Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH BATASAN-BATASAN DALAM BERPAKAIAN DAN MASALAH FOTOGRAFI DAN PORNOAKSI DALAM MASYARAKAT

Dosen Pembimbing : NURYADIN, S. Ag., M. Ag Nip. 150368447

Oleh APRIA RUSMADHANY R Nim. JIE108201

PROGRAM STUDI S1 FARMASI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT BANJARBARU 2008

BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar belakang Lembaga pendidikan sebagai tempat untuk menggembleng para generasi muda supaya menjadi insan-insan yang berguna bagi nusa bangsa, negara dan agama. Dalam dunia pendidikan tidak hanya ilmu pengetahuan yang dikembangkan tetapi semua aspek yang meliputi: moral, etika, sopan dan santun, fisik motorik, dan ketrampilan hidup lain yang ada pada setiap individu juga wajib dikembangkan secara optimal. Namun pada saat ini lembaga pendidikan di Indonesia telah mengalami kemunduran secara moral, etika, sopan santun, hal ini dapat dibuktikan dengan pakaian yang dipakai oleh pelajar dan mahasiswa di lembaga pendidikan cenderung menggunakan baju yang kurang menutup bagian tubuh. Hal ini disebabkan trend mode pakaian yang semakin berkembang seiring kemajuan zaman.1 Realita yang terjadi saat ini banyak pelajar dan mahasiswa suka menggunakan pakaian yang ketat dan terbuka. Pelajar dan mahasiswa perempuan yang berpenampilan trendy menggunakan pakaian ketat, terbuka hingga tali pusat, punggung dan celana dalamnya kelihatan. 1 Trend mode pakaian yang ketat cenderung diminati oleh para remaja yang umumnya mereka masih bersekolah di jenjang pendidikan, SMP, SMA dan bahkan di Perguruan Tinggi. Para remaja yang tidak berseragam di sekolah menggunakan kesempatan untuk berdandan sesuai dengan kemauannya sendiri, tidak memikirkan sopan dan tidaknya. Walaupun demikian para pelajar SMP, SMA yang berseragam juga masih mengikuti trend mode pakaian yang sedang berkembang dengan memodifikasi pakaian seragam sekolahnya sesuai trend. Apalagi para remaja yang sudah kuliah di PTN/PTS yang tidak menggunakan pakaian seragam/almamater dalam kegiatan belajar di kampus cenderung mengikuti trend model yang sedang berkembang. 1 Trend pakaian yang sedang berkembang sekarang ini berupa pakaian yang ketat dan terbuka. Pemakai pakaian model ini banyak diikuti oleh pelajar dan mahasiswa perempuan. Mereka lebih merasa percaya diri jika pakaiannya sesuai
1

http://www.harakahdaily.net. Diakses pada tanggal 6 Desember 2008.

