Anda di halaman 1dari 5

Helicoverpa armigera si Penggerek Buah Kapas dan Alternatif Pengendaliannya

Oleh : Asri Wuryanti SP

Kapas merupakan salah satu komoditas perkebunan yang penting. Salah satu kegunaan tanaman ini adalah sebagai bahan baku kain katun yang nyaman dipakai sebagai pakaian. Kebutuhan bahan baku serat alam (kapas) meningkat dari 356 ribu ton pada tahun 1991 menjadi sekitar 500 ribu ton pada tahun 2009 atau meningkat sekitar 3 % per tahun. Kebutuhan serat kapas tersebut setara dengan 1,5 juta ton kapas berbiji atau sekitar 1,2 juta ha pertanaman kapas pada tingkat produksi 1.250 kg/ha (Ditjenbun, 2009). Akan tetapi kebutuhan sebesar itu belum mampu dipenuhi dari produksi petani kita. Masih banyak kendala yang harus dihadapi oleh petani kita diantaranya berupa hama dan penyakit. Salah satu hama yang menyerang tanaman kapas adalah penggerek buah kapas (Helicoverpa armigera).

Ulat penggerek buah kapas, Helicoverpa armigera Hubner merupakan salah satu hama utama tanaman kapas yang hingga saat ini masih menjadi faktor pembatas produktivitas. Stadia paling efektif merusak adalah stadia ulat. Hama ini biasanya menyerang tanaman kapas mulai umur 35 hari yaitu saat dimulainya pembentukan kuncup bunga, bunga, dan buah muda sampai menjelang panen (100 - 120 hari). Satu ekor ulat H. armigera selama stadia ulat mampu merusak 2 - 12 kuncup bunga dan buah kapas. Hama ini termasuk serangga polifag yang bisa menyerang beberapa komoditas. Selain kapas komoditas lain yang juga disukai oleh H.armigera adalah jagung, tomat, tembakau dan kedelai. Berikut taksonomi dari H.armigera : Klas: Insecta Ordo: Lepidoptera Famili: Noctuidae Genus: Helicoverpa Spesies: H. armigera

Gb 1. H. armigera pada kapas (www.inra.fr)

Biologi Helicoverpa armigera

Stadia Telur. Telur H. armigera bentuknya hampir bulat dengan bentuk datar, pada bagian bawahnya berwarna bening dan berubah menjadi kuning-keputihan lalu menjadi coklat gelap sebelum menetas. Ukuran telur bervariasi antara 0.4-0.55 mm. Telur diletakkan pada malam hari tepatnya akhir malam dan umumnya sesudah pukul 21.00 tengah malam. Pada beberapa tanaman, telur diletakkan satu per satu pada bagian bawah daun sepanjang tulang daun dan terkadang pula ditemukan pada bunga. Lama stadia telur bergantung pada kondisi suhu, pada suhu 18 - 28 0C telur H. armigera dapat menetas dalam kurun waktu 10-18 hari setelah peletakan telur, akan tetapi bila suhu rata-rata mencapai 27 0C, penetasan dapat berlangsung lebih cepat yakni antara 3-4 hari setelah peletakan telur (Setiawati, 1991; Elena, 1988 dalam M. Sudjak, Saenong ). Serangga ini meletakkan telur terlebih dahulu melakukan orientasi yang mencakup pencarian inang, penemuan inang, hinggap, mengevaluasi permukaan tempat bertelur dan penerimaan inang.

Stadia Larva Pada H.armigera umumnya terdapat 6 instar larva. Larva yang baru menetas berwarna kekuning-kuningan dengan garis memanjang berwarna kuning orange. Kepala, torak, anal dan kaki berwarna coklat. Larva yang tumbuh sempurna berukuran panjang 35 -

44 mm dengan warna tubuh secara menyeluruh nampak hijau pucat. Perkembangan stadia larva tergantung pada pertumbuhan tanaman inang. Pada tanaman kapas dan tomat perkembangannya lebih cepat dibanding tanaman lain. Pada tanaman kapas dan jagung, larva dapat mencapai 6 instar dengan stadia perkembangan 25,1 hari, sedang pada kacang buncis segar tercatat hanya 5 instar (Elna, 1988; Setiawati, 1991; Sing dan Rembold, 1988 dalam M. Sudjak, Saenong). Temperatur sangat berpengaruh terhadap lama perkembangan dari larva.

Stadia Pupa Panjang pupa antara 14-18 mm, pupa berwarna kekuning-kuningan, kemudian akan berubah menjadi kuning kecoklatan dan berwarna coklat menjelang pupa berubah menjadi serangga dewasa. Pupa yang jantan secara morfologis berbeda dari yang betina, yakni ditandai dengan adanya celah segitiga pada ruas abdomen terakhir (untuk pupa betina) dan adanya celah membulat pada yang jantan. Stadia larva bervariasi antara 15 - 21 hari (Setiawati, 1995 dalam M. Sudjak, Saenong).

