Anda di halaman 1dari 10

COGNITIVE CONSISTENCY THEORY

Disusun Guna Melengkapi Tugas Mata Kuliah Epidemiologi Perilaku Kesehatan Dosen Pengampu Drg. Zahroh Shaluhiyah, MPH PhD

Oleh : Silvia Anita Yuningsih


E4C009063

PROGRAM STUDI MAGISTER PROMOSI KESEHATAN KAJIAN KESEHATAN REPRODUKSI DAN HIV/AIDS UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2009

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setelah perang dunia kedua, pada tahun 1940-an, sejumlah besar penelitian dilakukan pada perubahan sikap. Ini menghasilkan sejumlah teori berbagai asumsi bahwa orang-orang berusaha untuk konsistensi kognitif : yaitu : mereka akan termotivasi untuk mengurangi kesenjangan yang dirasakan antara berbagai kognisi, karena perbedaan tersebut adalah permusuhan. Dan sejak pertengahan tahun 1950-an berkembang penelitian mengenai perubahan sikap dengan kerangka teoritis manusia sebagai pencari konsistensi kognitif (The Person as Consistency Seeker). Di sini manusia dipandang sebagai makhluk yang selalu berusaha dalam sistem kepercayaan dan di antara sistem kepercayaan dengan perilaku. Teori kognitif konsistensi memulai fokusnya pada keberadaan sikap dan mencoba menjelaskan bagaimana komponen-komponen sikap sesuai satu sama lain atau dan dengan sikap-sikap yang lain. Teori ini memandang manusia sebagai pemroses yang aktif yang mencoba memahami seluruhnya atas apa yang mereka rasakan, pikirkan dan berbuat di mana mereka secara aktif menyusun dan menafsirkan dunia tersebut untuk membuat kecocokan terhadap inkonsistensi yang biasa terjadi di antara dan dalam sikap-sikap. Latar belakang dari teori ini berasumsi bahwa manusia mencari konsistensi diantara kognisi mereka. Individu yang memiliki keyakinan atau nilai yang tidak konsisten satu sama lain berusaha untuk membuat keyakinan atau nilai itu menjadi lebih konsisten. Demikian pula jika kognisinya konsisten dan dia dihadapkan pada kognisi baru yang akan menimbulkan ketidakkonsistenan, sehingga motif utamanya adalah dia akan berusaha untuk mempertahankan atau memperbaiki konsistensi kognitif. Karakteristik yang ada pada pikiran manusia adalah kecenderungan untuk konsisten (Secord & Backman, 1964). Sebagai contoh kita menilai pelacur adalah pekerjaan yang hina dan nista maka kita cenderung untuk menilai jelek pada diri pelacur tersebut dan mengabaikan hal-hal yang mengarah adanya sisi positif dari pelacur tersebut, misalnya dia menjadi pelacur untuk membiayai sekolah anaknya, dia sebenarnya adalah orang berhati baik dan sebagainya. Sebaliknya apabila dalam diri kita terdapat kebiasaan berprasangka baik terhadap seseorang maka kita akan selalu menilai baik pada orang tersebut padahal belum tentu itu benar contohnya seorang pemuka agama biasanya adalah orang baik, begitu terlihat ada kesalahan dari orang tersebut kita akan menjadi terkejut dan tidak percaya bahwa hal tersebut adalah benar.