dengan trend yang sedang berkembang. Para pelajar dan mahasiswa ini rela mengorbankan uang biaya sekolah/kuliahnya demi memburu trend pakaian yang sedang berkembang. Penggunaan pakaian yang ketat dan terbuka, sebenarnya bertentangan dengan norma-norma dan nilai-nilai yang berkembang dimasyarakat. Pakaian yang sesuai norma dan dapat diterima masyarakat berbentuk sederhana, longgar dan menutup bagian pusat, bahu, dan pinggang.1 Pakaian merupakan ekspresi tentang gaya hidup dan mencerminkan perbedaan status sosial. (Henk Schulte Nordholt:hal 1). Cara seseorang memilih pakaian dapat mencerminkan status, martabat, hirarki, gender, dan agama, yang mengandung makna simbolik. Barangkali ungkapan klasik tentang kehormatan diri terletak pada kata-kata dan kehormatan raga terletak pada pakaian, sangat tepat menggambarkan masalah ini.1 Pakaian bukan sekadar menandai perbedaan dan kesamaan di dalam masyarakat, tapi juga media untuk mengekspresikan sikap tertentu terhadap pengaruh-pengaruh kebudayaan dan politik asing. Sejarah pakaian adalah sejarah tentang perebutan panggung publik kekuasaan, pandangan sosial, politik, ideologi, dan bahkan agama. Semua hal ini melekat-erat dalam pakaian baju, celana, sepatu, topi, dompet, ikat pinggang, dan lainnya. Sadar atau tidak, pakaian telah membentuk citra diri dan identitas setiap orang yang membedakan dengan yang lain.1 Maka sudah sepantasnya sekolah/lembaga pendidikan sebagai tempat mendidik generasi muda negara membuat sebuah cara untuk mengatasi masalah ini, karena sekolah bukan hanya mendidik orang menjadi pandai tetapi juga untuk mendidik seorang belajar moral, etika dan sopan santun. Maka dengan adanya permasalahan yang sedang berkembang di masyarakat, memotivasi penulis mengadakan penelitian terhadap masalah ini untuk memperoleh sebuah solusi yang tepat untuk mengatasi masalah ini.1 Islam adalah agama universal yang memiliki makna menampakkan ketundukan dan melaksanakan syariah serta menetapi apa saja yang datang dari Rasulullah. Semakna dengan hal ini, Allah juga memerintahkan umat Islam agar masuk ke dalam Islam secara keseluruhan. Yakni, memerintahkan kaum muslimin untuk mengamalkan syariat Islam dan cabang-cabang iman yang begitu banyak

jumlah dan ragamnya. Pun mengamalkan apa saja yang diperintahkan dan meninggalkan seluruh yang dilarang semaksimal mungkin.2 Namun, dewasa ini banyak nilai-nilai Islam yang ditinggalkan oleh kaum muslimin. Salah satunya adalah dalam masalah jilbab. Hal ini tampak dari banyaknya kaum muslimah yang tidak mempraktikkan syariat ini dalam keseharian mereka. Akibatnya, mereka kehilangan identitas diri sebagai muslimah sehingga sulit dibedakan mana yang muslimah dan non-muslimah.2 Fenomena tersebut bisa disebabkan oleh ketidaktahuan, keraguan, ataupun terbelenggu dalam hawa nafsu. Namun, yang lebih bahaya dari itu semua adalah adanya usaha pengkaburkan bahwa jilbab bukanlah sebuah kewajiban agama, melainkan produk budaya Arab. Pengkaburan dari pemikiran yang benar ini telah dilakukan oleh beberapa pihak, baik dari luar umat Islam maupun dari dalam umat Islam sendiri.2 Pada titik ini, jilbab sebenarnya masuk pada arena kontestasi sebuah permainan makna dan tafsir. Relasi-kuasa bermain dan saling tarik antara kalangan agamawan normatif dan feminis liberal; antara atas nama kepentingan norma (tabu, aurat, kesucian, dan privasi) dan atas nama kebebasan perempuan (ruang gerak, persamaan dll).2 Di tanah air, jilbab tidak hanya dipakai orang tua, tapi juga para remaja, pekerja di kantor, instansi maupun pemerintahan, para artis, bahkan para pelacur sekalipun. Tentu, ia pun sarat makna. Di satu sisi, jilbab menjadi simbol pakaian muslimah santri, terutama yang berasal dari pesantren. Di sisi lain, ia dijadikan busana yang lazim dikenakan hanya pada momen-momen kerohanian salat, pengajian, berkabung, bahkan saat menghadiri pesta pernikahan; sebaliknya tak dipakai pada berbagai aktivitas kesehariannya. Persoalan jilbab tak lagi wajibmubah, haram-halal, etis-tidak etis. Ia menyiratkan simbol sarat makna dan kepentingan, tergantung siapa pemakainya.2 Islam memberikan definisi yang jelas dan tidak mengambang tentang pornografi dan pornoaksi. Pornografi adalah produk grafis (tulisan, gambar, film)2

http://fahrurmuis.wordpress.com. Kritik penafsiran ayat jilbab M.Quraish Shihab. Diakses pada tanggal 6 Desember 2008.

