Anda di halaman 1dari 14

BAB I PENDAHULUAN A.

LATAR BELAKANG

Akhir 1980-an dan awal 1990 telah dimulai dengan adanya sedikit pengaburan batasanbatasan disiplin ilmu ini. akibatnya terjadi sedikit kesulitan untuk menemukannya untuk keperluan ilmiah. Namun, dengan adanya Studi sastra, teori psikoanalitik, psikologi sosial, studi budaya, linguistik, sejarah, sosiologi dan antropologi membuatnya kembali jelas setelah beberapa waktu sosiologi sempat tidak dapat disatukan dengan disiplin ilmu kedokteran dan kesehatan lainnya. Bahkan perhatian khusus telah diberikan untuk masalah ini (kesehatan dalam pandangan masyarakat ). Bahkan dalam perkembangannya, beberapa kegiatan dan penelitian ilmiah ilmu sosiologi tentang kesehatan telah menemukan beberapa yang dianggap sebagai pengganggu pandangan masyarakat dalam memandang kesehatan salah satunya adalah karena pernah terjadi kekecewaan yang terjadi pada akhir abad keduapuluh dan hal ini menyebabkan perubahan pandangan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan lainnya. Efektivitas, kebenaran dan kebijakan kesehatan menjadi selalu dipertanyakan setelah terjadinya kekecewaan tersebut. Sehingga hal ini menentang bagi pihak pelayanan kesehatan untuk terus memperbaiki pelayanan mereka agar juga memperbaiki pandangan masyarakat yang pernah berubah dahulu. Penelitian ilmiah-ilmiah lainnya dan ilmu sosial yang telah meneliti peran sosial yang telah terjadi selama empat dekade terakhir. perhatian khusus diberikan pada munculnya konstruksionisme sosial sebagai perspektif dominan yang sesuai untuk melakukan penyelidikan ke dalam dimensi sosial budaya dalam bidang kesehatan dan penyakit. Telah didapatkan bahwa telah terdapat batasan-batasan khusus antara kesehatan dan pengobatan tradisional dengan pengobatan secara kedokteran. Sosiologi Kesehatan dan Sosiologi Penyakit. Meskipun sub dari ilmu sosiolog umum ini telah banyak diminati didaerah amerika sejak lama namun, sosiologi kesehatan masih merupakan cabang sosiologi yang relatif baru. Di masa lalu dalam sosiologi telah lama dikenal dengan cabang sosiologi, sosiologi medis yang

merupakan

pendahulu

sosiologi

kesehatan

dan

terkait

erat

dengannya.

Menurut para ahli, seperti menurut Kendall dan Reader, sosiologi mengenai bidang medis mengulas masalah yang menjadi perhatian sosiologi profesi dan sosiologi organisasi. Sedangkan menurut Sraus sosiologi dalam bidang medis merupakan penelitian dan pengajaran bersama yang sering melibatkan pengintegrasian konsep, tekhnik dan personalia dari berbagai disiplin, dalam mana sosiologi digunakan sebagai pelengkap bidang medis. Dalam perkembangan selanjutnya perhatian sosiologi medis meluas ke berbagai masalah kesehatan diluar bidang medis. Dengan demikian, berkembanglah bidan sosiologi kesehatan. Para ahli pun membedakan antara sosiologi mengenai kesehatan dan sosiologi dalam kesehatan. Sedangkan menurut Wilson sosiologi mengenai kesehatan adalah pengamatan dan analisis dengan mengambil jarak, yang terutama dimotivasi oleh suatu masalah sosiologi, sedangkan sosiologi dalam kesehatan adalah penelitian dan pengajaran yang lebih bercirikan keintiman, terapan dan kebersamaan yang terutama disorong oleha adanya masalah kesehatan, bukan pada masalah sosiologi sehingga sosiologi kesehatan cenderung miskin teori. Namun, sosiologi kesehatan merupakan bidang yang mudah dan hungga kini bidang sosiologi medis masih tetap dominan. Membahas mengenai penyakit dan sakit, para ahli memiliki konsepnya sendiri memandang tentang sakit dan perannya dalam sosial. Dalam pandangan Blum, dimana ia mengemukakan bahwa kesehatan manusia terdiri atas tiga unsur, yaitu kesehatan kosmik, kesehatan psikis dan kesehatan sosial.Sedangkan menurut definisi Parson seseorang dianggap sehat manakala ia mempunyai kapasitas optimum untuk melaksanakan peran dan tugas yang telah dipelajarinya melalui proses sosialisasi, lepas dari soal apakah secara ilmu kesehatan ia sehat atau tidak. Jadi, kesehatan sosiologis seseorang bersifat relatif karena tergantung pada peran yang dijalankannya dalam masyarakat. Namun ternyata definisi kesehatan yang mirip dengan ketiga macam definisi tersebut diatas serupa kita jumpai pula di kalangan masyarakat. Menurut hasil penelitian di Inggris di kalangan masyarakat awam pun dijumpai definisi negatif, definisi fungsional, dan definisi positif.

BAB II PEMBAHASAN

Dalam sosiologi kesehatan dikenal beberapa istilah yang menunjukkan sumbangan atau peran sosiologi pada bidang kesehatan, yaitu : a. Sosiology in Medicine Sosiolog yang bekerjasama secara langsung dengan dokter dan staf kesehatan lainnya di dalam mempelajari faktor sosial yang relevan dengan terjadinya gangguan kesehatan ataupun sosiolog berusaha berhubungan langsung dengan perawatan pasien atau untuk memecahkan problem kesehatan masyarakat. Hal ini menunjukkan bahwa fenomena sosial dapat menjadi faktor penentu atau mempengaruhi orang-orang untuk menangani penyakit atau mempengaruhi kesehatan mereka ataupun tingkah laku lain saaat sedang sait maupun setelah sakit.

b. Sosiology of Medicine

Berhubungan dengan organisasi, nilai, kepercayaan terhadap praktek kedokteran sebagai bentuk dari perilaku manusia yang berada dalam lingkup pelayanan kesehatan, misalnya bentuk pelayanan kesehatan, sumberdaya manusia untuk membangun kesehatan dan pelatihan bagi petugas kesehatan.

c. Sosiology for Kesehatan

Berhubungan dengan strategi metodologi yang yang dikembangkan sosiologi untuk kepentingan bidang pelayanan kesehatan. Misalnya teknik skala pengukuran Thurstone, Likert, Guttman yang membantu mengenali atau mengukur skala sikap. Peran ini juga meliputi peosedur matematis multivariate serta analisis faktor dan analisis jaringan yang biasa digunakan para sosiolog dalam mengumpulkan data atau menjelaskan hasil penelitian.

d. Sociology From Medicine

Menganalisa lingkungan kedokteran dari perspektif social. Misalnya bagaimana pola pendidikan, perilaku, gaya hidup, para dokter, atau sosialisasi mahasiswa kedokteran selama mengikuti pendidikan kedokteran.

e. Sociology at Medicine

Merupakan bagian yang lebih banyak mengamati orientasi politik dan ideology yang berhubungan dengan kesehatan. Misalnya bagaimana suatu struktur pengobatan cara barat akan mempengaruhi perubahan pola pengobatan sekaligus merubah pola interaksi masyarakat.

f. Sociology Around Medicine

Menunjukkan bagaimana sosiologi menjadi bagian atau berinteraksi dengan ilmu lain seperti antropologi, ekonomi, etnologi, filosofi hukum maupun bahasa.

1. Fungsi Profesi Medis Bagi Masyarakat

Sosiologi medis memandang hubungan sosial dalam pengaturan perawatan kesehatan sebagai produk dari sebuah masyarakat umum, di mana tatanan sosial dan harmoni yang diyakini oleh individu yang bertindak dalam peran tertentu yang telah ditentukan dan fungsi tertentu.

Profesi medis adalah untuk bertindak sebagai lembaga diperlukan kontrol sosial, atau wali moral masyarakat, menggunakan kekuatannya untuk membedakan antara normalitas dan penyimpangan seperti pada sejarah awal masa keberadaan pelayanan kesehatan zaman dahulu, yaitu system pelayanan di gereja-gereja.

Dalam menjalankan fungsi-fungsi sosialnya antara pasien dan dokter memiliki beberapa perbedaan dan sering bertentangan, kepentingan: dokter, untuk melakukan tugas mereka dari profesional di tempat kerja medis, berusaha untuk mendapatkan penghasilan dan kemajuan dalam karir mereka; pasien, untuk meringankan rasa sakit atau ketidaknyamanan yang mengganggu kehidupan mereka. Sedangkan pasien,

pasien sebagai pihak yang harus patuh, pasif dan bersyukur, sementara dokter direpresentasikan sebagai universal dermawan dan kompeten.

2. Perspektif Kesehatan Dalam Politik-Ekonomi

Politik juga memiliki istilah kesehatan dan memeiliki pengertiannya sendiri yang telah diyakini sejak tahun 1990-an didalam istilah politik tidak hanya sebagai keadaan kesehatan emosi atau jasmaniah tetapi sebagai akses untuk dan pengendalian atas bahan baku dan sumber-sumber bukan kebendaan yang mempertahankan dan mempromosikan kehidupan di satu tingkat kepuasan dari tinggi, arti yang komponen penting kesehatan adalah perjuangan ( Baer et semua., 1986:95 ). Sedangkan untuk para Untuk ekonom-ekonom politik, sakit, penuaanatau orang yang secara jasmani cacat dipinggirkan oleh masyarakat karena mereka dianggap tidak berkontribusi untuk produksi dan konsumsi barang-barang.sehingga lebih memilih kelompok-kelompok yang lebih mampu dalam segi kesehatan dan kesempurnaan fisik (tidak cacat) demi kelangsungan dunia ekonomi mereka, yakni terus memproduksi barang.

Dari sudut pandang ekonomi ini ada upaya untuk memastikan agar populasi tetap cukup sehat untuk berkontribusi kepada system ekonomi, dan tetapi tidak bagi pekerja-pekerja yang tidak mampu memberikan kontribusi dan mengabdikan diri bagi keberlangsungan proses ekonomi. Namun sebenarnya, secara fungsionalis bidang keilmuan ekonomi dan politik melihat obat seperti moral, digunakan untuk mendefinisikan kenormalan. Meskipun mereka

memandangnya dalam kaca mata mereka sendiri.

Para kritikus Ekonomi dan politik masih memepertanyakan kebijakan kesehatan yang lebih baik yang menitik beratkan pada permasalahan financial dan perbaikan pelayanan. Karena mereka menganggap bahwa pelayanan kesehatan masih tergolong mahal, sehingga mereka tak jarang mencari alternative biomedis atau pengobatan lain yang lebih alami. 3. Sosial Konstuksionisme

Penerapan perspektif ini dalam sosiologi dan sejarah secara umum disebut constructionism sosial. Meskipun pendekatan ini tentu bukan hal baru dalam sejarah teori sosiologi (lihat, contoh, sarjana di sosiologi lapangan pengetahuan seperti Berger dan Luckmann, 1967), dominasi pertumbuhan analisis pascastrukturalis isu seputar konsep realitas dan pengalaman tubuh di humaniora dan sosial medis telah memberikan energi yang terbarukan dan minat intelektual dalam penerapannya pada daerah sosiologi kesehatan dan penyakit setelah lama marjinalisasi.

Daerah-daerah baru yang menarik juga dibawa ke dalam konstruksionis sosial prespektif pertimbangan agak sebelumnya diabaikan dari masalah hubungan kekuasaan di tingkat makro, sehingga menggabungkan beberapa konsertasi dari perspektif ekonomi politik. Dalam versi terbaru dari konstruksionisme sosial yang mengadopsi dari buku sosiologi ini mengatakan bahwa kedokteran dan pelayanan kesehatan dianggap sebagai budaya. Untuk konstruksionis sosial meneliti aspek sosial biomedis, Perkembangan medis-ilmiah dan pengetahuan medis serta praktek adalah fokus. pendekatan konstruksionis sosial tidak selalu mempertanyakan realitas penyakit atau menyatakan sakit atau riwayat penyakit tubuh, hal tersebut hanya menekankan bahwa negara-negara ini dan sejarahnya diketahui dan ditafsirkan melalui kegiatan sosial dan karena itu harus diperiksa menggunakan analisis budaya dan sosial.

Ada berbagai posisi politik yang diambil oleh para sarjana dalam mengadopsi pendekatan konstruksionis sosial (Burry, 1986). Beberapa pandangan pengetahuan medis yang dianggap netral, sementara yang lain menekankan wacana fungsi kontrol sosial, dengan alasan bahwa pengetahuan dan praktik yang menyertainya memperkuat kepentingan posisi kuat dengan mengesampingkan orang lain.

Gagasan bahwa obat bertindak sebagai sebuah institusi penting kontrol sosial tetap, namun penekanannya telah pindah dari kekuasaan medis sebagai pemeriksa, kekuasaan yang menindas sangat terlihat, berbasis berdaulat, untuk konseptualisasi kedokteran sebagai proses pengetahuan yang berubah dalam ruang dan waktu. Mereka yang menerapkan perspektif konstruksionis sosial berpendapat bahwa daya medis tidak hanya

berada di lembaga-lembaga atau individu elit, tetapi digunakan oleh setiap individu dengan cara sosialisasi untuk menerima nilai dan norma perilaku.

