Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN Elastisitas adalah kemampuan suatu benda untuk kembali ke bentuk awalnya segera setelah gaya luar yang diberikan kepada benda itu dihilangkan ( dibebaskan ) . Misalnya karet, pegas dll. Banyak benda yang berubah bentuknya oleh pengaruh gaya, akan tetapi bentuk atau ukurannya akan kembali ke semula setelah gaya yang diadakan padanya dihilangkan . Benda seperti itu dinamakan benda yang elastik.
Contoh nya : Ambil sebuah pegas, lalu regangkan. Tampak bahwa panjang pegas bertambah. Namun, begitu dilepaskan, pegas kembali ke panjang semula. Sebaliknya, jika pegas ditekan dari dua ujungnya maka panjang pegas berkurang. Namun, begitu tekanan dihilangkan, pegas akan kembali ke panjang semula. Sifat pegas yang kembali ke keadaan semula setelah gaya yang bekerja padanya dihilangkan disebut sifat elasis.
Namun, Benda-benda elastis ini mempunyai batas elastisitas tertentu. Besar tarikan atau tekanan yang diberikan tidak boleh terlalu besar. Jika pegas ditarik cukup jauh, bisa terjadi setelah tarikan dihilangkan, panjang akhir pegas lebih besar daripada panjang semula. Begitu pula jika pegas ditekan cukup jauh, bisajadi panjang akhir pegas lebih kecil daripada panjang semula. Kondisi ini terjadi karena pegas telah melampaui batas elastisitasnya. Batas elastis itu apa ? lalu bagaimana kita bisa mengetahui hubungan antara besarnya gaya yang diberikan dan perubahan panjang minimum sebuah benda elastis agar benda tersebut bisa kembali ke bentuk semula ? untuk menjawab pertanyaan ini, mari kita mempelajari HUKUM HOOKE
1.
HUKUM HOOKE
Hukum Hooke adalah hukum atau ketentuan mengenai gaya dalam bidang ilmu fisika yang terjadi karena sifat elastisitas dari sebuah pir atau pegas. Besarnya gaya Hooke ini secara proporsional akan berbanding lurus dengan jarak pergerakan pegas dari posisi normalnya, atau lewat rumus matematis dapat digambarkan sebagai berikut:
di mana : F adalah gaya (dalam unit newton) k adalah konstante pegas (dalam newton per meter) x adalah jarak pergerakan pegas dari posisi normalnya (dalam unit meter).
1.1 Hukum Hooke pada Pegas Misalnya kita tinjau pegas yang dipasang horisontal, di mana pada ujung pegas tersebut dikaitkan sebuah benda bermassa m. Massa benda kita abaikan, demikian juga dengan gaya gesekan, sehingga benda meluncur pada permukaan horisontal tanpa hambatan. Terlebih dahulu kita tetapkan arah positif ke kanan dan arah negatif ke kiri. Setiap pegas memiliki panjang alami, jika pada pegas tersebut tidak diberikan gaya. Pada kedaan ini, benda yang dikaitkan pada ujung pegas berada dalam posisi setimbang (lihat gambar a). Untuk semakin memudahkan pemahaman dirimu,sebaiknya dilakukan juga percobaan.
Apabila benda ditarik ke kanan sejauh +x (pegas diregangkan), pegas akan memberikan gaya pemulih pada benda tersebut yang arahnya ke kiri sehingga benda kembali ke posisi setimbangnya (gambar b).
Sebaliknya,
jika
benda
ditarik
ke
kiri
sejauh
-x,
pegas
juga
memberikan gaya pemulih untuk mengembalikan benda tersebut ke kanan sehingga benda kembali ke posisi setimbang (gambar c).
Besar gaya pemulih F ternyata berbanding lurus dengan simpangan x dari pegas yang direntangkan atau ditekan dari posisi setimbang (posisi setimbang ketika x = 0). Secara matematis ditulis :
Persamaan
ini
sering
dikenal
sebagai
persamaan
pegas
dan
merupakan hukum hooke. Hukum ini dicetuskan oleh paman Robert Hooke (1635-1703). k adalah konstanta dan x adalah simpangan. Tanda negatif menunjukkan bahwa gaya pemulih alias F mempunyai arah berlawanan dengan simpangan x. Ketika kita menarik pegas ke kanan maka x bernilai positif, tetapi arah F ke kiri (berlawanan arah dengan simpangan x). Sebaliknya jika pegas ditekan, x berarah ke kiri (negatif), sedangkan gaya F bekerja ke kanan. Jadi gaya F selalu bekeja berlawanan arah dengan arah simpangan x. k adalah konstanta pegas. Konstanta pegas berkaitan dengan elastisitas sebuah pegas. Semakin besar konstanta pegas (semakin kaku sebuah pegas), semakin besar gaya yang diperlukan untuk menekan atau meregangkan pegas. Sebaliknya semakin elastis sebuah pegas (semakin kecil konstanta pegas), semakin kecil gaya yang diperlukan untuk meregangkan pegas. Untuk meregangkan pegas sejauh x, kita akan memberikan gaya luar pada pegas, yang besarnya sama dengan F = +kx. Hasil eksperimen menunjukkan bahwa x sebanding dengan gaya yang diberikan pada benda.
