CRS V Final
CRS V Final
BAB I LATAR BELAKANG Oleh: Zoraya Ariefia Feranthy N (1301-1207-3033) Wina Ratna Juwita (1301-1206-0060)
1.1 Pendahuluan Puskesmas adalah unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah dan merupakan unit pelaksana tingkat pertama yang menjadi ujung tombak pembangunan kesehatan Indonesia. Puskesmas memiliki visi tercapainya Kecamatan Sehat menuju terwujudnya Indonesia Sehat 2010. Untuk mencapai visi tersebut, misi yang harus dijalankan Puskesmas adalah menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan, mendorong kemandirian hidup sehat bagi setiap keluarga dan masyarakatnya, memelihara dan meningkatkan mutu pemerataan dan keterjangkauan pelayanan kesehatan yang diselenggarakannya, serta memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan, masyarakat beserta lingkungannya.5 Dalam mencapai visi dan misi tersebut Puskesmas harus meningkatkan kinerjanya untuk dapat menanggulangi masalah-masalah yang terdapat di wilayah kerjanya. Untuk itu, langkah awal yang harus diambil adalah melakukan analisis situasi puskesmas berdasarkan faktor determinan derajat kesehatan penduduk menurut Henrick L. Blum, yaitu : (1) keturunan, (2) lingkungan kesehatan, (3) perilaku kesehatan, (4) pelayanan kesehatan.4 Setelah melakukan analisis situasi, maka dilakukanlah identifikasi masalah
di lingkungan Puskesmas dan setelah itu ditentukan prioritas masalah. Ditinjau dari sudut pelaksanaan program kesehatan, penentuan prioritas masalah kesehatan dipandang sangat penting, hal ini dikarenakan terbatasnya sumber daya yang tersedia sehingga tidak mungkin untuk menyelesaikan semua masalah.5 1.2 Gambaran Umum Batas wilayah kerja Puskesmas Moch. Ramdan antara lain : Utara Selatan Barat Timur : Jl. Inggit Garnasih dan kelurahan Pungkur : Kelurahan Wates : Jl. Moh. Toha : Kelurahan Ancol dan pasirluyu
Tabel 1.1 Kondisi Geografis Puskesmas Moch. Ramdhan Tahun 2008 Jumlah Jumlah Luas RW RT Wilayah (Ha) 1 Cigereleng 12 64 56 2 Ciseureuh 8 49 70 3 Ciateul 9 50 45 Jumlah 29 163 171 Sumber : Laporan Tahunan Puskesmas Moch.Ramdhan Tahun 2008 No. Kelurahan A. Kondisi daerah Daerah Ramdhan kerja wilayah Moch. merupakan
Puskesmas
daerah pemukiman yang cukup padat yaitu daerah Kelurahan dan 08 Ciseureuh sedangkan terutama RW 01, 05, 06, Kelurahan Cigereleng dan
Kel. Ciateul sudah cukup teratur dan tertata dengan baik. Suhu Udara 22C-32C Kelembaban Kebisingan Iklim Ketinggian : : : : 40-50% 40-60 dB Tropis 700 m Dataran Wilayah Kerja Puskesmas Moch. Ramdhan adalah 126 Ha diantaranya terdiri dari Tanah darat 164,5 Ha, Sawah 4,25 Ha, Kolam 1,25 Ha, dan makam 1 Ha, dimana tidak terdapat perbukitan pegunungan. Kualitas Fisik pada Lingkungan umumnya dan :
kualitas air cukup baik, perumahan yang cukup padat dengan kuantitas yang sudah baik, sebagian sudah memenuhi syarat kesehatan, saluran baik limbah sebagian, sudah kondisi belum saluran tinja tertata
pembuangan sebagian
