Anda di halaman 1dari 6

Hadits No.

954 Dari Nu'man Ibnu Basyir bahwa ayahnya pernah menghadap Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam dan berkata: Aku telah memberikan kepada anakku ini seorang budak milikku. Lalu Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bertanya: "Apakah setiap anakmu engkau berikan seperti ini?" Ia menjawab: Tidak. Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Kalau begitu, tariklah kembali." Dalam suatu lafadz: Menghadaplah ayahku kepada Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam agar menyaksikan pemberiannya kepadaku, lalu beliau bersabda: "Apakah engkau melakukan hal ini terhadap anakmu seluruhnya?". Ia menjawab: Tidak. Beliau bersabda: "Takutlah kepada Allah dan berlakulah adil terhadap anak-anakmu." Lalu ayahku pulang dan menarik kembali pemberian itu. Muttafaq Alaihi. Dalam riwayat Muslim beliau bersabda: "Carikan saksi lain selain diriku dalam hal ini." Kemudian beliau bersabda: "Apakah engkau senang jika mereka (anak-anakmu) sama-sama berbakti kepadamu?". Ia Menjawab: Ya. Beliau bersabda: "kalau begitu, jangan lakukan."

- - : ( ? : . ) : ( . : ? : : , : , ) : ( ) ? : :
Hadits No. 955 Dari Ibnu Abbas Radliyallaahu 'anhu bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Orang yang menarik kembali pemberiannya bagaikan anjing yang muntah kemudian menjilat kembali muntahannya." Muttafaq Alaihi. Dalam riwayat Bukhari: "Kami tidak mempunyai perumpamaan yang buruk, bagi orang yang menarik kembali pemberiannya bagaikan anjing yang muntah kemudian menjilat kembali muntahannya."

, - - : ( ) : ( , )
Hadits No. 956 Dari Ibnu Umar dan Ibnu Abbas bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Tidak halal bagi seorang muslim memberikan suatu pemberian kemudian menariknya kembali, kecuali seorang ayah yang menarik kembali apa yang diberikan kepada anaknya." Riwayat Ahmad dan Imam Empat. Hadits shahih menurut Tirmidzi, Ibnu Hibban dan Hakim.

- - , : ( , ; ) , , , ,
Hadits No. 957 'Aisyah Radliyallaahu 'anhu berkata: rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam pernah menerima hadiah dan membalasnya. Riwayat Bukhari.

- - : ( , )
Hadits No. 958 Ibnu Abbas Radliyallaahu 'anhu berkata: Ada seseorang memberi seekor unta kepada Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam, lalu beliau membalasnya dan bertanya: "Apakah engkau telah rela?". Ia menjawab: Tidak. Lalu beliau menambah dan bertanya: "Engkau telah rela?". Ia menjawab: Tidak. Lalu beliau menambah lagi dan bertanya: "Engkau telah rela?". Ia menjawab: Ya. Riwayat Ahmad. Hadits shahih menurut Ibnu Hibban.

, - - : ( , : ? : , : ? : : ? : )
Hadits No. 959 Dari Jabir Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Umra (memberikan rumah kepada orang lain dengan ucapan: Aku memberikan rumah ini seumur hidupmu) itu menjadi milik bagi orang yang diberi." Muttafaq Alaihi. Menurut riwayat Muslim: "Jagalah hartamu dan janganlah menghamburkannya, karena barangsiapa ber-umra maka ia menjadi milik orang yang diberi umra selama ia hidup dan mati, dan menjadi milik keturunannya." Umra yang diperbolehkan oleh Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam ialah bila ia berkata: Ia milikmu dan keturunanmu. Jika ia berkata: Ia milikmu selama engkau hidup, maka pemberian itu akan kembali kepada pemiliknya. Menurut Riwayat Abu Dawud dan Nasa'i: "Janganlah memberi ruqba (memberi rumah kepada orang lain dengan ucapan: Jika aku mati sebelummu, maka rumah ini menjadi milikmu dan jika engkau mati sebelumku, maka rumah ini kembali padaku) dan umra karena barangsiapa menerima ruqba dan umra maka ia menjadi milik ahli warisnya."

: ( ) : ( , ) : ( : : ) : ( , )

Hadits No. 960 Umar berkata: Aku pernah memberikan seekor kuda untuk perjuangan di jalan Allah, namun orang yang diberi kuda itu mentelantarkannya. Lalu aku mengira bahwa ia akan menjualnya dengan harga yang murah. Maka aku tanyakan hal itu kepada Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam dan beliau bersabda: "Jangan membelinya walaupun ia memberimu harga satu dirham." Hadits Muttafaq Alaihi.

