,7 miliar dollar. Bahkan diperkirakan insiden patah tulang hip meningkat bermakna 240% pada wanita dan 320% pada pria. Perkiraan pada tahun 2050 menjadi 6.3 juta terbanyak di asia.

C. Etiologi Penyebab osteoporosis yaitu : a. Osteoporosisi postmenopausal : Terjadi karena kekurangan estrogen (hormon utama pada wanita), yang membantu mengatur pengangkutan kalsium ke dalam tulang pada wanita. Biasanya

gejala timbul pada wanita yang berusia di antara 51-75 tahun, tetapi bisa mulai muncul lebih cepat ataupun lebih lambat. Tidak semua wanita memiliki resiko yang sama untuk menderita osteoporosis postmenopausal, wanita kulit putih dan daerah timur lebih mudah menderita penyakit ini daripada wanita kulit hitam. b. Osteoporosis senilis : Kemungkinan merupakan akibat dari kekurangan kalsium yang berhubungan dengan usia dan ketidakseimbangan diantara kecepatan hancurnya tulang dan pembentukan tulang yang baru. Senilis berarti bahwa keadaan ini hanya terjadi pada usia lanjut. Penyakit ini biasanya terjadi pada usia diatas 70 tahun dan 2 kali lebih sering menyerang wanita. Wanita seringkali menderita osteoporosis senilis dan postmenopausal. c. Osteoporosis sekunder : Dialami kurang dari 5% penderita osteoporosis, yang disebabkan oleh keadaan medis lainnya atau oleh obat-obatan. Penyakit ini bisa disebabkan oleh gagal ginjal kronis dan kelainan hormonal (terutama tiroid, paratiroid dan adrenal) dan obat-obatan (misalnya kortikosteroid, barbiturat, anti-kejang dan hormon tiroid yang berlebihan). Pemakaian alkohol yang berlebihan dan merokok bisa memperburuk keadaan ini. d. Osteoporosis juvenile idiopatik : Merupakan jenis osteoporosis yang penyebabnya tidak diketahui. Hal ini terjadi pada anak-anak dan dewasa muda yang memiliki kadar dan fungsi hormon yang normal, kadar vitamin yang normal dan tidak memiliki penyebab yang jelas dari rapuhnya tulang.

D. Faktor Resiko Osteoporosis Faktor resiko osteoporosis yaitu a. Usia Tiap peningkatan 1 dekade, resiko meningkat 1,4-1,8 b. Genetik Etnis (kaukasia dan oriental > kulit hitam dan polinesia)

Seks ( wanita > pria ). Riwayat keluarga c. Lingkungan, dan lainnya . Defisiensi kalsium Aktivitas fisik kurang Obat-obatan (kortikosteroid, anti konvulsan, heparin, siklosporin) Merokok, alkohol Resiko terjatuh yang meningkat (gangguan keseimbangan, licin, gangguan penglihatan) Hormonal dan penyakit kronik Defisiensi estrogen, androgen Tirotoksikosis, hiperparatiroidisme primer, hiperkortisolisme Penyakit kronik (sirosis hepatis, gangguan ginjal, gastrektomi) Sifat fisik tulang Densitas (massa) Ukuran dan geometri Mikroarsitektur

Komposisi Selain itu ada juga faktor resiko faktur panggul yaitu,: Penurunan respons protektif Kelainan neuromuskular Gangguan penglihatan Gangguan keseimbangan Peningkatan fragilitas tulang Densitas massa tulang rendah Hiperparatiroidisme Gangguan penyediaan energi Malabsorpsi E. Patofisologi Penyebab pasti dari osteoporosis belum diketahui, kemungkinan pengaruh dari pertumbuhan aktifitas osteoklas yang berfungsi bentuk tulang. Jika sudah mencapai umur 30 tahun struktur tulang sudah tidak terlindungi karena adanya penyerapan mineral tulang. Dalam keadaan normal terjadi proses yang terus menerus dan terjadi secara seimbang yaitu proses resorbsi dan proses pembentukan tulang (remodelling). Setiap ada perubahan dalam keseimbangan ini, misalnya proses resorbsi lebih besar dari proses pembentukan, maka akan terjadi penurunan massa tulang. Proses konsolidasi secara maksimal akan dicapai pada usia 30-35 tahun untuk tulang bagian korteks dan lebih dini pada bagian trabekula. Pada usia 40-45 tahun, baik wanita

maupun pria akan mengalami penipisan tulang bagian korteks sebesar 0,3-0,5 %/tahun dan bagian trabekula pada usia lebih muda Pada pria seusia wanita menopause mengalami penipisan tulang berkisar 20-30 % dan pada wanita 40-50 % Penurunan massa tulang lebih cepat pada bagian-bagian tubuh seperti metakarpal, kolum femoris, dan korpus vertebra Bagian-bagian tubuh yg sering fraktur adalah vertebra, paha bagian proksimal dan radius bagian distal F. Tanda dan gejala Penyakit osteoporosis sering disebut sebagai silent disease karena proses kepadatan tulang berkurang secara perlahan (terutama pada penderita osteoporosis senilis) dan berlangsung secara progresif selama bertahun-tahun tanpa kita sadari dan tanpa disertai adanya gejala. Gejala-gejala a. Patah tulang b. punggung yang semakin membungku c. Hilangnya tinggi badan . d. nyeri punggung. Jika kepadatan tulang sangat berkurang sehingga tulang menjadi hancur, maka akan timbul nyeri tulang dan kelainan bentuk. Hancurnya tulang belakang menyebabkan nyeri punggung menahun. Tulang belakang yang rapuh bisa mengalami hancur secara spontan atau karena cedera ringan. Biasanya nyeri timbul secara tiba-tiba dan dirasakan baru timbul pada tahap osteoporosis lanjut, seperti:

di daerah tertentu dari punggung, yang akan bertambah nyeri jika penderita berdiri atau berjalan. Jika disentuh, daerah tersebut akan terasa sakit, tetapi biasanya rasa sakit ini akan menghilang secara bertahap setelah beberapa minggu atau beberapa bulan. Jika beberapa tulang belakang hancur, maka akan terbentuk kelengkungan yang abnormal dari tulang belakang (punuk Dowager), yang menyebabkan ketegangan otot dan sakit. Tulang lainnya bisa patah, yang seringkali disebabkan oleh tekanan yang ringan atau karena jatuh. Salah satu patah tulang yang paling serius adalah patah tulang panggul. Hal yang juga sering terjadi adalah patah tulang lengan (radius) di daerah persambungannya dengan pergelangan tangan, yang disebut fraktur Colles. Selain itu, pada penderita osteoporosis, patah tulang cenderung menyembuh secara perlahan. G. Manifestasi klinis Nyeri dengan atau tanpa fraktur yang nyata. Ciri-ciri khas nyeri akibat fraktur kompressi pada vertebra (paling sering Th 11 dan 12 ) adalah:

Nyeri timbul mendadak. Sakit Nyeri hebat dan terlokalisasi pada saat pada vertebra di yang tempat terserang tidur

berkurang

istirahat

Nyeri ringan pada saat bangun tidur dan dan akan bertambah oleh karena

melakukan aktivitas. Deformitas vertebra thorakalis Penurunan tinggi badan

H. Pemeriksaan diagnostic a. pemeriksaan non-invasif. b. Pemeriksaan analisis aktivasi neutron yang bertujuan untuk memeriksa kalsium total dan massa tulang c. Pemeriksaan absorpsiometri d. Pemeriksaan computer tomografi (CT) e. Pemeriksaan biopsi yaitu bersifat invasif dan berguna untuk memberikan informasi mengenai keadaan osteoklas, osteoblas, ketebalan trabekula dan kualitas meneralisasi tulang. Biopsi dilakukan pada tulang sternum atau Krista iliaka. f. Pemeriksaan laboratorium yaitu pemeriksaan kimia darah dan kimia urine biasanya dalam batas normal.sehingga pemeriksaan ini tidak banyak membantu kecuali pada pemeriksaan biomakers osteocalein (GIA protein )

A. Definisi Artritis Reumatid Reumatoid arthritis adalah gangguan autoimun kronik yang menyebabkan proses inflamasi pada sendi (Lemone & Burke, 2001 : 1248). Rematoid Artritis merupakan suatu penyakit inflamasi sistemik kronik yang manifestasi utamanya adalah poliartritis yang progresif, akan tetapi penyakit ini juga melibatkan seluruh organ tubuh (Hidayat, 2006). Artritis Reumatoid adalah penyakit autoimun sistemik kronis yang tidak diketahui penyebabnya dikarekteristikan dengan reaksi inflamasi dalam membrane sinovial yang mengarah pada destruksi kartilago sendi dan deformitas lebih lanjut.( Susan Martin Tucker.1998 ) Artritis Reumatoid ( AR ) adalah kelainan inflamasi yang terutama mengenai mengenai membran sinovial dari persendian dan umumnya ditandai dengan dengan nyeri persendian, kaku sendi, penurunan mobilitas, dan keletihan.( Diane C. Baughman. 2000 ) Artritis rematoid adalah suatu penyakit inflamasi kronik dengan manifestasi utama poliartritis progresif dan melibatkan seluruh organ tubuh. ( Arif Mansjour. 2001 ). Reumatik dapat terjadi pada semua jenjang umur dari kanak-kanak sampai usia lanjut. Namun resiko akan meningkat dengan meningkatnya umur (Felson dalam Budi Darmojo, 1999). Jadi Artritis Reumatoid merupakan penyakit autoimun yang dapat menyebabkan inflamasi pada sendi terutama mengenai membrane synovial pada sendi dan mengarah pada

destruksi kartilago sendi sehingga menyebabkan nyeri persendian, kaku sendi, penurunan mobilitas dan keletihan. Dapat terjadi pada semua jenjang umur. Klasifikasi Artritis Rematoid ( RA ) RA Tangan Gejala awal yang khas dan RA pada tangan ialah pembengkakan sendi PIP yang membentuk gambaran fusiform atau spindle-shape. Keadaan ini kemudian diikuti dengan pembengkakan sendi metakarpofalangeal (MCP) yang simetrik. Proses peradangan yang lama akan menyebabkan kelemahan dari jaringan lunak disertai pula dengan subluksasi falang proksimal sehingga menyebabkan deviasi jari-jari tangan kearah ulnar (ulnar aeviation). Deviasi ulnar ini selalu disertai dengan deviasi radial dan sendi radiocarpalis, sehingga akan memberikan gambaran deformitas zig-zag . Pada kasus lanjut dapat terjadi deformitas leher angsa (swan-neck) , sebagai akibat kombinasi dan hiper ekstensi sendi PIP dan fleksi sendi DIP. Kombinasi dari fleksi sendi PIP dan ekstensi sendi DIP akan menyebabkan deformitas boutonniere. Akibat dan semua ini akan mengakibatkan tangan tidak dapat berfungsi dengan sempurna. RA Pergelangan tangan RA hampir selalu menyerang pengelangan tangan, pada awalnya berupa sinovitis yang dapat diraba, dan pada keadaan lanjut terjadi deformitas sehingga gerakan dorsofleksi pergelangan tangan terbatas (kurang dan 180o). Proliferasi sinovia kearah palmar akan menyebabkan penekanan pada nervus medianus sehingga mengakibatkan terjadinya sindrom

