KELOMPOK 11 SIANG
Stepfina Fitri Fauziah Meyliana Denysa Yuli Yufrida : : : : 1206330135 1206329625 120632 120633
PENDAHULUAN
Meyliana Denysa
Definisi
SUSPENSI
FI III
Sediaan yang mengandung bahan obat padat dalam bentuk halus dan tidak larut, terdispersi dalam cairan pembawa.
FI IV
Sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak larut yang terdispersi dalam fase cair.
Keuntungan
Baik digunakan untuk pasien yang sukar menelan tablet atau kapsul, terutama anak-anak Sediaan suspensi ini lebih homogen dibandingkan sediaan lain Lebih mudah diabsorpsi Dapat menutupi rasa tidak enak atau rasa pahit dari obat, dan Mengurangi penguraian zat aktif yang tidak stabil dalam air. Kerugian
Rasa obat dalam larutan lebih jelas, Kestabilan rendah (bisa karena kejenuhan pertumbuhan kristal, degradasi, dll), Jika membentuk cacking akan sulit terdispersi kembali homogenitasnya turun, Tidak praktis bila dibandingkan dalam bentuk sediaan lain, misalnya pulveres, tablet, dan kapsul, Aliran suspensinya menyebabkan sukar dituang, Ketepatan dosis lebih rendah dibandingkan bentuk sediaan larutan, Pada saat penyimpanan, kemungkinan terjadi perubahan sistem disperse (cacking, flokulasi-deflokulasi) terutama jika terjadi fluktuasi atau perubahan temperatur Sediaan suspensi harus dikocok terlebih dahulu untuk memperoleh dosis yang diinginkan.
Macam-macam Suspensi
Berdasarkan Penggunaan
Macam2 SUSPENSI
Berdasarkan Sifat Berdasarkan Istilah
Berdasarkan penggunaan
Suspensi oral
Suspensi topikal Suspensi tetes telinga Suspensi optalmik
Sediaan cair mengandung partikel padat yang terdispersi dalam pembawa cair dengan bahan pengaroma yang sesuai dan ditujukan untuk penggunaan oral.
Sediaan cair mengandung partikel-partikel padat yang terdispersi dalam pembawa cair yang ditujukan untuk penggunaan kulit.
Sediaan cair mengandung partikel-partikel halus yang ditujukan untuk diteteskan pada telinga bagian luar.
Sediaan cair steril yang mengandung partikel-partikel yang terdispersi dalam cairan pembawa untuk pemakaian pada mata.
Berdasarkan Istilah
1. Susu, untuk suspensi dalam pembawa yang mengandung air yang ditujukan untuk pemakaian oral. (contoh : Susu Magnesia) 2. Magma, suspensi zat padat anorganik dalam air seperti lumpur, jika zat padatnya mempunyai kecenderungan terhidrasi dan teragregasi kuat yang menghasilkan konsistensi seperti gel dan sifat reologi tiksotropik (contoh : Magma Bentonit). 3. Lotio, untuk golongan suspensi topikal dan emulsi untuk pemakaian pada kulit (contoh : Lotio Kalamin)
Berdasarkan Sifat
1. Suspensi Deflokulasi Partikel yang terdispersi merupakan unit tersendiri dan apabila kecepatan sedimentasi bergantung daripada ukuran partikel tiap unit, maka kecepatannya akan lambat. Gaya tolak-menolak di antara 2 partikel menyebabkan masing-masing partikel menyelip diantara sesamanya pada waktu mengendap. Keunggulannya : sistem deflokulasi akan menampilkan dosis yang relatif homogen pada waktu yang lama karena kecepatan sedimentasinya yang lambat. Kekurangannya : apabila sudah terjadi endapan sukar sekali diredispersi karena terbentuk masa yang kompak. Sistem deflokulasi dengan viskositas tinggi akan mencegah sedimentasi tetapi tidak dapat dipastikan apakah sistem akan tetap homogen pada waktu paruhnya. 2. Suspensi Flokulasi Partikel sistem flokulasi berbentuk agregat yang dapat mempercepat terjadinya sedimentasi. Hal ini disebabkan karena setiap unit partikel dibentuk oleh kelompok partikel sehingga ukurang agregat relatif besar. Cairan supernatan pada sistem deflokulasi cepat sekali bening yang disebabkan flokul-flokul yang terbentuk cepat sekali mengendap dengan ukuran yang bermacam-macam. Keunggulannya :sedimen pada tahap akhir penyimpanan akan tetap besar dan mudah diredispersi. Kekurangannya : dosis tidak akurat dan produk tidak elegan karena kecepatan sedimentasinya tinggi. Flokulasi dapat dikendalikan dengan : a. Kombinasi ukuran partikel b. Penggunaan elektrolit untuk kontrol potensial zeta. c. Penambahan polimer mempengaruhi hubungan/ struktur partikel dalam suspensi.
SYARAT SUSPENSI
1. Suspensi tidak boleh diinjeksikan secara iv dan intratekal 2. Suspensi yang dinyatakan untuk digunakan dengan cara tertentu harus mengandung zat antimikroba.
