Anda di halaman 1dari 12

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Perubahan struktur ekonomi dari pertanian yang merupakan sektor primer menuju sektor

sekunder yaitu industri merupakan suatu tahapan dalam proses industrialisasi. Industrialisasi dilakukan karena adanya anggapan industri memiliki nilai tambah (added value) lebih tinggi daripada sektor primer sehingga dapat mempercepat peningkatan pendapatan masyarakat. Nilai tambah (added value) industri terletak pada tenaga kerja yang dapat diserap dalam l ha lahan jumlahnya lebih besar jika dibandingkan dengan sektor primer. (Yustika, 2000) Pertumbuhan ekonomi wilayah dipengaruhi oleh potensi dari sektor komoditas yang dimiliki wilayah tersebut, seperti yang dikemukakan oleh Samuelson dalam Tarigan (2005) bahwa setiap negara/wilayah perlu melihat sektor komoditi apa yang memiliki potensi besar dan dapat dikembangkan dengan cepat, baik karena potensi alam maupun karena sektor itu memiliki competitive advantage untuk dikembangkan, sehingga dengan kebutuhan modal yang sama sektor tersebut dapat memberikan nilai tambah yang lebih besar, dapat berproduksi dalam waktu yang relatif singkat dan volume sumbangan untuk perekonomian juga cukup besar. Kabupaten Sampang merupakan salah satu Kabupaten di Pulau Madura. Kabupaten Sampang diketahui memiliki sektor pertanian yang cukup besar di Jawa Timur untuk tahun 2010. Dari kajian tingkat spesialisasi (LQ Share) dan daya saing (LQ Shift) sektor ekonomi yang dilakukan Litbang Kompas, empat wilayah di Madura mempunyai spesialisasi pada sektor primer, khususnya pertanian. Daripada wilayah-wilayah lain di Jawa Timur, Sumenep, Pamekasan, dan Sampang berturut-turut menduduki posisi tiga besar nilai LQ Share pertanian (Kompas, 2010). Tingginya sektor pertanian di Kabupaten Sampang mendapat dukungan dari pemerintah propinsi Jawa Timur dalam 1.1

2
musrenbang (musyawarah perencanaan pembangunan) di Kabupaten Bangkalan yang merencanakan sistem agropolitan dengan mengandalkan sektor pertanian ( Jawa Pos, 2011). Potensi Pertanian dapat dilihat dari data PDRB (Produk Domestik Bruto Regional) Atas Dasar Harga Berlaku yang menunjukkan bahwa sumbangan sektor pertanian di Kabupaten Sampang menduduki peringkat pertama dan selalu mendominasi sekitar 50% dari total PDRB yaitu sebesar Rp. 1.783.042.000.000,- pada tahun 2005; Rp. 2.039.798.000.000,pada tahun 2006; Rp. 2.198.226.000.000,- pada tahun 2007; Rp. 2.473.924.000.000,- pada tahun 2008 (Propinsi Jawa Timur Dalam Angka, 2009). Tingginya PDRB pertanian di Kabupaten Sampang juga didukung oleh sub-sektor perkebunan yang secara konsisten mengalami peningkatan sebesar Rp. 108.513.000.000,- pada tahun 2005; Rp. 127.090.000.000,- pada tahun 2006; Rp. 141.596.000.000,- pada tahun 2007; Rp. 154.865.000.000,- pada tahun 2008 (Propinsi Jawa Timur Dalam Angka, 2009). Sumbangan nilai PDRB sub sektor perkebunan di Kabupaten Sampang tersebut diantaranya berasal dari tiga komoditas yaitu komoditi jambu mete yang menduduki peringkat 1 di Jawa Timur, komoditi cabe jamu yang menduduki peringkat 2 di Jawa Timur, dan komoditi tembakau yang menduduki peringkat 6 di Jawa Timur (Rencana Pengembangan Agribisnis Terpadu, 2008). Berdasarkan Rencana Pengembangan Agribisnis Terpadu tahun 2008 diketahui bahwa persebaran komoditi sub-sektor perkebunan tersebut mendominasi di wilayah pesisir Utara Kabupaten Sampang yaitu Kecamatan Banyuates, Kecamatan Ketapang, dan Kecamatan Sokobanah. Potensi sub sektor perkebunan di wilayah pesisir Utara dapat dilihat dari produktivitas sub sektor perkebunan di wilayah pesisir Utara yang lebih besar daripada produktivitas sub sektor perkebunan di Kabupaten Sampang. Produktivitas jambu mente di wilayah pesisir Utara 492 Kg/Ha sedangkan produtivitas di

