Anda di halaman 1dari 25

DIABETES MELITUS ( DM ) Faktor utama timbulnya DM adalah karena gaya hidup yang tidak sehat, seperti makan makanan

yang mengandung kalori tinggi dan kurang berolah raga. Meskipun faktor keturunan berkontribusi, tetapi DM tidak akan muncul bila tidak ada faktor pencetus, yakni gaya hidup yang tidak sehat. Atas dasar ini pasien DM perlu membuat perencanaan makanan, mencakup penentuan jenis makanan, jumlah makanan yang dimakan dan jadwal makan. Jumlah makanan yang dimakan berhubungan dengan jumlah kalori yang dibutuhkan, dan ini berbeda untuk setiap orang, tergantung pada berat dan tinggi badan, stress dan aktivitas sehari hari. Jika kadar gula bisa dikendalikan dengan diet, maka pasien DM tidak memerlukan obat. Karena DM bisa menimbulkan berbagai komplikasi, maka pengobatan DM harus dilakukan secara terpadu oleh beberapa spesialis yang terkait dengan komplikasi DM seperti jantung, ginjal, mata dan syaraf. Pemeriksaan fungsi ginjal, status metabolik dan lemak dalam darah harus dilakukan secara berkala. 70% orang yang mengalami cuci darah karena gagal ginjal adalah penderita DM. Jadi langkah langkah yang harus dilakukan penderita DM 1. Diet 2. Olah Raga 3. Bila belum berhasil baru diberikan tambahan obat obatan. Penyakit DM juga menyerang anak2, anak yang obesitas perlu diperiksa kadar gula darahnya. Seorang anak baru akan terdeteksi DM pada usia 7 tahun keatas. Gejala pada anak umumnya berupa gejala yang mirip gejala diare seperti muntah, sering buang air besar, kesadaran menurun ( koma ), dehidrasi berat, kejang2, napas anak berbau asam. Kondisi inilah yang sering membuat orang tua salah paham, disangka diare padahal sudah DM. Anak yang terindikasi DM, gejala awalnya biasanya sering lapar dan haus, banyak buang air kecil.

Sumber: Suara Pembaruan Minggu, 20 Desember 2009


Last edited by gitahafas on Wed Jun 02, 2010 8:14 pm; edited 1 time in total

gitahafas

Subject: Re: Diabetes Melitus Sun Jan 03, 2010 10:53 am

Moderator

Number of posts: 11749

DIABETES DAN PENURUNAN KUALITAS HIDUP 29-03-2006 | www.kompas.co.id Penyakit diabetes mellitus (DM)-yang dikenal masyarakat sebagai penyakit gula atau kencing manis-terjadi pada seseorang yang mengalami peningkatan kadar gula (glukosa) dalam darah akibat kekurangan insulin atau reseptor insulin tidak berfungsi baik. Diabetes yang timbul akibat kekurangan insulin disebut DM tipe 1 atau Insulin

Age: 53 Location: Jakarta Registration date: 200809-30

Dependent Diabetes Mellitus (IDDM). Sedang diabetes karena insulin tidak berfungsi dengan baik disebut DM tipe 2 atau Non-Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM). Insulin adalah hormon yang diproduksi sel beta di pankreas, sebuah kelenjar yang terletak di belakang lambung, yang berfungsi mengatur metabolisme glukosa menjadi energi serta mengubah kelebihan glukosa menjadi glikogen yang disimpan di dalam hati dan otot. Menurut Prof Dr dr Askandar Tjokroprawiro SpPD KE dari Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga/RSUD dr Soetomo Surabaya, tidak keluarnya insulin dari kelenjar pankreas penderita DM tipe 1 bisa disebabkan oleh reaksi autoimun berupa serangan antibodi terhadap sel beta pankreas. Pada penderita DM tipe 2, insulin yang ada tidak bekerja dengan baik karena reseptor insulin pada sel berkurang atau berubah struktur sehingga hanya sedikit glukosa yang berhasil masuk sel. Akibatnya, sel mengalami kekurangan glukosa, di sisi lain glukosa menumpuk dalam darah. Kondisi ini dalam jangka panjang akan merusak pembuluh darah dan menimbulkan pelbagai komplikasi. Askandar menyebutkan tiga gejala klasik yang dialami penderita diabetes. Yaitu, banyak minum, banyak kencing, dan berat badan turun. "Pada awalnya, kadang-kadang berat badan penderita diabetes naik. Penyebabnya, kadar gula tinggi dalam tubuh," jelasnya. Gejala lain, sebagaimana ditulis dr Imam Subekti SpPD KE dari Subbagian Metabolik-Endokrin Bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/Rumah Sakit Cipto Mangukusumo (FKUI/RSCM) dalam buku Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu adalah gangguan saraf tepi berupa kesemutan terutama di malam hari, gangguan penglihatan, gatal di daerah kemaluan atau lipatan kulit, bisul atau luka yang lama sembuh, gangguan ereksi pada pria dan keputihan pada perempuan. Jika tidak tepat ditangani, dalam jangka panjang penyakit diabetes bisa menimbulkan berbagai komplikasi akibat gangguan pembuluh darah. Menurut Askandar, gangguan bisa terjadi pada pembuluh darah otak (stroke), pembuluh darah mata (gangguan penglihatan), pembuluh darah jantung (penyakit jantung koroner), pembuluh darah ginjal (gagal ginjal), serta pembuluh darah kaki (luka yang sukar sembuh/gangren). Penderita juga rentan infeksi, mudah terkena infeksi paru, gigi, dan gusi serta saluran kemih. 1. Kardiopati diabetik Kardiopati diabetik adalah gangguan jantung akibat diabetes. Glukosa darah yang tinggi dalam jangka waktu panjang akan menaikkan kadar kolesterol dan trigliserida darah. Lama-kelamaan akan terjadi aterosklerosis atau penyempitan pembuluh darah.

Askandar mengatakan, penyempitan pembuluh darah koroner menyebabkan infark jantung dengan gejala antara lain nyeri dada. Karena diabetes juga merusak sistem saraf, rasa nyeri kadang-kadang tidak terasa. Serangan yang tidak terasa ini disebut silent infraction atau silent heart attack. Menurut Prof dr T Santoso PhD SpPD SpJP KKV dari Subbagian Kardiologi Bagian Ilmu Penyakit Dalam FKUI/ RSCM, kematian akibat kelainan jantung dan pembuluh darah pada penderita diabetes kira-kira dua hingga tiga kali lipat lebih besar dibanding bukan penderita diabetes. Menurut Santoso, pengendalian kadar gula dalam darah belum cukup untuk mencegah gangguan jantung pada penderita diabetes. Sebagaimana rekomendasi Asosiasi Diabetes Amerika (ADA) serta perkumpulan sejenis di Eropa atau Indonesia (Perkumpulan Endokrinologi Indonesia/Perkeni), penderita diabetes diharapkan mengendalikan semua faktor secara bersama-sama untuk mendapatkan hasil yang optimal. "Tekanan darah harus diturunkan secara agresif di bawah 130/80 mmHg, trigliserida di bawah 150 mg/dl, LDL (kolesterol buruk) kurang dari 100 mg/dl, HDL (kolesterol baik) di atas 40 mg/dl. Hal ini memberi proteksi lebih baik pada jantung," kata Santoso. 2. Gangren dan impotensi Penderita diabetes yang kadar glukosanya tidak terkontrol respons imunnya menurun. Akibatnya, penderita rentan terhadap infeksi, seperti infeksi saluran kencing, infeksi paru serta infeksi kaki. Banyak hal yang menyebabkan kaki penderita diabetes mudah kena infeksi. Askandar mencontohkan, terkena knalpot, lecet akibat sepatu sesak, luka kecil saat memotong kuku, kompres kaki yang terlalu panas. Infeksi kaki mudah timbul pada penderita diabetes kronis dan dikenal sebagai penyulit gangren atau ulkus. Jika dibiarkan, infeksi akan mengakibatkan pembusukan pada bagian luka karena tidak mendapat aliran darah. Pasalnya, pembuluh darah penderita diabetes banyak tersumbat atau menyempit. Jika luka membusuk, mau tidak mau bagian yang terinfeksi harus diamputasi. Menurut Askandar, penderita diabetes yang terkena gangren perlu dikontrol ketat gula darahnya serta diberi antibiotika. Penanganan gangren perlu kerja sama dengan dokter bedah. Untuk mencegah gangren, penderita diabetes perlu mendapat informasi mengenai cara aman memotong kuku serta cara memilih sepatu. Impotensi juga menjadi momok bagi penderita diabetes. Menurut Askandar, impotensi disebabkan pembuluh darah mengalami kebocoran sehingga penis tidak bisa ereksi. Impotensi pada penderita diabetes juga bisa disebabkan oleh faktor psikologis atau gabungan organis dan psikologis. Jika masih awal, kurang dari enam bulan, impotensi masih bisa disembuhkan.

3. Nefropati diabetik Nefropati diabetik adalah gangguan fungsi ginjal akibat kebocoran selaput penyaring darah. Sebagaimana diketahui, ginjal terdiri dari jutaan unit penyaring (glomerulus). Setiap unit penyaring memiliki membran/selaput penyaring. Kadar gula darah tinggi secara perlahan akan merusak selaput penyaring ini. Menurut Prof dr Wiguno Prodjosudjadi PhD dari Subbagian Nefrologi Bagian Ilmu Penyakit Dalam FKUI/RSCM, gula yang tinggi dalam darah akan bereaksi dengan protein sehingga mengubah struktur dan fungsi sel, termasuk membran basal glomerulus. Akibatnya, penghalang protein rusak dan terjadi kebocoran protein ke urin (albuminuria). Hal ini berpengaruh buruk pada ginjal. Menurut situs Nephrology Channel, tahap mikroalbuminuria ditandai dengan keluarnya 30 mg albumin dalam urin selama 24 jam. Jika diabaikan, kondisi ini akan berlanjut terus sampai tahap gagal ginjal terminal. Karena itu, penderita diabetes harus diperiksa kadar mikroalbuminurianya setiap tahun. Penderita diabetes tipe 1 secara bertahap akan sampai pada kondisi nefropati diabetik atau gangguan ginjal akibat diabetes. Sekitar lima sampai 15 persen diabetes tipe 2 juga berisiko mengalami kondisi ini. Gangguan ginjal, lanjut Wiguno, menyebabkan fungsi ekskresi, filtrasi dan hormonal ginjal terganggu. Akibat terganggunya pengeluaran zatzat racun lewat urin, zat racun tertimbun di tubuh. Tubuh membengkak dan timbul risiko kematian. Ginjal juga memproduksi hormon eritropoetin yang berfungsi mematangkan sel darah merah. Gangguan pada ginjal menyebabkan penderita mengalami anemia. Pengobatan progresif sejak dini bisa menunda bahkan menghentikan progresivitas penyakit. Repotnya penderita umumnya baru berobat saat gangguan ginjal sudah lanjut atau terjadi makroalbuminuria (300 mg albumin dalam urin per 24 jam). Pengobatan meliputi kontrol tekanan darah. Tindakan ini dianggap paling penting untuk melindungi fungsi ginjal. Biasanya menggunakan penghambat enzim pengonversi angiotensin (ACE inhibitors) dan atau penghambat reseptor angiotensin (ARBs). Selain itu dilakukan pengendalian kadar gula darah dan pembatasan asupan protein (0,6-0,8 gram per kilogram berat badan per hari). Penderita yang telah sampai tahap gagal ginjal memerlukan hemodialisis atau transplantasi ginjal. Gejala nefropati diabetes baru terasa saat kerusakan ginjal telah parah berupa bengkak pada kaki dan wajah, mual, muntah, lesu, sakit kepala, gatal, sering cegukan, mengalami penurunan berat badan. Penderita nefropati harus menghindari zat yang bisa memperparah kerusakan ginjal, misalnya pewarna kontras yang digunakan untuk rontgen, obat anti-inflamasi nonsteroid serta obat-obatan yang belum diketahui efek sampingnya.

4. Retinopati diabetik Diabetes juga dapat menimbulkan gangguan pada mata. Yang terutama adalah retinopati diabetik. Keadaan ini, menurut dr Istiantoro SpM dari Bagian Ilmu Penyakit Mata FKUI/RSCM, disebabkan rusaknya pembuluh darah yang memberi makan retina. Bentuk kerusakan bisa bocor dan keluar cairan atau darah yang membuat retina bengkak atau timbul endapan lemak yang disebut eksudat. Selain itu terjadi cabangcabang abnormal pembuluh darah yang rapuh menerjang daerah yang sehat. Retina adalah bagian mata tempat cahaya difokuskan setelah melewati lensa mata. Cahaya yang difokuskan akan membentuk bayangan yang akan dibawa ke otak oleh saraf optik. Bila pembuluh darah mata bocor atau terbentuk jaringan parut di retina, bayangan yang dikirim ke otak menjadi kabur. Gangguan penglihatan makin berat jika cairan yang bocor mengumpul di fovea, pusat retina yang menjalankan fungsi penglihatan sentral. Akibatnya, penglihatan kabur saat membaca, melihat obyek yang dekat serta obyek yang lurus di depan mata. Pembuluh darah yang rapuh bisa pecah, sehingga darah mengaburkan vitreus, materi jernih seperti agar-agar yang mengisi bagian tengah mata. Hal ini menyebabkan cahaya yang menembus lensa terhalang dan tidak sampai ke retina atau mengalami distorsi. Jaringan parut yang terbentuk dari pembuluh darah yang pecah di korpus vitreum dapat mengerut dan menarik retina, sehingga retina lepas dari bagian belakang mata. Pembuluh darah bisa muncul di iris (selaput pelangi mata) menyebabkan glaukoma. Risiko terjadinya retinopati diabetik cukup tinggi. Sekitar 60 persen orang yang menderita diabetes 15 tahun atau lebih mengalami kerusakan pembuluh darah pada mata. Pemeriksaan dilakukan dengan oftalmoskop serta angiografi fluoresen yaitu foto rontgen mata menggunakan zat fluoresen untuk mengetahui kebocoran pembuluh darah. Pengobatan dilakukan dengan bedah laser oftalmologi. Yaitu, penggunaan sinar laser untuk menutup pembuluh darah yang bocor, sehingga tidak terbentuk pembuluh darah abnormal yang rapuh. Selain itu bisa dilakukan vitrektomi yaitu tindakan mengeluarkan vitreus yang dipenuhi darah dan menggantinya dengan cairan jernih. Penderita retinopati hanya boleh berolahraga ringan dan harus menghindari gerakan membungkuk sampai kepala di bawah.
Last edited by gitahafas on Tue Jul 13, 2010 6:02 am; edited 1 time in total

gitahafas

Subject: Re: Diabetes Melitus Mon Jan 11, 2010 12:50 pm

Moderator

EXPERT REVIEW Umumnya, penderita diabetes mengetahui dirinya mengidap diabetes setelah terjadi komplikasi. Hal ini diungkapkan oleh Prof.DR.Dr. Sidartawan Soegondo, SpPD,KEMD,FACE di kantornya di Bagian

Number of posts: 11749 Age: 53 Location: Jakarta Registration date: 200809-30

Metabolik dan Endokrin, FKUI/RSCM. Diabetes itu seperti rayap, bekerja diam-diam merusak organ di dalam tubuh. Diabetes sering disebut sebagai The Silent Killer. Namun, sebenarnya komplikasinya yang mematikan, bukan diabetesnya, jelas Prof. Sidartawan. Gejala diabetes pun tidak menakutkan, seperti banyak makan (polifagi), banyak minum (polidipsi), dan kencing lancar (poliuri). Menurut Prof. Sidartawan, dengan gejala seperti itu orang tidak pergi ke dokter. Sebaliknya jika tidak mau makan dan susah kencing, baru orang pergi ke dokter. Diabetes mellitus bukan satu penyakit tetapi beberapa penyakit yang memiliki gejala kadar gulanya naik. Bisa disebabkan karena pankreasnya rusak (tipe 1), sekresi insulin menjadi berkurang (tipe 2), obat-obatan yang mengakibatkan pankreasnya rusak dan diabetes yang terjadi pada wanita hamil (gestational). Gaya hidup yang bersalah Mereka yang memiliki risiko tinggi terkena diabetes adalah yang memiliki riwayat keluarga mengidap diabetes, memasuki usia di atas 40 tahun, kegemukan, tekanan darah tinggi, selain tentu saja pola makan yang salah. Jumlah penderita diabetes di daerah perkotaan di Indonesia pada tahun 2003 adalah 8,2 juta orang, sedangkan di daerah pedesaan 5,5 juta orang. Diperkirakan, 1 dari 8 orang di Jakarta mengidap diabetes. Tingginya jumlah penderita di daerah perkotaan, antara lain disebabkan karena perubahan gaya hidup masyarakatnya. Diabetes tidak dapat disembuhkan Karena diabetes tidak dapat disembuhkan sepenuhnya, sudah saatnya kita melakukan tindakan pencegahan, antara lain tidak makan berlebihan, menjaga berat badan, dan rutin melakukan aktivitas fisik. Olahraga juga dapat secara efektif mengontrol diabetes, antara lain dengan melakukan senam khusus diabetes, berjalan kaki, bersepeda, dan berenang. Diet dipadu dengan olahraga merupakan cara efektif mengurangi berat badan, menurunkan kadar gula darah, dan mengurangi stres. Latihan yang dilakukan secara teratur dapat menurunkan tekanan darah, kolesterol, dan risiko terkena serangan jantung, serta memacu pengaktifan produksi insulin dan membuatnya bekerja lebih efisien. Komplikasi diabetes justru mematikan Ancaman diabetes melitus terus membayangi kehidupan masyarakat. Sekitar 1220% penduduk dunia diperkirakan mengidap penyakit ini dan setiap 10 detik di dunia orang meninggal akibat komplikasi yang ditimbulkan. Komplikasi diabetes terjadi pada semua organ dalam tubuh yang dialiri pembuluh darah kecil dan besar dengan penyebab kematian 50% akibat penyakit jantung koroner dan 30% akibat gagal ginjal. Selain kematian, DM juga menyebabkan kecacatan. Sebanyak 30% penderita