carpal-tunnel, berupa parestesi pada aspek palmar ibujari, jari kedua dan ketiga dan aspek radial jari keempat. RA Siku RA siku menyebabkan pembengkakan dan kontraktur fleksi. Keadaan ini sering dijumpai dan menyebabkan kerusanan melakukan aktivitas sehari-hari. RA Bahu RA bahu biasanya terjadi pada tahap lanjut penyakit ini, akibatnya terjadi keterbatasan gerak dan rasa nyeri pada prosesus coracoid bagian bawah dan lateral. RA Cervikal RA cervical menyebabkan nyeri dan kaku tengkuk. Biasanya sendi yang terserang ialah Cl dan C2. Pada keadaan lanjut dapat terjadi subluksasi atlanto-oksipital yang mengakibatkan penekanan pada syaraf spinal dan menyebabkan gangguan neurologik. RA Panggul Gejala RA panggul yang dapat dilihat ialah gangguan jalan dan keterbatasan gerakan sendi, sedangkan pembengkakan dan nyeri sendi sulit diobservasi, penderita hanya merasa tidak enak di lipat paha yang menjalar ke pantat, pinggang bawah dan lutut. RA Lutut Gejala yang sering terlihat ialah hipertrofi sinovia dan efusi sendi.

RA Pergelangan kaki dan kaki RA didaerah ini memberikan gambaran yang tidak berbeda dengan RA tangan. Subluksasi dari ibu jari kaki menyebabkan terjadinya deformitas hammer toe. Disertai dengan deformitas lainnya akan menyebabkan kesukaran dalam menggunakan sepatu normal, sehingga diperlukan sepatu khusus. B. Epidemologi Penyakit Artritis Rematoid merupakan suatu penyakit yang telah lama dikenal dan tersebar diseluruh dunia serta melibatkan semua ras dan kelompok etnik. Artritis rheumatoid sering dijumpai pada wanita, dengan perbandingan wanita denga pria sebesar 3: 1. kecenderungan wanita untuk menderita Artritis rheumatoid dan sering dijumpai remisi pada wanita yang sedang hamil, hal ini menimbulkan dugaan terdapatnya faktor keseimbangan hormonal sebagai salah satu faktor yang berpengaruh pada penyakit ini. AR terjadi antara usia 30 tahun dan 50 tahun dengan puncak insiden antara usia 40 tahun dan 60 tahun. Wanita terkena dua sampai tiga kali lebih sering dari pada pria. Insidensi penderita arthritis rheumatoid di seluruh dunia telah mencapai angka 355 juta jiwa, artinya 1 dari 6 orang di dunia ini menderita rheumatoid. Diperkirakan angka ini terus meningkat hingga tahun 2025 dengan indikasi lebih dari 25% akan mengalami kelumpuhan (http://www.tempo.co.id).

Organisasi kesehatan dunia (WHO) melaporkan bahwa 20%, penduduk dunia terserang penyakit arthritis rheumatoid. Dimana 5-10% adalah mereka yang berusia 5-20 tahun dan 20% mereka yang berusia 55 tahun (Jaja, 1996) Wanita tiga kali lebih sering menderita reumatoid artritis (radang sendi) dibanding dengan laki-laki. Penyakit ini menyerang semua etnis, dengan insiden pada orang berusia di atas 18 tahun berkisar 0,1 persen sampai 0,3 persen, sedangkan pada anak-anak dan remaja yang berusia kurang dari 18 tahun 1/100.000 orang. Hal tersebut disampaikan Profesor dr Harry Isbagio SpPD-KR dalam temu wartawan, di Jakarta, Sabtu (11/2) lalu. Menurut dia, pada tahun 2000 jumlah penderita reumatoid artritis sekitar 120.000 orang. Walaupun prevalensi penyakit rendah, tetapi penyakit ini sangat progresif dan paling sering menyebabkan kecacatan. Apabila tidak diobati, ujarnya, akan muncul kecacatan dalam tempo dua atau tiga tahun kemudian. C. Anatomi fisiologi Muskuloskeletal terdiri dari tulang, otot, kartilago, ligament, tendon, fasia, bursae dan persendian. a. Tulang

Tulang terdiri dari sel-sel yang berada pada bagian intra-seluler. Tulang berasal dari embryonic hyaline cartilage yang mana melalui proses osteogenesis menjadi tulang. Proses ini dilakukan oleh sel-sel yang disebut Osteoblast. Proses mengerasnya tulang akibat menimbunya garam kalsium.

