1. Anamnesa Ditemukan gejala khas BPH yang dikenal dengan LUTS (Lower Urinary Tract Symptoms) yang terbagi menjadi dua yaitu gejala obstruksi berupa hesitansi, pancaran urin lemah, intermittency, terminal dribbling, terasa masih ada sisa setelah miksi / tidak tuntas. Serta gejala iritatif berupa
konsistensi sistim persarafan unit vesiko uretra serta besarnya prostat. Melalui pemeriksaan colok dubur ini dapat diketahui derajat dari BPH. 3. Pemeriksaan Laboratorium Pemeriksaan darah lengkap, faal ginjal, serum elektrolit dan kadar gula digunakan untuk mengetahui data dasar keadaan umum klien. Pemeriksaan urin lengkap dan kultur PSA (Prostate
Specific
Antigen)
penting
diperiksa
sebagai
kewaspadaan adanya keganasan. 4. Pemeriksaan Uroflowmetri Digunakan untuk mengukur pancaran urin dengan menggnakan
Flow rate maksimal > 15 ml/dtk = non obstruktif Flow rate maksimal 10-15 ml/dtk = border line Flow rate maksimal < 10 ml/dtk = obstruktif
volume dan besar prostat juga keadaan buli-buli termasuk residual urin. Pemeriksaan dapat dilakukan secara transrektal, transurethral dan suprapubik. IVP (Pyelografi Intravena) digunakan untuk melihat fungsi ekskresi ginjal dan adanya hidronefrosis.