baik dalam bentuk majalah, tabloid, VCD, film-film atau acara-acara di TV, situssitus porno di internet, ataupun bacaan-bacaan porno lainnya-yang mengumbar sekaligus menjual aurat, artinya aurat menjadi titik pusat perhatian. Sedangkan pornoaksi adalah sebuah perbuatan memamerkan aurat yang digelar dan ditonton secara langsung dari mulai aksi yang 'biasa-biasa' saja seperti aksi para artis di panggung-panggung hiburan umum hingga luar biasa dan atraktif seperti tarian telanjang atau setengah telanjang di tempat-tempat hiburan khusus (diskotekdiskotek, klab-klab malam, dll). Tentu saja, dalam konteks pornografi dan pornoaksi yang mengumbar aurat ini, yang dimaksud adalah aurat menurut syariat islam Islam. Seorang wanita yang memperlihatkan sekadar rambut atau bagian bwah kakinya, misalnya jelas termasuk orang yang mengumbar aurat. Sebab aurat wanita dalam pandangan Islam adalah seluruh tubuhnya kecuali muka dan telapak tangan.3 Secara fikih, menyaksikan secara langsung aurat seseorang yang bukan haknya (pornoaksi) adalah HARAM, kecuali untuk tujuan yang dibolehkan oleh syara, misalnya memberi pertolongan medis. Ini akan berlaku juga pada para pembuat pornografi (kamerawan, pengarah gaya,v sutradara etc.). Sementara itu sebuah benda dengan muatan pornografi dihukumi seabagai benda yaitu mubah. Namun demikian, kemubahan ini bisa berubah menjadi haram ketika benda (baca: sarana/wasilah) itu dipastikan dapat menjerumuskan pada tindakan keharaman. Sebab kaidah ushul fikih yang mu'tabar menyebutkan: 3 Sarana yang menjerumuskan pada tindakan keharaman adalah haram Karena itu, kemubahan ini juga tidak berlaku untuk penyebarluasan dan propaganda pornografi/pornoaksi yang akan memiliki dampak serius di masyarakat. Seseorang yang dihadapkan pada suatu media porno, misalnya memang dipandang belum melakukan aktivitas haram (karena media sebagai benda adalah mubah). Akan tetapi, bila orang itu ikut dalam usaha membuat dan/atau menyebarkaluaskan media porno, maka menurut syariat, dia dianggap telah melakukan aktivitas yang haram. 3

http://mujahid_bertopeng.bloggaul.com. Batasan pornografi dan pornoaksi menurut Islam. Diakses pada tanggal 6 Desember 2008.

B. Perumusan Masalah Sebenarnya banyak masalah-masalah yang perlu dibahas mengenai pelanggaran norma, etika, sopan santun, dan suatu peraturan di Indonesia. Hal ini karena kurangnya kesadaran para masyarakat akan halnya peraturan. Pada makalah ini saya mengambil peranan dari mahasiswa terhadap kehidupannya. Masalah-masalah yang akan saya bahas adalah :
1. Bagaimana cara seseorang berpakaian baik dalam kampus 2. Bagaimana makna jilbab bagi perempuan 3. Adanya dukungan dan penolakan dan sebab-sebab terjadinya aksi

pornografi dan pornoaksi 4. Pandangan beberapa tokoh dalam masing-masing permasalahan 5. Pendapat penulis mengenai masalah berpakaian, Undang Fotografi dan Pornografi. pendapat penulis terhadap pendapat para ahli serta pendapat penulis tentang rancangan Undang-

BAB. II. PEMBAHASAN


2.1 Pendapat Para Ahli Pandangan Masyarakat Terhadap Adanya Budaya Pakaian yang Ketat dan Terbuka Di Dunia Pendidikan dan Penanganannya : a. Aparat keamanan Pandangan aparat keamanan mengenai pelajar dan mahasiswa yang memakai pakaian terbuka dan ketat di kota Malang. Seorang Polisi dari KAMTIBMAS mengatakan bahwa adanya pelajar dan mahasiswa memakai pakaian yang ketat atau terbuka banyak memicu tindak kriminal seperti pelecehan dan pemerkosaan. Korban pelecehan atau pemerkosaan pada umumnya dialami oleh para pelajar atau mahasiswa perempuan, karena mereka merupakan obyek yang melakukan atau memakai pakaian tersebut. Bentuk tubuh perempuan cukup