baik, pencemaran udara belum pernah diteliti. 1.3 1.3.1 A. Analisis Situasi Puskesmas Analisis Faktor Lingkungan Geografis Puskesmas Moch. Rasmdhan mempunyai wilayah binaan seluas 171 Ha yang terdiri dari 3 kelurahan yaitu Kelurahan Cigereleng, kelurahan Ciseureuh, kelurahan Ciateul. Kelurahan Cigereleng terdiri dari 12 RW dan 64 RT, kelurahan Ciseureuh terdiri dari 8 RW dan 49 RT, kelurahan Ciateul terdiri dari 9 RW dan 50 RT. Posisi Puskesmas Moch. Ramdhan sangat strategis. Puskesmas dapat diakses oleh penduduk dengan semua cara, baik dengan menggunakan kendaraan roda dua, kendaraan beroda empat atau dengan berjalan kaki. Jarak terjauh ke Puskesmas yang harus ditempuh penduduk adalah 1,1 km. Hal ini seharusnya memberi kemudahan masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan dari Puskesmas. Di lain pihak, posisi strategis ini yang juga merupakan kawasan niaga bisa berdampak pada kemacetan lalu lintas dan polusi udara yang tinggi. Selain itu, wilayah kerja Puskesmas Moch. Ramdhan merupakan kawasan Pemukiman yang padat penduduk, terutama kelurahan Ciseureuh RW 01, 05, 06, dan 08 sedangkan Kelurahan Cigereleng dan Kel. Ciateul sudah cukup teratur dan tertata dengan baik.1 B. Sumber Air Bersih Jenis SAB di wilayah kerja Puskesmas Moch.Ramdhan antara lain: Ledeng : 3974 buah
Sumur Pompa Tangan: 947 buah Sumur Gali Langsung : 912 buah Lain-lain : 11 buah
Berdasarkan pengolahan data lapangan, persentase keluarga yang memiliki akses terhadap air bersih di wilayah kerja puskesmas Moch. Ramdhan tidak terdapat data terbaru mengenai sumber air bersih yang memenuhi syarat, Laporan Kegiatan Tahunan Puskesmas Moch.Ramdhan pada tahun 2007 menunjukkan sebanyak 74,22% dari penduduk mampu mendapat akses terhadap sumber air bersih. Angka ini masih belum mencapai target Kota Bandung Sehat 2010 yang sebesar 85%.6
C.
berdasarkan data Mapping Kesehatan Lingkungan Puskesmas Moch.Ramdhan Tahun 2008, didapatkan jumlah jamban keluarga (Jaga) 5253 buah, jumlah KK yang ada sebanyak 7889 jiwa, jumlah jamban keluarga yang diperiksa 2500 buah dan jumlah yang memenuhi syarat 1699 buah. Dari data di atas, maka persentase jamban keluarga yang memenuhi syarat di wilayah kerja Puskesmas Moch.Ramdhan pada tahun 2007 sebesar 67,9%. hal ini belum memenuhi target yang telah ditetapkan tahun sebelumnya yaitu 90%.
D.
Sarana Pembuangan Air Limbah Keadaan Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL) berdasarkan data hasil
pemeriksaan Sarana Pembuangan Air Limbah di Wilayah Kerja Puskesmas Moch.Ramdhan tahun 2007 didapatkan jumlah rumah dengan Sarana
Pembuangan Air Limbah (SPAL) 5253 buah, jumlah SPAL yang diperiksa 2500 buah, jumlah SPAL yang memenuhi syarat 1444 buah. Dengan melihat data diatas maka persentase SPAL yang memenuhi syarat adalah 57,7%, target yang harus dicapai belum ada berdasarkan indikator tertentu. Jadi, belum bisa ditentukan sudah mencapai target atau belum.
E.