DM mengalami kebutaan akibat komplikasi retinopati dan 10% harus menjalani amputasi tungkai kaki. Bahkan DM membunuh lebih banyak dibandingkan dengan HIV/AIDS. Untuk penderita diabetes, komplikasi bisa dicegah dengan mengendalikan gula darah. Dokter tidak langsung meresepkan obat melainkan meminta pasien agar merubah lifestylenya. Ubah life style dengan lebih aktif melakukan kegiatan jasmani dan mengatur makanan, kata Prof. Sidaratawan. Terapi untuk diabetisi Bila ternyata mengubah gaya hidup tidak berhasil baru kemudian diberikan obat. Pemberian obat ini tergantung tipe, komplikasinya (penyakit ginjal, jantung, dll) dan berapa lama mengidap diabetes. Obat untuk diabetes disebut obat hipoglikemik oral (OHO) terbagi menjadi 2 kelompok yaitu obat yang memperbaiki kerja insulin (seperti metformin, glitazone, dan akarbose) dan obat yang meningkatkan produksi insulin (seperti sulfonil, repaglinid dan natelinid dan insulin yang disuntikkan). Kelompok pertama bekerja pada temapat dimana terdapat insulin yang mengatur gula darah seperti di hati, usus, otot dan jaringan lemak. Kelompok kedua meningkatkan pelepasan insulin ke sirkulasi, sedangkan insulin yang disuntikkan menambah kadar insulin di sirkulasi darah. Ketidakpatuhan mengkonsumsi obat merupakan penyebab utama kegagalan terapi sehingga penderita diabetes perlu diedukasi. Sebaiknya penderita diabetes melakukan konsultasi secara berkala dengan dokter. Selain itu dituntut sikap disiplin dan kepatuhan dalam mengonsumsi obat maupun suntik insulin agar tidak terjadi komplikasi penyakit. Cegah & Deteksi Diabetes Di Indonesia, sekitar 95% kasus adalah diabetes tipe 2. Pada diabetes tipe 2 ini, penyebabnya tidak hanya faktor keturunan tapi juga gaya hidup misalnya kegemukan yang terjadi akibat gaya hidup makan kaya lemak dan tidak berolahraga. Faktor keturunan tidak bisa dicegah tapi gaya hidup bisa diubah. Jangan sampai gemuk, jangan banyak makan makanan berlemak dan manis serta banyaklah bergerak, saran Prof Sidartawan. Risiko diabetes setiap tahunnya meningkat 30 persen, sehingga Prof. Sidartawan menyarankan agar melakukan pemeriksaan gula darah setahun sekali jika kita termasuk dalam satu atau dua dari faktor risiko diabetes.
Last edited by gitahafas on Tue Jul 13, 2010 6:03 am; edited 4 times in total

gitahafas

Subject: Re: Diabetes Melitus Tue Jan 12, 2010 6:40 am

Moderator

PENDERITA DM TELEDOR, 5 ORGAN TARUHANNYA. Jumat, 8 Januari 2010 | 10:14 WIB KOMPAS.com Sekitar tahun 2000, International Diabetes Federation

Number of posts: 11749 Age: 53 Location: Jakarta Registration date: 200809-30

(IDF) menyebutkan bahwa diabetes merupakan penyakit keempat penyebab utama kematian di banyak negara maju. Secara umum, sekitar 40 persen pasien diabetesi, entah tipe I (yang dialami sejak masa kanak-kanak atau yang tergantung insulin) dan atau tipe II (yang mulai dialami saat dewasa dan tidak tergantung insulin) akan mengalami komplikasi dalam perjalanan hidupnya. Bila gula darah tidak terkendali karena pola makan yang tidak tepat, kebiasaan hidup tidak sehat, seperti merokok dan kurang kegiatan fisik, tetap dipertahankan, komplikasi bakal menyerang ke mana dia suka. Berikut ini adalah organ-organ yang menjadi sasaran komplikasi akibat keteledoran para diabetesi: 1. Jantung - penyakit jantung koroner (PJK) Keadaan ini muncul akibat glukosa darah yang tinggi dan terus-menerus atau persisten. Akibatnya, terjadinya penebalan dan pengerasan pembuluh darah arteri atau sering disebut aterosklerosis. Diabetesi berisiko dua sampai empat kali lebih tinggi terkena penyakit kardiovaskular dibandingkan yang tidak mengalami DM. 2. Otak - stroke Aterosklerosis dapat terjadi di pembuluh darah otak. Akibatnya bisa ditebak, terjadi stroke. Risiko terserang stroke pada diabetesi yang juga mengalami hipertensi adalah dua kali lebih tinggi dibanding orang yang hanya menderita hipertensi saja. 3. Kaki - luka Ulser atau luka pada kaki merupakan penyebab paling umum yang mengantar diabetesi masuk rumah sakit. Komplikasi ini terjadi akibat kerusakan saraf (neuropati) dan kurangnya aliran darah ke kaki. Jika luka terinfeksi dan berkembang menjadi gangren, biasanya amputasi dilakukan. Diabetes merupakan penyebab amputasi yang paling sering di luar kecelakaan. Setidaknya 15-40 persen diabetesi lebih berisiko mengalami hal ini dibanding yang tidak. 4. Mata - retinopati Retinopati diabetik merupakan komplikasi DM pada mata. Penglihatan mendadak akan buram atau berkabut. Ini terjadi akibat kadar gula darah yang tinggi sehingga terjadi sembab pada lensa mata. Bila pengobatan cukup dan kadar gula terkontrol, penglihatan pun akan normal lagi. 5. Ginjal - nefropati Nefropati diabetes adalah komplikasi yang terjadi pada ginjal. Ini komplikasi yang menyebabkan terjadinya gagal ginjal dan kematian. Penyebabnya, kadar glukosa darah yang tinggi sehingga merusak pembuluh darah kapiler ginjal dan menyebabkan terjadinya tekanan darah tinggi.

Risiko terjadi serta berat atau ringannya komplikasi ginjal ini sejalan dengan lamanya DM diidap. Kebanyakan komplikasi muncul setelah 1015 tahun penderita mengidap DM. @abd
Last edited by gitahafas on Tue Jul 13, 2010 6:03 am; edited 2 times in total

gitahafas

Subject: Re: Diabetes Melitus Fri Jan 15, 2010 12:14 pm

Moderator

Number of posts: 11749 Age: 53 Location: Jakarta Registration date: 200809-30

DIAGNOSIS DM Diagnosis diabetes ditegakkan berdasarkan gejalanya yaitu 3P (polidipsi, polifagi, poliuri) dan hasil pemeriksaan darah yang menunjukkan kadar gula darah yang tinggi (tidak normal). Untuk mengukur kadar gula darah, contoh darah biasanya diambil setelah penderita berpuasa selama 8 jam atau bisa juga diambil setelah makan. Perlu perhatian khusus bagi penderita yang berusia di atas 65 tahun. Sebaiknya pemeriksaan dilakukan setelah berpuasa dan jangan setelah makan karena usia lanjut memiliki peningkatan gula darah yang lebih tinggi. Kriteria Diagnostik Gula darah (mg/dL) ----- Bukan Diabetes - Pra Diabetes ---- Diabetes Puasa < 110 --------- 110-125 --------- > 126 Sewaktu < 110 -------- 110-199 --------- > 200 Pemeriksaan darah lainnya yang bisa dilakukan adalah tes toleransi glukosa. Tes ini dilakukan pada keadaan tertentu, misalnya pada wanita hamil. Hal ini untuk mendeteksi diabetes yang sering terjadi pada wanita hamil. Penderita berpuasa dan contoh darahnya diambil untuk mengukur kadar gula darah puasa. Lalu penderita diminta meminum larutan khusus yang mengandung sejumlah glukosa dan 2-3 jam kemudian contoh darah diambil lagi untuk diperiksa. Hasil glukosa contoh darah dibandingkan dengan kriteria diagnostik gula darah terbaru yang dikeluarkan oleh PERKENI tahun 2006. Sebelum berkembang menjadi diabetes tipe 2, biasanya selalu menderita pra-diabetes, yang memiliki gejala tingkat gula darah lebih tinggi dari normal tetapi tidak cukup tinggi untuk didiagnosa diabetes. Setidaknya 20% dari populasi usia 40 hingga 74 tahun menderita pra-diabetes. Penelitian menunjukkan beberapa kerusakan dalam jangka panjang, terutama pada jantung dan sistem peredaran darah selama pra-diabetes ini. Dengan pre-diabetes, anda akan memiliki resiko satu setengah kali lebih besar terkena penyakit jantung. Saat Anda menderita diabetes, maka risiko naik menjadi 2 hingga 4 kali. Akan tetapi, pada beberapa orang yang memiliki pra-diabetes, kemungkinan untuk menjadi diabetes dapat ditunda atau dicegah dengan perubahan gaya hidup. Diabetes dan pra-diabetes dapat muncul pada orang-orang dengan umur dan ras