membuat para laki-laki merasa terangsang untuk melakukan pelecehan maupun pemerkosaan. Dalam mengatasi masalah ini diperlukan kerjasama oleh banyak pihak terutama orang tua dan guru untuk memberi pengertian kepada putraputrinya.1 b. Tokoh Agama Para tokoh agama sangat mengkhawatir dengan adanya para pelajar dan mahasiswa yang memakai pakaian ketat dan terbuka di lingkup dunia pendidikan karena mereka merupakan penerus bangsa dan negara. Memakai pakaian yang terbuka dan ketat tidak sesuai dengan ajaran agama Islam. Padahal dalam AlQuran telah dijelaskan etika berpakaian yang harus dilaksanakan seorang muslim. Terutama oleh muslimah, karena aurat perempuan adalah seluruh tubuh kecuali wajah, tangan dan telapak kaki. Namun yang terjadi pada saat ini malah sebaliknya para perempuan cenderung memamerkan tubuhnya dengan rasa bangga di depan umum. Upaya yang dapat dilakukan untuk menangani masalah ini dengan lebih meningkatkan pengetahuan agama para pelajar dan mahasiswa, sehingga mereka mempunyai pengetahuan agama yang luas dan didorong untuk melaksanakannya dalam kehidupan mereka sehari-hari. 1 c. Tokoh Akademisi Para akademisi memandang pelajar dan mahasiswa yang memakai pakaian yang ketat dan terbuka dalam dunia pendidikan merupakan kemajuan zaman yang berdampak kepada lunturnya budaya sopan santun yang selama ini menjadi identitas bangsa dan negara Indonesia. Masalah ini perlu segera diselesaikan, upaya yang dapat ditempuh dengan membiasakan budaya malu kepada pelajar dan mahasiswa. Para pendidik baik di sekolah maupun di kampus sebaiknya mendidik mereka dengan menumbuhkan rasa malu pada diri sendiri. Cara yang dapat ditempuh dengan meminta pelajar atau mahasiswa yang berpakaian ketat dan terbuka untuk menghapus papan tulis, dengan cara seperti itu secara langsung bagian belakang dari pakaian yang ketat akan terangkat dan punggung dari pelajar atau mahasiswa tersebut akan kelihatan oleh teman-temannya. Teman-teman yang melihatnya secara spontan akan menertawakannya. Dan inilah yang membuat orang bersangkutan tersebut merasa malu.1 d. Tokoh Masyarakat Menurut pendapat seorang tokoh masyarakat, adanya pelajar dan mahasiswa yang memakai pakaian yang ketat atau terbuka semuanya tergantung pada keadaan orang tua, lingkungan masyarakat dan lingkungan sekolah. Pelajar dan mahasiswa tumbuh dan berkembang dengan baik karena pengaruh pendidikan yang diberikan oleh orang tua, karena orang tua adalah pendidik pertama dan utama. Beliau juga mengatakan: timbulnya pelajar dan mahasiswa yang memakai pakaian ketat dan terbuka dapat dikurangi dengan cara memperbaiki kekurangan yang ada dalam keluarga, termasuk dalam perbaikan pola pendidikan keluarga. 1

