Anda di halaman 1dari 24

RESUME K3 DAN APD DI INDUSTRI

DISUSUN OLEH : ALFIYAN DHARMA YUDA SEMESTER VI P27833110043

KEMENTRIAN KESEHATAN RI POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN RI JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN PROGRAM STUDI DIPLOMA III KESEHATAN LINGKUNGAN KAMPUS SURABAYA
2012 - 2013

A. Latar Belakang Undang-Undang No 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja pada Pasal 1 menyatakan bahwa tempat kerja ialah tiap ruangan atau lapangan, tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap, dimana tenaga kerja, atau yang sering dimasuki tenaga kerja untuk keperluan suatu usaha dan dimana terdapat sumber-sumber bahaya. Termasuk tempat kerja ialah semua ruangan, lapangan, halaman dan sekelilingnya yang merupakan bagian-bagian atau yang berhubungan dengan tempat kerja tersebut. Setiap tempat kerja selalu mengandung berbagai potensi bahaya yang dapat mempengaruhi kesehatan tenaga kerja atau dapat menyebabkan timbulnya penyakit akibat kerja. Potensi bahaya adalah segala sesuatu yang berpotensi menyebabkan terjadinya kerugian, kerusakan, cidera, sakit, kecelakaan atau bahkan dapat mengakibatkan kematian yang berhubungan dengan proses dan sistem kerja. Potensi bahaya mempunyai potensi untuk mengakibatkan kerusakan dan kerugian kepada : 1) manusia yang bersifat langsung maupun tidak langsung terhadap pekerjaan, 2) properti termasuk peratan kerja dan mesin-mesin, 3) lingkungan, baik lingkungan di dalam perusahaan maupun di luar perusahaan, 4) kualitas produk barang dan jasa, 5) nama baik perusahaan. Pengenalan potensi bahaya di tempat kerja merupakan dasar untuk mengetahui pengaruhnya terhadap tenaga kerja, serta dapat dipergunakan untuk mengadakan upaya-upaya pengendalian dalam rangka pencegahan penyakit akibat kerja yagmungkin terjadi. Secara umum, potensi bahaya lingkungan kerja dapat berasal atau bersumber dari berbagai faktor, antara lain : 1) faktor teknis, yaitu potensi bahaya yang berasal atau terdapat pada peralatan kerja yang digunakan atau dari pekerjaan itu sendiri; 2)faktor lingkungan, yaitu potensi bahaya yang berasal dari atau berada di dalam lingkungan, yang bisa bersumber dari proses produksi termasuk bahan baku, baik produk antara maupun hasil akhir; 3) faktor manusia, merupakan potensi bahaya yang cukup besar terutama apabila manusia yang melakukan

pekerjaan tersebut tidak berada dalam kondisi kesehatan yang prima baik fisik maupun psikis. Potensi bahaya di tempat kerja yang dapat menyebabkan gangguan kesehatan dapat dikelompokkan antara lain sebagai berikut : Potensi bahaya fisik, yaitu potensi bahaya yang dapat menyebabkan gangguan-gangguan kesehatan terhadap tenaga kerja yang terpapar, misalnya: terpapar kebisingan intensitas tinggi, suhu ekstrim (panas & dingin), intensitas penerangan kurang memadai, getaran, radiasi. Potensi bahaya kimia, yaitu potesni bahaya yang berasal dari bahanbahan kimia yang digunakan dalam proses produksi. Potensi bahaya ini dapat memasuki atau mempengaruhi tubuh tenga kerja melalui : inhalation (melalui pernafasan),ingestion (melalui mulut ke saluran pencernaan), skin contact (melalui kulit). Terjadinya pengaruh potensi kimia terhadap tubuh tenaga kerja sangat tergantung dari jenis bahan kimia atau kontaminan, bentuk potensi bahaya debu, gas, uap. asap; daya acun bahan (toksisitas); cara masuk ke dalam tubuh. Potensi bahaya biologis, yaitu potensi bahaya yang berasal atau ditimbulkan oleh kuman-kuman penyakit yang terdapat di udara yang berasal dari atau bersumber pada tenaga kerja yang menderita penyakit-penyakit tertentu, misalnya : TBC, Hepatitis A/B, Aids,dll maupun yang berasal dari bahan-bahan yang digunakan dalam proses produksi. Potensi bahaya fisiologis, yaitu potensi bahaya yang berasal atau yang disebabkan oleh penerapan ergonomi yang tidak baik atau tidak sesuai dengan norma-norma ergonomi yang berlaku, dalam melakukan pekerjaan serta peralatan kerja, termasuk : sikap dan cara kerja yang tidak sesuai, pengaturan kerja yang tidak tepat, beban kerja yang tidak sesuai dengan kemampuan pekerja ataupun ketidakserasian antara manusia dan mesin. Potensi bahaya Psiko-sosial, yaitu potensi bahaya yang berasal atau ditimbulkan oleh kondisi aspek-aspek psikologis keenagakerjaan yang kurang baik atau kurang mendapatkan perhatian seperti : penempatan tenaga kerja yang tidak sesuai dengan bakat, minat, kepribadian, motivasi, temperamen

