Anda di halaman 1dari 5

RANGKUMAN SEMINAR NASIONAL

IRVIAN ARISAFIRDA 2411410041

Program Studi Desain Komunikasi Visual FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2012

MULTIKULTURALISME
Penyaji : Bambang Prihadi

Multikulturalisme adalah keberadaan dua kultur atau kebudayaan ganda yang terdapat dalam suatu kelompok social tertentu. Multikulturalisme berasal dari kanada, dipakai oleh penulis-penulis pendidikan di Amerika pada tahun 1980an, dan kemudian menyebarluas dan popular digunakan pada sekitar tahun1990. Istilah ini kemudian menyebarluas dengan cepat ke berbagai Negara yang memiliki bahasa iggris. Yang melatarbelakangi terjadinya multikulturalisme adalah pluralitas merupakan keniscayaan, dan pluralitas menjadi kompleks, pluralitas menjadi suatu ancaman terhadap eksistensi suatu komunitas. Multikulturalisme diharapkan menjadi jawaban sebagai upaya mengatasi ancaman pluralitas tersebut. Multikulturalisme dapat didefinisikan sebagai suatu penggambaran masyarakat atau bangsa yang terrdiri atas banyak kelompok budaya yang berbeda beda sebagai akibat imigrasi. Ideology bagi individu atau pemerintah bahwa keragaman etnis, ras, budaya, dan agama harus dijunjung tinggi, juga sebagai penolakan bahwa pada dasarnya budaya- budaya itu saling berbentrokan atau dengan kata lain, semua budaya yang berbeda bias hidup sebagai satu keluarga besar jika dapat terhindarkan dari rasis, seksis, fasis, chauvinis, fanatic. Hal itulah yang menjadi konsep yang dimiliki oleh paham multikulturalisme. Selain itu multikulturalisme juga memiliki konsep keberagamaan dapat menyebabkan ancaman terhadap stabilitas dan identitas nasional, namun juga dapat menjadikan pertukaran budaya yang menguntungkan bagi semua kelompok budaya. Dari pertukaran budaya-budaya yang ada maka akan melahirkan prestasi besar dalam dunia sastra, seni, dan filsafat Multikulturalisme memiliki pengakuan terhadap harkat dan martabat manusia yang hidup dalam komunitasnya dengan kebudayaannya masing-masing yang unik, sehingga setiap individu merasa dihargai tetapi sekaligus bertanggungjawab untuk hidup bersama dalam komunitasnya. Multikulturalisme tidak boleh hanya menjunjung tinggi keragaman, dengan kata lain bangsa yang pluralis harus sungguh-sungguh menangani inklusi berbagai budaya di dalam wilayahnya dan menjamin bahwa hak dan perlindungan bagi masyarakat tertanam kuat dalam institusi pemerintahan. Multikulturalisme merupakan suatu pandangan tentang kesediaan untuk menerima budaya pendatang baru yang berbeda dan tidak saling terganggu jika mereka berasimilasi, dengan kata lain maka terjadinya perpaduan budaya tersebut akan saling menguntungkan untuk berbagai belah pihak. Sebagai ideology, multikulturalisme terserap kedalam berbagai bentuk interaksi dalam struktur kegiatan kehidupan social termasuk didalamnya adalah ekonomi, politik, dan kegiatan yang lainnya.

Kelemahan dari ideologi ini adalah suatu individu hanya sedikit yang berasimilasi atau melakukan perpaduan budaya dalam suatu masyarakt sesuai dengan keinginannya. Pandangan ini juga membuat orang atau individu tersebut tidak bias menikmati atau memahami identitas budayanya sendiri karena tingginya biaya untuk mempertahankannya atau tidak mampu sepenuhnya berpartisipasi dalam masyarakat tersebut karena keyakinan budaya atau tradisinya. Kelebihannya adalah pandangan ini tidak serta merta memungkinkan seorang individu untuk berpartisipasi sebagai anggota penuh dari suatu masyarakat tetapi juga mengaktifkan mereka untuk mempertahankan identitas tradisi mereka sendiri. Keanekaragaman budaya tidak harus ditolerir tetapi juga dibina atau dipromosikan dan didukung baik secara financial (jika perlu) maupun dengan hak khusus bagi budaya minoritas. Kesimpulannya adalah multikulturalisme merupakan pandangan hidup atau ideology yang berupaya mengatasi pluralitas social-budaya dalam suatu masyarakat dengan menjunjung tinggi keberagaman dan mendorong konstribusi masing-masing kelompok masyarakat. Namun demikian ideology sulit terwujud dalam kondisi masyarakat yang mengalami krisis social-budaya, seperti halnya di Indonesia saat ini.

