Anda di halaman 1dari 4

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah Mendidik anak pada hakekatnya merupakan usaha dari pihak orang tua untuk mengembangkan totalitas potensi yang ada pada diri anak (Shochib, 2000). Masa depan anak dikemudian hari akan sangat tergantung dari pengalaman yang didapatkan anak termasuk faktor pendidikan dan pola asuh orang tua. Di saat sekarang ini tidak sedikit orang tua yang mengejar kepentingan mereka sendiri dengan dalih untuk kesejahteraan anak, sehingga terkadang peran mereka sebagai orang tua yaitu mendidik dan mengasuh anak terlalaikan (Habibi, 2007). Orang tua sangat berperan penting dalam membentuk kepribadian anak dengan cara mengembangkan pola komunikasi dan interaksi dengan sesamanya agar menjadi pribadi yang mantap dan utuh. Marie Jahoda (Sumpeno, 1998) berpendapat bahwa seseorang yang memiliki kepribadian yang mantap adalah orang yang dapat menguasai lingkungannya secara aktif, memperhatikan kesatuan dan segenap kepribadiannya. Menurut pakar pendidikan, William Bennett (dalam Megawangi, 2003), keluarga merupakan tempat paling awal dan efektif dalam menjalankan fungsi departemen kesehatan, pendidikan dan kesejahteraan. Di dalam keluarga pola asuh terhadap anak sangatlah penting untuk membentuk sosialisasi anak pada dunia luar. Menurut resolusi Majelis Umum PBB (dalam Megawangi, 2003) fungsi utama keluarga adalah sebagai wahana untuk mendidik, mengasuh, dan mensosialisasikan anak, mengembangkan kemampuan seluruh anggotanya agar dapat menjalankan fungsinya di masyarakat dengan baik, serta memberikan kepuasan dan lingkungan yang sehat guna tercapainya keluarga sejahtera. Pola asuh dapat diartikan seluruh cara perlakuan orang tua yang diterapkan pada anak Menurut Amaliya (2006) pola asuh terhadap anak terdiri dari 3 macam yaitu: pola asuh demokratis, otoriter, dan permisif. Pola asuh orang tua merupakan kemampuan orang tua untuk menyediakan waktu, perhatian dan dukungan terhadapa anak agar dapat tumbuh dan berkembang dengan sebaik-baiknya secara fisik, mental dan sosial (Soekirman, 2000). Orang tua memiliki cara dan pola tersendiri dalam mengasuh dan membimbing anak. Cara dan pola tersebut tentu akan berbeda antara satu keluarga dengan keluarga yang lain. Pola asuh orang tua merupakan gambaran tentang sikap dan perilaku orang tua dan anak dalam berinteraksi, berkomunikasi selama mengadakan kegiatan pengasuhan. Dalam kegiatan pengasuhan ini orang tua akan memberikan perhatian, peraturan, disiplin, hadiah, dan hukuman, serta tanggapan terhadap keinginan anaknya. Sikap, perilaku, dan kebiasaan orang tua selalu dilihat, dinilai dan ditiru oleh

anaknya yang kemudian semua itu secara sadar atau tidak akan diresapi kemudian menjadi kebiasaan pula bagi anak-anaknya. Hal ini akan berpengaruh terhadap perkembangan anak (Ismira, 2008).

Menurut Hurlock (1993), salah satu hasil penting yang harus dimiliki seorang anak ketika akan memasuki usia sekolah (anak prasekolah) adalah kemampuan sosialisainya, tidak saja meliputi kecerdasan dan ketrampilan motorik tetapi juga hal lain seperti dapat menerima tokoh diluar orang tuanya, kesadaran akan tugas, patuh pada peraturan, dan dapat mengendalikan emosi-emosinya. Bidang sosialisasi bukan hanya terbatas pada masalah bagaimana seorang anak lakilaki atau wanita berperan, sopan santun atau etika pergaulan sehari-hari, tetapi juga menyangkut bidang kehidupan lainnya. Mendidik anak agar ia menjadi seorang yang jujur, mau menolong orang lain, atau taat dan patuh pada perintah Tuhan (bidang agama), bahkan sampai pada kecintaan dan kesetiaan pada negara, kesemuanya merupakan bidang sosialisasi (Markum. M, 1991) Faktor yang mempengaruhi sosialisasi pada anak, yaitu pola pengasuhan orang tua, pengaruh teman sebaya, penerimaan diri, dan lingkungan (Hurlock dalam Astuti, 2000). Usia prasekolah memberi kesempatan luas kepada anak untuk mengembangkan ketrampilan sosialnya. Di usia inilah anak mulai melihat dunia lain di luar dunia rumah bersama ayah dan ibu. Kemampuan bersosialisasi harus terus diasah. Sebab, seberapa jauh anak bisa meraih kesuksesannya, amat ditentukan oleh banyak relasi yang sudah dijalin (Isye, 2006) Masa kanak-kanak (anak usia praseolah) berlangsung antara usia dua sampai enam tahun. Masa ini sering disebut usia pra-gang atau usia berkelompok, karena pada masa ini anak-anak belajar melakukan hubungan sosial dan bergaul dengan orangorang diluar lingkungan rumah, terutama dengan anak-anak yang umurnya sebaya. Mereka belajar menyesuaikan diri dan bekerjasama dalam kegiatan bermain, masa ini juga merupakan masa yang ideal untuk mempelajari ketrampilan-ketrampilan tertentu dan potensi-potensi yang dapat dirangsang dan dikembangkan agar pribadi anak dapat berkembang secara optimal. Salah satunya adalah ketrampilan bersosialisasi (Patmonodewo, 2003). Dalam penjelasan ini bahwa orang tua merupakan wahana pertama dan utama bagi pembentukan sosialisasi anak.

1.2. Identifikasi Masalah 1.3 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka permasalahan yang diangkat pada penelitian ini adalah Apakah ada hubungan pola asuh orang tua dengan kemampuan sosialisasi pada anak prasekolah ?

1.4.1 Tujuan penelitian 1.4.1.1 Tujuan umum Mengetahui hubungan pola asuh orangtua dengan kemampuan sosialisasi pada anak prasekolah di TK Al - Bustam Way Kandis Bandar Lampung.
1.4.1.2 a.

Tujuan khusus

Mengetahui karakteristik orang tua b. Mengetahui tipe pola asuh yang diterapkan orang tua pada anaknya di TK Al-Bustam Bandar Lampung. c. Mengetahui kemampuan sosialisasi yang dimiliki oleh anak pra sekolah di TK Al-Bustam Bandar Lampung. 1.4.2 Manfaat Penelitian
1.4.2.1 Bagi Keluarga/ masyarakat

Keluarga dan masyarakat dapat meningkatkan wawasan tentang pola asuh yang sesuai serta kemampuan sosialisasi pada anak prasekolah.
1.4.2.2 Bagi Institusi/ Taman Kanak-kanak

Sebagai bahan masukan dalam mengembangkan dan meningkatkan pengetahuan tentang hubungan pola asuh orang tua dengan kemampuan sosialisasi anak prasekolah.

1.4.2.3 Bagi Peneliti

Menambah pengetahuan peneliti tentang pentingnya pola asuh yang sesuai pada anak prasekolah khususnya dalam bersosialisasi dan meningkatkan mutu pelayanan perawatan kepada klien baik individu, kelompok dan masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai