Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
TESIS
Oleh :
HAIKAL RAHMAN
002104008
TESIS
Oleh :
HAIKAL RAHMAN
002104008
NIM : 002104008
Menyetujui :
Komisi Pembimbing
(Prof. DR. dr. Jazanul Anwar) (Prof. Dr. Ir. Sumono, MS.)
DAFTAR ISI
Halaman
RINGKASAN .................................................................................................
UCAPAN TERIMA KASIH .........................................................................
RIWAYAT HIDUP ........................................................................................
KATA PENGANTAR ....................................................................................
DAFTAR ISI ....................................................................................................
DAFTAR TABEL ...........................................................................................
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................
PENDAHULUAN ........................................................................................... 1
Latar Belakang ............................................................................................. 1
Perumusan Masalah .................................................................................... 5
Tujuan Penelitian ........................................................................................ 6
Manfaat Penelitian ....................................................................................... 6
Hipotesis ..................................................................................................... 7
Kerangka Berpikir ...................................................................................... 8
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
PENDAHULUAN
Latar Belakang
yang beraneka ragam. Selain mendatangkan kemudahan dan kenyamanan hidup bagi
manusia, industri-industri ini juga menghasilkan limbah yang sering disebut dengan
sampah.
Sampah tidak akan pernah lepas dari denyut nadi kehidupan setiap manusia.
sampah sebagai akibat dari penggunaan barang-barang konsumi yang dihasilkan oleh
industri-industri tersebut.
terjadinya proses degradasi lingkungan maka sampai saat ini tetap saja diperlukan
pengelolaan sampah.
Akan tetapi masalah sampah ini tidak pernah selesai karena aktivitas
(sampah organik dan anorganik) sedapat mungkin diolah dan digunakan kembali
dilakukan. Karena selain dapat dijadikan pupuk ternyata sampah tersebut dapat
Tempat Pembuangan Akhir (TPA) yang ada saat ini, pada dasarnya
dekomposisi bahan organik secara anaerobik menjadi gas Metana (CH4), Karbon
dioksida (CO2), dan sejumlah kecil N2, H2. Gas Metana ini merupakan gas rumah
kaca yang memiliki efek rumah kaca 20-30 kali lebih besar dibanding dengan
Karbondioksida. (Suprihatin,2003)
Untuk setiap satu ton sampah yang terdapat di TPA rata-rata dapat
menghasilkan 0.235 m³ gas Metana (Henry and Heinke, 1996), sedangkan jika
Dengan demikian, dengan menghasilkan satu ton kompos, rata-rata emisi gas
rumah kaca sebesar 0,47 ton metana atau setara dengan 9,4 ton karbon dioksida dapat
dicegah. (Suprihatin,2003)
3
Protokol Kyoto, yang diadakan pada tahun 1997 (suatu pertemuan yang
mencantumkan bahwa emisi gas rumah kaca dapat diperdagangkan. Meskipun untuk
itu sebelumnya harus dilakukan suatu verifikasi dan sertifikasi. Harga reduksi emisi
gas rumah kaca tersebut berkisar 5-20 dollar AS per ton karbon. (Suprihatin,2003)
Di Indonesia, ternyata perdagangan emisi gas rumah kaca ini telah dilakukan
melalui mekanisme kerja sama antara Pemerintah Indonesia dengan Bank Dunia
tahunnya. Melalui mekanisme perdagangan gas rumah kaca ini, produksi 100.000
ton kompos/tahun dapat menghasilkan nilai ekonomi sebesar 0,7-2,9 juta dollar
AS/tahun. (Suprihatin,2003)
bernilai ekonomis juga telah banyak yang dilakukan. Sebagai contoh, di Amerika
Serikat kini telah banyak berdiri pusat-pusat recycle yang menerima berbagai macam
Sebagai contoh harga kaleng coca cola dan sejenisnya dihargai 5 sen untuk setiap
kalengnya. (Budianta,2003)
4
Untuk wilayah Asia Tenggara pusat daur ulang ini juga telah beroperasi di
Thailand, bahkan saat ini otoritasnya telah diakui hingga ke Vietnam dan Kamboja.
Pusat recycle ini bernama Wongpanit dan telah memiliki sertifikasi ISO 14001.
Pusat daur ulang ini memberikan standarnisasi harga terhadap kertas bekas,
plastik bekas, besi bekas, dan lainnya. Sehingga setiap orang yang datang ke tempat
tersebut dapat melihat dan menjual sendiri barang-barang bekas yang mereka miliki.
(Budianta,2003).
berlangsung sejak lama. Setiap hari terlihat pemulung keluar masuk daerah
kembali. Di Tempat Pembuangan Sementara (TPS) dan TPA juga terlihat pemulung
berkumpul mencari sampah yang dapat dijual kembali kepada para pengumpul
sampah.
infrastruktur recycling sampah, hanya saja selama ini sistemnya kurang terorganisasi
Bila sampah organik dipisahkan dan dikompos tersendiri, maka sisanya akan
terdiri dari sampah plastik, kertas, gelas, besi dan lain-lainnya. Sampah ini tentunya
dapat dijual kembali sebagai bahan baku industri dan memiliki nilai ekonomi yang
cukup tinggi.
Salah satu bukti nyata adalah nilai transaksi perdagangan sampah yang
dilakukan pada TPA Bantar Gebang, Jakarta. TPA yang merupakan lahan pekerjaan
5
bagi 6000 pemulung tersebut, saat ini telah mampu menghasilkan nilai transaksi Rp.
Medan ini adalah mengelola kebersihan dengan mengutip retribusi serta menangani
sesuatu yang bernilai ekonomi dalam bentuk produk daur ulang masih dilakukan oleh
Padahal hingga tahun 2003 saja jumlah timbulan sampah di kota Medan telah
mencapai 1.253 ton/harinya. Sedangkan yang dapat terangkut ke TPA hanya sebesar
rasio perbandingan senilai 2,21 : 1 antara sampah organik dengan sampah anorganik.
(Zulfi, 2000)
Hal inilah yang mendasari peneliti untuk mengadakan studi terhadap analisis
Dari uraian diatas juga dapat terlihat bahwa pengelolaan sampah tidak hanya
Dimana tentunya keuntungan ekonomi ini dapat digunakan sebagai sumber daya
Perumusan Masalah
sebagai berikut:
oleh Dinas Kebersihan Kota Medan mengikuti Peraturan Daerah Kota Medan
3. Seberapa besar potensi ekonomi yang terkandung pada sampah anorganik Kota
Tujuan Penelitian
Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 8 Tahun 2002 tentang Retribusi Pelayanan
Kebersihan.
3. Untuk mengetahui besarnya nilai ekonomi yang dapat diperoleh dari sampah
anorganik kota Medan yang dikelola oleh pemulung dan pengumpul sampah.
7
Manfaat Penelitian
1. Sebagai informasi bagi masyarakat dan pemerintah tentang efektifitas dan
Kebersihan.
sampah anorganik kota Medan yang dapat diperoleh melalui pengolahan sampah
Hipotesis
Medan belum dilakukan secara optimal bila ditinjau dari sudut efektifitas dan
efisiensi pengelolaannya sesuai dengan Perda Kota Medan Nomor 8 Tahun 2002
Kerangka Berpikir
masyarakat di Kota Medan, maka jenis sampah yang dihasilkan akan bervariasi baik
restribusi sampah, serta berkurangnya sampah yang diangkut ke TPA. Hubungan ini
retribusi Masyarakat
1
TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian Sampah
dan sebagainya) atau barang yang tidak berharga, hina dan sebagainya
(Poerwardarminta, 1976).
yang tidak mempunyai nilai atau tidak berharga untuk maksud biasa atau utama
dalam pembikinan atau pemakaian barang rusak atau bercacat dalam pembikinan
manufaktur atau materi berkelebihan atau ditolak atau buangan. (Kamus Istilah
Lingkungan, 1994).
Pendapat lain mengatakan bahwa sampah adalah suatu bahan yang terbuang
atau dibuang dari sumber hasil aktivitas manusia maupun proses alam yang belum
Sedangkan Peraturan Daerah Kota Medan No. 8 tahun 2002 tentang Retribusi
suatu benda berupa benda padat, benda cair yang tidak berfungsi lagi, baik yang
berasal dari rumah tangga, bangunan dan termasuk yang ada di jalan umum.
sesuatu hasil buangan yang tidak bermanfaat sebagai akibat dari aktifitas manusia,
10
1. Sampah yang dapat membusuk, seperti sisa makanan, daun, sampah kebun,
2. Sampah yang tidak membusuk, seperti kertas, plastik, karet, gelas, logam yang
4. Sampah yang berbahaya terhadap kesehatan seperti sampah yang berasal dari
a. Pemukiman
Sampah dari kegiatan pertanian tergolong bahan organik, seperti jerami dan
sejenisnya. Sebagian besar sampah yang dihasilkan selama musim panen dibakar
atau dimanfaatkan untuk pupuk. Untuk sampah bahan kimia seperti pestisida dan
11
pupuk buatan perlu perlakuan khusus agar tidak mencemari lingkungan. Sampah
Sampah yang berasal dari kegiatan pembangunan dan pemugaran gedung, ini bisa
bambu, triplek. Sampah Anorganik, misalnya: semen, pasir, spesi, batu bata,
Sampah yang berasal dari daerah perdagangan seperti: toko, pasar tradisional,
warung, pasar swalayan ini terdiri dari kardus, pembungkus, kertas, dan bahan
berasal dari lembaga pendidikan, kantor pemerintah dan swasta biasanya terdiri
dari kertas, alat tulis-menulis (bolpoint, pensil, spidol, dll), toner foto copy, pita
printer, kotak tinta printer, baterai, bahan kimia dari laboratorium, pita mesin
ketik, klise film, komputer rusak, dan lain-lain. Baterai bekas serta limbah bahan
kimia harus dikumpulkan secara terpisah dan harus memperoleh perlakuan khusus
e. Industri
Sampah ini berasal dari seluruh rangkaian proses produksi (bahan-bahan kimia
plastik, kain/lap yang jenuh dengan pelarut untuk pembersihan). Sampah industri
berupa bahan kimia yang seringkali beracun juga memerlukan perlakuan khusus
sebelum dibuang.
kualitas sampah karena pemakaian bahan baku yang semakin beragam serta cara
pengepakan dan produk manufaktur yang semakin beragam pula. (Slamet, 2000)
Pengelolaan Sampah
jenis sampah yang akan dikelola. Beberapa cara pengelolaan akhir sampah yang
membuat sendiri, serta tidak memerlukan peralatan dan instalasi yang mahal.
Proses insenerator ini mampu mereduksi limbah hingga 90%, meskipun panas
dengan bahan pembuatnya seperti kertas, kaca, plastik, besi, karton, aluminium
estetika lingkungan. Jenis dumping yang lain dan sering dilakukan masyarakat
dalam badan air misalnya sungai, laut, saluran air lainnya (Naria, 1996)
a. Canberra
Kota Canberra memiliki program bebas sampah tahun 2010 (No waste 2010
Canberra). Kota yang memproduksi sampah sebesar 250 ribu ton per tahun ini
daerah Mungga Lande dan Belconnen. Total sampah terdiri dari 60% kertas,
karton kemas, sampah organik, puing, dan batuan sisa bangunan. Kota Canberra
ulang dikontrakkan dengan swasta. Terdapat tiga program yang dilakukan oleh
pekarangan, daur ulang yang dikoordinir kelompok yang disebut REVOLVE dan
(CERN). Pada CERN ini tersedia database yang lengkap beserta suppliernya,
dan jika sebuah sampah belum didapatkan, warga tersebut dapat mendaftar
Proyek zero waste untuk kawasan ini diterapkan dengan melibatkan warga dalam
pengelolaan sampah dengan prinsip dari warga untuk warga. Pengelolaan sampah
dilakukan hanya per kawasan, sehingga biaya angkut menjadi 0%. Sampah yang
sebanyak 12 ton/bulan serta menghasilkan kertas daur ulang, biji plastik, logam
Karang Pamulang - Pasir Impun dengan luas 7 Ha. Struktur kontruksi dilakukan
sedemikian rupa hingga tumpukan bau dapat diatasi dengan menggali lubang
liat kedap air, lubang tersebut dilengkapi pipa yang dapat mengalirkan cairan
limbah dan biogas. Tempat Pembuangan Sampah ini mampu mengelola sampah
500 - 1000 m3/hari. Hasil pengelolan sampah tersebut menghasilkan daya listrik
16
40.000 watt, serta sampah busuk dijual berupa kompos. Dari hasil pengelolaan
Kota Medan dalam mengelola kebersihan kota Medan. Visi Dinas Kebersihan kota
Untuk itu Dinas ini memberikan pelayanan sampah yang meliputi kegiatan :
Sementara (TPS).
Dari penjabaran visi tersebut maka misi dari Dinas Kebersihan Kota Medan
masyarakat.
1.PENYEDIA SARANA
DINAS ANGKUTAN, PERSONIL DAN
KEBERSIHAN PERALATAN MEMPERLANCAR
2.PEMUNGUTAN RETRIBUSI PEMBUANGAN
DAN PENYEDIA DANA SAMPAH KE TPA
3.PELAKSANAAN DENGAN
KOORDINASI
undang nomor 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan hidup pasal 6 ayat (1)
18
• Peraturan Daerah Kota Medan No 4 tahun 2001 tentang Organisasi dan Tata
• Peraturan Daerah Kota Medan No. 8 tahun 2002 tentang Retribusi Pelayanan
Kebersihan.
Medan.
• Surat Keputusan Walikota Medan Nomor 10 tahun 2002 tentang Tugas dan
Nilai ekonomi pengelolaan sampah pada umumnya berasal dari dua sektor,
yaitu :
(1) Sektor formal, yaitu sektor nilai ekonomi yang dikelola oleh pemerintah.
(2) Sektor informal, yaitu sektor nilai ekonomi yang dikelola oleh pemulung dan
pengumpul sampah.
Hal yang menarik adalah dimana pada satu sisi sektor informal ini memiliki
peranan penting dalam pengelolaan sampah. Para pemulung mencari barang yang
bernilai ekonomis dari tumpukan sampah, TPS dan TPA maupun dari rumah ke
rumah.
yang efisien. Padahal pekerjaan tersebut dapat menjadi sumber kehidupan bagi
puluhan ribu orang miskin dan tak berdaya yang tinggal di kota, serta juga dapat
sumber pendanaan dalam pengelolaan sampah di kota Medan. Namun hingga saat
ini biaya yang dialokasikan oleh pemerintah dalam pengelolaan sampah di Kota
20
Medan adalah berasal dari retribusi sampah yang dikenakan pada setiap gedung dan
dari nilai yang disetorkan ke Kas Daerah (Pasal 19 ayat 1 Perda No. 8 tahun 2002)
-5%
Retribusi PEMKO APBD Dinas
Kebersihan Kebersihan
pemerintahan kota dari perolehan retribusi sampah dan septictank pada tahun 2002
Tabel 1. Target dan Realisasi pemasukan dari Sampah & Septictank Kota Medan
No Sumber Tahun Target (Rp) Realisasi (Rp)
1. Sampah 2002 5.368.000.000,- 3.780.738.742,- (70,43%)
2003 12.500.000.000,- 11.033.664.083,- (88,26%)
2. Septictank 2002 132.000.000,- 195.055.000,- (147%)
2003 198.000.000,- 270.900.000,- (136%)
Sumber: Dinas Kebersihan Kota Medan, 2003
21
satu tahun kerja, maka nilai pendapatan yang diperoleh dari pengutipan retribusi
tersebut nilainya tidak memadai dengan apa yang dibutuhkan oleh Dinas Kebersihan
untuk menjalankan kegiatan operasionalnya. Hal ini dapat dilihat dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Dinas Kebersihan Kota Medan Tahun
Sedangkan nilai ekonomi sampah kota Medan dari sektor informal berasal
dari penjualan ulang dari bahan-bahan yang dapat diolah kembali. Pada umumnya
sampah yang memiliki nilai ekonomi tersebut adalah bahan-bahan yang dapat di daur
membutuhkannya.
Harga sampah yang diperoleh dari beberapa pengumpul sampah yang dapat
Jalan Kangkung, (2) Jalan Asrama dekat rel, (3) Jalan Setia Budi, (4) Jalan Asrama
simpang Perumnas Helvetia, (5) Jalan Labu, (6) Jalan Karya, (7) Jalan Aksara, (8)
Jalan Panglima Denai, (9) Simpang Titi Kuning, (10) Jalan Krakatau, (11) Jalan HM
23
Joni, (12) Jalan Negara, (13) Jalan Wahidin, (14) Jalan Letda Sujono, (15) Jalan Kapt
Pattimura, (16) Jalan Jemadi, (17) Jalan Cemara, (18) Jalan Pelita 3, (19) Jalan
Purwo, (20) Jalan Sei Kera, (21) Jalan Bintang, (22) Jalan Sindoro, (23) Jalan Bilal,
(24) Jalan Boom, (25) Jalan Mestika, dan (26) Jalan Martinus Lubis (sumber: Data
Semua sentra penjualan sampah tersebut menjadi asset yang sangat potensil
secara ekonomi bagi masyarakat kota Medan. Dengan melihat jumlah sentra
penjualan sampah di atas berarti sentra tersebut juga telah menyerap tenaga kerja
informal yang cukup besar untuk kota Medan. Mulai dari pengumpul dan penjual
sampah, yang dapat memberikan kontribusi yang cukup besar dalam pengelolaan dan
Dari gambaran nilai ekonomi pengelolaan sampah yang dilakukan baik secara
formal maupun informal tersebut, maka dapat dinyatakan bahwa analisis nilai
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di Kota Medan, yaitu pada Dinas Kebersihan Kota
pengelolaan sampah Kota Medan yang telah dikelola oleh suatu Dinas pada
Pemerintahan Kota Medan, juga dikarenakan Kota Medan merupakan kota terbesar
ketiga di Indonesia setelah Jakarta dan Surabaya. Penelitian ini dilakukan selama 3
Jenis dan sumber data yang digunakan pada penelitian ini adalah data primer
dan data sekunder. Data primer diperoleh langsung dengan metode survey dengan
pengumpulan data. Format survey akan disesuaikan dengan jenis data yang akan
dari instansi terkait meliputi : Pemerintah Kota Medan, Dinas Kebersihan Kota
Medan, buku-buku literatur, jurnal ilmiah, hasil laporan penelitian dan lain
sebagainya.
25
Sebagai populasi dari penelitian ini adalah masyarakat kota Medan yang
Pengumpul dan Pemulung sampah yang ada di Kota Medan diambil secara
Tani, (2) Buruh/Karyawan, (3) Pedagang, dan (4) PNS/Pensiunan, (5) Pemulung dan
Pengumpul.
dan wilayah operasional dari Dinas Kebersihan Kota Medan dengan melibatkan
Metode Penelitian
wawancara dan pengamatan. Data primer dikumpulkan dengan kuesioner yang telah
disiapkan terlebih dahulu kepada para responden yang telah ditetapkan sebagai
sampel pengamatan.
rencana strategisnya.
Bagi responden yang tidak bisa mengisi angket maka akan diajukan beberapa
pertanyaan dalam paket survey dengan cara membacakannya, dan petugas pengambil
Paket survey yang disusun memuat beberapa pertanyaan yang akan dijawab oleh
untuk memberikan usulan dan jawaban apabila jawaban yang diinginkan oleh
• Analisis data
yang tidak dijawab oleh responden tidak akan diikutkan dalam tabulasi
28
setiap item pertanyaan. Persentase ini kemudian dikalikan dengan skor yang
4=(B) baik, 3=(CB) cukup baik, 2=(TB) tidak baik, dan 1=(STB) sangat
tidak baik.
Alpha) dengan menggunakan program SPSS 11.5 for Window (Gambar 5).
dengan rumus :
dimana :
α = koeffisien Alpha Cronbach
N = Jumlah item yang diberikan
r = rata-rata korelasi diantara setiap item
30
semakin besar nilai alpha yang diperoleh maka akan semakin tinggi tingkat
kepada responden penelitian untuk menjawab suatu kriteria yang akan dinilai
dimana :
= Chi-Kuadrat
xi – Ei = frekuensi dugaan dikurang frekuensi data
Ei = jumlah observasi
dengan kriteria :
α = > 0.05 ( level signifikan)
31
Kota Medan yang dipilih sebagai wilayah penelitian merupakan ibu Kota
dari Propinsi Sumatera Utara, memiliki luas wilayah 26.510 Ha atau 3.6 % dari
wilayah Propinsi Sumatera Utara. Secara administratif, wilayah Kota Medan hampir
secara keseluruhan berbatasan dengan Daerah Kabupaten Deli Serdang pada bagian
Barat, Timur dan Selatan. Sepanjang wilayah Utaranya langsung berhadapan dengan
Selat Malaka. Pada bagian sebelah Barat dan Utaranya juga berbatasan dengan
Kabupaten Langkat.
penduduk Kota Medan pada tahun 2002 diperkirakan telah mencapai 2.068.000 jiwa
Total timbulan sampah domestik di kota Medan pada tahun 2003 telah
mencapai 1253 ton/hari nya. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat
Wilayah
Operasional
3
Wilayah
Operasional
2
TPA yaitu (1) TPA Namo Bintang, berlokasi di Kelurahan Namo Bintang ;
Kecamatan Tuntungan dengan luas 17 Ha. TPA ini mampu menampung 60 % dari
total sampah yang dapat diangkut, (2) TPA Terjun, berlokasi di Kelurahan Terjun
34
Kebersihan Kota Medan telah membuat suatu proyeksi volume timbulan sampah.
Proyeksi timbulan sampah tersebut dapat dijabarkan lebih lanjut berdasarkan sifat
Sampah tersebut diangkut oleh armada truk milik Dinas Kebersihan, yang
sampah yang beroperasi dari tahun 2002 hingga tahun 2004 dapat dilihat pada Tabel
6, yang juga merupakan tabulasi dari proyeksi volume sampah yang dapat terangkut
ke TPA berdasarkan jumlah, volume dan ritasi truk angkutan sampah dari tahun 2002
hingga 2004.
Pada Tabel 6 dapat dilihat bahwa meskipun jumlah armada truk Dinas
Kebersihan Kota Medan dari tahun 2002 hingga tahun 2004 terus bertambah, namun
sampah yang mampu diangkut ke TPA ternyata belum 100 %. Persentase sampah
yang mampu diangkut oleh armada truk Dinas Kebersihan Kota Medan dalam
rentang waktu 2002 hingga 2004 disajikan pada Tabel 7 dibawah ini.
36
sampah domestik dalam kurun waktu 2002-2003 sebesar 11.8 % seiring dengan
hanya bertambah 1,7 % saja. Hal ini disebabkan karena tidak disewanya lagi Dump
Selain armada truk pengangkut sampah ini Dinas Kebersihan juga memiliki
kendaraan operasional lainnya yang berupa ; 7 unit truk tinja, 2 unit buldozer, 3 unit
whelloader, 2 unit bobcat, 10 unit pick-up, 1 unit truk servis serta 107 unit bak
Dinas Kebersihan didukung oleh sumber daya manusia (SDM) sebanyak 1802 orang
yang terdiri atas 23 orang pejabat struktural, 223 orang tenaga administrasi serta
37
1556 orang petugas lapangan. Gambaran lengkap tentang jumlah sarana dan sumber
daya manusia yang dimiliki oleh Dinas Kebersihan Kota Medan disajikan pada Tabel
8 dibawah ini.
Tabel 8. Sarana dan Sumber Daya Manusia yang dimiliki Dinas Kebersihan hingga
tahun 2004
No. Sarana dan SDM Jumlah
Kendaraan (unit)
1 Typer Truk 85
2 Arm Roll Truk 3
3 Arm Roll Truk 15
4 Dump Truk (sewa) 18
5 Typer Truk PD Pasar 3
6 Compactor Truk (sewa) 30
7 Truk Tinja 7
8 Bulldozer 2
8 Whell Loader 3
9 Bobcat 2
10 Pick-up 10
11 Truk servis 1
12 Kontainer sampah (TPS) 107
Total 188
Sumber Daya Manusia (orang)
1 Pejabat struktural 23
2 Tenaga Administrasi 233
3 Petugas Lapangan 1556
Total 1802
Sumber : Dinas Kebersihan
38
Medan dilakukan melalui survey yang melibatkan 533 orang responden dari berbagai
lapisan masyarakat. Secara umum, responden yang dipilih sebagai sumber data
primer adalah masyarakat yang mau mengisi paket survey dari sejumlah sampel yang
Dari data yang dirangkum pada Tabel 9 terlihat bahwa 86,3 % responden
masih berada pada usia produktif, yang terdistribusi sebanyak 55,3 % pada usia 22-
40 tahun dan 31,0 % pada usia 41-55 tahun. Hanya 5,8 % dari responden yang sudah
tergolong berusia lanjut, yaitu dengan umur >55 tahun serta ada sebanyak 7,9 % dari
responden yang masih dalam usia sekolah (umur 6-21 tahun) terjaring dalam
penelitian ini.
Dari hasil ini terlihat bahwa responden yang terlibat dalam penelitian ini
sudah mewakili semua jenis tingkat umur mulai dari usia dini, usia produktif dan
usia lanjut.
Selanjutnya bila ditinjau dari jenis kelamin responden, terlihat bahwa 65,9 %
hampir merata untuk berbagai jenis pekerjaan. Responden terbanyak adalah yang
bekerja sebagai Buruh/Karyawan (27,2 %), kemudian disusul dengan yang bekerja
terjaring sebesar 21,8 %, sedangkan yang bekerja sebagai petani hanya terjaring
sebesar 6,2 % .
responden memiliki tingkat pendidikan SLTA atau yang lebih rendah (76,0 %).
Diploma) hanya 13,1 % dan yang berpredikat sarjana ada sebanyak 10,9 %. Dari
uraian diatas dapat dinyatakan bahwa tingkat pendidikan responden bervariasi mulai
yaitu daerah yang didiami oleh masyarakat dari berbagai suku-bangsa, maka
41
pada Tabel 9.
Batak Toba, Mandailing dan Simalungun, disusul oleh suku Jawa sebanyak 36,8 %.
Beberapa suku lainnya adalah suku Minang sebanyak 8,8 %, suku Karo sebanyak 5,5
%, suku Melayu sebanyak 2,3 % serta suku lainnya sebanyak 5,3 %. Dari data diatas
dapat terlihat bahwa berbagai suku telah ikut serta sebagai sumber data yang
Pada umumnya resoponden yang terlibat dalam penelitian ini telah bekerja
dalam jangka waktu yang relatif cukup lama. Responden yang sudah bekerja dalam
jangka waktu lebih dari 4 tahun ada sebanyak 43,2 %. Sedangkan yang sudah bekerja
dalam rentang waktu 2-4 tahun ada sebanyak 39,0%. Hanya 17,8% dari responden
Tabel 9. Dari hasil survey terlihat bahwa hanya 19,3 % dari responden yang
sudah berkeluarga dengan tanggungan keluarga yang bervariasi antara 1-6 orang.
Keluarga yang memiliki jumlah tanggungan 3-4 orang ada sebanyak 31,0 %, disusul
sebanyak 21,6% dengan tanggungan 5-6 orang. Keluarga yang memiliki jumlah
tanggungan lebih besar dari 6 orang ada sebanyak 15,8 %, serta sebanyak 12,4 %
responden yang terlibat sebagai sumber data penelitian ini cukup bervariasi bila
ditinjau dari tingkat umur, jenis kelamin, jenis pekerjaan, tingkat pendidikan, jenis
dari jawaban para responden penelitian pada setiap wilayah operasional Dinas
dari 10 pertanyaan tersebut dirangkum dari Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 8
(hipotesis 1) maka dilakukan tes uji koefisien Alpha Cronbach (Lowry, 1999).
Hasil uji koefisien Alpha Cronbach yang dilakukan terhadap seluruh jawaban
responden yang menjawab pertanyaan yang diajukan kepada mereka bernilai 0.9851
reabilitas serta konsitensi internal yang tinggi, sehingga dapat digunakan untuk
bentuk skor dengan cara mengalikan setiap persentase penilaian dengan skala yang
telah ditentukan (5=(SB) sangat baik, 4=(B) baik, 3=(CP) cukup baik, 2=(TB) tidak
baik, dan 1=(STB) sangat tidak baik). Hasil dari perkalian ini selanjutnya dijumlah
sehingga diperoleh jumlah skor untuk setiap komponen pertanyaan yang dijawab
mengetahui efisiensi dan efektivitas pengelolaan sampah kota Medan disajikan pada
terhadap upaya Dinas Kebersihan dalam membersihkan sampah di jalan umum dari
baik (42.3%) hingga sangat baik (5.6%) ada sebanyak 47.9 %, dan responden yang
menilai tidak baik (29.2%) hingga sangat tidak baik (4.2%) ada sebanyak 33.4 %.
Sedangkan responden yang menilai cukup baik terhadap upaya Dinas Kebersihan
dalam membersihkan sampah di jalan umum ada sebanyak 18.7 % dan jumlah skor
yang dihasilkan oleh responden penelitian terhadap pertanyaan ini bernilai 3.16 (dari
skala 1- 5) .
sangat baik (7.1%) sebanyak 30.6 %, dan persentase responden yang menilai tidak
baik (36.8%) hingga sangat tidak baik (7.5%) ada sebanyak 44.3 %. Sedangkan
persentase responden yang menilai cukup baik terhadap upaya Dinas Kebersihan
Tempat Pembuangan Sementara (TPS) ada sebanyak 25.0% dan jumlah skor yang
dihasilkan oleh responden penelitian terhadap pertanyaan ini bernilai 2.86 (dari
skala 1- 5).
Sementara (TPS) pada wilayah dimana responden berdomisili dinilai para responden
penelitian dengan persentase dari baik (28.7%) hingga sangat baik (7.9%) sebanyak
36.6 %, dan persentase responden yang menilai tidak baik (26.7%) hingga sangat
46
tidak baik (7.1%) ada sebanyak 33.8 %. Sedangkan persentase responden yang
menilai cukup baik terhadap upaya Dinas Kebersihan dalam menyediakan Tempat
sebanyak 29.5% dengan jumlah skor yang dihasilkan oleh responden penelitian
Akhir (TPA). Persentase penilaian mereka dari baik (36.1%) hingga sangat baik
(7.9%) sebanyak 44.0 %, dan persentase responden yang menilai tidak baik (38.7%)
hingga sangat tidak baik (8.3%) ada sebanyak 47.0 %. Sedangkan persentase
responden yang menilai cukup baik terhadap upaya Dinas Kebersihan dalam
mengangkut sampah dari TPS ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) ada sebanyak
9.0% dengan jumlah skor yang dihasilkan oleh responden penelitian terhadap
biaya restribusi sampah yang harus dibayar oleh mereka kepada Dinas Kebersihan.
(28.6%) hingga sangat baik (5.7%) sebanyak 34.3 %, dan persentase responden
yang menilai tidak baik (40.5%) hingga sangat tidak baik (8.8%) ada sebanyak
49.3 %. Sedangkan persentase responden yang menilai cukup baik ada sebanyak
16.4 % dengan jumlah skor yang dihasilkan oleh responden penelitian terhadap
dari baik (30.4%) hingga sangat baik (5.9%) sebanyak 36.3 %, dan persentase
responden yang menilai tidak baik (40.3%) hingga sangat tidak baik (8.0%) ada
sebanyak 48.3 %. Sedangkan persentase responden yang menilai cukup baik ada
sebanyak 15.5 % dengan jumlah skor yang dihasilkan oleh responden penelitian
penilaian dari baik (27.9%) hingga sangat baik (7.3%) sebanyak 35.2 %, dan
persentase responden yang menilai tidak baik (41.6%) hingga sangat tidak baik
cukup baik ada sebanyak 9.9 % dengan jumlah skor yang dihasilkan oleh
responden penelitian terhadap pertanyaan ini bernilai 2.74 (dari skala 1- 5).
Pelayanan Kebersihan Kota Medan Tahun Anggaran 2003 dan 2004, persentase
reponden yang menilai baik (24.8%) hingga sangat baik (6.9%) sebanyak 31.7 %,
dan persentase responden yang menilai tidak baik (37.1%) hingga sangat tidak
baik (9.7%) ada sebanyak 46.8 %. Sedangkan persentase responden yang menilai
cukup baik ada sebanyak 21.5 % dengan jumlah skor yang dihasilkan oleh
responden penelitian terhadap pertanyaan ini bernilai 2.82 (dari skala 1- 5).
48
APBD Dinas Kebersihan Kota Medan Tahun Anggaran 2003 dan 2004 yang
memperlihatkan bahwa persentase yang menilai baik (26.9%) hingga sangat baik
(5.2%) sebanyak 32.1 %, dan persentase responden yang menilai tidak baik (42.4%)
hingga sangat tidak baik (7.2%) ada sebanyak 49.6 %. Sedangkan persentase
responden yang menilai cukup baik ada sebanyak 18.2 % dengan jumlah skor
yang dihasilkan oleh responden penelitian terhadap pertanyaan ini bernilai 2.81 (dari
skala 1- 5).
kerjasama dengan pihak swasta. Responden menilai kerjasama yang dilakukan oleh
Dinas Kebersihan ini dengan persentase dari baik (25.8%) hingga sangat baik
(9.4%) sebanyak 35.2 %, dan persentase responden yang menilai tidak baik (38.2%)
hingga sangat tidak baik (10.2%) ada sebanyak 48.4 %. Sedangkan persentase
responden yang menilai cukup baik ada sebanyak 16.4 % dengan jumlah skor
yang dihasilkan oleh responden penelitian terhadap pertanyaan ini bernilai 2.86 (dari
skala 1- 5).
kepada mereka dihitung persentasenya, maka akan diperoleh rata-rata dari penilaian
yang mereka berikan terhadap ke 10 pertanyaan tersebut (Tabel 10) . Persentase rata-
rata penilaian responden penelitian dari rentang baik (29.5%) hingga sangat baik
(6.9%) sebanyak 36.4 %, dan persentase rata-rata responden yang menilai tidak
49
baik (37.1%) hingga sangat tidak baik (8.4%) ada sebanyak 45.5 %. Sedangkan
persentase responden yang menilai cukup baik ada sebanyak 18.0 % dengan rata–
Jika dilihat dari jumlah skor yang dihasilkan terhadap setiap jawaban yang
diberikan oleh responden maka komponen pertanyaan yang menilai tentang upaya
komponen pertanyaan yang ditujukan untuk menilai peran serta masyarakat di sekitar
skor 2.74.
Hasil ini memberikan gambaran bahwa di satu sisi para responden masih
menilai kinerja Dinas Kebersihan masih belum optimal, namun ternyata disisi lain
efesiensi dan efektivitas pengelolaan sampah kota Medan maka dilakukan analisis
berada pada rentang skala penilaian Cukup Baik, dengan nilai hasil uji Chi-
kuadrat sebesar 2.8 (terbesar diantara skala lainnya) serta dengan tingkat
signifikan sebesar 0.903 (> 0.05). Hasil ini juga sesuai dengan rata-rata jumlah
skor yang dihasilkan dari jawaban yang diberikan responden yang bernilai
2.89.
51
pengelolaan sampah di Kota Medan (hipotesis 2). Analisis ini juga ditujukan untuk
mengetahui seberapa besar potensi ekonomi yang dapat diperoleh dari sampah
sampah anorganik yang dapat dipergunakan kembali (reuse) seperti karton dan
karung, dan sampah yang dapat didaur ulang (recycle) seperti kertas, besi tua,
plastik, atom, kaca, aluminium dan kuningan. Hal ini tentunya dilakukan dengan
pemulung murni.
volume sampah yang diperdagangkan, jumlah tenaga kerja serta harga dari sampah
Dari data yang diperoleh maka nilai ekonomi sampah kota Medan dapat
dilihat berdasarkan :
52
Volume perdagangan dari berbagai jenis sampah anorganik yang diperoleh dari
Tabel 11.
dijelaskan sebagai berikut. Dari berbagai jenis sampah anorganik ini ternyata
volume pengumpulan besi tua menempati urutan paling besar, yaitu sebanyak
41,64 ton/bulan, disusul dengan karton dengan berat total 34,77 ton/bulan dan
jenis kuningan dengan berat total 21.39 ton/bulan, sedangkan sampah jenis
karung yang berhasil dikumpulkan ada sebanyak 20.27 ton/bulan, dan sisanya
adalah sampah jenis kaca yang berhasil dikumpulkan ada sebanyak 19.64
ton/bulan.
sedangkan volume perdagangan karton untuk jenis karton ada sebanyak rata-rata
643,9 kg/bulan.
Jenis sampah anorganik lainnya seperti volume perdagangan besi tua ada
setiap bulannya.
juga tergolong tinggi yaitu sebanyak 595,1 kg/bulan, sedangkan rata-rata volume
masing-masing pengumpul.
Total volume sampah yang diperdagangkan ini masih sangat kecil sekali
(Tabel 5) yang mencapai 394 ton/hari. Sedangkan volume sampah yang mampu
dikelola oleh para pemulung dan pengumpul jumlahnya hanya 7.81 ton/hari atau
1/50.5 kali dari total volume timbulan sampah anorganik yang dihasilkan kota
kontribusi terhadap peningkatan daya angkut sampah domestik Kota Medan dari
69.8 % menjadi 70.26 % (peningkatan 0.43 % ) untuk tahun 2004, dimana hasil
ini mereka capai dengan minimnya sarana dan prasanana yang mereka miliki.
