Genap 2008/2009
Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Mercu Buana PROGRAM KULIAH KARYAWAN MODUL KULIAH KE 13 Mata Kuliah Dosen : Pengetahuan Bahan : Mahfudz Al Huda CERAMICS MATERIALS_2 I. Traditional Ceramic Products
ii. Stoneware, dibuat dg kontrol bahan baku tanah liat yang lebih
baik (besar butiran lebih halus dan rata) serta suhu pembakaran yg lebih tinggi, shg porositas lebih kecil dibanding earthenware.
PENGETAHUAN BAHAN
Genap 2008/2009
mengkilap (glassy). Porcelain digunakan utk berbagai keperluan mulai dari electrical insulation hingga pelapis bak mandi.
2. Brick (batu bata) & Tile (ubin). Batu bata bangunan, pipa keramik,
genteng keramik, saluran air keramik, dan ubin dibuat dari berbagai tanah liat yg mengandung silica dan bahan berpasir yg tersedia berlimpah di alam. Produk-produk ini dibentuk dg cetakan dan dibakar pada suhu relatif rendah. 3. Refractories (keramik tahan panas). Keramik tahan panas, sering dlm bentuk batu bata (bricks), sangat penting bagi proses industri yg memerlukan tanur (furnace) dan wadah (crucible) utk pemanasan dan atau peleburan bahan. Bahan tahan panas (refractory materials) hrs memiliki sifat tahan terhadap suhu tinggi, daya hantar panas rendah (thermal insulation), dan tahan terhadap reaksi kimia dg bahan (logam) yg dipanaskan/dilebur. Keramik yg digunakan sebagai refractory materials meliputi: alumina, silica, magnesium oxide (MgO) dan calcium oxide (CaO).
PENGETAHUAN BAHAN
Genap 2008/2009
II. New Ceramics New ceramics (keramik baru) adl bahan keramik yg telah dikembangkan secara sintetis melalui beberapa dekade utk meningkatkan teknik pemrosesan yg dapat mengontrol dg baik struktur dan sifat bahan keramik. Keramik baru umumnya berbasis pada senyawa selain variasi aluminum silicate, dan secara kimia lebih sederhana dari pada keramik tradisional, contohnya: oxides, carbides, nitrides, dan borides. Garis pemisah antara keramik tradisional dan baru sangat samar karena aluminum oxide dan silicon carbide termasuk kelompok keramik tradisional. Pembedaannya lebih didasarkan pada metode pemrosesan dari pada komposisi kimianya.
III. New Ceramics Oxides: - Alumina Alumina adl bahan terpenting dlm oxide ceramics, dewasa ini di produksi
secara sintetis dari mineral bauxite memakai metode tanur listrik (electric furnace). Melalui control ukuran partikel dan ketidak-murnian, metode pemrosesan yang lebih baik, dan pencampuran dg sejumlah kecil bahan keramik lain, kekuatan (strength) dan keuletan (toughness) alumina dapat ditingkatkan secara substansial dibanding alumina tradisional. Alumina memiliki sifat: good hot hardness, daya hantar panas rendah, dan daya tahan korosi baik. Alumina banyak digunakan sebagai bahan abrasive (batu gerinda), bioceramics (tulang dan gigi buatan), electrical insulators, komponen elektronik, bahan paduan pada kaca (glass), dinding tahan api/panas (refractory), pahat potong, badan busi (spark plug barrels), dan komponen engineering lain. IV. New Ceramics - Carbides - 1
PENGETAHUAN BAHAN
Genap 2008/2009
dikelompokkan sbg keramik tradisional. Selain digunakan sebagai bahan abrasive (penggosok), juga sebagai elemen penahan panas dan bahan tambahan dlm pembuatan baja. WC, TiC, dan TaC memiliki kekerasan dan tahan aus yg sangat tinggi, digunakan sebagai pahat potong dan aplikasi lain yg memerlukan sifat-sifat tersebut.
Tungsten carbide (WC) adl diantara ketiga bahan tersebut yg pertama kali
dikembangkan, dan paling penting serta paling luas digunakan. WC dibuat dengan cara karburisasi (carburizing) serbuk tungsten yg dihasilkan dari reduksi bijih tungsten seperti wolframite (FeMnWO4) dan scheelite (CaWO4). V. Historical Note: Tungsten Carbide The compound WC does not occur in nature. It was fabricated in the late 1890s by the Frenchman Henri Moissan. However, the technological and commercial importance of the development was not recognized for two decades. Tungsten became an important metal for incandescent lamp filaments in the early 1900s. Wire drawing was required to produce the filaments. The traditional tool steel draw dies of the period were unsatisfactory for drawing tungsten wire do to excessive wear. There was a need for a much harder material. The compound WC was known to possess such hardness. In 1914 in Germany, H. Voigtlander and H. Lohmann developed a fabrication process for hard carbide draw dies by sintering parts pressed from powders of tungsten carbide and/or molybdenum carbide. Lohmann is credited with the first commercial production of sintered carbides. The breakthrough leading to the modern technology of cemented carbides is linked to the work of K. Schroter in Germany in the early and mid 1920s. He used WC powders mixed about 10% of a metal from the iron group, finally settling on cobalt as the best binder, and sintering the mixture at a temperature close to the melting point of the metal. The hard material was first marketed in Germany as Widia in 1926. The Schroter patents were assigned to the General Electric Company under the trade name Carboloy first produced in the United States around 1928.