yang beragam, tetapi ada kelompok tertentu yang memiliki resiko lebih tinggi. Sumber: Medicastore
Last edited by gitahafas on Tue Jul 13, 2010 6:05 am; edited 3 times in total

gitahafas

Subject: Re: Diabetes Melitus Sat Jan 23, 2010 5:52 am

Moderator

TANDA TANDA / GEJALA GEJALA DM 1. Kerap membuang air kecil ( banyak kencing ) 2. Terasa sering haus ( banyak minum ) 3. Terasa sering lapar ( banyak makan ) 4. Penglihatan kabur 5. Napas berbau manis 6. Penurunan berat badan 7. Cepat lelah 8. Bila ada luka, biasanya lambat sembuh 9. Kesemutan, baal dan impotensi serta rasa gatal pada kulit atau sekitar kemaluan Sumber: Bunga Rampai Masalah Kesehatan Iluni FK 1983
Last edited by gitahafas on Tue Aug 24, 2010 5:35 am; edited 3 times in total

Number of posts: 11749 Age: 53 Location: Jakarta Registration date: 200809-30

gitahafas

Subject: Re: Diabetes Melitus Thu Feb 18, 2010 5:48 am

Moderator

Number of posts: 11749 Age: 53 Location: Jakarta Registration date: 200809-30

5 TEST PENTING UNTUK PENDERITA DM Senin, 13 Juli 2009, 10:24 WIB Petti Lubis, Mutia Nugraheni VIVAnews - Penyakit diabetes bisa menimpa siapa saja. Bukan hanya yang memiliki keturunan diabetes, penyakit ini, terutama golongan diabetes melitus tipe 2, juga dapat menyerang orang yang bergaya hidup tidak sehat. Bagi penderita diabetes perlu mengendalikan kadar gula darah agar bisa beraktivitas seperti biasa. Selain mengonsumsi makanan dengan gizi seimbang, terdapat sejumlah tes yang perlu dijalani. Antara lain, tes urin dan tes darah. Caranya mudah, dan tidak perlu proses yang berbelit. Saat ini di rumah-rumah sakit, penderita diabetes diharuskan menyerahkan sampel darah setiap kali melakukan pemeriksaan. Hal itu untuk melihat kondisi gula darah pasien. Kadar gula dalam darah bisa dipengaruhi banyak hal, bisa makanan, obatobatan, penyakit atau stres. Jika Anda termasuk salah satu penderita diabetes ada lima tes penting yang harus dijalani, yaitu : 1. Tes Oral Glucose Tolerance. Tes ini sering dilakukan pada wanita

hamil. Darah Anda akan dibuat lelah dengan diberikan minuman sirup glukosa. Kemudian 30 menit sampai tiga jam akan dilihat bagaimana keadaan tubuh Anda setelah mengonsumsi gula. Hasilnya akan sangat bervariasi tiap orang dan tergantung dari berapa gram glukosa yang diberikan. 2. Puasa Gula (fasting blood sugar). Anda harus puasa selama satu malam dan saat paginya ketika darah merasa lelah Anda memeriksakan diri ke dokter. Dokter akan memeriksa kadar gula darah apakah masih dalam keadaan normal atau tidak. Normalnya gula darah 70-99 milligramm per desiliter (mg/dl) atau kurang dari 5.5 mmol/L 3. Tes "two-hour postprandial". Pemeriksaan gula darah ini dilakukan dua jam setelah pasien makan. Hasil normalnya yaitu 70-145 mg/dL 4. Tes "random blood sugar". Tes ini dilakukan kapan saja tidak memperdulikan kapan Anda terakhir makan. Hasil normalnya 70-125 mg/dL 5. Tes Hemoglobin A1C. Tes ini berfungsi mengukur berapa banyak persediaan gula dalam sel darah merah. Hasil normal bukan bagi penderita diabetes sebanyak 4% sampai 6%. Sedangkan hasil normal untuk penderita diabetes sebesar 7% atau kurang. Jika hasilnya 8% atau lebih makan kadar gula dalam darah tidak terkontrol. VIVAnews
Last edited by gitahafas on Wed Jul 21, 2010 1:46 pm; edited 4 times in total

gitahafas

Subject: Re: Diabetes Melitus Fri Feb 19, 2010 2:16 pm

Moderator

Number of posts: 11749 Age: 53 Location: Jakarta Registration date: 200809-30

PENYAKIT DM MAKIN MEMBLUDAK Rabu, 15/07/2009 08:53 WIB Vera Farah Bararah - detikHealth Jakarta, Penyakit gula darah atau yang lebih sering dikenal dengan diabetes telah menjadi momok bagi masyarakat di seluruh dunia. Jika pada tahun 2000 terdapat 150 juta penderita diabetes, diperkirakan pada tahun 2025 akan ada 333 juta penderita diabetes. "Berdasarkan data WHO Indonesia menempati urutan keempat sebagai negara dengan penderita diabetes terbanyak setelah India, Cina dan Amerika Serikat. Sementara di Indonesia sendiri penderita diabetes tertinggi terdapat di Kalimantan Barat dan Maluku Utara sebesar 11,1%," ujar Prof. Dr dr Sidartawan Soegondo SpPD-KEMD FACE, Rabu (15/7/2009). Dr Sidartawan menjelaskan, diabetes terbagi menjadi dua tipe yaitu: Diabetes Tipe 1

Penderita diabetes ini disebabkan oleh adanya kelainan pada pankreas yang menyebabkan pankreas tidak bisa memproduksi insulin. Sehingga pasien dengan tipe ini hanya bisa diterapi dengan insulin. Pasien diabetes tipe 1 bisa diprediksi dari usia anak-anak. Diabetes Tipe 2 Penderita diabetes ini disebabkan oleh hormon insulin yang tidak bekerja dengan baik atau tidak dihasilkan hormon insulin yang cukup. Sehingga kadar gula darahnya menjadi tinggi dan bisa menyebabkan gangguan metabolisme tubuh. Diabetes tipe 2 biasanya muncul setelah dewasa, namun ada juga yang sudah mengidap sejak usia 15 tahun. Biasanya disebabkan oleh pola hidup dan adanya faktor genetik. "Penyakit diabetes tipe 2 merupakan yang paling banyak dijumpai di Indonesia biasanya disebabkan oleh faktor turunan. Jika salah satu orang tua mengidap diabetes maka hampir 90% anaknya juga menderita diabetes tergantung dari gaya hidup anak itu sendiri," tambah Profesor yang menjadi anggota American Diabetes Association (ADA). Diabetes bisa dikenali dengan gejala-gejala sering minum, sering buang air kecil, banyak makan, berat badan berkurang dan sering mengalami kelelahan. "Saat ini tidak ada obat untuk menyembuhkan diabetes, yang ada hanya obat untuk menurunkan kadar gula darah agar tidak terjadi komplikasi pada pembuluh darah besar dan kecil," ujar dokter kelahiran Amsterdam 64 tahun silam ini. Dr. Sidartawan menjelaskan sebanyak 30% penderita diabetes melitus mengalami kebutaan akibat komplikasi retinopati dan 10% harus menjalani amputasi tungkai kaki. Bahkan diabetes melitus membunuh lebih banyak dibandingkan dengan HIV-AIDS. Biasanya pasien yang meninggal bukan karena diabetesnya melainkan akibat komplikasi dari diabetes tersebut. Komplikasi pada penderita diabetes bisa menyerang pembuluh darah besar (makro) yang mengakibatkan penyakit jantung, stroke jika menyerang otak dan cacat atau amputasi kaki. Untuk pembuluh darah kecil bisa mengakibatkan kebutaan jika menyerang mata, dan gagal ginjal. Komplikasi yang lain bisa mengakibatkan impotensi pada pasien pria. "Untuk mencegah komplikasi tersebut perlu dilakukan kontrol terhadap gula darah, tekanan darah, dan kolesterol," tambahnya. Dr. Sidartawan menguraikan terdapat beberapa faktor yang turut berperan pada penyakit diabetes yaitu: Gaya Hidup Gaya hidup yang tidak sehat seperti tidak pernah olahraga, sering mengkonsumsi junk-food, tidak mengontrol pola makan, dan merokok akan menyebabkan seseorang terkena diabetes. Stres