Pertentangan antara kecenderungan kita dalam bersikap dengan realitas sesaat akan mendatangkan ketidak seimbangan dalam diri kita. Agar keseimbangan itu terjaga, terasa adanya kebutuhan untuk berlaku konsisten. Prinsip konsisten inilah yang banyak menjadi landasan dalam menerangkan organisasi sikap manusia. Pemahaman mengenai organisasi sikap sangat penting dalam mempelajari masalah perubahan dan pengubahan sikap, tidak saja dalam mencoba mengerti sebab-sebab berubahnya sikap seseorang terhadap suatu obyek tetapi juga dalam memahami mengapa orang berperilaku tidak sesuai dengan sikapnya. Pemahaman ini juga bermanfaat dalam strategi manipulasi situasi untuk mengarahkan sikap individu atau kelompok ke arah yang kita kehendaki. Teori yang termasuk dalam pendekatan konsistensi kognitif mempunyai prinsip dasar, dimana inkonsistensi adalah suatu keadaan psikologis yang tidak menyenangkan dan yang mendorong orang itu secara aktif mencari cara untuk mengurangi ketidakseimbangan ini dengan menurunkan ketidak konsistenan yang dapat terjadi antara kognisi dan afeksi, antara afeksi dan konasi atau antara kognisi, afeksi dan konasi seseorang terhadap obyek sikap. B. Tujuan Penulisan 1. 2. Mengetahui Teori Keseimbangan Heider Mengetahui penerapan teori tersebut dalam aplikasi kehidupan

BAB II PEMBAHASAN A. Teori Keseimbangan Heider Tujuan dari teori konsistensi kognitif menyatakan bahwa perilaku yang bertentangan dengan sikap yang menutut pada perubahan. Perubahan ini biasanya mengambil bentuk asli mengubah sikap untuk menyesuaikan lebih dengan perilaku yang sebenarnya. Akar dari teori konsistensi kognitif adalah teori keseimbangan dari Fritz Heider, merupakan formulasi yang paling awal dan sederhana dari prinsip konsistensi yang dianut dalam teori organisasi sikap yang secara spesifik konsistensi antara individu sikap evaluasi dari objek atau unsur dan keyakinannya saling berhubungan. Kognitif unit terdiri dari dua dievaluasi unsur yang dihubungkan dengan sebuah hubungan. Keadaan keseimbangan atau ketidak seimbangan selalu melibatkan tiga unsur/ elemen yaitu : 1. Individu/Person (P), 2. Orang lain (O), dan 3. Obyek sikap (Ob atau X). Ketiga elemen tersebut membentuk suatu kesatuan yang bisa membentuk suatu kombinasi dan menghasilkan hubungan balance atau unbalance. Pengertian keadaan seimbang (balance) adalah suatu keadaan dimana elemen-elemen saling berhubungan satu sama lain secara harmonis sehingga tidak terdapat tekanan untuk mengubah keadaan. Misalnya : 1. Dalam hubungan 2 pihak, keadaan seimbangan terjadi jika hubungan antar kedua elemen itu semua positif atau semua negatif. 2. Dalam hubungan 3 pihak, keadaan seimbang terjadi jika hubungan antar ketiga elemen itu semuanya positif atau 2 negatif dan 1 positif. Sedangkan kondisi yang unbalance menimbulkan desakan atau ketegangan dan tekanan yang mendorong untuk mengubah hubungan kognitif yang sedemikian rupa sehingga tercapai keadaan seimbang dan untuk mengubah keadaan. Minimal ada 3 kemungkinan untuk mengurangi ketidakseimbangan, yaitu dengan cara : 1. Cara yang berpengaruh terhadap perubahan sikap 2. Menolak bahwa tidak akan ada hubungan 3. Memberi tambahan-tambahan yang konsisten sehingga terjadi hubungan yang seimbang.

Bila perubahan yang mengarah kepada pengembalian keseimbangan itu tidak tercapai maka akan terjadi ketegangan, sedangkan bila perubahan mungkin terjadi maka hal itu dapat terjadi pada karakter dinamisnya yaitu sikap P atau O dan dapat pula terjadi pada fungsi hubungan diantara unsur-unsur/ elemen yang bersangkutan.Unsur diperlakukan sebagai baik (+) atau negatif (-), hubungan baik sebagai positif (p), negatif (n), atau null (0). Dengan memberi tanda (+) untuk efek positif (positif affect) dan tanda (-) untuk efek negatif (negatif affect) maka suatu keseimbangan akan dicapai bila hubungan diantara ketiga unsur/ elemen tersebut ditunjukkan oleh tanda (+++) atau ditunjukkan oleh tanda (---), yaitu bila ketigatiganya positif atau dua diantara ketiganya adalah negatif. Ada 2 tipe hubungan menurut Heider, yaitu : 1. Unit relationship (hubungan unit) Unsur yang terlibat dalam hubungan dipersepsi saling memiliki yang biasanya berlangsung karena kesamaan, kedekatan dan pengalaman masa lalu. Hubungan unit terdiri dari 2 tipe, yaitu : a. Tipe U b.Tipe bukan U : jika 2 elemen dipandang saling memiliki : jika elemen-elemen tersebut tidak saling memiliki

