Anda di halaman 1dari 7

Tugas makalah untuk Mata Kuliah Pengantar Ilmu Hubungan Internasional NPM Sumber : 1106061081 : Robert O.

Keohane dan Joseph Nye, Power and Interdependence: World Politics in Transition, (Boston: Little Brown, 1977)

Keohane: Hubungan Transnasional, Interdependensi dan Institusi Internasional


Keohane dan Nye merupakan tokoh yang memiliki andil dalam membangun perspektif baru pada era modern hubungan internasional. Keduanya sama-sama memiliki ketertarikan terhadap hubungan transnasional. Pada tahun 1970, Keohane bersama Nye menulis buku yang berjudul Transnational Relations and World Politics yang secara umum membahas mengenai hubungan aktor-aktor dalam dunia internasional dan dampaknya kepada politik dunia. Kemudian, tujuh tahun setelah buku tersebut diterbitkan, masih bersama Nye, Keohane membangun sebuah teori disebut Complex Interdependence atau Interdependensi Kompleks, yang dianggap sebagai suatu tipe ideal untuk menganalisis berbagai isu transnasional. Berlawanan dengan perspektif yang diusung oleh para realis, interdependensi kompleks mendebat beberapa aspek yang tidak lagi relevan dalam menjelaskan fenomena yang terjadi di dunia.1 Dalam makalah ini, penulis akan memaparkan perkembangan pemikiran Keohane mengenai hubungan transnasional dan kaitannya dengan interdependensi serta pentingnya peran institusi internasional dalam situasi ini. Berikut adalah hasil konstruksi gagasan Keohane. Para praktisi dan mahasiswa yang mempelajari hubungan internasional dahulu cenderung memusatkan bidang kajiannya kepada hubungan-hubungan antar negara. Negara sebagai aktor yang dianggap paling utama memiliki kemampuan dan tujuan tertentu dengan menggunakan agen-agen yang dimiliki. Kemudian muncullah suatu kondisi interaksi yang melibatkan para aktor internasional. Keberhasilan interaksi ini dipengaruhi juga oleh keadaan

Robert O. Keohane, Power and Governance in a Partially Globalized World, (New York: Routledge, 2002), hal. 2

geografis, kebijakan domestik negara itu sendiri serta perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. 2 Interaksi serta organisasi transnasional membawa lima dampak utama secara langsung maupun tidak langsung bagi hubungan internasional dan politik antar negara. Kelima dampak tersebut adalah: (1) perubahan prilaku, (2) pluralisme internasional, (3) meningkatnya hubungan dependensi dan interdependensi antar negara, (4) meningkatnya kemampuan suatu negara untuk mempengaruhi negara lain, dan (5) munculnya autonomous actor dalam menentukan kebijakan luar negeri.3 Yang pertama, interaksi transnasional memungkinkan adanya perubahan prilaku. Hal ini dapat terjadi melalui hubungan tatap muka, komunikasi maupun transportasi transnasional, travel dan finance. Selain itu adanya organisasi transnasional juga dapat berperan dalam perubahan prilaku. Karena untuk mengukuhkan eksistensinya, mereka tentunya telah membuat pedoman, simbol dan norma baru yang kemudian harus ditaati.4 Dampak kedua, dengan adanya hubungan transnasional maka akan timbul hubungan antar kelompok kepentingan dalam struktur internasional. Adanya organisasi-organisasi non pemerintah akan menstimulasi hubungan-hubungan baru dengan organisasi serupa sehingga akan berdampak terhadap internasionalisasi kebijakan domestik.5 Adanya ketergantungan atau yang biasa disebut dependensi serta interdependensi tidak boleh dikesampingkan dalam mengkaji dampak hubungan transnasional. Negara-negara kecil akan dapat menentukan arah kebijakan dengan mempertimbangkan untung-rugi bagi negara mereka. Di sisi lain, negara yang memiliki power harus memikirkan kebijakan mereka serta konsekuensi yang ditimbulkan terhadap sistem hubungan transnasional. Dependensi dan interdependensi menimbulkan ketergantungan suatu negara terhadap kekuatan yang tidak dapat mereka kontrol sendiri.6 Lebih lanjut mengenai interdependensi akan dibahas lebih spesifik pada bagian lain makalah ini. Kemampuan pemerintah yang meningkat untuk memberikan kontrol atas aktor lain, tidak jarang diikuti oleh agenda terselubung yang ingin dicapai. Ditambah dengan semakin
2