Karena jika dibandingkan dengan kinerja yang dilakukan Dinas Kebersihan pada
meningkatkan persentase daya angkut sampah di Kota Medan sebesar 1,7 % (dari
menambah 7 unit truk pengangkut sampahnya (Tabel 7) yang terdiri 5 unit typer
menyamai kapasitas produksi sampah anorganik Kota Medan (tahun 2004) untuk
sampah organik yang ada di kota Medan. Model proyeksi peningkatan kapasitas
daya angkut sampah oleh Dinas Kebersihan untuk tahun 2004 disajikan pada
Tabel 12. Model proyeksi peningkatan kapasitas daya angkut sampah oleh Dinas
Kebersihan Kota Medan untuk tahun 2004
Peningkatan Sisa sampah
Vol. Vol. Sampah Persentase
Volume yang tidak %
Sampah Terangkut sampah
Perdagangan dapat
Sampah ton/hari ton/hari terangkut
terangkut
(ton/hari) ton/hari peningkatan
(a) (b) (c) (b-c)
- 1266 884 382.00 69.80% 0%
7.81 1266 884 + 7.81 374.19 70.26% 0.43 %
7.81 x 5,05 1266 884 + 39.44 342.56 72.07% 2.25 %
7.81 x 12,62 1266 884 + 98.60 283.4 75.72% 5.90 %
7.81 x 25,25 1266 884 + 197.20 184.8 82.71% 12.88 %
7.81 x 50,5 1266 884 +394.00 -12 101.38% 31.55 %
Sumber : Analisis data Tabel 5, Tabel 7 dan Tabel 11
56
Potensi ekonomi sampah kota Medan dapat juga dilihat dari potensi
Jumlah tenaga kerja yang ikut ambil bagian dalam usaha pengelolaan sampah di
kota Medan setiap harinya meliputi pemulung, pengumpul sampah dan orang
pemulung yang ikut ambil bagian di Kota Medan ada sebanyak 1056 orang.
kota Medan yang cukup luas dan sentra pengumpulan sampah TPS yang tersebar
di Kecamatan.
Tabel 14. Rasio Perbandingan Jumlah Tenaga Kerja Sektor Informal dengan
Jumlah Tenaga Kerja Dinas Kebersihan
Tenaga Kerja Jumlah
Pemulung dan Pengumpul
- Pemulung = 1056 orang 1350 orang
- Bekerja utuk pengumpul = 294 orang
Dinas Kebersihan
- pejabat struktural = 23 orang 1802 orang
- tenaga administrasi = 233 orang
- petugas lapangan = 1556 orang
Rasio 0.749
Sumber : Analisis Data Tabel 8 dan Tabel 13
Jika dilihat dari rasio perbandingan jumlah tenaga kerja pada sektor
informal (pemulung dan pengumpul) dengan jumlah tenaga kerja yang dimiliki
dilakukan oleh pengumpul saat ini, yang memiliki rasio sangat kecil jika
memiliki rasio 0.0198 (Tabel 5), maka jumlah tenaga kerja pada sektor informal
58
besar. Dari hasil jawaban yang diperoleh dari pengumpul, dapat diketahui bahwa
nilai perdagangan sampah yang mereka lakukan selama sebulan memiliki rata-
Rp. 329.801.400,0 (Tabel 15) setiap bulannya atau setara dengan Rp.
2003. Rasio nilai perdagangan sampah para pengumpul per tahun dengan
realisasi APBD Dinas Kebersihan untuk 2003 disajikan pada Tabel 16 dibawah
ini.
59
Tabel 16. Rasio Nilai Perdagangan Sampah Para Pengumpul per tahun dengan
Realisasi APBD Dinas Kebersihan untuk 2003 (dalam Rupiah)
Jumlah Nilai Perdagangan Rasio
Uraian Pengumpul pertahun
(a) (b) (b)/(a)
Realisasi APBD Dinas
Kebersihan
Belanja Rutin
1.Belanja pegawai 11,880,045.561 3,957,616.800 0.333
2.Belanja barang 1,905,331.000 3,957,616.800 2.077
3.Belanja Pemeliharaan 6,438,857.301 3,957,616.800 0.615
4.Belanja Lain-lain 11,686,249.280 3,957,616.800 0.339
Belanja Pembangunan
Pengadaan sarana 1,272,200.000 3,957,616.800 3.111
Total 33,182,683.142 3,957,616.800 0.119
Sumber : Analisis data Tabel 2 dan Tabel 15
Dari Tabel 16 dapat terlihat bahwa rasio jumlah penjualan sampah yang
Kota Medan (pengadaan sarana) memiliki nilai yang paling tinggi (3.111).
Perbandingan lainnya yang memiliki nilai rasio yang cukup tinggi adalah
antara jumlah penjualan yang diperoleh pengumpul dengan belanja barang yang
dilakukan oleh Dinas Kebersihan Kota Medan (belanja rutin), yang bernilai
sebesar 2.077.
Kebersihan untuk tahun 2003, maka rasio nilai perdagangan yang dilakukan oleh
Namun dari rasio ini juga tergambarkan bahwa jika para pengumpul
pengumpul sampah ini dapat melebihi realisasi dari APBD Dinas Kebersihan
Hal ini tentunya masih sangat mungkin dilakukan mengingat bahwa saat
ini para pengumpul hanya mampu mengelola lebih kurang 1/50 kali dari total
Medan. Sedangkan jumlah dana yang merupakan bagian untuk Dinas Kebersihan
dari proses pengutipan retribusi sampah dan septictank (Pasal 19 ayat 1 Perda
No. 8 tahun 2002) sebesar 5 % (Gambar 3) dari total realiasi pemasukan dari
pengumpul dengan jumlah dana yang merupakan bagian untuk Dinas Kebersihan
disajikan akan diperoleh nilai sebesar pada 7.002 (r = 7.002), seperti yang
Tabel 17. Rasio Nilai Perdagangan Sampah Pengumpul per tahun dengan
Jumlah Dana yang Dihimpun Dinas Kebersihan dari Realiasi
Pemasukan Sampah dan Septictank untuk tahun 2003 (dalam
Rupiah)
Uraian Jumlah Uraian Jumlah
Realisasi
Pemasukan dari Dan yang Dihimpun
Sampah Dan Dinas Kebersihan/tahun
Septictank/tahun 11,304,564.083 5 % x (1*) 565,228.204
(1*)
Nilai perdagangan
3,957,616.800
sampah/tahun
Rasio 7.002
Sumber : Analisis Data Tabel 1 dan Tabel 16
berhasil dihimpun oleh para pengumpul sampah nilainya mencapai 7 kali (rasio
7.002) lebih besar dibandingkan dengan jumlah dana yang diperoleh Dinas
Kebersihan dari realisasi dari pengutipan retribusi untuk kurun waktu tahun
2003.
Nilai ekonomi sampah kota Medan dapat dilihat dari harga rata-rata
dijual kepada pengumpul adalah kertas, besi tua, plastik, atom, kaca, aluminium
dan kuningan.
62
Tabel 18. Harga rata-rata Sampah Anorganik dan Penghasilan yang diperoleh
Pemulung di Kota Medan setiap bulan
Dari hasil ini diketahui bahwa harga rata-rata sampah anorganik jenis
sampah karton adalah Rp 524,1 /kg. Harga rata-rata sampah anorganik jenis
logam seperti besi tua adalah Rp 983,1 untuk setiap kilogramnya, dan untuk jenis
Berbeda dengan sampah anorganik jenis polimer seperti plastik dan atom
yang mempunyai harga rata-rata Rp 838,1 /kg dan untuk sampah atom adalah Rp
1.035,7 /kg.
/kg, sedangkan untuk jenis gelas diperoleh harga rata-rata Rp 634,8 /kg.
