Anda di halaman 1dari 4

PENDAHULUAN Antioksidan merupakan zat yang dapat menetralkan radikal bebas, atau suatubahan yang berfungsi mencegah sistembiologi

tubuh dari efek yang merugikanyang timbul dari proses ataupun reaksi yang menyebabkan oksidasi yang berlebihan(Hariyatmi, 2004). Senyawa antioksidanyang diisolasi dari sumber alami kebanyakanberasal dari tumbuhan. Senyawaantioksidan alami tumbuhan umumnyaadalah senyawa fenolik atau polifenolik yang dapat berupa golongan flavonoid,turunan asam sinamat, kumarin, tokoferoldan asam-asam organik polifungsional(Kumalaningsih, 2006) Fungsi utama antioksidan digunakan sebagai upaya untuk memperkecil terjadinya proses oksidasi dari lemak dan minyak, memperkecil terjadinya proses kerusakan dalam makanan, memperpanjang masa pemakaian dalam industri makanan, meningkatkan stabilitas lemak yang terkandung dalam makanan serta mencegah hilangnya kualitas sensori dan nutrisi. Lipid peroksidasi merupakan salah satu factor yang cukup berperan dalam kerusakan selama dalam penyimpanan dan pengolahan makanan (Hernani dan Raharjo,2005).

Radikal bebas adalah sekelompok bahan kimia baik berupa atom maupun molekul yang memiliki elektron tidak berpasangan pada lapisan luarnya, juga merupakan suatu kelompok bahan kimia dengan reaksi jangka pendek yang memiliki satu atau lebih elektron bebas.( Sjamsul Arief. 2008).

Berdasarkan sumber perolehannya ada 2 macam antioksidan, yaitu antioksidan alami dan antioksidan buatan (sintetik) (Dalimartha dan Soedibyo, 1999). Adanya antioksidan alami maupun antioksidan buatan (sintetik) dapat menghambat oksidasi lipid, mencegah kerusakan, perubahan dan degradasi komponen organic dalam bahan makanan sehingga dapat memperpanjang umur simpan (Rohdiana, 2001).

Antioksidan terbagi menjadi antioksidan enzim dan vitamin. Antioksidan enzim meliputi superoksida dismutase (SOD), katalase dan glutation peroksidase (GSH.Prx). Antioksidan vitamin lebih popular sebagai antioksidan dibandingkan enzim. Antioksidan vitamin mencakup alfa tokoferol ( vitamin E ), beta karoten dan asam askorbat (vitamin C).

Kekurangan salah satu komponen tersebut akan menyebabkan terjadinya penurunan status antioksidan secara menyeluruh dan berakibat perlindungan tubuh terhadap serangan radikal bebas melemah, sehingga menjadi suatu piranti diaknostik yang penting. Pemeriksaan ini dapat

dilakukan melalui pengukuran yaitu status antioksidan total, superoksida dismutase dan glutation peroksidase sekaligus untuk memeriksa status selenium (Wijaya,1997).

2.5

Mekanisme Kerja Antioksidan

Antioksidan baik sintetik maupun alami dapat mencegah terjadinya oksidasi melalui beberapa mekanisme yaitu : pelepasan hidrogen dari antioksidan, pelepasan elektron dari antioksidan, adisi lemak kedalam cincin aromatik antioksidan dan pembentukan senyawa kompleks antara lemak dengan cincin aromatik dari antioksidan. Mekanisme kerja antioksidan memiliki dua fungsi. Fungsi pertama merupakan fungsi utama dari antioksidan yaitu sebagai pemberi atom hidrogen. Antioksidan (AH) yang mempunyai fungsi utama tersebut sering disebut sebagai antioksidan primer. Senyawa ini dapat memberikan atom hidrogen secara cepat ke radikal lipida (R*, ROO*) atau mengubahnya ke bentuk lebih stabil, sementara turunan radikal antioksidan (A*) tersebut memiliki keadaan lebih stabil dibanding radikal lipida. Fungsi kedua merupakan fungsi sekunder antioksidan, yaitu memperlambat laju autooksidasi dengan berbagai mekanisme diluar mekanisme pemutusan rantai autooksidasi dengan pengubahan radikal lipida ke bentuk lebih stabil (Gordon,1990).