Fungsi tulang adalah sebagai berikut: 1. 2. 3. 4. 5. Mendukung jaringan tubuh dan menbuntuk tubuh. Melindungi organ tubuh (jantung, otak, paru-paru) dan jaringan lunak. Memberikan pergerakan (otot yang berhubungan dengan kontraksi dan pergerakan ) Membuat sel-sel darah merah di dalam sumsum tulang (hema topoiesis) Menyimpan garam-garam mineral.Misalnya kalsium, fosfor. Tulang dapat diklasifikasikan dalam lima kelompok berdasarkan bentuknya:Tulang panjang (femur, humerus ) terdiri dari satu batang dan dua epifisis. Batang dibentuk oleh jaringan tulang yang padat.epifisis dibentuk oleh spongi bone (Cacellous atau trabecular ) a. Tulang pendek (carpalas) bentuknya tidak teratur dan cancellous (spongy) dengan suatu lapisan luar dari tulang yang padat. b. Tulang pendek datar (tengkorak) terdiri dari dua lapisan tulang padat dengan lapisan luar adalah tulang cancellous. c. d. Tulang yang tidak beraturan (vertebra) sama seperti tulang pendek. Tulang sesamoid merupakan tulang kecil, yang terletak di sekitar tulang yang berdekatan dengan persendian dan didukung oleh tendon danjaringan fasial,missal patella (kap lutut)

b.

Otot Otot dibagi dalam tiga kelompok, dengan fungsi utama untuk kontraksi dan untuk

menghasilkan pergerakan dari bagian tubuh atau seluruh tubuh. Kelompok otot terdiri dari: 1. Otot rangka (otot lurik) didapatkan pada system skeletal dan berfungsi untuk memberikan

pengontrolan pergerakan, mempertahankan sikap dan menghasilkan panas 2. Otot Viseral (otot polos) didapatkan pada saluran pencernaan, saluran perkemihan dan

pembuluh darah. Dipengaruhi oleh sisten saraf otonom dan kontraksinya tidak dibawah control keinginan. 3. Otot jantung didapatkan hanya pada jantung dan kontraksinya tidak dibawah control

keinginan. c. Kartilago Kartilago terdiri dari serat-serat yang dilakukan pada gelatin yang kuat. Kartilago sangat kuat tapi fleksibel dan tidak bervascular. Nutrisi mencapai kesel-sel kartilago dengan proses difusi melalui gelatin dari kapiler-kapiler yang berada di perichondrium (fibros yang menutupi kartilago) atau sejumlah serat-serat kolagen didapatkan pada kartilago. d. Ligament Ligament adalah sekumpulan dari jaringan fibros yang tebal dimana merupakan ahir dari suatu otot dan dan berfungsi mengikat suatu tulang.

e.

Tendon Tendon adalah suatu perpanjangan dari pembungkus fibrous yang membungkus setiap

otot dan berkaitan dengan periosteum jaringan penyambung yang mengelilingi tendon tertentu, khususnya pada pergelangan tangan dan tumit. Pembungkus ini dibatasi oleh membrane synofial yang memberikan lumbrikasi untuk memudahkan pergerakan tendon. f. Fasia Fasia adalah suatu permukaan jaringan penyambung longgar yang didapatkan langsung dibawah kulit sebagai fasia supervisial atau sebagai pembungkus tebal, jaringan penyambung yang membungkus fibrous yang membungkus otot, saraf dan pembuluh darah.bagian ahair diketahui sebagai fasia dalam. g. Bursae Bursae adalah suatu kantong kecil dari jaringan penyambung dari suatu tempat, dimana digunakan diatas bagian yang bergerak, misalnya terjadi pada kulit dan tulang, antara tendon dan tulang antara otot. Bursae bertindak sebagai penampang antara bagian yang bergerak sepaerti pada olecranon bursae, terletak antara presesus dan kulit. h. Persendian Pergerakan tidak akan mungkin terjadi bila kelenturan dalam rangka tulang tidak ada. Kelenturan dimungkinkan karena adanya persendian, tatu letah dimana tulang berada bersama-sama. Bentuk dari persendian akan ditetapkan berdasarkan jumlah dan tipe

pergerakan yang memungkinkan dan klasifikasi didasarkan pada jumlah pergerakan yang dilakukan. Berdasarkan klasifikasinya terdapat 3 kelas utama persendian yaitu: 1. 2. 3. Sendi synarthroses (sendi yang tidak bergerak) Sendi amphiartroses (sendi yang sedikit pergerakannya) Sendi diarthoses (sendi yang banyak pergerakannya) Perubahan fisiologis pada proses

menjadi tua. Ada jangka periode waktu tertentu dimana individu paling mudah mengalami perubahan musculoskeletal. Perubahan ini terjadi pada masa kanak-kanak atau remaja karena pertumbuhan atau perkembangan yang cepat atau timbulnya terjadi pada usia tua. Perubahan struktur system muskuloskeletal dan fungsinya sangat bervariasi diantara individu selama proses menjadi tua. Perubahan yang terjadi pada proses menjadi tua merupakan suatu kelanjutan dari kemunduran yang dimulai dari usia pertengahan. Jumlah total dari sel-sel bertumbuh berkurang akibat perubahan jaringan prnyambung, penurunan pada jumlah dan elasitas dari jaringan subkutan dan hilangnya serat otot, tonus dan kekuatan. Perubahan fisiologis yang umum adalah: 1. 2. Adanya penurunan yang umum pada tinggi badan sekitar 6-10 cm. pada maturasi usia tua. Lebar bahu menurun.