2. Affective relationship (hubungan sentimen) Penilaian seseorang terhadap sesuatu (termasuk rasa suka). Hubungan sentimen terdiri dari : a. Tipe L b. Tipe DL : penilaian positif : penilaian negatif

Sebagai contoh, bila ada WPS (P) dan pelanggan (O) sama-sama setuju untuk memakai kondom atau setuju untuk tidak memakai kondom karakter dinamis-nya adalah : 1. P dan X sama dengan karakter O dan X, yaitu sama-sama (+) atau sama-sama (-), maka diperoleh keseimbangan dalam bentuk (+++) atau (---), 2. P dan X dengan O dan X sehingga diperoleh tanda (++-) atau (+-+), bila salah satu diantaranya kemudian berubah sikap maka terjadi ketidaksamaan dan memperlihatkan ketidakseimbangan. Ketidakseimbangan ini menimbulkan ketegangan yang mendorong terjadinya perubahan arah keseimbangan hubungan antara ketiga unsur tersebut. Perubahan yang mungkin terjadi adalah : 1. WPS tidak jadi berhubungan dengan pelanggan, atau 2. Pelanggan mau memakai kondom, atau 3. WPS setuju tidak memakai kondom.

Mereka akan saling berusaha mempengaruhi agar mitranya berubah sikap atau salah satu di antara mereka akan menyesuaikan sikapnya sehingga terjadi keseimbangan seperti semula. Tampak bahwa dalam teori ini, persepsi orang terhadap bentuk hubungan diantara unsur-unsur yang terlibat memegang peranan penting dalam menentukan keadaan keseimbangan yang terjadi. Hubungan diantara unsur-unsur tersebut dapat dinyatakan dalam bentuk suka (L) dan tidak suka (DL) serta bentuk kausal atau sebab-akibat (U) dan bukan sebab-akibat (U). Dengan demikian, prinsip keseimbangan Heider dapat dirumuskan sebagai berikut : Diantara dua unsur, suatu keadaan seimbang akan terjadi apabila hubungan diantara keduanya adalah positif (atau negatif) dari semua segi yaitu sesuai dengan semua arti L dan U. Diantara ketiga unsur, suatu keadaan seimbang akan terjadi apabila ketiga hubungan semuanya positif dari semua segi atau bila dua diantaranya negatif dan satu positif ( Heider, 1958 dalam Fishbein & Ajzen, 1975). Teori keseimbangan Heider menurut para ahli psikologi sosial memang merupakan awal yang baik dalam melakukan analisis mengenai konsistensi kognitif dan implikasinya sangat luas walaupun memiliki keterbatasan-keterbatasan. Keterbatasan itu antara lain : 1. Sifat hubungan unsur-unsur yang hanya kualitatif (suka tidak suka) padahal sikap dan kepercayaan memiliki derajat atau tingkatan yang perlu dikualifikasikan. 2. Hubungan unsur-unsur yang banyaknya terbatas pada 3 unsur saja. 3. Kemungkinan adanya hubungan ganda diantara dua unsur tapi tidak berbicara mengenai tingkat keseimbangann yang dapat terjadi dalam konfigurasi yang kompleks (Fishbein & Ajzen, 1975). Contoh dua orang wanita (P) dan (O) sama-sama mencintai satu pria (X) maka tidak dapat diharapkan terjadi keseimbangan sebagaimana dikatakan teori ini karena kedua orang tersebut sangat mungkin akan saling menyukai.