Beberapa waktu lalu, penggunaan jilbab sempat menjadi isu hangat yang diperbincangkan kelompok feminis Islam. Fatima Mernissi adalah salah satu feminis Islam yang bersuara keras tentang masalah jilbab ini. Menurutnya jilbab justru merupakan simbol kemenangan kaum munafik. Dengan menyerukan agar perempuan berjilbab supaya tidak diganggu para jahiliah justru tidak menyelesaikan persoalan yang sebenarnya ada pada diri laki-laki jahiliah tersebut. Mernissi mengataan bahwa jilbab justru memperkenalkan kembali gagasan bahwa jalanan itu dikuasai oleh kaum jahiliah yang tidak dapat mengontrol hasrat seksual. Ia bahkan dengan tegas menyatakan jilbab merupakan kegagalan visi egalitarianisme Nabi (Mernissi, 187). 4 Mernissi memang dengan tegas menolak jilbab. Ia bahkan mengatakan perempuan Muslim telah diubah sedemikian rupa menjadi ciptaan yang submisif dan marginal dengan mengubur diri mereka dalam jilbab. Bahkan Mernissi menyebut perempuan berjilbab adalah perempuan yang termutilasi. Berikut ini adalah kutipan langsung dari pernyataan Mernissi dalam bukunya The Veil and the Male Elite : How did the tradition succeed in transforming the Muslim women into that submissive, marginal creature who buries herself and goes out into the world timidly and huddled in her veils? Why does the Muslim man need such a mutilated companion?4 Namun demikian, Ester Lianawati tidak sependapat dengan Mernissi. Menurutnya, jilbab merupakan lambang pembebasan bagi perempuan, baik ketika perempuan memilih untuk mengenakan atau melepaskan jilbab. Dengan berjilbab, maka laki-laki tidak akan menilai perempuan dari fisiknya saja, melainkan lebih kepada inner beauty, yaitu karakter, kepribadian, dan ketakwaan. Hal-hal ini tentunya membebaskan perempuan dari masalah kebertubuhan. Perempuan tidak perlu memikirkan bahwa dirinya dinilai dari kebertubuhannya. Jilbab merupakan simbol revolusi, kebanggaan kultural dan nasional, dan kebebasan Aljazair dari penjajahan Barat. Demikian pula di Iran ketika Reza Shah Palevi melarang jilbab dengan alasan modernisasi, justru perempuan melakukan pemberontakan dengan beramai-ramai mengenakan jilbab. Sementara itu di Afganistan para perempuan malah melakukan pelepasan jilbab sebagai simbol anti-Taliban. Pelepasan jilbab juga pernah dilakukan oleh Tia Subiakto dan Trie Utami setelah bercerai, sebagai lambang pembebasan mereka dari suami (mantan).4 Selain itu jilbab juga bermakna spiritualitas, lebih jauh lagi adalah hubungan seseorang dengan Tuhannya. Misalkan Inneke Koesherawati, mantan bintang film panas, yang mengenakan jilbab dan memaknainya dengan sangat dalam sebagai wujud pemulihan hubungannya dengan Tuhan. 4 Jadi jilbab bukanlah suatu simbol pengekangan perempuan sebagaimana yang selama ini dikritik oleh masyarakat Barat. Namun jilbab pun dapat menjadi lambang penindasan perempuan ketika perempuan dipaksa untuk mengenakannya, misalkan sebagai wujud kepatuhan atau bakti terhadap suami, atau sebagaimana diharuskan dalam berbagai Perda syariah yang mulai diberlakukan di negara kita. Dengan perkataan lain, jilbab dapat menjadi opresif jika pemakaiannya dipaksakan. 4
4

www. Ester Lianawati. Wordpress.com. Jilbab, Simbol kompleks dari banyak makna. Diakses pada tanggal 6 Desember 2008.

Dari dalam tubuh umat Islam sendiri, pandangan nyleneh tersebut pernah dilontarkan oleh beberapa tokoh. Di antaranya adalah Muhammad Said AlAsymawi, seorang tokoh liberal Mesir, yang memberikan peryataan kontroversial bahwa jilbab adalah produk budaya Arab. Pemikarannya tersebut dapat dilihat dalam buku Kritik Atas Jilbab yang diterbitkan oleh Jaringan Islam Liberal dan The Asia Foundation. Pernyataan kontroversi tentang jilbab juga dilontarkan oleh pakar tafsir Indonesia M. Quraish Shihab. Pemikirannya tersebut dapat dilihat dalam Tafsir Al-Misbah dan Wawasan Al-Quran.2 Dalam Al-Quran, Allah berfirman tentang jilbab hanya di satu tempat, yaitu surat Al-Ahzab ayat 59. Karena itu, selanjutnya ia populer dikenal dengan ayat jilbab. Ayat yang dimaksud ialah:2