3.

Fleksi terjadi pada lutut dan pangkal paha.

D. Etiologi Penyebab utama penyakit Reumatik masih belum diketahui secara pasti. Ada beberapa teori yang dikemukakan sebagai penyebab Artritis Reumatoid, yaitu: 1. Infeksi faktor infeksi mungkin disebabkan oleh karena virus dan organisme mikroplasma atau grup difterioid yang menghasilkan antigen tipe II kolagen dari tulang rawan sendi penderita. 2. Endokrin Kelenjar endokrin mengalami kelainan fungsi, sehingga kadar hormon di dalam darah bisa menjadi tinggi atau rendah, sehingga mengganggu fungsi tubuh. . 3. Autoimun Pada saat ini Artritis rheumatoid diduga disebabkan oleh faktor autoimun dan Autoimun ini bereaksi terhadap kolagen tipe II. autoimun terjadi karena adanya gangguan pada fungsi normal dari sistem imun, sehingga sistem imun menyerang jaringan tubuh sendiri. Bisa juga karena kegagalan antibodi mengenali sel tubuhnya sendiri dan menganggapnya benda asing sehingga merusaknya. 4. Metabolik

Tulang Tidak bisa menyimapan cadangan dan tempat metabolisme berbagai mineral terutama kalsium dan fosfat.

5.

Faktor genetic Lebih sering menyerang wanita daripada laki-laki. Walaupun dapat meyerang segala

jenis umur, namun lebih sering terjadi pada umur 30-50 tahun.Sebagai faktor presdeposisi karena terdapat hubungan anatara produk komplek histokompabilitas kelas II serta pemicu lingkungan. E. Manifestasi Klinis Ada beberapa gambaran / manifestasi klinik yang lazim ditemukan pada penderita Reumatik. Gambaran klinik ini tidak harus muncul sekaligus pada saat yang bersamaan oleh karena penyakit ini memiliki gambaran klinik yang sangat bervariasi. a. Gejala-gejala konstitusional, misalnya lelah, kurang nafsu makan, berat badan menurun

dan demam. Terkadang kelelahan dapat demikian hebatnya. b. Poliartritis simetris (peradangan sendi pada sisi kiri dan kanan) terutama pada sendi

perifer, termasuk sendi-sendi di tangan, namun biasanya tidak melibatkan sendi-sendi antara jari-jari tangan dan kaki. Hampir semua sendi diartrodial (sendi yang dapat digerakan dengan bebas) dapat terserang. c. Kekakuan di pagi hari selama lebih dari 1 jam, dapat bersifat umum tetapi terutama

menyerang sendi-sendi. Kekakuan ini berbeda dengan kekakuan sendi pada osteoartritis (peradangan tulang dan sendi), yang biasanya hanya berlangsung selama beberapa menit dan selama kurang dari 1 jam.

d.

Artritis erosif merupakan merupakan ciri khas penyakit ini pada gambaran radiologik.

Peradangan sendi yang kronik mengakibatkan pengikisan ditepi tulang . e. Deformitas : kerusakan dari struktur penunjang sendi dengan perjalanan penyakit.

Pergeseran ulnar atau deviasi jari, pergeseran sendi pada tulang telapak tangan dan jari, deformitas boutonniere dan leher angsa adalah beberapa deformitas tangan yang sering dijumpai pada penderita. . Pada kaki terdapat tonjolan kaput metatarsal yang timbul sekunder dari subluksasi metatarsal. Sendi-sendi yang besar juga dapat terserang dan mengalami pengurangan kemampuan bergerak terutama dalam melakukan gerakan ekstensi. f. Nodula-nodula reumatoid adalah massa subkutan yang ditemukan pada sekitar sepertiga

orang dewasa penderita rematik. Lokasi yang paling sering dari deformitas ini adalah bursa olekranon (sendi siku) atau di sepanjang permukaan ekstensor dari lengan, walaupun demikian tonjolan) ini dapat juga timbul pada tempat-tempat lainnya. Adanya nodula-nodula ini biasanya merupakan petunjuk suatu penyakit yang aktif dan lebih berat. g. Manifestasi ekstra-artikular (diluar sendi): reumatik juga dapat menyerang organ-organ

lain diluar sendi. Seperti mata: Kerato konjungtivitis siccs yang merupakan sindrom Sjgren, sistem cardiovaskuler dapat menyerupai perikarditis konstriktif yang berat, lesi inflamatif yang menyerupai nodul rheumatoid dapat dijumpai pada myocardium dan katup jantung, lesi ini dapat menyebabkan disfungsi katup, fenomena embolissasi, gangguan konduksi dan kardiomiopati.

F.

Patofisiologi Cidera mikro vascular dan jumlah sel yang membatasi dinding sinovium merupakan lesi

paling dini pada sinovisis remotoid. Sifat trauma yang menimbulkan respon ini masih belum diketahui. Kemudian, tampak peningkatan jumlah sel yang membatasi dinding sinovium bersama sel mononukleus privaskular. Seiring dengan perkembangan proses sinovium edematosa dan menonjol kedalam rongga sendi sebagai tonjolan-tonjolon vilosa. Pada penyakit Rematoid Artritis terdapat 3 stadium yaitu : a. Stadium Sinovisis Pada stadium ini terjadi perubahan dini pada jaringan sinovial yang ditandai hiperemi, edema karena kongesti, nyeri pada saat istirahat maupun saat bergerak, bengkak dan kekakuan. b. Stadium Destruksi Pada stadium ini selain terjadi kerusakan pada jaringan sinovial terjadi juga pada jaringan sekitarnya yang ditandai adanya kontraksi tendon. c. Stadium Deformitas Pada stadium ini terjadi perubahan secara progresif dan berulang kali, deformitas dan gangguan fungsi secara menetap. Kelainan pada jaringan ekstra-srtikuler : Perubahan patologis yang dapat terjadi pda jaringan ekstra-artikuler adalah :

Otot - Pada otot terjadi miopati yang pada elektromiografi menunjukkan adanya

degenerasi serabut otot. Degenerasi ini berhubungan dengan fragmentasi serabut otot serta gangguan retikulum sarkoplasma dan partikel glikogen. Selain itu umumnya pada artritis reumatoid terjadi pengecilan/atrofi otot yang disebabkan oleh kurangnya penggunaan otot (disuse atrophy) akibat inflamasi sendi yang ada. Nodul Subkutan- Nodul subkutan terdiri atas unit jaringan yang nekrotik di bagian sentral

dan dikelilingi oleh lapisan sle mononuklear yang tersusun secara radier dengan jaringan ikat yang padat dan diinfiltrasi oleh sel-sel bulat. Nodul subkutan hanya ditemukan pada 25% dari seluruh penderita artritis reumatoid. Pembukuh darah perifer Pada pembuluh darah perifer terjadi proliferasi tunika intima,

lesi pada pembuluh darah arteriol dan venosa. Terjadi perubahan pda pembuluh darah sedang dan kecil berupa artritis nekrotik. Akibatnya terjadi gangguan respon arteriol terhadap temperatur. G. Pemeriksaan penunjang a. Sinar X dari sendi yang sakit : menunjukkan pembengkakan pada jaringan lunak, erosi

sendi, dan osteoporosis dari tulang yang berdekatan ( perubahan awal ) berkembang menjadi formasi kista tulang, memperkecil jarak sendi dan subluksasio. Perubahan osteoartristik yang terjadi secara bersamaan. b. Scan radionuklida :mengidentifikasi peradangan sinovium

c.

Artroskopi Langsung : Visualisasi dari area yang menunjukkan irregularitas/ degenerasi

tulang pada sendi d. Aspirasi cairan sinovial : mungkin menunjukkan volume yang lebih besar dari normal:

buram, berkabut, munculnya warna kuning ( respon inflamasi, produk-produk pembuangan degeneratif ); elevasi SDP dan lekosit, penurunan viskositas dan komplemen ( C3 dan C4 ). e. f. Biopsi membran sinovial : menunjukkan perubahan inflamasi dan perkembangan panas. Pemeriksaan cairan sendi melalui biopsi, FNA (Fine Needle Aspiration) atau atroskopi;

cairan sendi terlihat keruh karena mengandung banyak leukosit dan kurang kental dibanding cairan sendi yang normal. Kriteria diagnostik Artritis Reumatoid adalah terdapat poli- arthritis yang simetris yang mengenai sendi-sendi proksimal jari tangan dan kaki serta menetap sekurang-kurangnya 6 minggu atau lebih bila ditemukan nodul subkutan atau gambaran erosi peri-artikuler pada foto rontgen. H. Komplikasi Dapat menimbulkan perubahan pada jaringan lain seperti adanya proses granulasi di bawah kulit yang disebut subcutan nodule Pada otot dapat terjadi myosis, yaitu proses granulasi jaringan otot Pada pembuluh darah terjadi tromboemboli : Tromboemboli adalah adanya sumbatan pada pembuluh darah yang disebabkan oleh adanya darah yang membeku.

Terjadi splenomegali : Slenomegali merupakan pembesaran limfa,jika limfa membesar kemampuannya untuk menyebabkan berkurangnya jumlah sel darah putih dan trombosit dalam sirkulasi menangkap dan menyimpan sel-sel darah akan meningkat.

RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN No 1. Diagnose keperawatan Nyeri b/d terjadinya luka pada daerah tulang tibia Ds : Klien klien mengatakan nyeri atau berkurang hilang 2. Beri Tujuan Intervensi 1. Kaji nyeri Rasional

tingkat 1. Mengetahui sejauh mana nyeri yang

dirasakan posisi 2. Membuat klien merasa nyaman

mengatakan nyeri dengan kriteria: yang hebat karena patah tulang Do : Klien Nampak meringis 1. Klien nyeri lagi 2. Wajah klien tidak

yang nyaman

sehingga nyeri dapat

tidak meringis

berkurang 3. Anjurkan istirahat yang cukup 3. Untuk mengurangi rasa yang berlebihan. nyeri

4. Observasi TTV

4. Untuk mengetahui keadaan umum pasien

5. Kalaborasi pemberian obat analgetik

5. Analgetik bekerja dengan cara

memblokir stimulus nyeri

2.