atau pendidikannya, sistem seleksi dan klasifikasi tenaga kerja yang tidak sesuai, kurangnya keterampilan tenaga kerja dalam melakukan pekerjaannya sebagai akibat kurangnya latihan kerja yang diperoleh, serta hubungan antara individu yang tidak harmoni dan tidak serasi dalam organisasi kerja. Kesemuanya tersebut akan menyebabkan terjadinya stress akibat kerja. Potensi bahaya dari proses produksi, yaitu potensi bahaya yang berasal atau ditimbulkan oleh bebarapa kegiatan yang dilakukan dalam proses produksi, yang sangat bergantung dari: bahan dan peralatan yang dipakai, kegiatan serta jenis kegiatan yang dilakukan. Perusahaan dalam menjalankan aktivitasnya selalu menginginkan keberhasilan baik berupa hasil produksinya maupun hasil layanannya. Untuk menunjang keberhasilan tersebut maka diperlukan tempat kerja yang sehat dan selamat sehingga tidak terjadi kecelakaan ataupun penyakit akibat kerja. Untuk itu kita harus mengetahui risiko-risikoyang dapat menimbulkan kecelakaan dan penyakit akibat kerja dan berusaha mengatasinya sehingga tercapai kondisi perusahaan tanpa kecelakaan atau Zero Accident dan terbebas dari penyakit akibat kerja. B. Batasan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Keselamatan ialah suatu kondisi yang bebas dari risiko yang relative sangat kecil dibawah tingkatan tertentu. Sedangkan risiko adalah tingkat kemungkinan terjadinya suatu bahaya yang menyebabkan kecelakaan dan derajat intensitas bahaya tersebut (HIPSMI, 1994). The Joint ILOA / VHO committee on Occupational Health tahun 1990 menetapkan batasan dan tujuan kesehatan kerja sebagai berikut : a. Memberikan pemeliharaan dan peningkatan derajat kesehatan ke tingkat yang setinggi-tingginya, baik fisik, mental, maupun kesejahteraan social masyarakat pekerja di semua lapangan pekerjaan. b. Mencegah timbulnya gangguan kesehatan masyarakat pekerja yang diakibatkan oleh kegiatan atau kondisi lingkungan kerja.

c. Memberikan perlindungan bagi pekerja dalam pekerjaannya dari faktorfaktor yang membahayakan kesehatan. d. Menempatkan dan memelihara pekerja di suatu lingkungan pekerja yang sesuai dengan kemampuan fisik dan psikis. Sedangkan kecelakaan adalah suatu kejadian yang tidak diinginkan, dating tiba-tiba dan tidak terduga, yang dapat menyebabkan kerugian pada manusia, perusahaan, masyarakat, dan lingkungan. Kecelakaan akibat kerja adalah kecelakaan berhubungan dengan hubungan kerja di perusahaan (Sumamur, 1986). Hubungan kerja di sini berarti bahwa kecelakaan terjadi karena pekerja atau pada waktu melaksanakan pekerjaan. C. Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) 1. Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan upaya preventive yang kegiatannya terutama adalah identifikasi, substitusi, eliminasi, evaluasi, dan pengendalian risiko dan bahaya. 2. Kesehatan dan keselamatan kerja secara fisiologi adalah suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun rohani. 3. Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu aspek perlindungan tenaga kerja dg cara penerapan teknologi pengendalian segala aspek yang berpontensi membahayakan para perkerja. 4. Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan instrumen yang memproteksi pekerja, perusahaan, lingkungan hidup, dan ma-syarakat sekitar dari bahaya akibat kecelakaan kerja. Perlindungan tersebut merupakan hak asasi yang wajib dipenuhi oleh perusahaan. K3 bertujuan mencegah, mengurangi, bahkan menihilkan risiko kecelakaan kerja (zero accident). 5. Keselamatan kerja dapat diartikan sebagai suatu kondisi yang bebas dari resiko kecelakaan atau kerusakan atau dengan resiko yang relatif sangat kecil dibawah nilai tertentu (Simanjuntak, 1994).

6. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia

Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah suatu kondisi kerja yang terbebas dari ancaman bahaya yang mengganggu proses aktivitas dan mengakibatkan terjadinya cedera, penyakit, kerusakan harta benda, serta gangguan lingkungan.
D. Sebab Terjadinya Kecelakaan

Penyebab kecelakaan dapat dibagi 2 :


1. Kondisi berbahaya (Unsafe Cindition), yaitu suatu kondisi tidak aman

dari mesin lingkungan, sifat pekerja, dan cara kerja. Kondisi berbahaya ini terjadi antara lain karena : a. Alat pelindung tidak efektif b. Pakaian kerja yang kurang cocok c. Bahan-bahan yang berbahaya d. Penerangan, ventilasi yang tidak baik e. Alat yang tidak aman walau dibutuhkan f. Alat atau mesin yang tidak efektif
2. Perbuatan berbahaya (Unsafe Act), yaitu perbuatan berbahaya dari

manusia atau pekerja yang dilator belakangi oleh faktor-faktor seperti sikap dan tingkah laku yang tidak aman, kurang pengetahuan dan keterampilan (Lack of Knowledge and Skill), cacat tubuh yang tidak terlihat, keletihan dan kelesuan. E. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Sistem manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja atau K3 merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan manajemen lainnya, di suatu institusi tempat kerja atau perusahaan, seperti manjemen produksi, manajemen sumber daya manusia, manajemen keuangan, dan lainnya. Manajemen adalah kemampuan atau keterampilan untuk memperoleh suatu hasil dalam rangka pencapaian tujuan secara efisien dan efektif, melalui pengarahan, penggerakan, dan pengendalian kegiatan-

kegiatan yang dilakukan oleh orang-orang yang tergabung dalam suatu unit kerja sama. Sedangkan system manajemen adalah rangkaian manjaemen yang teratur dan saling berhubungan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Sistem manajemen K3 menurut Permenaker No. 05 tahun 1996 adalah bagian dari system manajemen secara keseluruhan yang meliputi struktur organisasi, perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur, proses, dan sumber daya yang dibutuhkan bagi pengembangan, penerapan, pencapaian, pengkajian dan pemeliharaan kebijakan K3 dalam rangka pengendalian risiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien, dan produktif.
F. Tujuan Penerapan Sistem Manajemen K3

Sistem manajemen K3 diterapkan untuk menciptakan suatu system keselamatan dan kesehatan kerja ditempat kerja dengan melibatkan unsur manajemen, tenaga kerja, kondisi, dan lingkungan kerja dalam rangka : a. Mencegah dan mengurangi kecelakaan dan penyakit akibat kerja. b. Menciptakan tempat kerja yang aman terhadap kebakaran, peledakan dan kerusakan yang pada akhirnya akan melindungi investasi yang ada serta membuat tempat kerja yang sehat. c. Menciptakan efisiensi dan produktivitas kerja karena mennurunnya biaya kompensasi akibat sakit atau kecelakaan kerja.

Alat Pelindung Diri (APD)


A. Usaha Keselamatan Kerja Dengan Alat Pelindung Diri (APD) Perlindungan tenaga kerja melalui usaha-usaha teknis pengamanan tempat, peralatan dan lingkungan kerja adalah sangat perlu diutamakan. Namun kadang-kadang keadaan bahaya masih belum dapat dikendalikan sepenuhnya, sehingga digunakan alat-alat pelindung diri (Personal Protective Devices) (Sumamur, 1994). Namun dalam realisasinya pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) akan sangat sulit mengingat para pekerja akan menganggap bahwa alat ini akan mengganggu pekerjaan. (Anizar, 2009) Alat Pelindung Diri (APD) adalah suatu kewajiban dimana biasanya para pekerja atau buruh bangunan yang bekerja di sebuah proyek atau pembangunan sebuah gedung, diwajibkan menggunakannya. Kewajiban itu sudah disepakati oleh pemerintah melalui Departemen Tenaga Kerja Republik Indonesia. Alat-alat demikian harus memenuhi persyaratan tidak mengganggu kerja dan memberikan perlindungan efektif terhadap jenis bahaya. (Anizar, 2009) Alat Pelindung Diri (APD) bukanlah alat yang nyaman apabila dikenakan tetapi fungsi dari alat ini sangatlah besar karena dapat mencegah penyakit akibat kerja ataupun kecelakaan pada waktu bekerja. Pada kenyataannya banyak para pekerja yang masih belum mengenakan alat ini karena merasakan ketidaknyamanan dalam bekerja. Penggunaan APD contohnya seperti masker dirasakan mengganggu kenyamanan pada saat bekerja demikian juga pada pemakaian pelindung telinga seperti ear plug atau ear muff. Pemakaian APD masih memerlukan penyesuaian diri yang sesuai akan mengurangi kemungkinan terjadi kecelakaan atau luka-luka dan juga mencegah penyakit akibat kerja yang akan diderita beberapa tahun kemudian. (Anizar, 2009) APD yang disediakan oleh perusahaan dan dipakai oleh tenaga kerja harus memenuhi syarat pembuatan, pengujian dan sertifikat. Tenaga kerja berhak menolak untuk memakainya jika APD yang disediakan tidak

memenuhi syarat. Dari ketiga pemenuhan persyaratan tersebut, harus diperhatikan faktor-faktor pertimbangan dimana APD harus: (Anizar, 2009) 1. Enak dan nyaman dipakai 2. Tidak mengganggu ketenangan kerja dan tidak membatasi ruang gerak pekerja. 3. Memberikan perlindungan yang efektif terhadap segala jenis bahaya/ potensi bahaya. 4. Memenuhi syarat estetika 5. Memperhatikan efek samping penggunaan APD 6. Mudah dalam pemeliharaan, tepat ukuran, tepat penyediaan dan harga terjangkau. B. LANDASAN HUKUM PEMAKAIAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) Penggunaan Alat Pelindung Diri di tempat kerja telah diatur melalui Undang Undang No. 1 Tahun 1970 yaitu: 1. Pasal 3 ayat 1 butir 1: Dengan peraturan perundangan ditetapkan syaratsyarat keselamatan kerja untuk memberikan alat-alat perlindungan diri pada para pekerja. 2. Pasal 9 ayat 1 butir c: Pengurus diwajibkan menunjukkan dan menjelaskan pada tiap tenaga kerja baru tentang alat-alat perlindungan diri bagi tenaga kerja yang bersangkutan. 3. Pasal 12 butir b: Dengan peraturan perundangan diatur kewajiban dan atau hak tenaga kerja untuk memakai alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan. 4. Pasal 14 butir c: Pengurus diwajibkan menyediakan secara cuma-cuma, semua alat perlindungan diri yang diwajibkan pada tenaga kerja yang berada dibawah pimpinannya dan menyediakan bagi setiap orang lain yang memasuki tempat kerja tersebut, disertai dengan petunjuk-petunjuk yang diperlukan menurut petunjuk pegawai pengawas atau ahli keselamatan kerja.

C. MACAM MACAM ALAT PELINDUNG DIRI (APD) Berikut ini adalah macam-macam alat perlindungan diri: (Anizar, 2009) 1. Masker Pada tempat-tempat kerja tertentu seringkali ditemukan udara kotor yang diakibatkan oleh bermacam-macam sebab antara lain: a. Debu-debu kasar dari pengindaraan atau operasi-operasi sejenis. b. Racun dan debu halus yang dihasilkan dari pengecatan atau asap. c. Uap beracun atau gas beracun dari pihak kimia.
d. Bukan gas beracun tetapi seperti CO2 yang menurunkan konsentrasi

oksigen di udara. Untuk mencegah masuknya kotoran-kotoran tersebut, kita dapat menggunakan alat yang disebut masker. Hal yang perlu diperhatikan dalam menggunakan masker yaitu: a. Bagaimana menggunakan masker secara benar. b. Macam dari kotoran debu yang perlu dihindari. c. Lamanya menggunakan alat tersebut.

Gambar 3 Macam-macam Alat Pelindung Pernapasan

Jenis-jenis masker dan penggunaannya: a. Masker penyaring debu Masker penyaring debu berguna untuk melindungi pernapasan dari serbuk-serbuk logam, pengerindahan atau serbuk kasar lainnya. b. Masker berhidung Masker ini dapat menyaring debu atau benda lain sampai ukuran 0.5 mikron, bila kita sulit bernapas waktu memakai alat ini maka maskernya harus diganti karena filternya telah tersumbat oleh debu. Hal yang perlu diingat dalam penggunaan masker berhidung adalah sebagai berikut: 1) Memasang masker ini harus menempel baik pada wajah. Untuk memeriksa ini tempelkan selembar kertas atau telapak tangan pada hidung. Bila masker terpasang baik pada wajah, maka kertas atau telapak tangan akan tetarik. 2) Karena hidungnya ada dua buah, maka dalam memasang janganlah sampai terbalik. 3) Bersihkanlah masker setelah pemakaian dan lepaskan hidunghidungnya. c. Masker bertabung Masker bertabung mempunyai filter yang baik daripada masker berhidung. Masker ini sangat tepat digunakan untuk melindungi pernapasan dari gas tertentu. Bermacam-macam tabung dapat dipasangkan dan bermacam-macam tabungnya tertulis untuk macammacam gas yang bagaimana masker tersebut digunakan. Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut:

1) Memasang masker ini harus menempel baik pada wajah. Untuk memeriksa ini ujung pipa yang menempel pada tabung dilepaskan dan ditempelkan selembar kertas atau telapak tangan. Bila masker menempel baik pada wajah maka kertas pada telapak tangan akan tertarik. 2) Yakinlah bahwa tabung yang dipasang dengan benar. 3) Gantilah tabung setelah dipakai. 4) Berihkanlah bagian yang menempel diwajah setelah dipakai. Masker dibawah ini dapat digunakan pada pengotoran udara mana pun, tetapi terbatas waktu penggunaannya yaitu tergantung banyaknya isi tabung. Tabung itu sendiri dapat dibawa-bawa dengan menyandangnya diatas punggung, sehingga tidak memerlukan pipa karet yang panjang. Aliran udara dari tabung menuju kebagian yang menempel diwajah melalui alat pengatur. Tekanan udara ditunjukkan pada gelas penunjuk, bila tekanan udara dibawah batas minimum maka alat tersebut mengeluarkan suara peringatan. Hal yang perlu diingat sebagai berikut: 1) Periksa gelas penunjuknya apakah tekanan udara sudah cukup. 2) Periksa katup-katupnya. 3) Periksalah tabung-tabungnya apakah dalam keadaan baik. 4) Periksalah jarum pengeluaran apakah tidak menunjukkan ketekanan yang berbahaya. 5) Bersihkanlah dan tambahkan udara pada tabung jika perlu. 2. Kacamata Salah satu masalah tersulit dalam pencegahan kecelakaan adalah pencegahan kecelakaan yang menimpa mata dimana jumlah kecelakaan yang begitu besar. Orang-orang merasa enggan memakai kacamata karena ketidaknyamanannya sehingga dengan alasan tersebut pekerja merasa

mengurangi kenikmatan kerja. Sekali pun kacamata pelindung yang memenuhi persyaratan sedemikian banyaknya. Kecelakaan mata berbeda-beda dan aneka jenis kacamata pelindung diperlukan. Sebagai misal, pekerjaan dengan kemungkinan adanya risiko dari bagian-bagian yang melayang memerlukan kacamata dengan lensa yang kokoh, sedangkan bagi tenaga pengelasan diperlukan lensa penyaringan sinar yang tepat.

Gambar 4 Macam-macam Alat Pelindung Mata 3. Sepatu pengaman Sepatu pengaman harus dapat melindungi tenaga kerja terhadap kecelakaan-kecelakaan yang disebabkan oleh beban berat yang menimpa kaki, paku atau benda tajam lain yang mungkin terinjak, logam pijar, asam-asam dan sebagainya. Biasanya sepatu kulit yang buatannya kuat dan baik cukup memberikan perlindungan, tetapi terhadap kemungkinan tertimapa benda-benda berat masih perlu sepatu dengan ujung bertutup baja dan lapisan baja didalam solnya. Lapis baja didalam sol perlu untuk melindungi tenaga kerja dari tusukan benda runcing dan tajam khususnya pada pekerjaan bangunan. Kadang-kadang harus diberikan kepada tenaga kerja sepatu pengaman yang lain. Misalnya, pekerja listrik harus memakai sepatu

mengkonduktor, yaitu sepatu tanpa paku logam atau tenaga kerja di tempat yang mungkin menimbulkan peledakan harus memakai sepatu yang tidak menimbulkan loncatan api.

Gambar 5 Macam-macam Alat Pelindung Kaki

4. Sarung tangan Sarung tangan harus diberikan kepada tenaga kerja dengan pertimbangan akan bahaya-bahaya dan persyaratan yang diperlukan. Antara lain syaratnya adalah bebannya bergerak jari dan tangan. Macamnya tergantung pada jenis kecelakaan yang akan dicegah yaitu tusukan, sayatan, terkena benda panas, terkena bahan kimia, terkena aliran listrik, terkena radiasi dan sebagainya. Harus diingat bahwa memakai sarung tangan ketika bekerja pada mesin pengebor, mesin pengepres dan mesin lainnya yang dapat menyebabkan tertariknya sarung tangan ke mesin adalah berbahaya.