Hai Nabi katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu, dan istriistri orang mukmin, Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha penyayang. (QS. Al-Ahzab: 59).3 Dalam menafsirkan ayat di atas, M. Quraish Shihab memiliki pandangan yang aneh dengan manyatakan bahwa Allah tidak memerintahkan wanita muslimah memakai jilbab. Pendapatnya tersebut ialah sebagai berikut:2 Ayat di atas tidak memerintahkan wanita muslimah memakai jilbab, karena agaknya ketika itu sebagian mereka telah memakainya, hanya saja cara memakainya belum mendukung apa yang dikehendaki ayat ini. Kesan ini diperoleh dari redaksi ayat di atas yang menyatakan jilbab mereka dan yang diperintahkan adalah Hendaklah mereka mengulurkannya. Nah, terhadap mereka yang telah memakai jilbab, tentu lebih-lebih lagi yang belum memakainya, Allah berfirman: Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya.2 Demikianlah pendapat yang dipegang oleh M. Quraish Shihab hingga sekarang. Hal ini terbukti dari tidak adanya revisi dalam bukunya yang berjudul Tafsir Al-Misbah, meskipun sudah banyak masukan dan bantahan terhadap pendapatnya tersebut.2 Di samping mengulangi pandangannya tersebut ketika menafsirkan surat An-Nur ayat 31, M. Quraish Shihab juga mengulanginya dalam buku Wawasan Al-Quran. Tidak hanya itu, ia juga menulis masalah ini secara khusus dalam buku Jilbab Pakaian Wanita Muslimah: Pandangan Ulama Masa Lalu dan Cendekiawan Kontemporer, yang diterbitkan oleh Pusat Studi Quran dan Lentera Hati pada Juli 2004. Ia bahkan mempertanyakan hukum jilbab dengan mengatakan bahwa tidak diragukan lagi bahwa jilbab bagi wanita adalah

gambaran identitas seorang Muslimah, sebagaimana yang disebut Al-Quran. Tetapi apa hukumnya?2 Ibnu Hazm rahimahullah mengatakan, Jilbab menurut bahasa Arab yang disebutkan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam adalah pakaian yang menutupi seluruh badan, bukan hanya sebagiannya. Sedangkan Ibnu Katsir mengatakan, Jilbab adalah semacam selendang yang dikenakan di atas khimar yang sekarang ini sama fungsinya seperti izar (kain penutup). (Syaikh Al Bani dalam Jilbab Muslimah).2 Dari rujukan di atas, dapat kita ambil kesimpulan bahwa jilbab pada umumnya adalah pakaian yang lebar, longgar, dan menutupi seluruh bagian tubuh. Sementara itu, para ahli tafsir berbeda pendapat tentang makna Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka. Di antara tafsiran mereka terhadap ayat tersebut ialah: menutup wajah dan kepalanya, serta hanya memperlihatkan mata kirinya; menutup seluruh badan dan separuh wajah dengan memperlihatkan kedua mata; dan mengulurkan kain untuk menutup kepala hingga dada.2 Dengan demikian, dapat kita ketahui bahwa para ahli tafsir dari dahulu hingga sekarang telah bersepakat bahwa jilbab adalah sebuah kewajiban agama bagi kaum wanita. Mereka bersepakat tentang wajibnya memakai jilbab dan berbeda pendapat tentang makna mengulurkan jilbab: apakah mengulurkan ke seluruh tubuh kecuali satu mata, mengulurkan ke seluruh tubuh kecuali dua mata, atau mengulurkan ke seluruh tubuh kecuali muka. Jadi, pendapat M. Qurais Shihab yang menyatakan bahwa kewajiban mengulurkan jilbab adalah masalah khilafiyah jelas tidak berdasar. Sebab, para ulama ahli tafsir sejak dahulu hingga sekarang telah bersepakat tentang kewajiban memakai jilbab bagi kaum muslimah. Sebab, perintah tersebut didasari atas dalil baik dari Al-Quran maupun hadits dan qarinah (petunjuk) yang sangat kuat.2 Banyak kesalahpahaman terhadap Islam di tengah masyarakat. Misalnya saja jilbab. Tak sedikit orang menyangka bahwa yang dimaksud dengan jilbab adalah kerudung. Padahal tidak demikian. Jilbab bukan kerudung. Kerudung dalam al-Quran surah An-Nuur [24]: 31 disebut dengan istilah khimar (jamaknya: khumur), bukan jilbab. Adapun jilbab yang terdapat dalam surah alAhzab [33]: 59, sebenarnya adalah baju longgar yang menutupi seluruh tubuh perempuan dari atas sampai bawah.5 Kesalahpahaman lain yang sering dijumpai adalah anggapan bahwa busana muslimah itu yang penting sudah menutup aurat, sedang mode baju apakah terusan atau potongan, atau memakai celana panjang, dianggap bukan masalah. Dianggap, model potongan atau bercelana panjang jeans oke-oke saja, yang penting kan sudah menutup aurat. Kalau sudah menutup aurat, dianggap sudah berbusana muslimah secara sempurna. Padahal tidak begitu. Islam telah menetapkan syarat-syarat bagi busana muslimah dalam kehidupan umum, seperti yang ditunjukkan oleh nash-nash al-Quran dan as-Sunnah. Menutup aurat itu hanya salah satu syarat, bukan satu-satunya syarat busana dalam kehidupan