Dari berbagai jenis sampah anorganik yang dijual oleh pemulung ternyata
sampah yang memiliki nilai ekonomi tertinggi setiap bulannya adalah berasal
dari sampah jenis logam aluminium Rp 93.510,5, disusul oleh jenis kuningan Rp
88.011,0, dan besi tua Rp 85.533,0. Sehingga dapat dikatakan bahwa sampah
jenis logam inilah yang sangat potensil sebagai sumber penghasilan bagi
kepada pemulung, yaitu hanya sebanyak Rp 33.647,0 setiap bulannya dan dari
maka data volume perdagangan yang diperoleh dari pengumpul (Tabel 11)
64
yang diterima oleh pemulung (Tabel 18). Jumlah total nilai ekonomi dari
sampah anorganik Kota Medan secara lengkap disajikan pada Tabel 19.
pada Tabel 19 ternyata besi tua memberikan nilai ekonomi paling besar untuk
setiap bulannya (Rp 40.938.355,0 ) diikuti dengan nilai ekonomi yang dihasilkan
paling rendah diantara sampah anorganik tersebut adalah jenis karung dengan
Tabel 19 juga memperlihatkan secara jelas bahwa total nilai ekonomi dari 9
206.164.990,7.
Dari hasil yang diperlihatkan pada Tabel 19 juga terlihat adanya selisih
antara nilai perdagangan sampah yang dilakukan oleh pengumpul (Tabel 15)
dengan jumlah penjualan yang diterima oleh para pemulung, seperti yang
Tabel 20. Selisih Nilai Perdagangan Sampah yang dilakukan Pengumpul dengan
Jumlah Penjualan yang diterima Pemulung.
Jumlah/bulan Jumlah/tahun
Uraian
(Rp.) (Rp.)
Nilai Perdagangan Sampah yang
329,801,400.0 3,957,616,800.0
dilakukan pengumpul
Jumlah Penjualan yang diterima
206,164,990.7 2,473,979,888.4
Pemulung
Selisih 123,636,409.3 1,483,636,911.6
Margin Keuntungan 37.5% 37.5%
Sumber : Analisis Data
pengumpul terhadap jumlah penjualan yang diterima pemulung. Ini berarti ada
yang diperoleh Dinas Kebersihan Kota Medan (Pasal 19 ayat 1 Perda No. 8
tahun 2002) melalui proses pengutipan retribusi maka akan diperoleh rasio
sebesar 7.5
tidaklah berlebihan apabila dalam waktu yang singkat Dinas Kebersihan dapat
dilengkapi dengan sarana prasarana serta sumber daya manusia yang jauh lebih
Kesimpulan
sebagai berikut :
Medan belum dilakukan secara optimal bila ditinjau dari sudut efektifitas dan
efisiensi pengelolaannya sesuai dengan Perda Kota Medan Nomor 8 Tahun 2002
pertanyaan yang diajukan kepada mereka. Dari rata-rata 497 responden yang
penelitian dari rentang baik (29.5%) hingga sangat baik (6.9%) sebanyak
36.4 %, dan persentase rata-rata responden yang menilai tidak baik (37.1%)
persentase responden yang menilai cukup baik ada sebanyak 18.0 % dengan
• Hasil uji Chi-kuadrat yang memberikan nilai 2.80 dengan level signifikan
sebesar 0.903 pada skala penilaian Cukup Baik. Hasil ini juga sesuai dengan
68
= Cukup Baik)
saat ini (7.81 ton/hari dengan rasio 0.0198 dari total sampah anorganik
(100%) maka kapasitas daya angkut Dinas Kebersihan Kota Medan akan
meningkat sebesar 31.5 % (dari 69.68 % menjadi 101,38 %) dan upaya ini
sampah.
69
saat ini telah menciptakan lapangan pekerjaan yang cukup besar. Dengan
volume perdagangan 7.81 ton/hari, sektor ini telah melibatkan 1350 orang
dengan rincian 294 orang yang berkerja pada pengumpul dan 1056 orang yang
3. Sampah anorganik yang terdapat di kota Medan memiliki potensi ekonomi yang
(rasio 0.0198 dari total sampah anorganik kota Medan) sektor informal ini
(Rp.33,182,683.142)
2,473,979,888.4/tahun.
Saran
Dari hasil yang diperoleh dalam penelitian analisis nilai ekonomi pengelolaan
persampahan dengan studi kasus di Dinas Kebersihan Kota Medan, maka ada
bahwa Dinas Kebersihan belum optimal dalam mengelola sampah Kota Medan,
maka Dinas Kebersihan perlu melakukan penataan untuk lebih meningkatkan lagi
melalui penataan tersebut akan dapat merubah masalah sampah menjadi peluang
bisnis yang dapat menjadi sumber dana terhadap Pemerintah Kota Medan.
2. Mengingat potensi ekonomi yang dimiliki oleh sampah, baik sampah organik
pengelolaan sampah menjadi produk yang memiliki nilai jual tinggi seperti bahan
baku logam, gelas, kertas dan pupuk dapat dilakukan dengan efisien dan efektif.
Medan.
barang-barang yang dapat di daur ulang, sehingga dimasa yang akan datang
Dinas Kebersihan dapat bertindak sebagai pengumpul sampah serta tidak lagi
DAFTAR PUSTAKA
Hendargo, Ismoyo Imam, 1994. Kamus Istilah Lingkungan. P.T. Bina Rena
Pariwara. Jakarta.
Naria, E., 1996. Pengelolaan Sampah Padat. Karya Ilmiah FKM USU, Medan
Siswiyati, E.A; Tejoyuwono, N., dan Suhardjo, A.J., 1999. Perilaku Tanah
Sebagai Instrumen Lingkungan Terhadap Pencemaran Sampah Kota.
Teknosains, Jakarta
Slamet, J.S., 2000. Kesehatan Lingkungan. Penerbit Gajah Mada University Press
Yogjakarta
Suhli, M., 2001. Menyulap Sampah Jadi Rupiah. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta
Sukendar, E., dan Abriansyah, T., 1999. Jangan Cuma Mengeluh, Gatra. Desember
1999, www gatranews.net
Suprihatin, Agung, 2003. Jangan Cuma Mengeluh, Gatra. Desember 1999, www
gatranews.net
Lampiran 1. Kuesioner
No Responden : ...............................................................
I. Pengantar
Angket ini disampaikan dengan hormat kepada responden dengan maksud untuk
memperoleh pendapat tentang Analisis Ekonomi Pengelolaan Persampahan Studi Kasus
Dinas Kebersihan Kota Medan. Pendapat ini sangat kami perlukan dalam rangka melihat
potensi ekonomi dan tingkat efektifitas pengelolaan sampah Kota Medan. Untuk itu kami
mohon agar responden dapat mengisi angket yang di buat dengan sebaik-baiknya demi
suksesnya tujuan penelitian ini. Atas kerjasama dan bantuan bapak dan ibu sebelumnya saya
ucapkan terimakasih.
Petunjuk Umum: Beri tanda check ( 3 ) pada jawaban yang sesuai dengan pilihan
saudara. Apabila ada saran atau pendapat yang diperlukan dapat
dituliskan pada tempat yang tersedia.
II. Identitas Responden
Nama : ................................................. (bila keberatan tidak perlu diisi)
Alamat : ................................................. (Cukup Nama Kelurahan)
Umur : ..................................................tahun
Pekerjaan tetap :
Petani
Pedagang
PNS/Pensiunan
:
Pengumpul
Buruh/Karyawan
75
Arahan ........