: ( , , : , )
Hadits No. 961 Dari Abu Hurairah Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Saling memberi hadiahlah kamu sekalian, agar kalian saling mencintai." Riwayat Bukhari dalam kitab al-Adab al-Mufrad dan Abu Ya'la dengan sanad hasan.

: ( )
Hadits No. 962 Dari Anas Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: Saling memberi hadiahlah karena hadiah itu akan menghilangkan kedengkian." Riwayat al-Bazzar dengan sanad lemah.

) : ( ,
Hadits No. 963 Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Wahai kaum muslimat, janganlah sekali-kali seorang wanita meremehkan pemberian tetangganya walaupun hanya ujung kaki kambing." Muttafaq Alaihi.

: ( ! )
Hadits No. 964 Dari Ibnu Umar Radliyallaahu 'anhu bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Barangsiapa memberikan suatu hibah, ia lebih berhak untuk menariknya sebelum dibalas." Hadits shahih riwayat Hakim. Menurutnya yang terpelihara dari hadits itu ialah diriwayatkan oleh Umar dari Umar.

- - , : ( , , ) , ,

BAB II HIBAH A. Arti

Kata hibah berasal dari bahasa Arab yang sudah diadopsi menjadi bahasa Indonesia, kata ini merupakan mashdar dari kata yang berarti pemberian.[3] Sedangkan pengertian hibah secara terminologi adalah :


Akad yang menjadikan kepemilikan tanpa adanya pengganti ketika masih hidup dan dilakukan secara sukarela.
{3} Helmi Karim, 1997, Fiqh Muamalah, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, edisi 1, cet. 2, hal. 73

Pendapat yang lebih maslahat Berangkat dari kedua pendapat antara Mazhab SyafiI dan Kompilasi Hukum Islam dan dasar hukum yang digunakan maka penulis memberikan argumentasi bahwa Kompilasi Hukum Islam beranjak dan bersumber mayoritas dari Fiqh SyafiI, karena apa yang ada di dalam argument Kompilasi Hukum Islam sama dengan yang ada di Fiqh SyafiI, tetapi Kompilasi Hukum Islam membuat suatu hukum yang sama sekali tidak ada di Fiqh SyafiI, artinya Kompilasi Hukum Islam memberikan tamahan hukum tentang permasalahan yang dibahas di dalam pembahasan ini. Tambahan yang diberikan Kompilasi Hukum Islam memberikan gambaran kebaikan daripada hukum itu sendiri. Misalnya di dalam ketentuan pelaksanaan hibah, Kompilasi Hukum Islam menambahkan dengan batas usia yang dimiliki oleh si penghibah yaitu 21 tahun. Kemudian dari pada itu Kompilasi Hukum Islam menambahkan lagi dengan batas hibah yang diberikan penghibah yaitu 1/3 dari harta yang ada. Ketentuan-Ketentuan ini sebelumnya tidak dibicarakan di dalam Fiqh SyafiI karena beliau (Imam SyafiI dan pengikut-pwngikutnya) memandang secara umum terhadap pelaksanaan hibah itu sendiri. Berarti apa yang dikeluarkan Kompilasi Hukum Islam itu dipandang lebih mashlahat dan lebih baik ketimbang dari hukum yang dikeluarkan oleh Mazhab SyafiI. kedua-duanya yaitu Kompilasi Hukum Islam dan Mazhab SyafiI bertujuan untuk kepentingan umum. Artinya mengeluarkan hukum untuk kepentingan umum, tetapi yang lebih mashlahat untuk diterapkan di tengah-tengah masyarakat, akan tetapi bukan

berarti pendapat Mazhab SyafiI dikesampingkan atau tidak kuat, disini kita memandang penerapan hukumnya di masa sekarang ini. Selain daripada itu Kompilasi Hukum Islam adalah produk hukum yang datangnya dari penguasa dalam hal ini pemerintyah melalui Instruksi Presiden No. 1 Tahun 1991, dalam kewenangan penguasa (pemerintah) dalam mengurus rakyat, Jalaluddin Abdurrahman ada membuat kaedah sebagai berikut :

Artinya : Kewenangan Imam (Penguasa) dalam mengurus rakyat terikat dengan maslahat. Penulis melihat apa yang dikemukakan dalam Kompilasi Hukum Islam lebih mashlahat daripada apa yang dikemukakan Mazhab SyafiI. hal ini sangat sesuai dengan perkembangan peradaban manusia yang begitu cepat, dimana kemajuan teknologi dan arus globalisasi pada masa sekarang ini mestilah diimbangi dengan ketentuan-ketentuan hukum yang lebih mengikat agar dapat dijamin kemashlahatan umat di kemudian hari.

Anda mungkin juga menyukai