Rumah Sehat Berdasarkan data laporan kegiatan Puskesmas Moch,Ramdhan pada tahun
2007, keadaan perumahan di Wilayah Kerja Puskesmas Moch.Ramdhan Tahun 2007 didapatkan, jumlah rumah adalah 6008 buah, jumlah rumah permanen 4657 buah, rumah semi permanen 959 buah dan rumah tidak permanen 392 buah. Jumlah rumah yang diperiksa 2500 buah, jumlah yang memenuhi syarat 1940 rumah. Dari data tersebut didapatkan persentase rumah sehat di wilayah kerja Puskesmas Moch.Ramdhan sebesar 77,6%. Dengan melihat data diatas maka persentase rumah sehat yang memenuhi syarat adalah 77,6%, dan target yang harus dicapai berdasarkan Indonesia Sehat 2010 adalah 80%,12 Hal ini bisa berdampak tingginya penyebaran penyakit menular. F. Tempat-tempat umum dan Tempat Pengolahan Makanan dan Minuman Dari Laporan Kegiatan Tahunan Puskesmas Moch. Ramdhan Tahun 2007,
persentase
tempat-tempat
umum
(TTU)
di
wilayah
kerja
Puskesmas
Moch.Ramdhan tahun 2007 yang memenuhi syarat adalah 100%, yaitu dari 2 hotel yang diperiksa seluruhnya sehat dan dari 1 pasar yang diperiksa juga tergolong sehat. Dan berdasarkan data juga dapat dilihat persentase tempat pengolahan makanan dan minuman (TPM) yang memenuhi syarat di wilayah kerja Puskesmas Moch.Ramdhan tahun 2007 sebesar 56,25%. Target yang harus dicapai berdasarkan indikator Indonesia Sehat 2010 yaitu 80%. Dengan demikian TTU di wilayah kerja Puskesmas Moch.Ramdhan sudah memenuhi target,
sedangkan TPM belum memenuhi target, hal ini bisa menjadi faktor resiko penyakit, seperti keracunan makanan, hepatitis, typoid, ataupun diare.
G.
Tempat Perkembangbiakan Vektor Terdapat beberapa tempat di wilayah Puskesmas Moch. Ramdhan yang
dapat menjadi tempat perkembangbiakan vektor penyakit. Terdapat pasar di Kelurahan Ciseureuh dan TPS di Kelurahan Ciateul yang dapat menjadi tempat perkembangbiakan lalat yang merupakan vektor penyakit diare. Masih terdapat sawah di Kelurahan Ciseureuh dan sedikit di Kelurahan Cigereleng, dapat menjadi habitat nyamuk terutama nyamuk Aedes Aegypti yang merupakan vektor penyakit DBD dan Chikungunya. Masih ada beberapa penduduk yang memelihara unggas seperti ayam, merpati, serta burung berkicau di wilayah Puskesmas Moch. Ramdhan yang berpotensi menjadi host virus H5N1 yang menyebabkan penyakit flu burung.
1.3.2 A.
Analisis Faktor Sosial Ekonomi Jumlah dan Komposisi Penduduk Jumlah Penduduk di wilayah kerja Puskesmas Moch. Ramdhan pada
September tahun 2008 berjumlah 33367 orang dengan jumlah penduduk laki-laki sebanyak 15990 orang dan penduduk perempuan sebanyak 17377 orang. Jumlah penduduk keseluruhan ini masih mencukupi rasio puskesmas dibandingkan jumlah penduduk yaitu satu puskesmas melayani 30000 orang penduduk. Di wilayah kerja Puskesmas Moch. Ramdhan masih ada keluarga miskin dengan proporsi 17,3%. Jumlah penduduk rentan cukup banyak atau masih terbilang cukup tinggi yaitu 715 bumil, 230 Buteki, 4387 Usila, 343 bayi dan 1597 balita sehingga masih membutuhkan penanganan yang baik. B. Pekerjaan Penduduk Dari data Puskesmas Moch. Ramdhan dapat dilihat bahwa penduduk yang memiliki mata pencaharian yang jelas tercantum, yaitu pegawai negeri, ABRI, pegawai swasta, dan pedagang hanya sebesar 25,4%. Hal ini dapat menghambat program kesehatan lingkungan, karena dengan keadaan penduduk yang sebagian besar belum berpenghasilan tetap dapat berpengaruh kepada kondisi ekonomi yang berdampak terhadap penyediaan sarana kesehatan lingkungan yang kurang memadai dan tidak memenuhi syarat. Rendahnya mata pencaharian
mengakibatkan mereka sulit menerima penyuluhan terutama tentang kesehatan dan sulit merubah perilaku untuk hidup sehat.
C.
Pendidikan
Dari data dapat kita lihat bahwa di wilayah kerja Puskesmas Moch. Ramdhan tingkat pendidikan sangat beragam, meskipun sudah baik tetapi masih ada penduduk yang belum/tidak sekolah dengan angka yang cukup besar yaitu 5039 orang dan yang tidak/belum tamat SD/MI sebanyak 8316 orang. Hal ini mungkin dapat menjadi penghambat dalam upaya peningkatan kesehatan masyarakat sehingga penyuluhan harus benar-benar disesuaikan dengan tingkat pendidikan yang ada. 1.3.3 A. 1. Analisis Faktor Perilaku dan Kependudukan Faktor perilaku Kepercayaan/Konsep Kesehatan Didapatkan, penduduk kelurahan Cigereleng, Ciseureuh dan Ciateul sebagian besar memeluk agama Islam, yaitu sebanyak 30150 jiwa atau sebesar 95,96 % dari jumlah seluruh penduduk. Berbagai nilai yang terkandung dalam ajaran agama akan mempengaruhi perilaku seseorang dalam kehidupannya, termasuk tentang konsep sakit sehat. 2. Perilaku pencarian pengobatan Kebiasaan masyarakat Moch. Ramdhan untuk mengetahui masalah kesehatan (sakit) dengan cara bervariasi, sesuai dengan kemampuan dari masingmasing individu / KK. Pola pencarian pengobatan masyarakat pada wilayah kerja Puskesmas Moch. Ramdhan tidak dapat dianalisis dengan tepat karena tidak terdapat data yang lengkap tentang jumlah kunjungan rawat jalan dari praktek dokter swasta, praktek dokter spesialis dan tempat-tempat pengobatan lainnya. Hal ini dikarenakan yang bersangkutan tidak pernah melaporkan jumlah kasus
10
3.
Kelembagaan bersumber daya masyarakat (UKBM) Peran serta UKBM di wilayah kerja Puskesmas Moch. Ramdhan dapat
dilihat dengan adanya partisipasi masyarakat pada lembaga-lembaga kesehatan masyarakat. Dari 41 Posyandu yang ada, terdapat 15 Posyandu yang berstatus Purnama, sedangkan 26 lainnya adalah Posyandu Madya. Hal ini menunjukan sudah tingginya kesadaran masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Moch. Ramdhan dalam turut berperan serta meningkatkan derajat kesehatannya.
4.
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Secara keseluruhan dari tiga kelurahan, kelurahan Cigareleng
menunjukkan status derajat kesehatan yang tertinggi dan kelurahan Ciseureuh menunjukkan status yang terendah. Pemberian ASI masih kurang (49,6%) di wilayah kerja Puskesmas Moch. Ramdhan. Daripada penilaian yang dilakukan juga, masih ramai anggota rumah tangga yang tidak mempunyai Jaminan Pemeliharan Kesehatan (53,1%). Persentase penghuni rumah yang tidak merokok rata-rata adalah 57,6%.
B.
Analisis Faktor Kependudukan Analisis kependudukan/demografi yang berkaitan dengan status kesehatan
11
1.
Pengaruh jumlah penduduk terhadap beban kerja Puskesmas Wilayah kerja Puskesmas Moch. Ramdhan memiliki jumlah penduduk
sebanyak
33367 orang. Dengan jumlah ini, sebenarnya tidak ada masalah bagi
kinerja Puskesmas, karena idealnya 1 Puskesmas membawahi 30.000 penduduk. Penduduk terbanyak Kelurahan Ciseureuh sebesar 14109. Hal ini bisa meingkatkan resiko penyakit menular.
2.
Pengaruh mata pencaharian penduduk terhadap beban kerja Puskesmas Mata pencaharian penduduk di wilayah kerja Puskesmas Moch. Ramdhan
sebagian besar adalah lain-lain, yang di dalamnya terdiri dari buruh, supir, dan pensiunan TNI/ABRI. Sementara angka pengangguran yang ada di wilayah tidak diketahui karena tidak lengkapnya data.. Hal ini bisa menjadi salah satu beban kerja Puskesmas, misalnya dapat terjadi kecelakaan di tempat kerja ataupun kurangnya partisipasi masyarakat dalam meningkatkan derajat kesehatan.Mata pencaharian yang tidak menentu mengakibatkn mereka sulit menerima penyuluhan terutama tentang kesehatan.
3.
Jumlah penduduk kelompok rentan/khusus (Bumil, bayi, balita, usila) Berdasarkan data Puskesmas Moch. Ramdhan Bulan Juli, agustus,
September Tahun 2008, jumlah penduduk kelompok rentan mencapai (7272jiwa) dan jumlah Kelompok Rentan Puskesmas Moch. Ramdhan tahun 2008 terbanyak adalah Usia Lanjut, diikuti oleh usia balita, Ibu Hamil yang terakhir adalah ibu
12
menyususi. Dari data ini terlihat resiko meningkatnya angka kesakitan cukup tinggi.
4.
Jumlah Penduduk Miskin Dari data dapat kita lihat bahwa di wilayah kerja Puskesmas Moch.
Ramdhan masih ada keluarga miskin dengan proporsi 17,3%. Jumlah masyarakat miskin yang telah memiliki kartu Askeskin pada tahun 2007 tidak diketahui. Masih terdapatnya keluarga miskin akan turut menentukan status gizi dan tingkat pendidikan di masyarakat yang pada akhirnya akan menentukan keberhasilan pembangunan kesehatan Walaupun tidak terlalu mencolok jumlahnya, namun hal ini mempengaruhi prioritas kebutuhan kesehatan masyarakat, sehingga usaha peningkatan kesehatan masyarakat harus dilakukan bersamaan dengan usaha peningkatan kesejahteraan dan ekonomi masyarakat 1.3.4 A. 1. Analisis Faktor Pelayanan Kesehatan Input Evaluasi Dana Pembiayaan Kesehatan Dari data dapat diketahui sumber penerimaan dana puskesmas Moch. Ramdhan berasal dari JPSBK/PKPS-BBM, Askes, APBD pemerintah
kabupaten/kota, APBN, dana maskin serta sumber-sumber lain seperti ASTEK dan pengembalian retribusi. Dana JPSBK/PKPS-BBM hanya digunakan untuk membiayai pengobatan pasien-pasien yang tidak mampu sedangkan dana yang digunakan untuk pembiayaan operasional puskesmas berasal dari Askes dan pengembalian retribusi. Dana yang berasal dari APBN dan APBD kabupaten/kota
13
digunakan untuk membiayai program khusus atau pengembangan. Pembiayaan Kesehatan di Puskesmas Moch. Ramdhan tahun 2007 mengalami penurunan anggaran dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
Penurunan anggaran ini mengakibatkan timbulnya kesulitan pada operasional puskesmas sehingga kegiatan dan program puskesmas tidak terlaksana secara optimal. 2. Sumber Daya Manusia Dari data didapatkan jumlah sumber daya manusia yang terdapat di puskesmas Moch. Ramdhan terdapat 17 orang dengan tingkat pendidikan yang berbeda tetapi puskesmas Moch. Ramdhan masih memiliki kekurangan jenis tenaga kesehatan yaitu 2 orang bidan, 1 orang petugas laboratorium, 1 asisten apoteker, dan 1 juru imunisasi. Kekurangan dalam jenis tenaga kesehatan dapat mempengaruhi kinerja, dimana pekerjaan yang akan dilaksanakan menjadi kurang optimal dan pengembangan dari suatu program akan sulit dilakukan. 3. Sarana dan Prasarana Fasilitas kesehatan swasta yang ada di wilayah Puskesmas Moch. Ramdhan sudah cukup banyak dan cukup bervariasi. Hal ini dapat membantu meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dan memudahkan dalam mencari pelayanan kesehatan. Kendala yang dihadapi adalah sistem pelaporan dari sarana kesehatan swasta yang masih belum optimal dimana belum seluruh sarana memberikan laporan bulanan ke puskesmas.Selain itu saat ini puskesmas Moch. Ramdhan masih melakukan renovasi dan sementara menempati gudang farmasi.