Menurut FI IV
5. Karakteristik suspensi harus sedemikian rupa sehingga ukuran partikel dari suspensoid tetap agak konstan untuk yang lama pada penyimpanan
Menurut FI III
4. Kekentalan suspensi tidak boleh terlalu tinggi agar sediaan mudah dikocok dan dituang.
Ciri-ciri Suspensi
Terbentuk dua fase yang heterogen, Berwarna keruh, Mempunyai diameter partikel > 100 nm, Dapat disaring dengan kertas saring biasa, dan Akan memisah jika didiamkan.
suspensi
Bahan tambahan
zat pembawa
Zat aktif
Zat aktif (fase dispers) biasanya bahan padat yang tidak larut dalam medium dispersi Partikel dari fase terdispers pada suspensi berisi partikel partikel kasar, biasanya dengan ukuran diameter 1 sampai 50 mikron, disebut sebagai dispersi kasar karena ukurannya lebih besar, partikel terdispers dalam dispersi kasar cenderungan untuk memisahkan diri dari medium dispersi mengendap pada dasar wadah karena bobot jenisnya lebih besar. Bila bahan obat tidak dapat dilarutkan atau diemulsikan, maka bentuk sediaan- oral yang dapat memberikan ketersediaanhayati yang sesuai adalah bentuk suspensi dalam air.
BAHAN TAMBAHAN
memperlambat pengendapan, mencegah penurunan partikel dan mencegah penggumpalan resin dan bahan berlemak.
meningkatkan kekentalan kekentalan yang berlebihan akan mempersulit rekonstitusi dengan pengocokan
Golongan polisakarida : acacia gom, tragakan, alginat starc Golongan selulosa larutan air : metil selulosa, hidroksi metil selulosa, NaCMC,avicel Golongan tanah liat : bentonit, alumunium magnesium silikat, hectocrite, veegom Golongan sintetik : carboner, carboksipolimetilen, koloidal silicon diokside
menurunkan tegangan permukaan bahan dengan air (sudut kontak) dan meningkatkan dispersi bahan yang tidak larut
Menghilangkan lapisan udara pada permukaan zat padat, sehingga zat padat + humektan lebih mudah kontak dengan pembawa.
Usia pasien
Keadaan pasien Waktu penyimpanan
perhatikan
estetika, pembantu sensori untuk pemberi rasa yang digunakan kekhasan produk
Asin : Butterscoth, Mafile, Apricot, Peach, Vanili, Wintergreen mint Pahit : Wild Cherry, Walnut, Chocolate, Mint combination, Passion fruit, Mint spiceanisi Manis : Buah-buahan berry, Vanili Asam : Citrus, Licorice, Rootbeer, Raspberry
Pengawet
Tujuan penggunaan
Stabilisasi terhadap peruraian fisik dan kimia karena perubahan kondisi lingkungan selama formulasi Menghindari kontaminasi mikroba mengandung bahan alam dan laruan gula encer
antioksidan
Cara kerja: memblokir reaksi oksidatif berantai pada tahap awal dengan memberikan atom hydrogen.
Yang harus diperhatikan: Tidak toksik, tidak merangsang dan tidak membentuk hasil antara yang berbahaya Segera larut (terdispersi) dalam medium Tidak menimbulkan warna, bau dan rasa yang tidak dikehendaki Kompatibel dengan konstituen lain dalam sediaan
Yang sering digunakan : Golongan kuinol : hidrokuinon, tokoferol, hidroksikraman, hidroksi kumeran, BHA, BHT. Golongan katekhol : kathekol, pirogalol, NDGA, asam galat Senyawa mengandung nitrogen : ester elkanolamin turunan amino dan hidroksi dari pfenilamindiamin, kasein, edestin. Senyawa mengandung belerang : sisteina HCl
Fenol monohidrat : timol
Pendapar
fungsi
pengatur pH
kriteria
kapasitas yang cukup untuk pertahankan pH pKa yang mendekati nilai pH yang diinginkan tidak bermasalah dalam inkopatibilitas dan toksisitas
peningkat kelarutan
Dapar sitrat
Dapar borat
pKa = 9,24
Sediaan optalmik
Acidifier
fungsi : pengatur pH, peningkat kestabilan suspensi, memperbesar potensial pengawet dan peningkat kelarutan. Contoh acidifier yang sering digunakan : asam sitrat.
Flokulating Agent
bahan yang dapat menyebabkan suatu partikel berhubungan secara bersama membentuk suatu agregat. Floculating agent dapat menyebabkan suatu suspensi cepat mengendap tetapi mudah terdispersi kembali.