IDEOLOGI PENDIDIKAN HUMANISTIK DAN PENGARUHNYA DALAM PENDIDKAN SENI


Penyaji : Triyanto,

Pendidikan sebagai proses budaya sejatinya adalah suatu upaya membudayakan manusia dengan segala sifat-sifat kemanusiaannya. Dalam pandangan ini, sebagai makhluk budaya, merupakan totalitas atau keutuhan dari sebuah kepribadian yang memiliki daya intelektual , emosional, dan spiritual. Bersamaan dengan pemikiran pendidikan yang berhaluan positivism berikut dengan segala pendekatan implementasi dan implikasinya, muncul pemikiran alternatif dari kaum humanis yang menawarkan pemikiran penting tentang perlunya pendidikan yang memanusiakan manusia dengan segala sifat-sifat kemanusiaan yang dimiliki, yakni makhluk yang selain memiliki daya intelektual, juga memiliki daya imajinasi, intuisi, kreativitas, dan spiritualitas dalam memaknai berbagai fenomena yang dihadapi Ideologi Pendidikan Humanistik dalam Pendidikan Human sebagai bentuk ajektif berarti bersifat manusiawi. Humanistik berarti bersifat kemanusiaan. Sedangkan humanisme berarti aliran yang bertujuan menghidupkan rasa kemanusiaan dan mencita-citakan pergaulan hidup yang lebih baik. Humanism merupakan faham yang menganggap manusia sebagai objek studi terpenting, terutama, pada sifat-sifat kemanusiaannya. Ketika diri manusia, yakni potensi yang bersifat psikologis, social, dan cultural haruslah menjadi objek perhatian secara komprehensif. Dalam faham itu, manusia yang ideal adalah manusia yang mampu mengembangkan sifat atau nilai-nilai kemanusiaan yang dimiliki secara harmonis sehingga ia selain mampu menjadi individu yang dapat memecahkan masalah yang dihadapi, juga mampu mengaktualisasikan dirinya dalam kehidupan bersama (sosial) sesuai dengan landasan nilai-nilai cultural dalam masyarakatnya. Dalam konteks pendidikan, pendekatan humanistik dewasa ini semakin banyak digagas oleh beberapa pakar sebagai pendidikan alternative. Maraknya praktik-praktik dehumanisasi dalam pendidikan menjadikan pendekatan humanistic ini banyak diadopsikedalam dunia pendidikan, baik secara paradigm ataupun aplikasinya. Pendidikan saat ini tidak lagi menganggap peserta didik sebagai objek, akan tetapi sebaliknya sebagai subjeknya. Pelaksanaan pendidikan sudah saatnyalah memfokuskan pada optimalisasi potensi yang dimiliki peserta didik. Inilah yang menjadi cirri-ciri dari pendidikan humanistic. Berkaitan dengan hal tersebut, sifat dasar manusia yang ingin diwujudkan melalui pendidikan humanistic adalah manusia yang menghargai dirinya sendiri, menghargai orang lain, memahami dan melaksanakan kewajiban dan hak-haknya sebagai manusia, memanfaatkan seluruh potensi dirinya sendiri sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. Menyadari adanya kekuatan akhir yang menyatukan seluruh hidup manusia.

Untuk mewujudkan tujuan tersebut, metode yang dapat diterapkan dalam tataran implementasinya ialah pendidik perlu mengusahakan partisipasi aktif subjek didik, memandang subjek didik sebagai individu yang kompleks dan unik sehingga dalam menanganinya tidak dipandang dari satu sisi saja, lebih merespon perasaan subjek didik, dan lebih member kesempatan kepada subjek didik untuk menggunakan gagasannya. Metode ini sejalan dengan pandangan Rogers, bahwa manusia memiliki suatu motif dasar, yaitu kecenderungan untuk mengaktualisasikan diri untuk memenuhi potensi yang dimiliki dan mencapai tahap human beeingness yang setinggi-tingginya. Pendidikan seni : pendidikan yang memanusiakan manusia Pendidikan pada dasarnya memiliki tujuan ganda, yakni untuk mengembangkan kepribadian seseorang dan sekaligus mempersiapkan untuk menjadi warga masyarakat yang mandiri, dan bertanggungjawab. Pendidikan secara sederhana dan umum bermakna sebagai usaha untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi bawaan, baik jasmanai maupun rohani, sesuai dengan nilai-nilai yang ada di dalam masyarakat dan kebudayaan. Pendidikan memiliki tujuan pokok untuk melimpahkan suatu pandangan hidup, meningkatkan dan mengkonstruksikan pandangan hidup tersebut, dan memenuhi kebutuhan yang bersifat individual. Tanpa kehadiran seni, pendidikan tidak akan utuh. Seni menjadi penting artinya sebagai bagian program dalam mengupayakan terbentuknya manusia seutuhnya yang menjadi tujuan utama system pendidikan nasional Indonesia. Pendidikan harus dapat mengembangkan kemampuan piker rasa secara harmonis. Manfaat yang paling menonjol adalah memacu pertumbuhan jiwa anak secara menyeluruh. Konsep ini telah terbukti dalam berbagai masyarakat dimana panduan secara komprehensif antara seni dan pendidikan telah dirancang dan diuji. Dalam konteks pendidikan seni, karya seni yang telah dihasilkan oleh murid sebagai hasil proses kreatif dan ekspresifnya, sesungguhnyalah bukan merupakan utama. Yang lebih utama dari itu, melalui kegiatan kreatif dan ekspresif yang dilakukan murid ialah mereka mendapatkan sarana berlatih untuk mengembangkan cara merasa, cara berfikir, dan cara memahami serta ketrampilan dalam melihat dan menyelesaikan persoalan tentang dirinya atau lingkungan sesuai dengan kondisi yang dihadapi. Kesimpulannya secara substansional, ideologi pendidikan humanistik menekankan pentingnya manusia dilihat sebagai kesatuan yang utuh dengan segenap sifat-sifat kemanusiaannya, yakni sebagai makhluk individual, social, dan cultural. Oleh sebab itu pendidikan haruslah dilakukan secara manusiawi dan diorientasikan untuk memanusiakan manusia dengan segala sifat kemanusiaanya tersebut. Pendidikan yang demikianlah yang akan dapat membawa dan membina potensi-potensi individual, social, dan cultural manusia yang secara seimbang dan harmonis, menuju manusia yang kritis, sensitive, kreatif serta memiliki kesadaran dan tanggungjawab sebagai anggota masyarakat yang menghargai dan atau menunjang nilai-nilai budaya masyarakatnya.

Anda mungkin juga menyukai