Robert O. Keohane dan Joseph Nye, Transnational Relations and World Politics, dalam Evan Luard, Basic Text in International Relations, (London: Palgrave Macmillan, 1992), hal. 552-553. 3 Ibid., 4 Ibid., hal. 554 5 Ibid., hal. 555 6 Ibid., hal. 555-556

tergantungnya suatu negara terhadap negara lain maka semakin mudah bagi pemerintah tertentu untuk memperluas pengaruhnya. Serta efek yang terakhir, yaitu munculnya aktoraktor semacam organisasi transnasional, serikat buruh, perusahaan multinasional dan sebagainya. Keberadaan mereka juga memberikan pengaruh terhadap institusi maupun pergerakan lain yang lebih besar.7 Dalam pemaparan diatas, kita telah menyinggung banyak konsep mengenai dependensi dan interdepensi. Dalam bukunya, Power and Interdependence: World Politics in Transition (1977), Keohane dan Nye menjelaskannya secara lebih lanjut. Saat ini kita hidup di zaman yang disebut interdependensi, sehingga timbuk suatu perasaan bahwa sifat dasar politik dunia telah mengalami perubahan. Beberapa menilai bahwa traditional state kini telah digantikan oleh aktor-aktor baru. Keohane menyebut fenomena ini sebagai globanoey.8 Dalam merumuskan pandangan tersebut, Keohane tidak berusaha mendebat posisi modernis maupun tradisionalis, karena menurutnya, yang perlu dilakukan sekarang adalah membangun suatu teori yang koheren untuk dapat menganalisa kondisi penuh perubahan dan kontinuitas yang terjadi. Keohane juga menekankan pentingnya konsep power. Power dapat muncul dalam bentuk penggunaan kekuatan militer atau berupa kemampuan suatu pihak untuk mengontrol keadaan dan melakukan hal yang tidak dapat dilakukan pihak lain. Terdapat pula istilah asymmetrical interdependence. Yaitu kemampuan suatu aktor yang tidak lebih superior dalam suatu hubungan interdependensi namun dapat memberikan pengaruh terhadap aktor lain.9 Terdapat dua dimensi peranan power dalam interdependensi, yaitu sensitivity dan vulnerability. Sensitivity interdependence terbentuk melalui suatu interaksi konstruksi kebijakan, dimana perubahan dalam suatu negara dapat dirasakan oleh negara lain yang berada dalam satu policy framework. Sementara vulnerabilty interdependence memberikan alternatif terhadap sumber-sumber power kepada para aktor. Dengan alternatif-alternatif tersebut, maka resiko pada sensitivity interdependence dapat ditekan. Hal negatif yang ditemui dimensi ini adalah, negara yang lebih kuat akan menekan negara lain dengan menyalahgunakan sensitivitas mereka. Sementara kekurangan pada dimensi sensitivity

7 8

Ibid., hal. 557-558 Robert O. Keohane dan Joseph S. Nye, Power and Interdependence, (3rd ed,; New York: Longman, 2001), hal. Ibid., hal. 11

3
9

berdampak pada suatu sistem politik yang plural, yaitu membawa ancaman bagi kelompok domestik sehingga mereka akan meminta perlindungan kepada pemerintah. 10 Dari konsep interdependensi diatas, muncul suatu teori yang berkaitan disebut Complex Interdependence atau Interdependensi Kompleks. Konsep ini dikonstruksikan oleh Keohane dan Nye dalam rangka memberikan pandangan baru disamping teori yang dicetuskan para realis mengenai suatu tipe politik dunia yang mereka anggap ideal.11 Konsep interdependensi kompleks timbul di masa yang penuh modernisasi sosial pada tahun 1950an dimana terdapat interaksi antar negara sehingga terbentuk hubungan antara masyarakat transnasional selain bentuk hubungan politik antara pemerintah. Terlihat jelas terutama pada negara-negara pluralis industrisialis.12 Dahulu, hubungan antar negara hanya terbatas pada hubungan para pemimpin negara dengan penggunaan military forces yang menjadi pilihan utama. Namun, dengan adanya interdependensi kompleks, hal tersebut tidak lagi berlaku. Karena, disamping pemerintah terdapat pula berbagai aktor yang berperan. Kekuatan militer juga dianggap sebagai instrumen kebijakan yang kurang bermanfaat. 13 Interdependensi kompleks memiliki beberapa karakteristik: (1) adanya hubungan yang beragam dan kompleks antara sub-unit, (2) absennya hirarki pada isu-isu internasional, dan (3) militer tidak lagi memiliki peranan yang diunggulkan.14 Selain itu, terdapat beberapa konsekuensi yang disebabkan oleh interdependensi kompleks. Yang pertama, linkage strategies. Tidak adanya hirarki yang jelas pada isu-isu yang ada memunculkan tujuan dan kekuatan yang berbeda antar negara. Suatu negara yang unggul dalam bidang militer belum tentu dapat memaksakan kepentingannya kepada negara lain yang tidak lebih kuat. Sebaliknya, negara yang posisinya lebih minor akan mendapatkan keuntungan lebih. Kedua, agenda setting. Kekuatan yang dimiliki suatu negara akan menjadi lebih spesifik pada isu-isu tertentu. Ketiga, transnational and transgovernmental relations. Aktor internasional tidak dapat memaksakan pengaruh yang dimiliki karena akan berdampak pada sistem internasional secara keseluruhan. Dan keempat, role of international