Floculating agent
Surfaktan (Surfaktan ionik Polimer hidrofilik dan nonionik) memiliki bobot molekul yang
Konsentrasi 0,001 sampai 1%b/v. Surfaktan nonionik lebih disukai : secara kimia lebih kompatibel dengan bahan lainnya. Kekurangan : Konsentrasi tinggi dapat menghasilkan rasa yang buruk, membentuk busa dan caking. tinggi dengan rantai karbon panjang percabangan rantai polimer yang membentuk struktur seperti gel dalam sistem dan dapat terabsorpsi pada permukaan partikel padat serta mempertahankan kedudukan mereka dalam bentuk sistem flokulasi Contoh : xantin gom sebagai Floculating agent dalam pembuatan sulfaguanidin, bismuth subkarbonat serta obat lain
Clay
konsentrasi 0,1% dapat berperan sebagai Floculating agent pada pembuatan obat yang disuspensikan dalam sorbitol atau berbasis sirup. Contoh : Bentonit sebagai Floculating agent pada pembuatan suspensi bismuth subnitrat pada konsentrasi 0,7%.
Zat pembawa
Zat pembawa yang bisa digunakan dalam pembuatan suspensi oral adalah air murni
SUSPENSI
METODE DISPERSI
Suspending agent (Na CMC, PGS) dilarutkan dalam air panas, lalu dinginkan (mucilago) , pisahkan Preservatives / zat pengawet (Metil Paraben) dilarutkan dalam etanol , pisahkan
Zat aktif sediaan obat (Sulfadiazine, Sulfamerazine, dll) gerus homogen, pisahkan
Lalu ke dalam campuran zat aktif sediaan obat, ditambahkan larutan suspending agent (Mucilago) sedikit demi sedikit sambil diaduk hingga homogen Ditambahkan juga larutan zat pengawet (Metil Paraben), zat tambahan lain (sirupus simplex, anti oksidan, perasa, pewarna), dan pendapar (NaOH) sambil dihomogenkan dengan menggunakan mixer atau pengaduk Tempatkan suspensi dalam wadah dan beri etiket
2. METODE PRAESIPITASI
Zat yang hendak didispersi dilarutkan dahulu dalam pelarut organik yang hendak dicampur dengan air. Setelah larut diencerkan dengan larutan pensuspensi dalam air.
METODE PRAESIPITASI
Suspending agent (Na CMC, PGS) dikembangkan dalam sebagian air yang tersedia , pisahkan
DAFTAR PUSTAKA
Anief M., 2000, Ilmu Meracik Obat Teori dan Praktek, UGM Press, Yogyakarta. Anief M., 1987, Ilmu Meracik Obat Teori dan Praktek, UGM Press, Yogyakarta. Anonim, 1979, Farmakope Indonesia, III, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta. Anonim, 1995, Farmakope Indonesia, IV, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
Keterangan Resep
Keterangan Resep
Pengerjaan Resep
a. OBH tiap 300 ml mengandung (ForNas : 251):
Glycirrhizae succus NH4Cl 6 gr 6 gr 10 gr SASA (ammoniae anisi spiritus) Aquadest ad 300 ml
c. SASA (Ammoniae Anisi Spiritus) tiap 100g terdiri dari (ForNas : 23): Ol. Anisi Etanol 90% 4 gr 76 gr 20 gr
Untuk obat keras : 2% dari jumlah potio Untuk obat tidak keras : 1% dari jumlah potio
Pengerjaan Resep
e. Sirupus Simplex :
Perbandingan Saccharum Album dengan Sirupus Simplex = 0,65 : 1
karena massa sirupus simplex > 16,67% dari massa potio yang dibuat, maka BJ potio = 1,3 f. Oleum Menthae Pip 3 tetes g. Aguadest dicukupkan sampai 120 ml
Kelengkapan resep: Lengkap OB/OK: OBH (Obat Bebas) Luminal (Obat Keras) OTT: Saccharum Album bersifat higroskopis. Usul: Sediaan dibuat suspensi karena luminal tidak dapat larut dalam air. Dengan menggunakan pulvis gumasus sebagai suspending agent. Saccharum album diganti menjadi sirupus simplex.
Perhitungan TM
Perhitungan TM
Perhitungan Bahan
1. 2.
3. 4. 5. 6.
Tara botol 131 ml. Timbang : Luminal = 75 mg PGS = 2,6 gr Air untuk PGS = 7 x PGS = 18,2 gr Sirupus Simplex = 31 gr Masukkan Luminal ke dalam mortir, tambahkan PGS, lalu gerus. Tambahkan air lalu gerus kuat hingga terbentuk suspensi. Tambahkan sirupus simplex lalu aduk hingga homogen. Masukkan ke dalam botol. Timbang : Glycirrhizae succus = 3,33 gr NH4Cl = 2 gr SASA (ammoniae anisi spiritus) = 2 gr Sisa air = 90 ml 18,2 ml = 71,8 ml Larutlan Glycirrhizae succus dalam air panas, masukkan ke dalam botol. Larutkan NH4Cl dalam air, masukkan ke dalam botol. Tambahkan air hingga 88 ml. Masukkan SASA sedikit demi sedikit ke dalam botol tanpa mengenai dinding botol. Tambahkan 3 tetes oleum menthae pip ke dalam botol. Tutup botol, kocok, dan segel. Beri label dan etiket.
Daftar Pustaka
Anief M., 1987, Ilmu Meracik Obat Teori dan Praktek,
UGM Press, Yogyakarta.