Gambar 6 Macam-macam Alat Pelindung Tanga


5. Topi pengaman (helmet)

Topi pengaman (helmet) harus dipakai tenaga kerja yang mungkin tertimpa pada kepala oleh benda jatuh atau melayang atau benda-benda lain yang bergerak. Topi demikian harus cukup kerasa dan kokoh, tetapi ringan. Bahan plastik dengan lapisan kain terbukti sangat cocok untuk keperluan ini. Topi pengaman dengan bahan elastis seperti karet atau plastik pada umumnya dipakai oleh wanita. Rambut wanita yang panjang memiliki risiko ditarik oleh mesin. Oleh karena itu, penutup kepala harus dipakai agar rambut tidak terbawa putaran mesin dengan cara rambut diikat dan ditutup dengan penutup kepala.

Gambar 7 Macam-macam Alat Pelindung Kepala 6. Perlindungan telinga Secara umum alat pelindung telinga untuk perlindungan terhadap kebisingan dapat dibedakan menjadi 2, yaitu sumbat telinga ( ear plug) dan tutup telinga (ear muff). Tingkat perlindungan yang akan diberikan oleh alat pelindung telinga antara lain ditentukan oleh: a. Jenis alat pelindung yang dipakai b. Keadaan dari alat pelindung c. Cara pemakaian d. Cara pemeliharaan e. Lamanya alat-alat tersebut dipakai pada waktu kerja

Gambar 8 Macam-macam Alat Pelindung Telinga 7. Perlindungan paru-paru Paru-paru harus dilindungi mana kala udara tercemar atau ada kemungkinan kekurangan oksigen dalam udara. Pencemar-pencemar mungkin berbentuk gas, uap logam, kabut, debu dan lainnya. Kekurangan oksigen mungkin terjadi di tempat-tempat yang pengudaraannya buruk seperti tangki atau gudang bawah tanah. Pencemar-pencemar yang berbahaya mungkin beracun, korosit atau menjadi sebab rangsangan. 8. Alat Pelindung Tubuh

Pakaian kerja harus dianggap suatu alat perlindungan terhadap bahaya-bahaya kecelakaan. Pakaian tenaga kerja pria yang bekerja melayani mesin seharusnya berlengan pendek, pas (tidak longgar) pada dada atau punggung, tidak berdasi dan tidak ada lipatan-lipatan yang mungkin mendatangkan bahaya. Wanita sebaiknya memakai celana panjang, jala rambut, baju yang pas dan tidak memakai perhiasanperhiasan. Pakaian kerja sintesis hanya baik terhadap bahan-bahan kimia korosif, tetapi justru berbahaya pada lingkungan kerja dengan bahanbahan dapat meledak oleh aliran listrik statis.

D. MANFAAT PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) Bagian tubuh tenaga kerja yang dilindungi oleh APD adalah:
1. Kepala

= Safety Helm = Kacamata = Pelindung muka = Sarung tangan = Safety Shoes = Respirator = Sumbat telingan = Pakaian kerja

2. Mata 3. Muka 4. Tangan dan jari


5. Kaki 6. Alat pernapasan

7. Telinga 8. Tubuh

Bila yang dilindungi adalah keseluruhan bagian tubuh tenaga kerja dan merupakan satu kesatuan maka APD yang diberikan harus disesuaikan dengan kondisi tersebut dan jenis bahaya yang terjadi. Mengingat bahwa APD berfungsi untuk memberikan perlindungan bagi tenaga kerja maka pemeliharaan dan pemerikasaaan secara berkala harus dilakukan agar fungsi APD tetap baik. (Anizar, 2009) Hal tersebut dengan mempertimbangkan bahwa:

1. Terdapat beberapa APD sensitif terhadap perubahan kondisi lingkungan pekerja tertentu. 2. Masa kerja atau masa pakai terbatas/ tertentu. 3. Dapat menularkan penyakit apabila dipakai secara bergantian. Pada tabel dibawah ini dapat dilihat manfaat penggunaan APD yang dipergunakan sesuai dengan faktor bahaya yang ada di lingkungan kerja.