umum. Syarat lainnya misalnya busana muslimah tidak boleh menggunakan bahan tekstil yang transparan atau mencetak lekuk tubuh perempuan. Dengan demikian, walaupun menutup aurat tapi kalau mencetak tubuh alias ketat atau menggunakan bahan tekstil yang transparan tetap belum dianggap busana muslimah yang sempurna.5 Karena itu, kesalahpahaman semacam itu perlu diluruskan, agar kita dapat kembali kepada ajaran Islam secara murni serta bebas dari pengaruh lingkungan, pergaulan, atau adat-istiadat rusak di tengah masyarakat sekuler sekarang. Memang, jika kita konsisten dengan Islam, terkadang terasa amat berat. Misalnya saja memakai jilbab (dalam arti yang sesungguhnya). Di tengah maraknya berbagai mode busana wanita yang diiklankan trendi dan up to date, jilbab secara kontras jelas akan kelihatan ortodoks, kaku, dan kurang trendi (dan tentu, tidak seksi). Padahal, busana jilbab itulah pakaian yang benar bagi muslimah.5 Di sinilah kaum muslimah diuji. Diuji imannya, diuji taqwanya. Di sini dia harus memilih, apakah dia akan tetap teguh mentaati ketentuan Allah dan RasulNya, seraya menanggung perasaan berat hati namun berada dalam keridhaan Allah, atau rela terseret oleh bujukan hawa nafsu atau rayuan syaitan terlaknat untuk mengenakan mode-mode liar yang dipropagandakan kaum kafir dengan tujuan agar kaum muslimah terjerumus ke dalam limbah dosa dan kesesatan.5

2.2 Pendapat Saya Dengan melihat realita yang terjadi terhadap masalah berkembangnya trend pakaian di dunia pendidikan yang semakin melunturkan etika sopan santun, sehingga diperlukan alternatif model penanganan yang perlu diuji cobakan terhadap permasalahan yang sedang terjadi. Adanya model ini tidak terlepas dari alternatif penanganan yang telah dilakukan pada waktu yang lalu, karena diperolehnya model ini dengan cara mengkaji penanganan yang telah dilakukan. Misalnya: penetapan seragam untuk para pelajar. Model penanganan untuk masalah ini dapat dilakukan dengan

membiasakan para pelajar dan mahasiswa untuk memakai pakaian yang formal. Pembiasaan ini dapat dilakukan waktu pelajar atau mahasiswa baru mengikuti kegiatan belajar mengajar di sekolah atau di kampus tersebut. Pembiasaan tanpa

http://konsultasi.wordpress.com. jilbab-dan-khimar-busanah-muslimah-dalamkehidupan-sehari-hari. Diakses pada tanggal 6 Desember 2008.