Kecemasan b/d kurangnya informasi tentang kondisinya ditandai dengan: Do : Klien mengatakan cemas terhadap penyakitnya Ds : Klien Nampak pucat dan cemas

Kecemasan teratasi kriteria: - Pasien merasa tenang kembali Pasien mengetahui tentang penyakitnya dan bagaimana cara penangganannya dengan

1. Kaji tingkat kecemasan

1. Merupakan indikasi untuk mengetahui derajat kecemasan klien

2. Bina hubungan saling percaya dengan klien dan keluarganya 3. Berikan penjelasan klien dan

2. Agar klien dan keluarganya bersikap terbuka dengan perawat 3. Adanya informasi yang jelas tentang tindakan yang akan mengurangi kecemasan klien dan keluarganya

keluarganya tentang setiap tindakan yang diberikan

4. Berikan kesempatan pada dan keluarganya untuk mengungkap kan klien

4. Akan mengurangi beban klien dan keluarganya

perasaannya 5. Berikan dukungan spiritual

5. Untuk menenangkan perasaan klien dan keluarganya bahwa segala tindakan yang diberikan untuk proses penyembuhan

TINDAKAN KEPERAWATAN NO 1. HARI / TANGGAL Kamis 15 November 2012 Jam. 10.00 2. Beri nyaman. posisi yang IMPLEMENTASI 1. Kaji tingkat nyeri. HASIL

3. Anjurkan istirahat yang cukup


4. Observasi TTV

5. Kaloborasi

pemberian

obat analgetik. 2. Kamis 15 November 2012 Jam 10.30 1. Kaji kecemasan tingkat

2. Membina hubungan saling

percya klien

dengan dan

keluarganya. 3. Memberikan penjelasan klien keluarganya tentang tindakan diberikan. setiap yang pada dan

4. Memberikan kesempatan pada klien mengungkapkan perasaannya.

5. Memberikan dukungan spiritual.

EVALUASI TINDAKAN KEPERAWATAN 1. S : Klien mengatakan nyeri. O : Ekspirasi wajah meringis. A : Masalah belum teratasi. P : Lanjutkan Intervensi : 1) Kaji tingkat nyeri 2) Beri posisi yang nyaman 3) Observasi TTV 4) Kaloborasi pemberian obat Analgetik 2. S : Klien masih sering menanyakan penyakitnya. O : Klien masih Nampak cemas. A : Masalah belum teratasi. P : Lanjutkan intervensi 1) Kaji tingkat kecemasan 2) Bina hubungan saling percaya dengan klien dan keluarganya 3) Berikan penjelasan pada klien dengan keluarganya tentang setiap tindakan yang diberikan 4) Berikan kesempatan pada klien dan keluarganya untuk mengungkapkan perasaannya. 5) Berikan dukungan spiritual

PENGKAJIAN

A. IDENTITAS PASIEN Nama : Tn N

Usia / tanggal lahir : 35 thn Jenis kelamin : laki-laki

B. RIWAYAT KELUHAN Keluhan Utama : Nyeri

Riwayat Keluhan : Klien masuk rumah sakit karena dengan keluhan nyeri yang hebat karena patah tulang klien

Nampak pucat dan cemas

KLASIFIKASI DATA

Data subyektif Klien mengatakan adanya luka pada daerah tibia. Klien mengatakan nyeri yang hebat karena patah tulang. Klien mengatakan cemas terhadap penyakitnya. Data obyektif Terdapat luka robek pada kulit dan otot. Klien Nampak meringis kesakitan. Klien Nampak cemas.

DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Nyeri berhubungan dengan terjadinya muka pada daerah tulang tibia. 2. Lemas berhubungan dengan kurangnya informasi tentang kondisinya.

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakaatu

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya yang tak terhingga, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini. penulis sangat berterima kasih kepada Dosen yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan Makalah ini. Penulis menyadari bahwa hasil penulisan ini masih jauh dari kesempurnaan, mungkin masih banyak kekurangan atau kelemahan baik dari segi penyusunan maupun dari pandangan pengetahuan. Oleh karena itu penulis mengharap adanya saran, pendapat atau kritik yang bersifat konstruktif dari semua demi kesempurnaan penulisan makalah kami. Akhirnya semua amal baik dan bantuan semua pihak mendapatkan pahala yang sebesar-besarnya dari Allah SWT dan hasil penulisan ini menjadi bacaan yang bermanfaat Amin
Sungguminasa, DESEMBER 2012

Penulis

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i KATA PENGANTAR ............................................................................................. ii DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii BAB I. PEMBAHASAN .......................................................................................... 1 A. Osteoparosis ........................................................................................ 1 B. Artritis Reumatid .................................................................................... 9 C. Pengkajian ........................................................................................... 25 D. Klasifikasi Data .................................................................................. 26 E. Rencana keperawatan.......................................................................... 27 F. Tindakan Keperawatan ......................................................................... 30 G. Evaluasi Tindakan keperawatan .......................................................... 32