Jika seseorang mengalami stres, maka tekanan darah akan meningkat dan dapat meningkatkan kadar gula dalam darahnya. Post-meal hyperglycemia Gula darah sesudah makan merupakan kontributor utama bagi terbentuknya nilai hemoglobin glikat (HbA1C). HbA1C merupakan hasil nilai gabungan dari nilai gula darah puasa (sebelum makan) dan sesudah makan. Nilai dari HbA1C bagi pasien diabetes setelah makan tidak boleh melebihi 140mg/dL. Untuk mendeteksi penyakit diabetes perlu dilakukan pemeriksaan darah di laboratorium. Namun, untuk mengontrol gula darah bisa dilakukan dengan menggunakan alat monitor gula darah, tapi bukan untuk diagnosis. Untuk menghindari atau mencegah diabetes bisa melakukan tips berikut: - Konsumsi makanan dengan diet seimbang. - Hiduplah secara aktif. - Olahraga teratur selama 30 menit setiap hari. - Kendalikan stres. - Terapkan gaya hidup sehat.
Last edited by gitahafas on Thu Jan 27, 2011 10:10 am; edited 3 times in total

gitahafas

Subject: Re: Diabetes Melitus Tue Feb 23, 2010 8:01 pm

Moderator

Number of posts: 11749 Age: 53 Location: Jakarta Registration date: 200809-30

KADAR GULA DARAH TAK BERES, ATASI SEGERA Sabtu, 17 April 2010 | 10:13 WIB Kompas.com - Survei tahun 2006 menunujukkan, satu dari 8 orang di jakarta menderita diabetes mellitus (DM). DM belum dapat disembuhkan, namun kadar glukosa darah dapat dapat dikendalikan sehingga berbagai komplikasi dapat dicegah. Penyakit diabetes mellitus (DM) atau juga dikenal sebagai penyakit kencing manis adalah kumpulan gejala yang timbul pada seseorang akibat kadar gula darah yang tinggi. Kadar gula darah tinggi ini disebabkan oleh jumlah hormon insulin yang kurang atau jumlah insulin cukup tetapi tidak efektif (resistensi insulin), jelas Dr. Dante Saksono Harbuwono, Sp.PD, Ph.D, konsultan endokrinologi metabolik dan diabetes dari RS Mitra Keluarga Kelapa Gading, Jakarta. Gula sebagai sumber kalori sel-sel tubuh masuk ke dalam tubuh melalui makanan, dan diedarkan ke seluruh tubuh. Kemudian gula akan masuk ke sel-sel tubuh, misalnya jantung, ginjal, otot, dan sebagainya. Oleh sel-sel tubuh, gula ini digunakan sebagai sumber energi.

Itu yang terjadi pada orang normal. Pada penderita diabetes, khususnya DM tipe 2, pintu tempat gula masuk ke dalam sel (glucose transporter) rusak, sehingga gula tidak bisa masuk secara optimal. Kalau gula tidak bisa masuk ke dalam sel, maka gula akan menumpuk di dalam peredaran darah. Ketika dicek, kadar gula darahnya pun tinggi. Karena sel tubuh tidak mendapat makanan, lama-lama akan kelaparan. Kalau kelaparan, lama-lama ia akan rusak. Karena itu, ada penderita diabetes yang terkena penyakit jantung, karena otot jantung tidak mendapat gula secara cukup. Ada juga yang harus cuci darah, karena sel-sel ginjal tidak mendapat gula yang cukup. Ada juga yang kakinya harus diamputasi, karena sel-sel ototnya tidak mendapat gula yang cukup pada saat infeksi. Ini yang disebut komplikasi, jelas dokter yang juga aktif di Pusat Diabetes dan Lipid Jakarta, Divisi Metabolik Endokrin UI/RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo. Jaga Gaya Hidup Ada 4 tipe diabetes mellitus. Tipe 1 biasanya pada anak-anak (genetik). Tubuhnya memang tidak punya insulin. DM tipe 2 adalah DM seperti yang dijelaskan di atas. DM tipe 3 adalah diabetes gestational yang biasa terjadi pada ibu hamil, dan tipe 4 adalah diabetes karena penyebab lain, misalnya karena obat, karena penyakit, dan sebagainya. Yang paling banyak diderita adalah DM tipe 2 dan kecenderungannya terus meningkat. Survei tahun 1982 menunjukkan, angka penderita diabetes di Jakarta sekitar 2,8 persen dari jumlah penduduk. Tahun 90an naik menjadi 5,8 persen, dan tahun 2006 melonjak menjadi 12, 8 persen. Artinya, 1 di antara 8 orang di Jakarta terkena diabetes. Yang pre diabetes (akan menjadi diabetes) pun banyak, sekitar 30 persen, dan suatu saat bisa "kecemplung" menjadi diabetes, kata Dante. Untuk mengetahui penyakit DM, perlu diperiksa kadar gula darahnya. Dikatakan menderita DM bila kadar gula darah puasanya > 126 mg/dL atau kadar gula darah setelah puasa > 200 mg/dL. Banyak hal yang menjadi penyebab. Yang utama adalah gaya hidup (lifestyle), obesitas yang semakin banyak, pola hidup instan yang dianggap modern, dan yang paling penting adalah kultur untuk melakukan pemeriksaan berkala yang jarang. Diabetes berkaitan dengan faktor genetik dan faktor lingkungan. Faktor genetik dianggap tidak bisa dimodifikasi, sementara faktor lingkungan bisa. Jadi, kalau orang sudah punya faktor genetik, yang harus dijaga adalah faktor lingkungannya. Misalnya, menjalani lifestyle yang baik, aktivitas fisik yang baik, istirahat cukup, makan yang tidak banyak mengandung lemak, dan sebagainya. Jika setelah menjaga faktor lingkungan, tetap menjadi diabetes juga

karena faktor genetik, maka pencegahannya adalah dengan melakukan cek gula darah secara teratur, serta mengenali tanda-tanda diabetes. Tanda diabetes yang khusus ada 3 P, yaitu polydipsi (banyak minum), poliphagi (banyak makan), dan polyuri (banyak kencing pada malam hari), ditambah rasa lemas dan penurunan berat badan. Sementara tanda-tanda tidak khas antara lain kesemutan, pandangan kabur, gigi goyang, difungsi ereksi. Seringkali pasien datang bukan karena pemeriksaan gula darah, melainkan karena gejala yang tidak khas tadi. Waspadai Komplikasi Mengobati diabetes tidak cukup hanya dengan menurunkan gula yang ada di dalam darah, tetapi juga bagaimana caranya membuat gula bisa masuk kembali ke dalam sel-sel tubuh supaya sel-sel tubuh tadi tidak rusak. Diabetes tidak bisa sembuh dan akan ada seumur hidup. Tetapi yang lebih penting, misalnya, tetap diabetes tapi tidak terkena serangan jantung karena metabolisme di dalam sel otot jantung dikelola dengan baik. Tak perlu harus diamputasi, tak perlu harus cuci darah, dan sebagainya. Jadi, tidak cuma menurunkan angka gula darah, melainkan mengontrol komplikasi yang ada pada diabetes, kata Dante. Tidak ada pasien diabetes yang gula darahnya tidak bisa dikontrol. Kalau diketahui lebih dini dan diobati dengan baik, maka komplikasinya pun akan bisa diatasi. "Orang diabetes bisa tetap punya umur sama dengan orang sehat, asal komplikasinya dikontrol atau terkendali. Berisiko Terkena DM Pahami dan simak siapa saja yang berisiko terkena DM, berdasarkan ciri-cirinya. Ingat, pencegahan lebih baik daripada mengobati. - Berusia di atas 45 tahun - Kegemukan (Indeks Massa Tubuh di atas 23 kg/m2) - Darah tinggi/hipertensi - Dislipidemia (Kolesterol HDL < 35 mg/ dL dan atau trigliserida > 250 mg/dL) - Riwayat melahirkan bayi dengan berat > 4000 gr - Riwayat DM pada keluarga (keturunan) - Riwayat gangguan toleransi glukosa (Nova/Hasto Prianggoro)