4. Antropologi Medis / Kesehatan

Survei besar pertama yang dilakukan menunjukkan perhatian antropologi pada kesehatan diterbitkan pada tahun 1953 dengan judul Applied Anthropology in Medicine (Caudill 1953). Awal dari munculnya istilah yang kemudian menjadi sub disiplin ini dimulai dari tulisan Schotch tentang surveinya yang utama yaitu Medical Anthropology, dan tulisan Paul dalam suatu artikel tentang pengobatan dan kesehatan masyarakat yaitu Medical anthropologist, pada tahun 1960an.

Sedangkan pengertian antropologi kesehatan itu sendiri adalah disiplin yang memberi perhatian pada aspek-aspek biologis dan sosio-budaya dari tingkah laku manusia, terutama tentang perilaku sehat dan sakitnya sesorang.

Antropologi kesehatan adalah istilah yang dipakai oleh ahli-ahli antropologi yang mendeskripsikan

1) Tujuan akhirnya mendeskripsikan secara meluas dan interpretasi mengenai saling hubungan bio-budaya, antara perilaku manusia di masa lalu dan masa kini, dengan derajat kesehatan dan penyakit, tanpa mengutamakan perhatian pada penggunaan praktis dari pengetahuan tersebut. 2) Partisipasi professional mereka dalam program-program yang bertujuan memperbaiki derajat kesehatan melalui pemahaman yang mendalam mengenai hubungan antara gejala biososiobudaya dan kesehatan, dan melalui perubahan perilaku sehat dalam arah yang dipercaya dapat memperbaiki kesehatan dalam arah yang lebih baik.

Para ahli antropologi tertarik untuk mempelajari factor-faktor biologis dan sosio budaya yang mempengaruhi kesehatan dan munculnya penyakit di masa sekarang dan sepanjang sejarah kehidupan manusia dipengaruhi oleh dua keinginan. Pertama, memahami perilaku sehat manusia dalam manifestasinya yang luas, kedua kepercayaan bahwa teknik-teknik penelitian, konsep-konsep teoritik, dan data empiric dari antropologi dapat dan seharusnya digunakan dalam program-program yang direncanakan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat khususnya dibidang kesehatan. Menurut Foster (1978) ada tiga tipe kajian antropologi budaya yang menjadi akar antropologi kesehatan, yaitu :

1) 2)

Kajian Kajian

tentang tentang

obat

primitif, dan

tukang

sihir

dan setting

majik budaya

kepribadian

kesehatan

diberbagai

3) Keterlibatan ahli-ahli antropologi dalam program-program kesehatan internasional dan perubahan komunitas yang terencana.

McElroy dan Townsend (1985) menambahkan dua kajian antropologi lain, yaitu

4) Antropologi ekologi

5) Teori evolusioner.

Sedangkan, ruang lingkup pembelajaran dan studi antropologi kesehatan itu sendiri, menurut Lieban (1977) lapangan kajian utama dari antropologi kesehatan adalah

1) Ekologi dan epidemologi Mengkaji peningkatan penyakit dilihat dalam kaitannya dengan proses

perkembangan/pembangunan.

2) Etnomedisin

Mengkaji pengobatan rakyat (folk medicine) klasifikasi penyakit yang berbeda, terapi dan prevensi tradisional.

3) Aspek medik dari sistem sosial

Persepsi yang berkembang di masyarakat bahwa sakit dipandang sebagai sanksi sosial utama (hukuman dari perbuatan yang salah)

4) Ilmu kedokteran (medicine) dan perubahan budaya

Membahas adanya kenyataan bahwa ketersediaan secara meluas pengobatan modern merupakan salah satu perubahan yang utama yang telah terjadi disebagian besar Negara. Menurut Foster dan Anderson (1978) ada empat hal utama yang dapat disumbangkan oleh antropologi terhadap ilmu kesehatan . 1) Perspektif antropologi

a. Pendekatan Holistik

Memahami suatu gejala sebagai suatu system. Pendekatan ini dilandasi oleh pengalaman lapangan bahwa batas pranata-pranata budaya tidak jelas, bahwa suatu pranata tidak dapat dipelajari sendiri-sendiri lepas dari hubungannya dengan pranata lain dalam keseluruhan system, bahwa suatu pranata hanya dapat dipelajari dalam konteks pranata lain yang menopang atau ditopangnya . b. Relavisme Budaya

Dalam konteks relativisme budaya, maka dalam merencanakan program perubahan akan bijaksana jika diawali dengan upaya untuk mengetahui apa-apa yang telah ada yang relevan dengan program.