3
Kabupaten Sampang 482 Kg/Ha. Produktivitas tembakau di wilayah pesisir Utara 880 Kg/Ha sedangkan produtivitas di Kabupaten Sampang 877 Kg/Ha (Kabupaten Sampang dalam Angka, 2009). Selain itu, dominasi wilayah pesisir Utara pada sumbangan sub-sektor perkebunan ditunjukkan dalam Data Kabupaten Sampang dalam Angka tahun 2009. Diketahui bahwa luas areal perkebunan jambu mente produktif terdapat di wilayah pesisir Utara seluas 5998 Ha (78%) dari 7700 Ha di Kabupaten Sampang dengan nilai produksi 1.958 Ton, sedangkan untuk perkebunan tembakau produktif terdapat di wilayah pesisir Utara seluas 856 Ha (96%) dari 886 Ha di Kabupaten Sampang dengan nilai produksi 657,04 Ton, kemudian untuk perkebunan cabe jamu produktif terdapat di wilayah pesisir Utara seluas 1479 Ha (45%) dari 3322 Ha di Kabupaten Sampang dengan nilai produksi 724,7 Ton. Aktivitas perkebunan di wilayah pesisir Utara Kabupaten Sampang juga didukung oleh rencana pengembangan Kecamatan Banyuates, Ketapang, dan Sokobanah sebagai kawasan pengembangan budidaya perkebunan terutama budidaya jambu mente dan cabe jamu (RTRW Kabupaten Sampang 2009-2029). Namun, adanya potensi komoditi perkebunan di atas belum disertai oleh keberadaan industri pengolahan hasil perkebunan. Industri pengolahan yang saat ini ada di wilayah pesisir Utara dintaranya hanya berbahan baku tanaman pangan seperti industri tempe dan tahu di Kecamatan Ketapang, industri petis di Ketapang (Direktori Perusahaan Kabupaten Sampang 2002-2009). Oleh karena itu, kegiatan industri yang ideal untuk dapat diterapkan di wilayah pesisir Utara Kabupaten Sampang adalah kegiatan industri pengolahan hasil perkebunan (agroindustri), sehingga mampu meningkatkan nilai ekonomis dari hasil produksi sub-sektor perkebunan yang menjadi potensi di wilayah tersebut. Industrialisasi dengan model seperti ini dapat mendatangkan keuntungan ganda, yaitu tingkat pertumbuhan

4
ekonomi yang memadai dan jumlah tenaga kerja yang dapat terlibat dalam proses industrialisasi sangat banyak (Yustika, 2000). Agroindustri adalah salah satu cabang industri yang mempunyai kaitan erat serta langsung dengan pertanian. Apabila pertanian diartikan sebagai proses yang menghasilkan produk pertanian di tingkat primer, maka kaitannya dengan industri dapat berkaitan ke belakang (backward linkage) maupun ke depan (foward linkage). (Soekartawi, 1995) Pengembangan industri pengolahan hasil perkebunan di wilayah pesisir Utara Kabupaten Sampang akan sesuai dengan arahan RTRW Propinsi Jawa Timur 2005-2025 yang menetapkan Kabupaten Sampang untuk pengembangan industri berbasis sumber daya lokal dan penggunaan bahan teknis buatan lokal dan untuk mengembangkan hubungan antar industri karena di Kabupaten Sampang telah terdapat pola pertumbuhan industri. Pengembangan industri pengolahan hasil perkebunan juga sesuai dengan arahan RTRW Kabupaten Sampang 20092029 untuk mengembangkan di wilayah pesisir Utara Kabupaten Sampang dengan pertimbangan adanya budidaya sub sektor perkebunan, adanya waduk Nipah sebagai penyuplai ketersediaan air, adanya akses serta sarana dan prasarana lain. Dalam penempatan industri pengolahan hasil perkebunan harus mempertimbangkan lahan pertanian di sekitarnya karena penempatan lokasi industri yang tidak sesuai dapat membawa pengaruh negatif bagi penggunaan lahan pertanian daerah tersebut. Karena limbah yang dihasilkan dari proses industri dapat mengganggu produktivitas kegiatan pertanian. Berdasarkan kriteria lokasi industri dari Departemen Perindustrian tahun 2001 bahwa industri tidak diperbolehkan terletak pada daerah produktif pertanian. Padahal untuk mengoptimalkan aglomerasi kawasan kegiatan industri, maka lokasi menjadi faktor yang penting karena diantaranya juga harus berdekatan dengan sumber bahan baku. Dengan demikian, perlu dilakukan penentuan lokasi dalam pengembangan industri pengolahan hasil perkebunan di