Besarnya gaya yang diberikan pada benda memiliki batas-batas tertentu. Jika gaya sangat besar maka regangan benda sangat besar sehingga akhirnya benda patah. Hubungan antara gaya dan pertambahan panjang (atau simpangan pada pegas) dinyatakan melalui grafik di bawah ini.
Jika sebuah benda diberikan gaya maka hukum Hooke hanya berlaku sepanjang daerah elastis sampai pada titik yang menunjukkan batas hukum hooke. Jika benda diberikan gaya hingga melewati batas hukum hooke dan mencapai batas elastisitas, maka panjang benda akan kembali seperti semula jika gaya yang diberikan tidak melewati batas elastisitas. tapi hukum Hooke tidak berlaku pada daerah antara batas hukum hooke dan batas elastisitas. Jika benda diberikan gaya yang sangat besar hingga melewati batas elastisitas, maka benda tersebut akan memasuki daerah plastis dan ketika gaya dihilangkan, panjang benda tidak akan kembali seperti semula; benda tersebut akan berubah bentuk secara tetap. Jika pertambahan panjang benda mencapai titik patah, maka benda tersebut akan patah. Berdasarkan persamaan hukum Hooke di atas, pertambahan panjang (delta L) suatu benda bergantung pada besarnya gaya yang diberikan (F) dan materi penyusun dan dimensi benda (dinyatakan dalam konstanta k). Benda yang dibentuk oleh materi yang berbeda akan memiliki pertambahan panjang yang berbeda walaupun diberikan gaya yang sama, misalnya tulang dan besi. Demikian juga, walaupun sebuah benda terbuat dari materi yang sama (besi, misalnya), tetapi memiliki panjang dan luas penampang yang berbeda maka benda tersebut akan mengalami
pertambahan panjang yang berbeda sekalipun diberikan gaya yang sama. Jika kita membandingkan batang yang terbuat dari materi yang sama tetapi memiliki panjang dan luas penampang yang berbeda, ketika diberikan gaya yang sama, besar pertambahan panjang sebanding dengan panjang benda mula-mula dan berbanding terbalik dengan luas penampang. Makin panjang suatu benda, makin besar besar pertambahan panjangnya, sebaliknya semakin tebal benda, semakin kecil pertambahan panjangnya. Jika hubungan ini kita rumuskan secara matematis, maka akan diperoleh persamaan sebagai berikut :
Persamaan ini menyatakan hubungan antara pertambahan panjang (delta L) dengan gaya (F) dan konstanta (k). Materi penyusun dan dimensi benda dinyatakan dalam konstanta k. Untuk materi penyusun yang sama, besar pertambahan panjang (delta L) sebanding dengan panjang benda mula-mula (Lo) dan berbanding terbalik dengan luas penampang (A). Kalau dirimu bingung dengan panjang mula-mula atau luas penampang, coba amati gambar di bawah ini terlebih dahulu.
Pada persamaan ini tampak bahwa pertambahan panjang (delta L) sebanding dengan hasil kali panjang benda mula-mula (Lo) dan Gaya per satuan Luas (F/A).
2.
Tegangan
Jika sebuah benda elastis ditarik oleh suatu gaya, benda tersebut akan bertambah panjang sampai ukuran tertentu sebanding dengan gaya tersebut, yang berarti ada sejumlah gaya yang bekerja pada setiap satuan panjang benda Gaya yang bekerja sebanding dengan panjang benda dan berbanding terbalik dengan luas penampangnya. Dalam fisika, besarnya gaya yang bekerja (F) dibagi dengan luas penampang (A) didefinisikan sebagai tegangan (stress), disimbolkan :
Dalam SI, satuan tegangan () adalah N/m2 yang diperoleh melalui pembagian satuan gaya dan luas. Apabila gaya tersebut menyebabkan pertambahan panjang pada benda, maka disebut tegangan tensil. Sebaliknya, jika gaya menyebabkan berkurangnya panjang benda, maka disebut tegangan kompresional.
3.
sehingga
Regangan
tali memberikan perlawanan berupa gaya dalam yang
Benda yang menggantung pada tali, menimbulkan gaya tarik pada tali , sebanding dengan berat beban yang dipikulnya (gaya aksi = reaksi). Respon perlawanan dari tali terhadap beban yang bekerja padanya akan mengakibatkan tali menegang sekaligus juga meregang sebagai efek terjadinya pergeseran internal di tingkat atom pada partikel-partikel yang
menyusun tali, sehingga tali mengalami pertambahan panjang (istilah jawanya : modot atau melur).
Jika pada akhirnya tali telah mengalami pertambahan sejauh l dari yang semula sepanjang L, maka regangan yang terjadi pada tali merupakan perbandingan antara penambahan panjang yang terjadi terhadap panjang mula-mula dari tali dan dinyatakan sebagai berikut :
Regangan = pertambahan panjang atau e = L panjang awal L
karena pembilang dan penyebutnya memiliki satuan yang sama, maka regangan adalah sebuah nilai nisbi, yang dapat dinyatakan dalam persen dan tidak mempunyai satuan.
4.
Modulus Young
Misalkan sebuah benda memiliki panjang L. Jika benda tersebut ditarik dengan gaya tertentu, maka panjang benda bertambah L. Besar pertambahan panjang tersebut berbanding lurus dengan panjang semula, atau L L
Hubungan ini yang menjadi alasan mengapa menambah panjang karet yang lebih panjang lebih mudah dilakukan daripada menambah panjang karet yang lebih pendek. Untuk mengganti kesebandingan di atas dengan tanda sama dengan, kita perkenalkan sebuah konstanta, , sehingga L = L
Gambar Kawat ditarik dengan gaya tertentu mengalami pertambahan panjang Ketika suatu gaya F ditekankan atau digunakan untuk meregangkan sebuah benda yang memiliki luas penampang A, maka gaya tersebut disebar ke seluruh penampang benda. Makin luas penampang benda yang dikenai gaya, makin kecil gaya per satuan luas yang dirasakan permukaan, yang pada akhirnya akan berpengaruh pada perubahan panjang benda. Yang lebih menentukan perubahan panjang benda bukan besarnya gaya secara langsung, tetapi gaya per satuan luas penampang. Besar gaya per satuan luas penampang ini disebut tekanan atau stress, =F A Dari hasil percobaan yang dilakukan orang pada sejumlah besar bahan diamati sifat yang menarik, yaitu perbandingan tekanan dan regangan untuk suatu benda selalu konstan. Pernyataan ini dapat diungkapkan dengan persamaan berikut ini Y = F/A atau F = k. L ; dimana k = YA L
L / L
Contoh :
Suatu kawat baja memiliki diameter 2 mm dan panjang 4 m. Kawat tersebut digunakan untuk menggantung benda yang bermassa 5,0 kg. Modulus Young kawat adalah 200 109 N/m2. Berdasarkan informasi tersebut hitunglah a) Pertambahan panjang kawat b) Konstanta pegas untuk kawat
Jawab : Dari informasi soal kita dapatkan diameter kawat d = 2 mm = 2 10-3 m, jari-jari kawat r = d/2 = 1 10-3 m, luas penampang kawat A = r2 = 3,14 (1 10-3)2 = 3,14 10-6 m2, panjang kawat L = 4 m, dan berat beban W = mg = 5,0 10 = 50 N.
a) Berdasarkan persamaan ( = F) dan (Y=F/A) strain kawat adalah
L / L
= = 1 W = 8 10-5__________ Y YA (200 10 9 )(3,14 10 6 ) Dengan menggunakan persamaan (L = L) pertambahan panjang kawat adalah L = L = (8 10 5 ) 4 = 3,2 10-4 m b) Dengan menggunakan persamaan (k = YA/L) konstanta pegas untuk kawat k = YA/L = (200 10
9
) (3,14 10 4
5.
Modulus Geser
Disamping dapat menyebabkan panjang benda berubah (berkurang ataubertambah), gaya dapat juga menyebabkan bentuk benda berubah. Misalkan kalianmemiliki sebuah balok karet. Salah satu sisinya dilengketkan di permukaan meja. Pada isi atas kalian dorong dengan gaya menyinggung permukaan karet. Apa yang kalian amati? Tentu bentuk benda menjadi miring di mana sisi atas bergeser. Besarnya perubahan bentuk benda bergantung pada jenis bahan. Untuk membedakan respons benda terhadap gaya geser tersebut maka didefinisikan suatu besaran yang namanya modulus geser. Makin sulit benda berubah bentuk, maka makin besar nilai modulus gesernya.
Berdasarkan percobaan yang dilakukan pada sejumlah benda diamati bahwa pergeseran posisi ujung atas benda saat dikenai gaya geser sebanding dengan tinggi
benda, atau
L L
Untuk mengubah tanda kesebandingan dengan tanda sama dengan, kita perkenalkan konstanta yang dinamai strain geser, sehingga L = L
Besarnya perubahan posisi ujung benda tidak bergantung langsung pada besarnya gaya geser, tetapi bergantung pada gaya geser per satuan luas permukaan yang disentuh gaya. Maka kita perlu memperkenalkan besaran yang namanya tekanan geser, = F A Tekanan geser agak berbeda dengan tekanan yang mengubah panjang benda. Pada perhitungan tekananan geser, arah gaya sejajar dengan arah permukaan. Sedangkan pada saat membahas perubahan panjang benda, arah gaya yang bekerja tegak lurus permukaan. Berdasarkan eksperimen untuk sejumlah besar bahan diperoleh hubungan yang menarik, yaitu Perbandingan antara tegangan geser dan regangan geser selalu konstan, atau
6.