Last edited by gitahafas on Tue Jul 13, 2010 6:12 am; edited 3 times in total

gitahafas

Subject: Re: Diabetes Melitus Sun Feb 28, 2010 10:05 pm

Moderator

Number of posts: 11749 Age: 53 Location: Jakarta Registration date: 200809-30

WASPADAI ANCAMAN PREDIABETES SEBELUM BERUBAH MENJADI DIABETES Kamis, 08/07/2010 15:25 WIB Merry Wahyuningsih - detikHealth Jakarta, Orang-orang yang terkena diabetes biasanya diawali dengan terkena prediabetes (pra-diabetes). Maka itu waspadai tanda-tanda prediabetes, karena prediabates masih bisa disembuhkan tapi kalau sudah terkena diabetes akan susah sembuh. Diabetes merupakan salah satu momok bagi kesehatan, karena penyakit ini tidak bisa disembuhkan dan dapat menimbulkan komplikasi penyakit degeneratif yang berbahaya. Waspada gula darah prediabetes sebelum terlambat menjadi diabetes. "Kondisi prediabetes tidak boleh dianggap enteng, karena sebagian individu dengan prediabetes akan berkembang menjadi diabetes apabila tidak ditangani dengan baik," ujar Prof DR dr Sidartawan Soegondo, SpPD, KEMD, FACE, President Elect 2009-2011 Persadia (Persatuan Diabetes Indonesia), dalam acara Peluncuran Kampanye Siaga 140 di Harum Manis Resto, Jakarta, Kamis (8/7/2010). Prof Sidartawan menjelaskan bahwa seseorang dikatakan mengidap prediabetes atau Intermediate Hyperglycemia jika kadar gula darah telah melampaui batas normal, namun belum mencapai batas diagnosa diabetes. Kadar gula batas normal 80-140 mg/dl (dalam kondisi tidak puasa, 2 jam sesudah makan). Nah, jika gula darah sudah mencapai 140 mg/dl-200 mg/dl sudah masuk kategori prediabetes. Sedangkan gula darah di atas 200 mg/dl masuk kategori diabetes. Individu dengan prediabetes yang tidak ditangani, dalam waktu sekitar 5-10 tahun akan meningkat menjadi diabetes. Dan jika sudah diabetes, tidak dapat disembuhkan dan lebih sulit penanganannya. Perjalanan penyakit diabetes tidak terjadi tiba-tiba, tetapi melalui beberapa tahapan. Dimulai dari faktor risiko gaya hidup, terutama obesitas (kegemukan) dan kurang gerak. Jika tidak dikendalikan akan masuk ke tahap prediabetes. "Risiko munculnya komplikasi penyakit kardiovaskuler (jantung dan pembuluh darah) sudah dimulai sejak prediabetes. Oleh sebab itu, individu dengan prediabetes memerlukan penatalaksanaan yang memadai, meliputi perubahan gaya hidup yang lebih sehat guna memperbaiki profil glikemia (gula darah) dan menurunkan risiko kardiovaskular," jelas Prof Sidartawan. Menurut Prof Sidartawan, ada beberapa langkah yang harus dilakukan pada individu dengan prediabetes, yaitu: 1. Bagi yang memiliki berat badan berlebih (obesitas) perlu menurunkan berat badan 5-10 persen dari berat badan awal dan dipertahankan dalam jangka panjang. 2. Lakukan aktifitas fisik sedang dan teratur, dianjurkan selama 30-60 menit per hari, paling sedikit 4 hari dalam seminggu atau minimal 150

menit/minggu. 3. Menghindari stres 4. Mengatur pola makan yang sehat , kurangi konsumsi gula dan lemak, serta perbanyak konsumsi buah dan sayur. Tak sama dengan diabetes, individu dengan prediabetes bisa kembali normal. Maka dari itu, dituntut kesadaran tinggi bagi individu tersebut untuk merubah gaya hidup menjadi lebih sehat.(mer/ir)
Last edited by gitahafas on Tue Jul 13, 2010 6:14 am; edited 3 times in total

gitahafas

Subject: Re: Diabetes Melitus Sun Mar 21, 2010 6:36 pm

Moderator

Number of posts: 11749 Age: 53 Location: Jakarta Registration date: 200809-30

TERAPI PROFILAKSIS PADA DIABETES GERAI - Edisi November 2006 (Vol.6 No.4) Farmacia Kondisi pra diabetes memerlukan intervensi serius, sebelum berkembang menjadi diabetes. Salah satunya dengan profilaksis antidiabetes. Diabetes mellitus (DM) tipe 2, dikenal sebagai penyakit yang terkait dengan perubahan gaya hidup yang tidak sehat. Penyakit ini diindikasikan dengan tingginya kadar gula darah (hiperglikemik) yang pencetusnya antara lain obesitas, konsumsi gula tinggi dan minimnya aktivitas fisik. Angka penderita diabetes di dunia, menurut data International Diabetes Federation saat ini sekitar 194 juta orang. Jumlah ini diperkirakan akan meningkat menjadi 500 juta orang pada tahun 2025. Data penderita diabetes di Indonesia mencapai angka 8,4 juta yang akan meningkat pada 2030 menjadi sebanyak 21,3 juta penderita. Di samping prevalensinya kian bertambah, persoalan DM akan semakin sulit bila telah terjadi komplikasi. Diketahui manisfestasi dari DM dapat berupa komplikasi makrovaskular dan mikrovaskular. Pada makrovaskular komplikasinya berkembang menjadi penyakit jantung, hipertensi, stroke, disfungsi ginjal. Sementara komplikasi mikrovaskular berupa retinopati, neuropati. Komplikasi pada jantung, hipertensi dan stroke kerap berakhir dengan kematian. kendati demikian, diabetes tidak datang seketika, sehingga fase pencegahannya dapat disiapkan. Cegah Pradiabetes menjadi Diabetes Pradiabetes adalah satu keadaan dimana mekanisme pengolahan gula darah berlangsung abnormal, namun belum divonis diabetes. Pradiabetes terindikasi dengan IFG (impairing fasting glucose) 110 hingga 125 mg/dL serta IGT (impairing glucose tolerance) yang diukur 2 jam setelah pemberian minuman berkadar gula tinggi, menunjukkan

angka 140 hingga 199 mg/dL. Penelitian yang bertujuan menghambat laju pradiabetes menjadi diabetes telah banyak dilakukan . Di antaranya studi DREAM (The Diabetes Reduction Assesment with Ramipril & Rosiglitazone Medication) yang merupakan studi profilaksis pada pasien pradiabetes dengan menggunakan preparat farmasi rosiglitazone dan ramipril. Pemberian sediaan farmasi ini dimaksudkan memperbaiki profil mekanisme pengelolaan glukosa pada pasien, jelas Dr. Pradana Soewondo, SpPD, K-EMD, Ketua Perkeni (Perhimpunan Endokrinologi Indonesia). Studi tersebut melibatkan 5269 partisipan dengan IFG atau IGT dari 191 pusat kesehatan di 21 negara. Data awal studi menunjukan bahwa populasi yang mengalami IGT sebesar 58%, IFG ada 14% dan sebanyak 28% mengalami IFG dan IGT. Tidak satu pun partisipan memiliki riwayat penyakit kardiovaskular (cardiovascular disease) dengan rata-rata usia 54,7 tahun, BMI rata-rata 30.9 kg/m serta tekanan darah rata-rata 136/83 mm/Hg. Populasi studi ini kemudian diacak untuk mendapat pengobatan dengan rosiglitazone 8 mg per hari, plasebo, ramipril 15 mg per hari dan plasebo. Studi berlangsung dalam 3 tahun (variasi : 2,5 hingga 4,7 tahun). Endpoint primer yang diamati dalam studi ini meliputi terjadinya insiden diabetes, kematian oleh sebab apapun atau remisi glikemik normal. Peneliti utama studi DREAM, Dr. Hertzel Gerstein dan Dr. Salim Yusuf, keduanya berasal dari Universitas McMaster, Hamilton, Ontario, Kanada memaparkan hasil studi ini ke hadapan peserta 42nd Annual Meeting of the European Association for the Study of Diabetes. Studi ini juga dipublikasikan pada jurnal kesehatan, Lancet edisi September 2006. Tampak dalam studi ini kemampuan rosiglitazone menahan laju perkembangan diabetes hingga 60 % dibandingkan plasebo. Endpoint primer dalam studi berupa progresi diabetes, dan kematian oleh sebab apapun terjadi sebesar 11,6 % pada kelompok rosiglitazone, dan 26,6 % pada kelompok plasebo. Hasil berbeda pada endpoint primer didapati sebesar 18,1 % pada kelompok ramipril dan 19,5 % pada kelompok placebo pasangan ramipril. Probabilitas dalam hal kadar gula kembali menjadi normal tercapai sebesar 70 % pada kelompok rosiglitazone. Sementara pada participan yang menerima rosiglitazone, ditemukan gangguan yang berkaitan dengan kardiovaskular, seperti gagal jantung kongestif, sebanyak 14 (0.5%) vs 2 (0.1%) dibandingkan plasebo. Dengan menilik hasil ini, dapat diperkirakan akan terjadi penurunan angka penderita diabetes. Hal ini berdampak positif pada penghematan