Tugas m

Anda mungkin juga menyukai

  • Anto
    Anto
    Dokumen6 halaman
    Anto
    Hardhyrhomero Parawali Karaeng Se're
    Belum ada peringkat
  • Power Point Bab 1 - 4
    Power Point Bab 1 - 4
    Dokumen13 halaman
    Power Point Bab 1 - 4
    Hardhyrhomero Parawali Karaeng Se're
    Belum ada peringkat
  • Power Point Bab 1 - 4
    Power Point Bab 1 - 4
    Dokumen13 halaman
    Power Point Bab 1 - 4
    Hardhyrhomero Parawali Karaeng Se're
    Belum ada peringkat
  • Tugas Terbaru
    Tugas Terbaru
    Dokumen24 halaman
    Tugas Terbaru
    Hardhyrhomero Parawali Karaeng Se're
    Belum ada peringkat
  • Psikologi Dan Keperawatan
    Psikologi Dan Keperawatan
    Dokumen8 halaman
    Psikologi Dan Keperawatan
    Hardhyrhomero Parawali Karaeng Se're
    Belum ada peringkat
  • Perspektif Abnormalitas
    Perspektif Abnormalitas
    Dokumen80 halaman
    Perspektif Abnormalitas
    Hardhyrhomero Parawali Karaeng Se're
    Belum ada peringkat
  • Anti
    Anti
    Dokumen3 halaman
    Anti
    Hardhyrhomero Parawali Karaeng Se're
    Belum ada peringkat
  • Atelektasis Klinik
    Atelektasis Klinik
    Dokumen9 halaman
    Atelektasis Klinik
    Hardhyrhomero Parawali Karaeng Se're
    Belum ada peringkat
  • Pewarisan Sifat
    Pewarisan Sifat
    Dokumen27 halaman
    Pewarisan Sifat
    Hardhyrhomero Parawali Karaeng Se're
    Belum ada peringkat
  • Konsep Keamana1
    Konsep Keamana1
    Dokumen14 halaman
    Konsep Keamana1
    Hardhyrhomero Parawali Karaeng Se're
    Belum ada peringkat
  • Umrah
    Umrah
    Dokumen21 halaman
    Umrah
    Hardhyrhomero Parawali Karaeng Se're
    Belum ada peringkat
  • Perkembangan Kepribadian
    Perkembangan Kepribadian
    Dokumen36 halaman
    Perkembangan Kepribadian
    Hardhyrhomero Parawali Karaeng Se're
    Belum ada peringkat
  • Tugas 4
    Tugas 4
    Dokumen3 halaman
    Tugas 4
    Hardhyrhomero Parawali Karaeng Se're
    Belum ada peringkat
  • Asal Usul Kehidupan
    Asal Usul Kehidupan
    Dokumen23 halaman
    Asal Usul Kehidupan
    Hardhyrhomero Parawali Karaeng Se're
    Belum ada peringkat
  • Ringkasan Cerita: Needs A Miracle. Tahun 2006, Ia Menjadi Pemain Figuran Di Teater Drama Vacation Yang
    Ringkasan Cerita: Needs A Miracle. Tahun 2006, Ia Menjadi Pemain Figuran Di Teater Drama Vacation Yang
    Dokumen7 halaman
    Ringkasan Cerita: Needs A Miracle. Tahun 2006, Ia Menjadi Pemain Figuran Di Teater Drama Vacation Yang
    Hardhyrhomero Parawali Karaeng Se're
    Belum ada peringkat
  • Akibat Perawat Lalai
    Akibat Perawat Lalai
    Dokumen1 halaman
    Akibat Perawat Lalai
    Hardhyrhomero Parawali Karaeng Se're
    Belum ada peringkat
  • Askep A. Pengertian: 1. Pengkajian
    Askep A. Pengertian: 1. Pengkajian
    Dokumen5 halaman
    Askep A. Pengertian: 1. Pengkajian
    Hardhyrhomero Parawali Karaeng Se're
    Belum ada peringkat
  • Tugas 2
    Tugas 2
    Dokumen3 halaman
    Tugas 2
    Hardhyrhomero Parawali Karaeng Se're
    Belum ada peringkat
  • Hubungan Prawat Dengan Psikologi
    Hubungan Prawat Dengan Psikologi
    Dokumen2 halaman
    Hubungan Prawat Dengan Psikologi
    Hardhyrhomero Parawali Karaeng Se're
    Belum ada peringkat
  • Tugas 3
    Tugas 3
    Dokumen5 halaman
    Tugas 3
    Hardhyrhomero Parawali Karaeng Se're
    Belum ada peringkat
  • KDM
    KDM
    Dokumen8 halaman
    KDM
    Hardhyrhomero Parawali Karaeng Se're
    Belum ada peringkat
  • Para Pemain Drama
    Para Pemain Drama
    Dokumen7 halaman
    Para Pemain Drama
    Hardhyrhomero Parawali Karaeng Se're
    Belum ada peringkat
  • Sistem
    Sistem
    Dokumen16 halaman
    Sistem
    Hardhyrhomero Parawali Karaeng Se're
    Belum ada peringkat
  • Proposal
    Proposal
    Dokumen7 halaman
    Proposal
    Hardhyrhomero Parawali Karaeng Se're
    Belum ada peringkat
  • HArdhy
    HArdhy
    Dokumen5 halaman
    HArdhy
    Hardhyrhomero Parawali Karaeng Se're
    Belum ada peringkat
  • Tugas 1
    Tugas 1
    Dokumen3 halaman
    Tugas 1
    Hardhyrhomero Parawali Karaeng Se're
    Belum ada peringkat
  • Perilaku Terlarang Pada Wanit1
    Perilaku Terlarang Pada Wanit1
    Dokumen14 halaman
    Perilaku Terlarang Pada Wanit1
    Hardhyrhomero Parawali Karaeng Se're
    Belum ada peringkat
  • Jepang
    Jepang
    Dokumen3 halaman
    Jepang
    Hardhyrhomero Parawali Karaeng Se're
    Belum ada peringkat
  • Anto
    Anto
    Dokumen4 halaman
    Anto
    Hardhyrhomero Parawali Karaeng Se're
    Belum ada peringkat