Contoh hubungan dalam keseimbangan : Balance Triads P + O + X + O Peter dislike soccer Olivia enjoys soccer Peter dislike Olivia P + X O Peter dislike poetry Olivia thinks poets are pathetic Peter likes Olivia + X P X +

Peter appreciates opera Olivia appreciates opera Peter likes Olivia P O Peter enjoys exams Olivia appreciates opera Peter dislike Olivia Contoh hubungan ketidakseimbangan

Unbalanced Triads P + O Peter likes Olivia He loathes dancing Olivia loves it X + O + P + X -

Peter playes the classics Olivia attracts him Bethoven bores her

X + Peter says shes a

X Peter is anti-

snob He votes Labour Olivia votes Labour

hunting He says shes selfish He sees her at a hunt saboteur meeting

Figure 4. Heider Theory of Balanced and Unbalanced Triads B. Aplikasi Teori Keseimbangan a. Prediksi terhadap perilaku ibu hamil untuk memeriksakan kehamilannya secara rutin ke tenaga kesehatan 1. 2. Dengan menggali persepsi ibu terhadap Bidan sebagai pemberi layanan kesehatan dan juga persepsi Bidan terhadap pelayanan yang diberikan . Bila persepsi ibu hamil terhadap bidan positif, dan persepsi bidan terhadap pemeriksaan kehamilan positif, maka dapat diprediksi ibu hamil tersebut akan memeriksakan kehamilannya. b. Prediksi WPS untuk memakai kondom dalam melayani klien 1. 2. Apabila persepsi pria klien dari WPS positif terhadap WPS dan terhadap pemakaian kondom Bila presepsi WPS terhadap pria klien positif, pemakaian kondom positif maka dapat diprediksi WPS akan melayani klien, apabila klien menolak memakai kondom, supaya seimbang WPS tidak akan melayani klien c. Bila persepsi WPS terhadap Nakes dan persepsi Nakes terhadap pemeriksaan kesehatan positif, maka dapat diprediksi WPS tersebut akan memeriksakan kesehatannya

BAB III KESIMPULAN

Teori Keseimbangan Heider Teori kognitif konsistensi mencoba menjelaskan bagaimana komponen-komponen sikap sesuai satu sama lain atau dan dengan sikap-sikap yang lain dan memandang manusia sebagai pemroses yang aktif yang mencoba memahami seluruhnya atas apa yang mereka rasakan, pikirkan dan berbuat di mana mereka secara aktif menyusun dan menafsirkan dunia tersebut untuk membuat kecocokan terhadap inkonsistensi yang biasa terjadi di antara dan dalam sikap-sikap. Teori ini berasumsi bahwa manusia mencari konsistensi diantara kognisi mereka. Individu yang memiliki keyakinan atau nilai yang tidak konsisten satu sama lain berusaha untuk membuat keyakinan atau nilai itu menjadi lebih konsisten. Tiga unsur dalam keadaan keseimbangan atau ketidak seimbangan ,yaitu : Individu/Person (P), Orang lain (O), dan Obyek sikap (Ob atau X). Ketiga elemen tersebut membentuk suatu kesatuan yang bisa membentuk suatu kombinasi dan menghasilkan hubungan balance atau unbalance. Diantara ketiga unsur, suatu keadaan seimbang akan terjadi apabila ketiga hubungan semuanya positif dari semua segi atau bila dua diantaranya negatif dan satu positif (Heider, 1958 dalam Fishbein & Ajzen, 1975).

DAFTAR PUSTAKA

1. Heider, F, 1958, The Psychology of Interpersonal Relations, New York : Jhon Wiley and Sons 2. Hogg, Micheal A. & Graham M. Vaughan, 1995, Social Psychology an Introduction, Prentice Hall Englewood Cliff New Jersey, hal 112-114. 3. Nelson, L, 1986, Cognitive consistency in beliefs about nuclear weapons. Paper presented at Annual Meeting of the Western Psychological Association, Seattle, WA, May, 1986. 15p. 4. Rakhmat, Jalaluddin., Drs. M.Sc, 2001, Psikologi Komunikasi. Ed Revisi. PT Remaja Rosdakarya Bandung 5. Richard .J Eiser, 1980, Cognitive Social Psychology, Mc graw- hill Bool Company

Anda mungkin juga menyukai