biaya perawatan kesehatan dan produktivitas manusia, ujar Prof. Dr. dr. Sidartawan Soegondo, SpPD, K-EMD, Ketua Persadia (Persatuan Diabetes Indonesia). Terlebih bagi sebanyak 300 juta subjek pradiabetes di seluruh dunia, menurut data International Diabetes Federation (IDF). Masih menurut Institusi tersebut, sedikitnya terdapat 13 juta orang Indonesia yang juga mengalami kondisi pradiabetes. Hal senada juga disampaikan Dr. dr. Aris Wibudi, SpPD, Ketua Perhimpunan Edukator Diabetes Indonesia (PEDI). Menurut dr. Aris, ketersediaan glukosa dalam tubuh yang tidak dimanfaatkan optimal hanya menambah akumulasi glukosa dan memperberat kerja insulin. Diabetes positif dinyatakan dengan tingginya kadar gula dalam darah, terjadi resistensi insulin serta disfungsi sel beta pankreas yang merupakan penghasil insulin. Kondisi Pradiabetes yang tidak ditindaklanjuti dengan tepat akan berkembang menjadi diabetes dalam 3 tahun. Penanganan yang tepat, misalnya dengan intervensi dini akan mencegah progesifitas diabetes, tukas. dr. Aris. Selain faktor gaya hidup, genetika juga memiliki andil terhadap potensi tercetus diabetes. Kualitas hidup dan derajat kesehatan pasien diabetes bergantung dari kontrol glikemik. Kontrol glikemik diperoleh dengan kombinasi perubahan gaya hidup (diet dan olehraga) serta konsumsi preparat antidiabetes. Diabetes tidak dapat dihentikan hanya dengan keberhasilan satu studi. Juga diperlukan , upaya mensosialisasikan bahaya terjadinya banyak komplikasi kesehatan terkait dengan penyakit diabetes. Disinilah pentingnya edukasi dan promosi status kesehatan yang tidak hanya berpijak pada konsumsi obat (agen farmasi) semata, tetapi perubahan gaya hidup. Dalam hal edukasi, perhimpunan medis yang fokus dengan diabates, antara lain Persadia, Perkeni dan PEDI juga giat menggagas kegiatan yang berupaya meningkatkan kesadaran pada masyarakat terhadap bahaya diabetes. Salah satunya kegiatan yang digagas oleh Persadia dan IDF dalam memperingati World Diabetes Day pada 14 November nanti. Serangkaian acara digelar untuk memperingati hari diabetes sedunia tersebut, antara lain: Pemilihan Pandu Diabetes Indonesia. Pemilihan ini dimaksudkan mencari patron yang akan mencontohkan perilaku tepat dan sehat bagi penyandang diabetes lainnya dalam hal menjaga kontrol glikemiknya. Serta kampanye Global Diabetes Walk, yakni anjuran kepada para pasien diabetes untuk beraktivitas olahraga, khususnya jalan. Berjalanlah selama 30 menit, di mana saja, kapan saja, sendiri atau berkelompok, yang dilakukan bersamaan pada 14 November nanti.

Kedisplinan, menjadi kunci keberhasilan manajemen diabetes, baik pada pola makan (diet), aktivitas fisik (olahraga) juga dalam hal konsumsi obat antidiabetes. Serta yang tak kalah pentingnya adalah dukungan teman, keluarga yang tak sekedar menjadi mesin pengingat (reminder) tapi juga mendukung aktif, misalnya dengan ikut serta berolahraga.
Last edited by gitahafas on Sat Jul 24, 2010 8:00 am; edited 1 time in total

gitahafas

Subject: Re: Diabetes Melitus Sat Apr 17, 2010 12:07 pm

Moderator

Number of posts: 11749 Age: 53 Location: Jakarta Registration date: 200809-30

FAKTOR RISIKO DM Dr. Roy Panusunan Sibarani Sp PD - Pakar Penyakit DM Resiko kematian penderita DM 4 - 5 kali lebih besar dibandingkan non DM, dengan kematian 50% akibat penyakit jantung koroner dan 30 % akibat gagal ginjal. DM juga mengakibatkan kecacatan, sebanyak 30 % penderita DM mengalami kebutaan akibat komplikasi retinopati ( kerusakan retina ) dan 10% harus menjalani amputasi tungkai kaki. DM tidak hanya berhubungan dengan gula darah, melainkan semua organ tubuh. Fakta yang ada menunjukkan DM memberi kontribusi 5% terhadap seluruh kematian global didunia setap tahun. Bahkan diperkirakan terjadi peningkatan kematian akibat DM lebih dari 50% pada kurun waktu 10 tahun mendatang, terutama apabila tidak dilakukan tindakan apapun untuk mengatasi hal itu. Faktor risiko DM 1. Usia diatas 40 tahun 2. Berat badanberlebihan 3. Memiliki perut buncit 4. Memiliki keturunan gula darah tinggi 5. Bergaya hidup tidak sehat ( kurang gerak, makan berlebihan ) 6. Hipertensi 7. Kadar cholesterol tinggi 8. Riwayat melahirkan bayi diatas 4 kg

Last edited by gitahafas on Tue Jul 13, 2010 6:20 am; edited 2 times in total

gitahafas

Subject: Re: Diabetes Melitus Sun Apr 18, 2010 2:22 pm

Moderator

PENCEGAHAN PADA DM 1. Pencegahan Primer

Number of posts: 11749 Age: 53 Location: Jakarta Registration date: 200809-30

Ditujukan pada orang yang belum menderita DM, dengan berbagai macam upaya agar tidak timbul penyakit DM, antara lain dengan: a. Mempertahankan pola makan sehari hari yang sehat dan seimbang ( cukup sayur dan buah, batasi lemak dan karbohidrat sederhana ). b. Mempertahankan berat badan normal sesuai umur dan tinggi badan. c. Melakukan kegiatan jasmani yang cukup, sesuai dengan umur dan kemampuan. d. Menghindari obat yang dapat menyulut terjadinya DM. 2. Pencegahan Sekunder ( Pencegahan Komplikasi ) Ditujukan pada orang yang sudah menderita DM untuk mencegah agar tidak timbul komplikasi, yaitu dengan jalan menurunkan kadar gula darah, karena diyakini bahwa kadar gula darah yang tinggi dalam jangka waktu yang lama merupakan awal perjalanan terjadinya komplikasi, disamping menimbulkan keluhan keluhan yang sangat mengganggu seperti sering kencing, selalu haus dan lapar serta penurunan berat badan. Disamping menurunkan kadar gula darah, juga harus diusahakan untuk menghilangkan atau setidaknya mengurangi faktor faktor resiko yang dapat menyebabkan atau mempengaruhi terjadinya komplikasi, seperti hipertensi, kegemukan, kadar cholesterol yang tinggi, merokok. Meskipun demikian ada faktor yang berpengaruh tapi tidak bisa dihilangkan yaitu, usia, jenis kelamin dan faktor genetik. 3. Pencegahan Tersier Ditujukan pada orang yang sudah menderita DM dan sudah terjadi komplikasi, yaitu untuk mencegah terjadinya kecacatan lebih lanjut. Kecacatan yang mungkin terjadi bila komplikasi berlanjut antara lain: - stroke dengan segala akibatnya - penyakit jantung koroner dengan segala akibatnya termasuk gagal jantung - kebutaan - penyakit ginjal kronik sehingga memerlukan cuci darah - kaki busuk yang perlu di amputasi Untuk itu diperlukan pemeriksaan secara berkala terhadap mata, jantung, paru paru, ginjal, gigi, tekanan darah, kadar cholesterol dan perawatan kaki yang baik. Sumber: Bunga Rampai Masalah Kesehatan Iluni FK 1983
Last edited by gitahafas on Sat Jul 24, 2010 7:57 am; edited 4 times in total