Tabel II.1 Manfaat Penggunaan APD dari Segi Faktor Bahaya Bagian tubuh yang perlu dilindungi 1. Kepala, betis, tungkai 2. Pergelangan kaki, kaki dan jari kaki 1. Kepala 1. Kepala Alat-alat proteksi diri

No.

Faktor Bahaya

1.

Benda berat atau kekerasan

1. Topi logam atau plastik,

lapisan pelindung (deckker) dari kain, kulit, logam, dsb. 2. Sepatu Steelbox Toe 1. Topi aluminium atau plastik.

2.

1. Benda sedang tidak terlalu berat 2. Benda-benda besar bertebangan

2. Mata

3.

Debu

3. Muka 4. Jari, tangan, lengan 5. Tubuh 6. Betis, tungkai, mata kaki 1. Mata 2. Muka 3. Alat pernapasan

1. Topi plastik atau logam. 2. Googles (kacamata yang menutupi seluruh samping mata), kacamata yang sampingnya tertutup. 3. Tameng plastik. 4. Sarung tangan kulit berlengan panjang. 5. Jaket atau jas kulit. 6. Pelindung dari kulit, berlapis logam dan tahan api.

1. Googles, kacamata sisi

kanan kiri tertutup. 2. Penutup muka dari plastik. 3. Respirator/ masker khusus.

4.

Percikan api atau logam

5.

Gas, asap, funes

1. Kepala 2. Mata 3. Muka 4. Jari, tangan, lengan 5. Betis, tungkai 6. Matakaki, kaki 7. Tubuh 1. Mata 2. Muka 3. Alat pernapasan

1. Topi plastik berlapis asbes. 2. Googles 3. Penutup muka dari plastik. 4. Sarung tangan asbes berlengan panjang. 5. Pelindung dari asbes. 6. Sepatu kulit. 7. Jaket asbes/ kulit. 1. Googles. 2. Penutup muka kusus. 3. Membahayakan jiwa secara langsung: gas masker khusus dengan filter. Tidak membahayakan jiwa secara langsung: gas masker bermacam-macam.

4. Tubuh 5. Jari, tangan, lengan

4. Pakaian karet, plastik atau bahan lain yang tahan kimiawi. 5. Sarung plastik, karet berlengan panjang dan anggota-anggota badan itu

6.

Cairan dan bahanbahan kimiawi

7.

Panas

6. Betis, tungkai 7. Matakaki, kaki 1. Kepala 2. Mata 3. Muka 4. Alat pernapasan 5. Jari, tangan, lengan 6. Tubuh 7. Betis, tungkai 8. Mata kaki, kaki 1. Kepala 2. Lain-lain bagian 3. Kaki 4. Mata

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.

diolesi dengan barrier cream. 6. Pelindung dari plastik/ karet. 7. Sepatu yang konduktif (yang menyalurkan aliran listrik) karena mungkin sekali gas dan sebagainya itu eksposif. Topi plastik/ karet. Googles Penutup dari plastik. Respirator khusus tahan kimiawi Sarung plastik/ karet. Pakaian plastik/ karet. Pelindung khusus dari plastik/ karet. Sepatu plastik, karet atau kayu. 1. Topi asbes. 2. Sarung, pakaian, pelindung dari asbes atau bahan kain yang tahan panas/ api. 3. Sepatu dengan sol kayu atau bahan lain yang tahan panas. 4. Googles dengan lensa tahan sinar infrared. 1. Sarung tangan plastik, karet berlengan panjang. 2. Pakaian khusus. 3. Sepatu boot karet.

8.

Basah dan air

1. Kepala 2. Tubuh 3. Kaki, tungkai Kaki 1. Kepala 2. Jari, tangan, lengan 3. Tubuh Telinga

9. 10.

Terpeleset, jatuh Mesin-mesin

Sepatu anti slip, kayu (gabus). 1. Pici, terutama wanita yang berambut panjang. 2. Sarung tangan tahan api. 3. Jaket dari karet, plastik. Pelindung khusus: dimasukkan ke lubang telinga atau penutup

11.

Gaduh suara

lubang telinga. 12. Terpotong, tergosok 1. Kepala 2. Jari, tangan, lengan 3. Tubuh 4. Betis, tungkai 5. matakaki, kaki 1. Kepala 2. Muka 1. Topi plastik, logam. 2. Sarung tangan kulit, dilapisi logam, berlengan panjang. 3. Jaket kulit. 4. Celana kulit. 5. Sepatu dilapisi baja, sool kayu. 1. Topi plastik, karet, pici (kap) kapas atau wol. 2. Barrier cream, pelindung plastik. 3. Barrier cream, sarung tangan karet, plastik. 4. penutup karet, plastik. 5. Sepatu karet, zool kayu, sandal kayu (bakiak).