Stadia Imago Serangga yang dewasa mempunyai kebiasaan meletakkan telur pada malam hari Kemampuan serangga dewasa dalam meletakkan telur tergantung pada jenis makanan yang dikonsumsinya.

Pengendalian Helicoverpa armigera Pengendalian hama pada tanaman kapas lebih diarahkan pada pengendalian hama terpadu (PHT). Pengembangan pengendalian hama terpadu (PHT) pada kapas ditekankan pada sistem pengendalian non kimiawi, yaitu pengembangan teknik pengendalian dengan memanfaatkan kekuatan alami. Prinsip ini sejalan dengan konsep PHT yang dasar penerapannya adalah optimalisasi pemanfaatan musuh alami.

Pengendalian Kultur Teknis atau Budidaya Pengendalian dengan cara kultur teknis atau budidaya dapat dilakukan dengan cara pola tanam tumpangsari. Tanaman tumpangsari yang digunakan biasanya jagung, dan kedelai. Adanya tanaman tumpangsari ini menguntungkan bagi populasi serangga

musuh alami karena menyediakan pakan sementara berupa nektar dan polen serta menyediakan tempat bernaung sementara bagi parasitoid dan predator. Selain itu pemberian mulsa juga dapat dilakukan karena dapat meningkatkan populasi predator.

Pengendalian Hayati atau Biologis Pengendalian biologis yang bisa diterapkan untuk mengendalikan populasi H. armigera dengan menggunakan musuh alaminya. Musuh alami H.armigera terdiri dari patogen, parasitoid dan predator. a. Konservasi musuh alami Konservasi musuh alami merupakan cara yang paling murah dan mudah dilakukan oleh petani baik sendiri atau berkelompok. Konservasi musuh alami merupakan usaha kita untuk membuat lingkungan kebun disenangi dan cocok untuk kehidupan musuh alami terutama kelompok predator dan parasitoid. b. Pelepasan musuh alami Pelepasan musuh alami dilakukan dengan mencari atau mengumpulkan musuh alami dari tempat lain, kemudian langsung dilepas di kebun yang dituju. Virus HaNPV, nematoda Steinernema sp., jamur N. rileyi dan B. bassiana adalah patogen serangga yang berpotensi dikembangkan dalam pengendalian H. armigera secara biologi

Pengendalian Kimiawi Aplikasi insektisida kimia hanya dilakukan jika persentase serangan H. armigera dengan kategori serangan berat sudah mencapai 40 %. Jenis insektisida yang dianjurkan adalah golongan karbamat yaitu Tiodikarb (Larvin 375 AS), Endosulfan (Thiodan 35 EC atau Akodan 350 EC), golongan Piretroid Sintetik antara lain Sipermetrin (Arrivo 30 EC), Betasiflutrin (Buldok 25 EC) dan Lamda sihalotrin ( Matador 25 EC). Penggunaan insektisida kimia memang efektif akan tetapi beresiko resistensi pada serangga hama dan serangga parasitoid serta predator ikut terbunuh. Oleh karena itu lebih dianjurkan untuk mengganti insektisida kimia dengan insektisida nabati seperti Serbuk Biji Mimba yang telah terbukti juga efektif untuk mengendalikan serangga hama seperti H. armigera ini.

Adanya pengetahuan tentang biologi H. armigera serta cara-cara pengendaliannya diharapkan dapat diterapkan dengan baik sehingga dapat memberikan dukungan untuk usaha dalam peningkatan produksi kapas di Indonesia. Dengan meningkatnya produksi kapas dalam negeri, kebutuhan kapas di dalam negeri akan dapat terpenuhi dan secara otomatis juga dapat meningkatkan kesejahteraan petani kapas. Semoga.

Daftar Pustaka

1. Anonim, 2009. Akselerasi pengembangan kapas tahun 2009. Ditjenbun

2. M. Sudjak, Saenong. RESENSI HASIL HASIL TEKNOLOGI PENGELOLAAN SERANGGA Helicoperva armigera (LEPIDOPTERA:NOCTUIDE) http://www.dokumen.org/doc/5453/ Diakses 21 November 2011

3. I G.A.A. Indrayani, D. Winarno, dan S. Deciyanto. POTENSI PATOGEN SERANGGA DALAM PENGENDALIAN HAMA PENGGEREK BUAH KAPAS Helicoverpa armigera HUBNER http://balittas.litbang.deptan.go.id/ind/images/kapasrami/potensi%20patogen.pdf Diakses 30 November 2011

Anda mungkin juga menyukai