2) Perubahan : proses dan persepsi/Perubahan Terencana

Suatu perubahan terencana akan lebih berhasil manakala perencanaan program bertolak dari konsep budaya.Perencanaan program pembaharuan kesehatan dalam upaya mengubah perilaku kesehatan memfokuskan diri pada bangunan fisik,perilaku yang Nampak, juga aspek psiko-budaya.

3) Metodologi penelitian antropologi

Dengan hidup ditengah-tengah masyarakat yang distudi untuk beberapa bulan bahkan mendapatkan data yang palsu, dan memahami apa yg sebenarnya dibutuhkan oleh masyarakat yang menjadi target.

4) Premis-premis antropologi

Beberapa premis dari sebagian besar ahli antropologi kesehatan yang perlu diketahui oleh ahli kesehatan antara lain :

(a) Penyakit dalam beberapa bentuk merupakan fakta umum dari kehidupan manusia. Penyakit terjadi pada tiap tempat, waktu dan individu dalam masyarakat.

(b) Seluruh kelompok manusia, telah mengembangkan metode dan aturan, sesuai dengan sumber daya dan strukturnya, untuk mengatasi atau merespon terhadap penyakit. (c) Seluruh kelompok manusia telah mengembangkan seperangkat kepercayaan, pengertian, dan nilai-nilai yang konsisten dengan matriks budayanya untuk memahami tentang penyakit dan menentukan tindakan untuk mengatasinya. 5. Dimensi Historis

Sampai sekitar tiga dekade lalu, dalam usaha untuk mempertahankan beberapa persamaan dari legitimasi untuk obat dan kesehatan masyarakat, sejarah kedokteran cenderung lebih ke arah hagiografi kedokteran dalam melihat pengobatan ilmiah sebagai tercerahkan, yang pernah maju dan kemenangan (Wright dan Treacher, 1982; Brandt, 1991). Namun, sejarah sosial terbaru dari cara di mana masyarakat telah menanggapi penyakit dan penyakit telah mengambil pendekatan konstruksionis lebih kritis. Sejarah kedokteran telah bergerak ke arah sosiologi dan antropologi medis, dan sebaliknya, untuk salah satu fitur yang paling penting dari konstruksionisme sosial seperti yang diadopsi dalam medis sosiologi dan antropologi adalah pengakuan atas sifat historis dari pengetahuan medis.

Sejarah memberikan perspektif yang mampu menunjukkan, seperti halnya perspektif lintas budaya yang ditawarkan oleh antropologi, bahwa konvensi biomedis barat tidak lebih ilmiah atau tujuan daripada sistem medis di budaya lain atau di waktu lain. Perspektif sejarah memberikan pendekatan kronologis, rasa kontinuitas serta perubahan, dan kemampuan untuk menjalin berbagai tingkat interpretasi dalam analisis masalah kesehatan medis dan publik dan peristiwa (Berridge dan Kuat, 1991:137). Hal ini juga memungkinkan wawasan isu-isu sosial yang sedang menyoroti historisitas mereka, menunjukkan bahwa fitur masa kini harus menantang: kita menggunakan masa lalu untuk mengguncang keyakinan dalam penampilan kedokteran saat ini, tidak untuk dpaksa untuk tidak berkembang seperti yang sering terjadi dalam sejarah kedokteran (Wright dan Treacher, 1982:2).

Tanpa perspektif sejarah, keyakinan dan perilaku orang dalam menanggapi masalah kesehatan sering muncul dijelaskan, irasional dan merusak diri sendiri. Sejarah ini sangat berharga dalam memberikan perspektif penting pada tanggapan kontemporer

barat masyarakat terhadap ancaman kesehatan dan penyakit. Mereka sangat berguna untuk memberikan kejelasan pada alasan mengapa tanggapan tertentu terjadi. 6. Kajian Budaya