2.6

Senyawa Antioksidan

Beberapa studi epidemiologi menunjukan bahwa peningkatan konsumsi antioksidan fenolik alami yang terdapat dalam buah, sayur-mayur, dan tanaman serta produk-produknya mempunyai manfaat besar terhadap kesehatan. Hal ini disebabkan karena adanya kandungan beberapa vitamin ( A, C, E, dan folat ), serat dan kandungan kimia lain seperti polifenol yang mampu menangkap radikal bebas (Gill et al, 2002)..

2.7

Uji Aktivitas Antioksidan

Metode DPPH

Potensi antioksidan penangkap radikal ditentukan menggunakan DPPH (1,1-difenil-2pikryhidrazil), suatu radikal stabil dalam larutan air atau metanol dan mampu menerima sebuah elektron atau radikal hidrogen untuk menjadi molekul diamagnetik yang stabil (Oke et al, 2002). Efek antioksidan pada penangkapan radikal DPPH (C18H12N5O6) disebabkan oleh kemampuan suatu senyawa mendonorkan hidrogennya. Aktivitas penghambatan radikal babas oleh suatu senyawa kimia menyebabkan reduksi DPPH menjadi hidrazin-DPP yang berwarna ungu. Warna tersebut berubah elektron tidak berpasangan/ radikal dari DPPH berpasangan dengan hidrogen dari antioksidan penangkap radikal bebas sehingga terbentuk DPPH-H tereduksi yang berwarna kuning dan diikuti penurunan serapan pada panjang gelombang 517nm. Adanya penurunan serapan tersebut maka aktivitas antioksidan penangkap radikal dapat diketahui. Aktivitas antioksidan dari berbagai jenis sampel dapat ditentukan dengan melihat konsentrasi sampel yang memberikan penghambatan 50% atau IC50 dari sampel. Sampel yang berupa ekstrak dikatakan memberikan efek antioksidan jika nilai IC50 kurang dari 200 mg/ml, sedangkan untuk senyawa murni harus memiliki nilai IC50<100. Selain itu juga dapat dilakukan dengan membandingkan antara nilai IC50 dari sampel dengan pembanding seperti asm askorbat. Metode DPPH yang dilakukan dalam penelitian ini mengikuti metode DPPH yang disampaikan Blois (1958).

Daftar Pustaka

Cronquist, A. 1981. An integrated System of Classification of Flowering Plants. New York: Colombia University Press.

Dalimartha, S dan Soedibyo, M. 1999. Awet Muda Dengan Tumbuhan Obat dan Diet Suplemen. Trubus. Hal: 36-40.

Hernani dan Raharjo, M. 2005. Tanaman berkhasiat Antioksidan. Jakarta: Penebar Swadya.

Lautan, J. 1997. Radikal Bebas Pada Eritrosit dan Leukosit. Cermin Dunia Kedokteran. (116). Hal: 49-52.

Rohdiana, D. (2001). Aktivitas Daya Tangkap Radikal Polifenol Dalam Daun The. Majalah Jurnal

Indonesia 12. (1). Hal: 53-58.

Suhartono, E., Fujiati, Aflanie, I. (2002). Oxygen toxicity by radiation and effect of glutamic piruvat transamine (GPT) activity rat plasma after vitamine C treatmen. Diajukan pada Internatinal seminar on Environmental Chemistry and Toxicology, Yogyakarta.

Wijaya, A. 1997. Oksidasi LDL,Aterosklerosis dan Antioksidan. Medika 3. Hal: 1-15.

Anda mungkin juga menyukai