5
wilayah pesisir Utara Kabupaten Sampang, sehingga kegiatan industri yang berkembang nantinya dapat meningkatkan pendapatan daerah melalui peningkatan nilai tambah bagi hasil perkebunan tetapi juga tidak sampai merusak lahan pertanian produktif dan lahan perkebunan yang menjadi sumber bahan baku bagi kegiatan industri tersebut. 1.2 Rumusan Masalah

Pengembangan agroindustri di wilayah pesisir Utara Kabupaten Sampang merupakan upaya untuk mensinergikan pengembangan sektor industri dan potensi sektor pertanian (sub sektor perkebunan). Permasalahan yang dihadapi adalah terbatasnya penyediaan lahan di wilayah pesisir Utara Kabupaten Sampang. Hal tersebut disebabkan penggunaan lahan di wilayah pesisir Utara Kabupaten Sampang didominasi oleh lahan pertanian. Sedangkan dalam pengembangannya industri harus tidak berada pada daerah produktif pertanian, agar aktivitasnya tidak mengganggu produktivitas daerah tersebut. Untuk mengoptimalkan industri pengolahan hasil perkebunan, maka lokasi menjadi faktor yang penting karena harus berdekatan dengan sumber bahan baku. Untuk mengidentifikasi lokasi tersebut, maka pertanyaan dalam penelitian Penentuan Lokasi Industri Pengolahan Hasil Perkebunan di Wilayah Pesisir Utara Kabupaten Sampang yaitu apa sajakah faktor lokasi industri pengolahan hasil perkebunan di wilayah pesisir Utara Kabupaten Sampang?

6
1.3 Tujuan dan Sasaran Penelitian

Tujuan dilakukan studi ini adalah untuk menentukan lokasi industri pengolahan hasil perkebunan yang sesuai di wilayah pesisir Utara Kabupaten Sampang. Tujuan penelitian tersebut dapat dicapai melalui sasaran studi penentuan lokasi industri pengolahan berikut ini: 1. Mengidentifikasi faktor penentu lokasi industri pengolahan di wilayah pesisir Utara Kabupaten Sampang. 2. Mengidentifikasi prioritas faktor penentu lokasi industri pengolahan di wilayah pesisir Utara Kabupaten Sampang. 3. Mengidentifikasi lokasi yang sesuai untuk industri pengolahan di wilayah pesisir Utara Kabupaten Sampang. 1.4 Ruang Lingkup

1.4.1 Ruang Lingkup Pembahasan Penelitian ini membahas tentang penentuan lokasi industri pengolahan. Adapun penelitian ini hanya sebatas menentukan lokasi yang sesuai untuk pengembangan industri pengolahan hasil perkebunan di wilayah pesisir Utara Kabupaten Sampang. Hal yang dibahas diantaranya mengidentifikasi faktor yang berpengaruh untuk industri pengolahan, menemukan bobot kriteria industri pengolahan yang sesuai, kemudian menentukan lokasi yang sesuai untuk industri pengolahan hasil perkebunan di wilayah pesisir Utara Kabupaten Sampang. Kegiatan industri pengolahan yang dibahas adalah kegiatan industri pengolahan berbahan baku komoditi jambu mente, cabe jamu, dan tembakau. Skala industri pengolahan yang ditetapkan adalah industri pengolahan skala kecil hingga menengah (jenis kegiatan industri pengolahan tersebut diantaranya industri pemecah biji mente, industri jamu, industri obat-obatan, industri makanan, industri rokok, industri minuman ringan, industri minyak goreng, dan lainnya). Unit analisis dari penelitian ini adalah unit kawasan, sehingga data yang digunakan dalam input