10 11

Ibid., hal. 12-13 Ibid., hal. 23 12 Robert O. Keohane dan Joseph Nye, Power and Interdependence: World Politics in Transition, (Boston: Little Brown, 1977), hal. 27 13 Ibid., hal. 23 14 Keohane dan Nye, op. cit., hal. 21-22.

organizations. Eksistensi institusi internasional akan menjadi sangat essensial dalam memperjuangkan agenda internasional.15 Institusi dan interdependensi merupakan suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Institusi merupakan suatu bentuk respon kepada interdependensi. Teori institusional yang dicetuskan oleh Keohane sering dianggap sebagai suatu bentuk institusionalisme liberal atau neoliberal. Keohane sendiri berpendapat bahwa penggunaan istilah ini tidak sesuai. Paham yang Ia bawa memang berakar pada liberalisme. Namun berbeda dengan paham liberalisme pada umumnya, Keohane beranggapan: My theory has nothing to do with the view that commerce leads necessarily to peace; that are people basically good; or that progress in human history is inevitable all propositions sometimes associated with liberalism. Keohane lebih berikap pesimis terhadap human nature.16 Bentuk liberalisme yang diusung oleh Keohane menekankan pada interaksi antara masyarakat internasional yang menimbulkan konflik sehingga membutuhkan adanya institusi, namun institusi ini sendiri dapat bersifat oppressive. Ia mempercayai adanya institusi akan mendorong adanya partisipasi masyarakat internasional.17 Kehadiran intitusi dapat memberikan informasi, mengurangi biaya transaksi, mewujudkan suatu perjanjian yang kredibel dan membentuk suatu sistem koordinasi antar aktor transnasional.18 Teori institusionalis yang dicetuskan Keohane mendapatkan kritik dari Mearsheimer karena dianggap tidak mampu memberikan bukti empiris mengenai peran yang nyata.19 Keohane pun mengakui bahwa kebutuhan akan adanya institusi bukan merupakan suatu hal yang amat penting. Namun saat ini kita berada pada kondisi dunia politik yang penuh dengan agendaagenda tertentu dari beberapa pihak sehingga adanya institusi akan menjadi komponen yang essensial.20 Keohane pun mengusulkan kepada para institusionalis untuk menjawab kritik Mearsheimer dengan cara: integrating distributional considerations into their models, further specifying

15 16

Ibid., hal. 28-29 Robert O. Keohane, Power and Governance in a Partially Globalized World, (New York: Routledge, 2002), hal. 3 17 Ibid., hal, 10 18 Robert E. Keohane dan Lisa L. Martin, The Promise of Institutionalist Theory, dalam International Security, Vol. 20, No. 1, Summer 1995, hal. 5 19 Ibid., hal, 10 20 Ibid., hal, 13-14

the causal mechanisms by which institutions exercise influence, and building on existing empirical work to provide more convincing evidence of institutional effect. 21

Kesimpulan Dari pembahasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa secara umum Keohane menekankan bahwa teori yang dibawa para realis sudah tidak lagi ideal dalam menjelaskan isu internasional. Penggunaan militer tidak lagi mendesak serta negara bukan lagi sebagai aktor yang utama dalam masa interdependensi ini. Selain itu, terdapat pula berbagai macam isu dan agenda serta kepentingan yang berbeda yang dimiliki masing-masing pihak. Kebijakan yang diambil oleh satu aktor mau tidak mau akan memberi dampak bagi aktor lain. Dengan meningkatnya ketergantungan serta interaksi antar negara, aktor-aktor lain juga memiliki peran yang krusial dalam hubungan transnasional. Dibentuknya institusi juga perlu dalam mengimbangi kondisi interdependensi ini. Teori institusionalis yang dikritik oleh Mearsheimer memang memiliki kelemahan, namun para institusionalis harus tetap membangun bukti-bukti empiris untuk menunjukkan efek yang mampu dicapai oleh teori tersebut.

21

Ibid., hal, 14

Daftar Referensi Keohane, R & Lisa L. Martin. The Promise of Institutionalist Theory dalam International Security, Vol. 20, No. 1, Summer 1995. Keohane, R & Nye Jr., J. Power and Interdependence. World Politic in Transition. Boston: Little, Brown & Company, 1977. Keohane, R & Nye Jr., J. Power and Interdependence. 3rd Edition. New York: Longman, 2001. Keohane, R. Power and Governance in a Partially Globalized World. New York: Routledge, 2002. Luard, Evan. Basic Text in International Relations. London: Palgrave Macmillan, 1992.

Anda mungkin juga menyukai