gitahafas

Subject: Re: Diabetes Melitus Sun Apr 18, 2010 2:42 pm

Moderator

HIDUP NORMAL DENGAN DIABETES

Number of posts: 11749 Age: 53 Location: Jakarta Registration date: 200809-30

RACIKAN UTAMA - Edisi November 2006 (Vol.6 No.4) Farmacia Jika ada jadwal yang harus dimasukkan dalam agenda atau PDA pasien diabetes, maka itu adalah rutinitas memeriksakan kesehatan untuk mengecek kemungkinan terjadinya komplikasi pada organ-organ tubuh seperti mata, ginjal, atau jantung. Diabetes, tidak seperti nama lainnya, yaitu kencing manis, memang sama sekali tidak manis ditilik dari berbagai penyakit yang dapat ditimbulkannya. Tingginya kadar gula darah dalam diri penderita dapat membentuk zat komplek gula di dalam dinding pembuluh darah, hingga mengganggu aliran darah misalnya yang menuju ke kulit atau ke saraf. Aterosklerosis atau penimbunan plak dalam pembuluh darah, juga terjadi 2 hingga 6 kali lebih sering pada penderita diabetes. Jadi, penderita diabetes mungkin harus bersiap menghadapi berbagai serangan penyakit seperti serangan jantung, stroke, gangguan penglihatan, ginjal hingga menyebabkan cuci darah, dan lain sebagainya. Di dunia, setiap tahunnya lebih dari 3 juta orang meninggal karena penyakit akibat komplikasi diabetes atau satu kematian setiap detik. Jika komplikasi berbagai penyakit akibat diabetes terasa sebagai kabar buruk bagi pasien diabetes, maka kabar baiknya adalah komplikasi dapat dicegah dengan mengontrol gula darah. Panduan terbaru Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa kadar gula darah normal saat berpuasa adalah di bawah 6,1 mmol/l (110 mg/dl). Sedangkan Asosiasi Diabetes Amerika (ADA) mematok angka di bawah 100 mg/dl untuk kadar gula darah normal saat berpuasa dan di bawah 140 mg/dl dua jam setelah mengonsumsi minuman dengan kandungan gula tinggi. Angka-angka ini menjadi acuan yang diukur dengan melakukan tes gula darah puasa (GDP) dan tes toleransi gula oral (TTGO). Jika angka ini telewati, serangkaian upaya pun mesti dilakukan penderita agar penyakit ini tidak menimbulkan beban bagi penderitanya apalagi sampai timbul komplikasi. Banyak pasien diabetes melitus tipe-2 tidak terdiagnosa sampai mereka datang ke dokter dengan komplikasi penyakit diabetes yang lanjut atau parah, kata DR. Dr. Aris Wibudi, SpPD dalam acara yang diselenggarakan awal Oktober lalu di Jakarta. Ketua Perhimpunan Edukator Diebetes Indonesia (PEDI) ini mengatakan, komplikasi diabetes melitus type-2 seringkali sudah terjadi beberapa tahun sebelum seseorang terkena diabetes. Penelitian pencegahan diabetes menunjukkan bahwa 29 hingga 55 persen seseorang pada tahap prediabetes akan berkembang menjadi diabetes melitus tipe-2 dalam periode 3 tahun. Fakta pun mencatat adanya peningkatan jumlah penderita diabetes. International Diabetes Federation (IDF) memperkirakan bahwa sampai tahun 2025, sebanyak 500 juta orang akan menderita penyakit ini. Data Diebetes Atlas 2000 dari lembaga ini mencantumkan perkiraan pasien

diabetes melitus di Indonesia adalah 8,4 juta. Dari jumlah penderita 14 juta pada tahun 2006 hanya setengahnya yang sadar mengidap penyakit tersebut dan hanya 30 persen yang datang berobat. Tahun 2030 Indonesia akan mengalami pelonjakan pasien diabetes cukup fantastis yaitu menjadi 21,3 juta dan angka ini menjadikan Indonesia sebagai negara ke-4 jumlah penderita diabetes terbanyak! Global Diabetes Walk Untuk meningkatkan kualitas hidup penderita dan mengantisipasi semakin tingginya angka penderita perlu dilakukan serangkaian upaya untuk pencegahan dan terapi diabetes. Terlebih lagi, perawatan penyakit diabetes memerlukan biaya hingga menimbulkan beban ekonomi yang cukup tinggi. Bertepatan dengan Hari Diabetes Sedunia yang jatuh pada tanggal 14 November, IDF dan Persatuan Diabetes Indonesia (Persadia) akan mengadakan berbagai kegiatan yang salah satunya adalah Global Diabetes Walk, sebuah program yang berisi ajakan yang berbunyi, Jalanlah selama 30 menit, di mana saja, kapan saja, sendiri atau berkelompok. Dengan melakukannya setiap hari diharapkan dapat mencegah penyakit diabetes maupun progresifitasnya. Selain itu, dalam rangkaian hari diabetes juga akan diadakan pemilihan Pandu Diabetes Indonesia untuk mencari champions dan leader di antara para penderita diabetes. Sang Pandu diharapkan akan menjadi model untuk mengontrol diabetes dan meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap penyakit ini. Pandu Diabetes Indonesia yang telah terpilih tahun lalu, Felix, 19 tahun dalam acara Road Show PB Persadia di Gorontalo mengatakan, Diabetes jangan dijadikan beban atau musuh, karena dengan diabetes kita bisa hidup layaknya orang normal, katanya. (ika)
Last edited by gitahafas on Tue Aug 24, 2010 5:32 am; edited 5 times in total

gitahafas

Subject: Re: Diabetes Melitus Mon Apr 19, 2010 2:41 pm

Moderator

Number of posts: 11749 Age: 53 Location: Jakarta Registration date: 2008-

LANSIA RAWAN DIABETES DAN STROKE Selasa, 20 Juli 2010 | 14:19 WIB JAKARTA, KOMPAS.com - Bukan hal yang aneh, kalau orang berumur atau lanjut usia (lansia) biasanya menyimpan penyakit keras. Soalnya, seiring bertambahnya usia, daya tahan tubuh mereka semakin melemah. Menurut Djoko Maryono, Dokter Spesialis Internis dan Kardiologis Rumah Sakit Pusat Pertamina (RSPP) Jakarta, penyakitpenyakit yang biasanya menghinggapi lansia adalah diabetes, stroke, dan gangguan jantung koroner.

09-30

Penyakit diabetes melitus atau kencing manis menjadi salah satu penyakit yang sering merongrong. Ada empat tipe penyakit kencing manis ini. Diabetes tipe 1 yang terjadi karena masalah genetik. Tipe 2 karena pola hidup yang tidak sehat. Ketiga, tipe DM Gestasional yang terdapat pada ibu hamil. Terakhir, tipe diabetes yang tidak diketahui penyebabnya. Jika dibiarkan, penyakit diabetes akan melebar ke penyakit lain. Contohnya, gangguan di daerah mata yang bisa mengakibatkan kebutaan atau gangguan di saraf yang bisa mengakibatkan stroke. Djoko menganjurkan penderita diabetes mengonsumsi vitamin C. "Konsumsi 500 miligram (mg) sampai 1.000 mg per hari," katanya. Vitamin C ini bisa mengikat vitamin dan mineral yang masuk ke dalam tubuh sehingga bisa diserap lebih baik oleh tubuh. Jika seseorang menderita diabetes, banyak vitamin seperti B12, magnesium, dan zinc yang tidak diserap secara sempurna oleh tubuh. Padahal, vitamin ini mendukung daya tahan tubuh. "Itu sebabnya penderita diabetes mudah terkena infeksi," kata Djoko. Pakar Gizi dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Sri Murni menyarankan penderita diabetes mengonsumsi makanan dengan kadar gula rendah. Sebaiknya pula, para lansia makan besar tiga kali sehari, dan mengemil sehat di antara jam-jam makan. Selain diabetes, gangguan pembuluh darah atau kardiovaskular juga menjadi langganan para lansia. Contoh penyakit kardiovaskular ini adalah stroke dan gangguan jantung koroner. Gangguan pada pembuluh darah ini tidak terjadi serta merta. Biasanya, si penderita memiliki pola hidup yang tidak sehat. Peminum alkohol, pemilik kadar kolesterol tinggi dan kelebihan berat badan atau obesitas rentan terhadap serangan ini. Stroke terjadi karena penyempitan pembuluh darah otak sehingga mengganggu syaraf penderitanya. Djoko menyarankan para penderita stroke mengonsumsi vitamin B yang berfungsi untuk menjaga pembuluh darah agar tetap lentur dan tidak menyempit. Vitamin B yang banyak mengandung folat bisa didapatkan pada kacang hijau, nasi merah, dan ketan hitam. Begitu pula dengan penderita jantung koroner. Penderita jantung koroner yang sudah dipasang ring untuk mempertahankan pembuluh darah tetap terbuka pun ada kemungkinan pembuluh darahnya bisa menyempit lagi. Dari hasil penelitian, jika lansia rutin mengonsumsi vitamin B, maka kemungkinan terjadi penyempitan pembuluh darah kembali lebih kecil jika dibandingkan dengan tidak mengonsumsi. "Kalau rutin mengonsumsi daya tahannya bisa lebih baik," kata Djoko. (Sanny Cicilia S

Last edited by gitahafas on Wed Jul 21, 2010 2:19 pm; edited 7 times in total

Diabetes Melitus
Page 1 of 22 Goto page : 1, 2, 3 ... 11 ... 22

Similar topics Similar topics

Jenis-jenis Diabetes Diabetes Melitus IH -- Actos, a diabetes drug being used for scarring alopecia Type of diet for diabetes recovery Diabetes, depression, dementia, heart disease, and hair loss - all linked
Permissions in this forum: You cannot reply to topics in this forum

Iluni-FK'83 :: KESEHATAN dan ILMU KEDOKTERAN :: KESEHATAN dan ILMU KEDOKTERAN Iluni-FK'83 :: KESEHATAN dan ILMU KEDOKTERAN :: KESEHATAN dan ILMU KEDOKTERAN
Create a forum | phpBB | Free forum support

Anda mungkin juga menyukai