Arahan Untuk Pertanyaan No. 6
Target dan Realisasi pemasukan dari Sampah & Septictank Kota Medan
No Sumber Tahun Target (Rp) Realisasi (Rp)
1. Sampah 2002 5.368.000.000,- 3.780.738.742,- (70,43%)
2003 12.500.000.000,- 11.033.664.083,- (88,26%)
2. Septictank 2002 132.000.000,- 195.055.000,- (147%)
2003 198.000.000,- 270.900.000,- (136%)
Sumber: Dinas Kebersihan Kota Medan, 2003
Pengantar:
Berikut ini akan ditanyakan nilai ekonomis sampah Kota Medan. Angket ini
ditujukan secara khusus kepada Bapak/Ibu yang memiliki pekerjaan tetap atau tidak tetap
sebagai Pengumpul sampah.
Petunjuk Pengisian Angket
1. Berikan tanda Silang (×) pada salah satu jawaban (a), (b), (c), (d), dan (e) yang anda
setujui di dalam pilihan yang disediakan. Jika menurut saudara masih ada yang perlu
ditambahkan maka isilah pada titk-titik yang telah disediakan.
2. Penilaian adalah berdasarkan frekwensi
3. Berapakah volume perdagangan besi tua yang Bapak/Ibu lakukan selama sebulan
(a) < 250 kg (b) 251 – 500 kg (c) 501 – 750 kg
(d) 751 – 1.000 kg (e) > 1.000 kg ........................................
10. Berapakah jumlah pemulung yang melakukan penjualan sampah kepada Bapak/Ibu
selama sebulan :
(a) < 10 orang (b) 11 – 20 orang (c) 21 – 30 orang
(d) 31 – 40 orang (e) > 40 orang ........................................
11. Berapakah jumlah pekerja yang membantu penjualan bahan daur ulang (sampah) dalam
usaha Bapak/Ibu selama sebulan:
(a) < 10 orang (b) 11 – 20 orang (c) 21 – 30 orang
(d) 31 – 40 orang (e) > 40 orang ........................................
12. Berapakah jumlah penjualan bahan daur ulang (sampah) Bapak/Ibu selama sebulan :
(a) < Rp 5 juta (b) Rp 5,1 – Rp 10 juta (c) Rp 10,1– Rp 20 juta
(d) Rp 20,1 – Rp 30 juta (e) > Rp 30 juta ........................................
81
Pengantar:
Berikut ini akan ditanyakan nilai ekonomis sampah Kota Medan. Angket ini
ditujukan secara khusus kepada Bapak/Ibu yang memiliki pekerjaan tetap atau tidak tetap
sebagai Pemulung sampah.
Petunjuk Pengisian Angket
1. Berikan tanda silang (×) pada salah satu jawaban (a), (b), (c), (d), dan (e) yang anda
setujui di dalam pilihan yang disediakan. Jika menurut saudara masih ada yang perlu
ditambahkan maka isilah pada titk-titik yang telah disediakan.
2. Apabila saudara tidak dapat membaca tulis maka kepada saudara akan kami ajukan
beberapa pertanyaan dan jawaban saudara akan diisikan oleh tenaga pengambil data
yang kami sediakan
Pertanyaan Khusus Untuk Responden Pemulung (Pertanyaan No 1 - 9)
1. Berapakah harga rata-rata kertas perkilogram yang Bapak/Ibu jual kepada pengumpul:
(a) < Rp 500,- (b) Rp 501,- – Rp 750,- (c) Rp 751,- – Rp 1000,-
(d) Rp 1.001,– Rp 1.250 (e) > Rp 1.250,- ........................................
2. Berapakah harga rata-rata karton perkilogram yang Bapak/Ibu jual kepada pengumpul:
(a) < Rp 500,- (b) Rp 501,- – Rp 750,- (c) Rp 751,- – Rp 1.000,-
(d) Rp 1.001 – Rp 1.250 (e) > Rp 1.250,- ........................................
3. Berapakah harga rata-rata besi tua perkilogram yang Bapak/Ibu jual kepada pengumpul :
(a) < Rp 500,- (b) Rp 501,- – Rp 750,- (c) Rp 751,- – Rp 1.000,-
(d) Rp 1.001 – Rp 1.250 (e) > Rp 1.250,- ........................................
4. Berapakah harga rata-rata plastik perkilogram yang Bapak/Ibu jual kepada pengumpul:
(a) < Rp 500,- (b) Rp 501,- – Rp 750,- (c) Rp 751,- – Rp 1.000,-
(d) Rp 1.001 – Rp 1.250 (e) > Rp 1.250,- ........................................
82
5. Berapakah harga rata-rata atom perkilogram yang Bapak/Ibu jual kepada pengumpul :
(a) < Rp 500,- (b) Rp 501,- – Rp 750,- (c) Rp 751,- – Rp 1.000,-
(d) Rp 1.001 –Rp 1.250 (e) > Rp 1.250,- ........................................
6. Berapakah harga rata-rata kaca perkilogram yang Bapak/Ibu jual kepada pengumpul :
(a) < Rp 500,- (b) Rp 501,- – Rp 750,- (c) Rp 751,- – Rp 1.000,-
(d) Rp 1.001 – Rp 1.250 (e) > Rp 1.250,- ........................................
9. Berapakah harga rata-rata karung perbuah yang Bapak/Ibu jual kepada pengumpul :
(a) < Rp 500,- (b) Rp 501,- – Rp 750,- (c) Rp 751,- – Rp 1.000,-
(d) Rp 1.001 – Rp 1.250 (e) > Rp 1.250,- ........................................
83
Lampiran 3
Uji Cronbach’s Alpha
Reliability
Method 2 (covariance matrix) will be used for this analysis
R E L I A B I L I T Y A N A L Y S I S - S C A L E (A L P H A)
Correlation Matrix
Q1 Q2 Q3 Q4 Q5
Q1 1.0000
Q2 .7541 1.0000
Q3 .8435 .8749 1.0000
Q4 .8748 .7782 .6258 1.0000
Q5 .8179 .9265 .7323 .9471 1.0000
Q6 .7834 .9842 .8170 .8630 .9766
Q7 .7931 .9608 .7684 .9087 .9935
Q8 .8484 .9248 .7541 .9561 .9984
Q9 .7852 .9255 .7067 .9380 .9971
Q10 .7221 .8162 .5440 .9506 .9682
Q6 Q7 Q8 Q9 Q10
Q6 1.0000
Q7 .9928 1.0000
Q8 .9731 .9903 1.0000
Q9 .9740 .9939 .9934 1.0000
Q10 .9042 .9423 .9594 .9695 1.0000
Lampiran 4
Uji Chi-Kuadrat
NPar Tests
Descriptive Statistics
Chi-Square Test
Frequencies
SB
CB
TB
STB
Test Statistics
SB B CB TB STB
Chi-Squarea,b 3.091 1.273 2.818 2.818 3.727
df 4 8 7 7 5
Asymp. Sig. .543 .996 .901 .901 .589
a. 5 cells (100.0%) have expected frequencies less than 5. The
minimum expected cell frequency is 2.2.
b. 9 cells (100.0%) have expected frequencies less than 5. The
minimum expected cell frequency is 1.2.
c. 8 cells (100.0%) have expected frequencies less than 5. The
minimum expected cell frequency is 1.4.
d. 6 cells (100.0%) have expected frequencies less than 5. The
minimum expected cell frequency is 1.8.
88
Lampiran 5
JAWABAN KUESIONER EFEKTIFITAS DAN EFISIENSI PENGELOLAAN SAMPAH (Semua Responden)
Lampiran 6
Jawaban Kuestioner Khusus Untuk Responden Pengumpul (Pertanyaan No 1 - 12)
Lampiran 7
Jawaban Kuesioner Khusus Untuk Responden Pemulung (Pertanyaan No 1 - 9)
Harga
Dalam
No Komponen pertanyaan Pilihan Jawaban Rupiah