PENGETAHUAN BAHAN
Genap 2008/2009
Widia and Carboloy were used as cutting tool materials, with cobalt content in the range 4% to 13%. They were effective in the machining of cast iron and many nonferrous metals, but not in the cutting of steel. When steel was machined, the tools would wear rapidly by cratering. In the early 1930s, carbide cutting tool grades with WC and TiC were developed for steel cutting. In 1931, the German firm Krupp started production of Widia X, which had a composition 84% WC, 10% TiC, and 6% Co. And Carboloy Grade 831 was introduced in the U.S. in 1932; it contained 69% WC, 21% TiC, and 10% Co.
VI. New Ceramics - Carbides - 2 Titanium carbide (TiC) diproduksi dg karburisasi bahan tambang rutile
(TiO2) atau ilmenite (FeTiO3).
VII.
Bahan keramik nitride yg penting adl: silicon nitride (Si3N4), boron nitride (BN), dan titanium nitride (TiN). Keramik nitride umumnya bersifat keras (hard) dan getas (brittle), melebur pada suhu tinggi (tetapi tidak setinggi carbides), dan insulator listrik kecuali TiN.
Silicon Nitride (Si3N4) memberi harapan utk aplikasi struktur suhu tinggi.
Teroksidasi pada suhu sekitar 1200 C dan terurai secara kimia pada suhu sekitar 1900 C. Memiliki ekspansi panas rendah, daya tahan baik terhadap kejutan panas (thermal shock) dan melar (creep), dan tahan korosi dg dilebur
PENGETAHUAN BAHAN
Genap 2008/2009
logam non-besi. Banyak digunakan pada turbin gas, rocket engines, dan bejana peleburan logam.
Boron Nitride (BN) memiliki beberapa struktur mirip carbon, (1) hexagonal
mirip graphite, dan (2) kubus mirip diamond, yang memiliki kekerasan mendekati diamond, shg struktur ini disebut cubic boron nitride (cBN) atau borazon. cBN diproduksi dg memanaskan BN hexagonal dibawah tekanan sangat tinggi. cBN banyak digunakan sebagai pahat potong dan batu gerinda, dan cocok digunakan utk memotong baja.
Sebagai jenis bahan glass adalah jenis keramik yg berada pada kondisi
glassy dalam keadaan padat.
PENGETAHUAN BAHAN
Genap 2008/2009
product, a cup-shaped vessel. This pouring technique was used until around 200 B.C., when a simple tool was developed that revolutionized glass working the blowpipe.
Glass blowing was probably first accomplished in Babylon and later by the
Romans. It was performed using an iron tube several feet long, with mouthpiece on one end and a fixture for holding the molten glass on the other. A blob of hot glass in the required initial shape and viscosity was attached to the end of the iron tube, and then blown into shape by an artisan either freely in air or into a mold cavity. Other simple tools were utilized to add the stem and/or base to the object. The ancient Romans showed great skill in their uses of various metallic oxides to color glass. Their technology is evident in the stained glass windows of cathedrals and churches of the middle ages in Italy and the rest of Europe. The art of glass blowing is still practiced today for certain consumer glassware; and automated versions of glass blowing are used for massproduced glass products such as bottles and light bulbs. X. Chemistry and Properties of Glass
Penyusun utama bahan glass adl silica (SiO2), paling umum ditemukan
sebagai mineral kuarsa (quartz) dalam batu pasir dan pasir silica. Kuarsa terbentuk alami sebagai zat kristal, tetapi setalah dilebur dan didinginkan akan membentuk silica yg berkaca. Kaca silica memiliki koefisien ekspansi panas (thermal expansion coefficient) yg sangat rendah, sehingga sangat tahan terhadap thermal shock. Sifat ini ideal utk aplikasi suhu tinggi, karena itu, Pyrex dan gelas kaca kimia yg dirancang utk dipanaskan, dibuat dg proporsi kaca silica yg besar.
PENGETAHUAN BAHAN
Genap 2008/2009
Oksida-oksida tersebut dilarutkan pada kondisi padat dg silica dan berfungsi: o o Bekerja sebagai flux (mendorong terjadinya fusi) selama pemanasan Meningkatkan fluiditas pada kondisi cair untuk memudahkan pemrosesan (casting)
PENGETAHUAN BAHAN
Genap 2008/2009
Referensi.
PENGETAHUAN BAHAN