Susunan Pegas
dengan konstanta k1 dan k2 disusun seri dengan gaya tarikan sebesar F(mg) pada ujung susunan, setiap pegas akan mendapat gaya yang sama besar, F. Berdasarkan Hukum Hooke:
Maka Persamaan menjadi: Dimana ks total adalah total konstanta pegas dari susunan seri.
Susunan Paralel Dalam susunan pegas paralel, selama gaya tarikan, F(mg) bekerja,
pertambahan panjang setiap pegas besarnya sama. x = x1 = x2 Jika gaya yang bekerja pada tiap pegas adalah F1 dan F2, maka: F = F1 + F2 kp total x = k1x1 + k2x2
kp total x = k1x + k2x kp total x = (k1+ k2) x Jadi, persamaan dapat dituliskan sebagai berikut.
Dimana kp total adalah total konstanta pegas dari susunan paralel. Dengan kata lain, konstanta pegas dalam susunan seri dijumlahkan secara terbalik (mengurangi nilai konstanta/meregangkan sistem), sedangkan konstanta pegas dalam susunan parelel dijumlahkan secara langsung (menambah nilai konstanta/mengeraskan sistem).
Contoh: Tujuh pegas k1, k2, k3, k4, k5, k6, dan k7 disusun seperti pada gambar di samping. k1 sampai k7 sejenis masingmasing memiliki konstanta gaya pegas 100 N/m. Jika ujung bawah pegas dibebani 10 kg (g = 10 m/s2). Hitung berapa m turunnya ujung bawah pegas tersebut! Penyelesaian: Diketahui : k1 k7 = 100 N/m m = 10 kg g = 10 m/s2 Ditanyakan: x = ...?
m k
7
k
1
k
2
k
3
k
4
k
5
k
6
kp1 = k1 + k2 + k3 + k4 = 100 + 100 + 100 + 100 = 400 N/m k5 dan k6 disusun secara paralel, maka: kp2 = k5 + k6 = 100 + 100 = 200 N/m kp1, kp2, dan k7 secara seri, maka:
n 1 1 1 1 1 1 1 1 1+ 2 + 4 7 = = + + = + + = = ks i =1 ki k p1 k p 2 k7 400 200 100 400 400
kp
2
k7
mg
10 10
7.
1 2 E p = k x 2
Keterangan:
Atau Ep = F.x
Contoh: Sebuah pegas memiliki panjang mula-mula 15 cm. Jika pegas digantung pada salah satu ujung dan ujung lainnya diberi beban 150 gram (g = 10 m/s2), sehingga panjang pegas menjadi 17,5 cm. Maka hitunglah: a. konstanta pegas dan b.energi potensial pada pegas Penyelesaian: Diketahui : x1 = 15 cm = 15 . 10-2 m x2 = 17,5 cm = 17,5 . 10-2 m x = x2 x1 = 17,5 . 10-2 15 . 10-2 = 2,5 . 10-2 m
g = 10 m/s2 m = 150 gram = 150 . 10-3 kg Ditanya Jawab : a. F m .g k = k . x = k . x mg 150 103 10 = = 60 N/m = x 2,5 102 Ep = 1 1 k x 2 = 60 2,5 102 2 2 : a. k = . ? dan b. Ep = . ?
b.
Daftar Pustaka :
Drs.A.A Ngr. Gunawan MT. Penuntun Praktikum Fisika Dasar Fakultas MIPA Universitas Udayana 2000. Markus.S. Drs.dkk.Konsep-konsep Fisika Dasar, 1996 Paramartha,Alit.2010.Penuntun Dasar:Jimbaran-Bali Giancoly, Douglas. 2001. Fisika. Erlangga:Jakarta. Kanginan, Martheen. 2004. Fisika SMA 2A. Erlangga:Jakarta. Syarifudin.2007.Intisari Fisika untuk SMA.Scientific Press:Jakarta http://geofact.multiply.com . Fisika untuk universitas Seans Zemansk penerbit Bina Cipta. http://www.fisikarudy.com/2011/09/22/elastisitas/ http://www.scribd.com/doc/38045431/Elastisitas-Fisika : Fisika Dasar II.laboratorium Klaten Fisika Drs. Yohanes Surya. P.Ananta, s-MIA Fisika 2A SMA PT Intan Pariwara