Dasar teoritis dan penelitian empiris yang dihasilkan oleh bidang kajian budaya menawarkan wawasan kedalam aspek social budaya kedokteran yang belum sepenuhnya diakui dalam ilmu kesehatan social. Kajian budaya adalah bidang interdisipliner yang awalnya dikembangkan dari sosiologi budaya dan telah disisipkan teori sastra, film, teori linguistic dan psikoanalitik untuk memeriksa, tidak hanya produk dari kegiatan kebudayaan elit. Seperti komoditas opera, seni rupa, teater, dan sastra tapi diproduksi secara massal dan produk-produk media massa populer. Proses mengungkapkan struktur yang memungkinkan peneliti untuk memahami tanda-tanda diwakili dalam produk dan praktek media massa dan lembaga soaial lainnya adalah area pemersatu yang menarik untuk semua pendekatan yang berbeda digunakan dalam kajian budaya. Bidang ini mengambil pendekatan secara eksplisit, kritis dalam memeriksa cara dimana media massa dan institusi lain digunakan untuk mendukung posisi kepentingan yang kuat dan kelompok social dibawah kapitalisme. Karena ilmuwan sosial cenderung untuk tidak melihat obat sebagai produk atau bagian dari budaya, tetapi sebagai badan tujuan pengetahuan ilmiah eksternal untuk budaya, pendekatan kegiatan terkadang diadopsi untuk menganalisis biomedis atau lembaga kesehatan masyarakat secara praktek.

Namun manusia membangun pemahaman mereka tentang obat dan penyakit dari interaksi mereka dengan produk budaya serta pengalaman pribadi dan diskusi dengan orang lain.

Walaupun ada perbedaan penting dalam cara di mana berbagai disiplin ilmu, subdisiplin ilmu dan bidang interdisipliner pendekatan analisis kedokteran sebagai budaya, apa yang umum di antara semua perspektif yang dibahas di atas adalah penerimaan bahwa dalam masyarakat modern institusi kedokteran memiliki bagian penting dalam kontrol sosial, di shping pengaturan tindakan manusia, sikap tubuh manusia dan konstruksi subjektivitas, dan karena itu sungguh worthly perhatian pada para ulama partof di humaniora dan ilmu sosial interpretatif.

Ada banyak yang bisa diperoleh dari berbagai perspektif yang mendekati masalah penelitian yang sama dari sudut yang berbeda teoritis sebuah metodologi, sementara pada saat yang sama menjaga kesadaran akan tradisi disiplin dan dasar pemikiran dari pendekatan yang berbeda. Seperti bab-bab berikutnya menunjukkan, menganalisis fenomena medis sekarang dapat didekati dari berbagai disiplin ilmu dan perspektif pada berbagai tingkat penyelidikan. Masih ada potensi-potensi yang dapat digunakan untuk melakukan pendekatan teoretis yang berbeda dan metodologi penelitian untuk memasukkan unsur-unsur dari satu sama lain untuk memenuhi kekurangan mereka sendiri, dan mungkin dalam proses, untuk melemahkan batasbatas yang cenderung agak artifisial untuk memisahkan sub-sub bidang keilmuan tersebut. Jadi, berdasarkan uraian-uraian tersebut maka secara sosiologi umum orang sehat adalah orang yang seimbang nutrisi, aktivitas, emosi, dan lingkungan, juga sehat secara sosial. Sedangkan orang sakit yaitu keadaan dimana tidak terdapat keseimbangan eksistensi manusia sehingga munsul ketidak lancaran dalam menjalankan fungsinya sebagai manusia. Jadi, orang sakit pasti memerlukan pertolongan orang lain, sedangkan orang sehat adalah orang yang mampu memberikan bantuan pada orang lain. Menurut penjelasan tersebut maka jelas bahwa seorang perawat kesehatan perlu memperhatikan pasien secara baik, yaitu dengan cara melakukan pendekatan kemanusiaan pada seorang pasien. Proses penyembuhan atau promosi kesehatan bisa dilakukan dengan menggunakan terapi makanan (nutrisi), emosi, dan sosial. Dukungan dari keluarga juga dapat memberikan motivasi tinggi bagi pasien untuk meraih kesembuhan. Dengan terbangunnya individu-individu yang sehat akan mendukung terciptanya masyarakat yang sehat. Ciri dari sifat masyarakat yang sakit menurut perspektif sosiologi yaitu narsisme,individualitas tinggi, dan hilangnya rasionalitas mereka. Sedangkan ciri masyarakat sehat adalah adanya keterbukaan, daya cipta tinggi, rasional, dan adaptasi yang baik pada lingkungan. Sedangkan ciri masyarakat sehat menurut WHO dari ukurang kuntitatif yaitu angka harapan hidup, kematian bayi, mortalitas, kematian ibu dan anak, serta angka kelahiran menurun. Dari sisi pelayanan, rasio tenaga kesehatan antara lain penduduk, distribusi tenaga kesehatan, dan sarana kebutuhan.

Anda mungkin juga menyukai