13.

Dermatitis atau radang kulit

14.

Listrik

3. Jari, tangan, lengan 4. Tubuh 5. Betis, tungkai, matakaki, kaki 1. Kepala 2. Jari, tangan, lengan 3. Tubuh, betis, tungkai, matakaki, kaki Kaki 1. Kepala 2. Mata 3. Muka Mata 1. Mata 2. Muka 3. Tubuh

1. Topi plastik, karet. 2. Sarung tangan karet tahan sampai 10.000 volt selama 3 menit. 3. Pelindung bayanya dari karet. Sepatu kayu. 1. Topi khusus. 2. Googles, kacamata dengan filter lensa. 3. Pelindungan muka khusus. Googles, kacamata dengan filter khusus atau lensa polaroid.
1. Googles, penutup muka,

15. 16.

Bahan peledak Penyinaran sedang

17. 18.

Sinar silau Percikan api dan sinar silau pada pengelasan

kacamata dengan filter khusus. 2. penutup muka dengan kacamata filter khusus. 3. Jaket tahan api (asbes) atau kulit. 4. Sepatu dilapisi baja.

19.

Penyinaran kuat

4. Kaki 1. Kepala 2. Mata, muka Alat pernapasan seluruh badan 1. Jati, tangan, lengan 2. Tubuh

20. 21.

Gas atau aerosol radioaktif Penyinaran radioaktif

1. Topi khusus. 2. Googles, kacamata dengan filter khusus, dari logam atau plastik. Respirator khusus, pakaian khusus. 1. Sarung tangan karet, dilapisi timah hitam. 2. Jaket karet atau kulit, dilapisi timah hitam.

Sumber: Sumamur, 1994 E. MASALAH DALAM PENGADAAN APD Masalah-masalah dalam pengadaan APD sehingga pemakaiannya patut dipertimbangkan adalah: 1. Pengusaha merasa penyediaan APD hanya akan menambah beban biaya. 2. Pengusaha tidak menyadari bahwa jika ada bahaya pada pekerjaan tertentu APD mungkin akan menghindarkan biaya yang lebih besar akibat terjadinya kecelakaan. 3. Perusahaan menyediakan APD tetapi para pekerja enggan memakainya. 4. Pekerja mungkin merasa tidak nyaman bekerja memakai APD-nya karena tidak sesuai dengan ukuran atau kualitas rendah dan mungkin mereka tidak terbiasa dan terlatih menggunakannya. 5. APD yang pernah disediakan tidak dipakai dan tidak terawat maka pengusaha dan pekerja sama-sama tidak peduli terhadap APD. 6. Fungsi pengawasan dan penyuluhan tidak berjalan baik dan tidak dilakukan secara teratur. Sedangkan menurut Gempur (2004) mengatakan bahwa masalah umum dalam pemakaian APD dipengaruhi oleh:

1. Pekerja tidak mau memakai dengan alasan: a. Tidak sadar/ tidak mengerti b. Panas c. Sesak d. Tidak enak dipakai e. Tidak enak dipandang f. Berat g. Mengganggu pekerjaan h. Tidak sesuai dengan bahaya yang ada i. Tidak ada sangsi j. Atasan juga tidak memakai 2. Tidak disediakan oleh perusahaan, dikarenakan: a. Ketidakmengertian b. Pura-pura tidak mengerti c. Alasan bahaya d. Dianggap sia-sia (karena pekerja tidak mau memakai) 3. Pengadaan oleh perusahaan a. Tidak sesuai dengan bahaya yang ada b. Asal beli (terutama memilih yang murah)

DAFTAR PUSTAKA Aditama, T, Hastuti, 2006. Kesehatan Dan Keselamatan Kerja : Universitas Indonesia Jakarta. Notoatmojo, Soekidjo, 2007, Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni :PT RINEKA CIPTA, Jakarta. http://dauzzsimololkumpulanmakalahfkm.blogspot.com/2010/01/makal ah-k3-kesehatan-keselaman-dan.html http://id.shvoong.com/business-management/humanresources/2185869-definisi-keselamatan-dan-kesehatankerja/#ixzz2LiO6Vvmn http://mia.staff.uns.ac.id/2011/07/11/tempat-kerja-potensi-bahaya/

Anda mungkin juga menyukai