ada aturan akan terasa kurang tepat, sehingga untuk memecahkan masalah ini diperlukan aturan dan sanksi yang tegas dari lembaga yang bersangkutan. Menetapkan aturan cara berpakaian, sebagai salah satu alternatif yang dapat diikuti dengan cara-cara sebagai berikut: Memasang poster yang berisi moto-moto di sekolah-sekolah atau di kampus, sehingga dengan mudah akan dibaca oleh pelajar dan mahasiswa. Supaya isi moto-moto tersebut dapat dilaksanakan oleh pelajar dan mahasiswa diperlukan aturan-aturan yang tegas dengan sanksi yang tegas. Salah satu contoh tulisan untuk membuat seseorang memakai pakaian yang sopan dapat dibuat tulisan sebagai berikut: Tiada kesan tanpa penampilan yang baik. Penampilan yang baik tercermin dari pakaian yang kita pakai. Manusia bebas untuk berekspresi. Namun, ada beberapa norma dan sopan santun dalam memenuhi ekspresi kita. Salah satunya adalah dengan foto-foto yang lagi trend di masa ini. Namun apabila foto-foto itu di salah gunakan menjadi foto porno, maka hal tersebut telah melanggar norma dan sopan santun tersebut. Islam menganjurkan kita agar menutup aurat. Sebagai Negara yang bermayoritaskan Islam, maka seharusnya kita harus menjaga citra Negara kita. Hal itu bisa dimulai dengan menjaga harga diri masing-masing pribadi. Tentu saja aksi fotografi dan pornografi membuat harga diri orang tersebut menjadi rendah. Indonesia juga sudah merancang Undang-Undang anti fotografi dan pornografi. Banyak yang mendukung dan banyak pula yang menolak. Yang mengatakan menolak karena dengan alasan bahwa hal tersebut merupakan seni. Dengan menanggapi hal itu, saya berpendapat bahwa, memang hal tersebut merupakan suatu seni namun ada batas-batasan dan ada ruang publik yang terbatas. Banyak yang menjadi korban yaitu anak-anak muda sekarang. Seharusnya kita menyaring nilai-nilai negative dari budaya luar. Sehingga anak tersebut tidak terjerumus dalam perbuatan yang diharamkan bagi agama Islam. Saya setuju dengan pendapat Ester, bahwa jilbab merupakan lambang pembebasan bagi perempuan, baik ketika perempuan memilih untuk mengenakan atau melepaskan jilbab. Itu tergantung dari masing-masing diri perempuan

tersebut. Tinggal bagaimana kita meyakinkan diri kita untuk dapat berjilbab. Walaupun jilbab itu harus tapi setidaknya niat berjilbab bersih. Padahal aturan yang mewajibkan perempuan muslim untuk memakai jilbab sudah tercantum dalam surat Ahzaab ayat 63, dan Hadist Rasulullah pada Fatimah Ra, yang menyatakan,"Hai nabi katakanlah kepada istrimu, anak-anak perempuanmu, dan istri orang mukmin,hendaklah mereka memakai jilbab mereka, ke seluruh tubuh mereka, supaya mereka lebih mudah untuk dikenal,karena itu mereka tidak diganggu, dan Allah maha pengampun lagi maha penyayang".Jilbab, sangat dekat dengan kasih kasih dan cinta Allah, terlepas dari segala dosa dan kesalahan yang pernah dilakukan, karena segala sesuatu akan berjalan secara bertahap, tidak sekaligus, dan tidak ada manusia ini yang sempurna. Dengan menggunakan jilbab, paling tidak Anda akan terpatri dalam jiwa untuk selalu berbuat yang lebih baik lagi, dan jika jiwa Anda sudah lebih baik, maka akan timbul rasa kasih sayang Anda terhadap sesame dan begitu pula sebaiknya, terutama bagi orang-orang yang berada dekat dan selalu ada untuk Anda.

Anda mungkin juga menyukai