7
setiap analisa merupakan data yang menjelaskan karakteristik setiap variabel tanpa melihat batas administrasi. Adapun aspek dalam penentuan lokasi ini terdiri dari aspek fisik lingkungan, infrastruktur, tenaga kerja, bahan baku, lokasi pasar, bahaya alam, dan sarana prasarana penunjang. 1.4.2 Ruang Lingkup Substansi Lingkup substansi yang akan digunakan dalam penelitian ini mencakup hal- hal yang berkaitan dengan penentuan lokasi industri pengolahan. Adapun teori-teori yang terkait beberapa diantaranya adalah teori industri pengolahan (agroindustri), karakteristik agroindustri, teori lokasi dan lainnya. Selain menggunakan teori ataupun konsep yang sudah ada peneliti juga akan menggunakan studi atau kajian yang sudah pernah dilakukan tentang penentuan lokasi industri pengolahan dan agroindustri. 1.4.3 Ruang Lingkup Wilayah Lokasi penelitian ini adalah kecamatan yang berada di wilayah pesisir Utara Kabupaten Sampang yang terdiri dari Kecamatan Banyuates dengan luas sekitar 14.123 Ha, Kecamatan Ketapang dengan luas 12.528 Ha, dan Kecamatan Sokobanah dengan luas sekitar 10.851 Ha. Peta lokasi studi dapat dilihat pada gambar 1.1 Secara administratif, batas wilayah studi adalah sebagai berikut: Sebelah Utara berbatasan dengan Laut Jawa, Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Pamekasan, Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Tambelangan, Kecamatan Kedungdung, Kecamatan Robatal, Kecamatan Karang Penang. Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Bangkalan. 1.5 Manfaat Manfaat yang ingin didapat dari studi ini, yaitu:

8
1. Memberikan masukan kepada Pemerintah mengenai lokasi optimal untuk industri pengolahan hasil perkebunan sebagai leading sector dalam pengembangan ekonomi untuk Kabupaten Sampang; Sebagai bahan masukan dan informasi kepada berbagai pihak yang berkepentingan di dalam investasi di bidang pertanian dan industri; Memberikan masukan lokasi strategis yang bisa dikembangkan untuk industri pengolahan hasil perkebunan kepada praktisi (sebagai pihak yang dilibatkan dalam studi ini) dan pembaca secara umum.

2. 3.

1.6 Sistematika Penulisan BAB I PENDAHULUAN Berisi latar belakang studi, rumusan permasalahan penelitian, tujuan dan sasaran yang ingin dicapai, ruang lingkup wilayah studi dan materi pembahasan, sistematika penulisan serta kerangka pemikiran penelitian. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Merupakan hasil studi literatur teoritis dan normatif yang berupa dasar-dasar teori dan referensi-referensi yang berkaitan dengan obyek penelitian. BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian memuat pendekatan dan tahapan yang digunakan untuk menjawab persoalan penelitian dan mencapai tujuan penelitian. Bagian ini terdiri dari pendekatan penelitian, jenis penelitian, teknik sampling, pengumpulan data, organisasi variabel, teknik analisis data dan tahapan penelitian.

9
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Berisi gambaran umum wilayah studi terutama yang berkaitan dengan hal yang akan dianalisa, yaitu bahan baku, kondisi fisik lingkungan, pasar, tenaga kerja, infrastruktur, dan bahaya alam. Analisis yang dibahas diantaranya analisis penentuan faktor dan analisis prioritas faktor penentuan lokasi agroindustri. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Berisi ringkasan dari keseluruhan proses penelitian yang telah dilakukan beserta saran terhadap hasil penelitian.

10 1.7 Kerangka Pemikiran Kerangka pemikiran penelitian secara umum dapat dilihat pada diagram Gambar 1.1
Potensi pengembangan sub sektor perkebunan di wilayah pesisir utara Sumbangan komoditi jambu mente, tembakau, dan cabe jamu yang besar terhadap PDRB Kabupaten Sampang belum ada industri pengolahan hasil perkebunan Direncanakan pembangunan kawasan agroindustri Belum merencanakan mengenai dimana lokasi spesifik
Tinjauan Teori Lokasi Industri Pengolahan : Teori Lokasi Industri menurut pendapat ahli Teori Lokasi agroindustri (industri pengolahan) menurut ahli

Latar Belakang Tujuan studi Kesimpulan

Pemahaman Konsep: Pemahaman industri dan agroindutri (industri pengolahan)

Identifikasi faktor lokasi industri pengolahan hasil perkebunan di wilayah pesisir utara Kabupaten Sampang

Lokasi industri pengolahan hasil perkebunan di wilayah pesisir utara Kabupaten Sampang

Gambar 1.1 Alur Berfikir

11

Halaman ini sengaja dikosongkan

Anda mungkin juga menyukai