14
4.
Analisis Obat, Bahan Habis Pakai dan Alat Kesehatan Pada umumnya ketersediaan obat, bahan habis pakai serta alat kesehatan
diperoleh dari Dinas Kesehatan Kota Bandung berdasarkan usulan perencanaan puskesmas setiap tahun. Ketidaksesuaian jumlah obat dan alat habis pakai yang diterima dan dipakai masih dapat ditutupi oleh sisa stok obat dan alat habis pakai tahun sebelumnya. Walaupun demikian perlu dilakukan evaluasi permintaan obat dan alat habis pakai berdasarkan pola penggunaannya di puskesmas Moch. Ramdhan setiap tahunnya. Pemakaian obat terbanyak selama bulan Juli, Agustus, dan September 2008 adalah parasetamol yakni sejumlah 27.989 butir. Hal ini dikarenakan parasetamol sering digunakan pada pengobatan penyakit terbanyak di puskesmas Moch. Ramdhan yaitu ISPA (infeksi saluran pernapasan akut). Pemakaian obat kedua terbesar adalah Chlorfenamin dan ketiga terbesar adalah Vitamin B Complex. Bahan habis pakai yang banyak digunakan dalam upaya pengobatan yang dilakukan di puskesmas Moch. Ramdhan adalah masker, diikuti kassa pembalut 4x3cm dan 4x15cm serta sarung tangan.
B. 1.
Output Utilisasi Pelayanan Kesehatan Jumlah kunjungan pasien ke puskesmas Moch. Ramdhan pada bulan
Agustus, September, dan Oktober tahun 2008 adalah 4.906 orang terdiri dari pasien umum, jamkesmas, dan askes. Jumlah tersebut hanya 14,7% dari total masyarakat wilayah kerja puskesmas yang berjumlah 33.367 orang. Hal ini
15
menunjukkan kurangnya partisipasi masyarakat dalam mewujudkan peranan puskesmas sebagai ujung tombak pembangunan kesehatan. Puskesmas Moch. Ramdhan memiliki cakupan jumlah masyarakat yang melebihi standar ideal yang ditetapkan oleh Departemen Kesehatan dimana jumlah masyarakat di wilayah kerja puskesmas Moch. Ramdhan mencapai 33.367 orang.
2. (1)
Cakupan Program Kesehatan KIA dan KB Program kegiatan KIA hampir semua dilaksanakan meskipun terdapat
kesenjangan yang cukup jauh antar target dan pencapaian. Beberapa program KIA yang tidak dilaksanakan diantaranya penanganan neonatus resiko tinggi dan bayi dengan berat badan lahir rendah tidak dilakukan, sebab bayi yang dilahirkan dan penanganan neonatus dengan resiko tinggi umumnya dirujuk. Program Keluarga Berencana belum mampu mencapai target yang telah ditetapkan (-20,8%). Program ASI ekslusif juga belum mencapai target yang telah ditetapkan (-50,4,) program ASI ekslusif belum berjalan secara optimal. Hal tersebut menunjukkan kepedulian masyarakat terhadap KB dan ASI ekslusif belum menyeluruh.. (2) Gizi Bidang gizi juga belum mencapai target untuk program Balita yang naik berat badannya, hal ini mungkin disebabkan faktor perilaku yang berhubungan dengan tingkat sosioekonomi yang mempengaruhi pola pencarian pengobatan demikian pula dengan pemantauan gizinya.
16
(3)
P2M Pelayanan imunisasi tidak ada yang memenuhi target. Hal ini dikarenakan
kurangnya sumber daya manusia yang dimiliki oleh puskesmas. Tenaga puskesmas ada yang menangani lebih dari dua program sehingga program yang dijalankan menjadi kurang efektif. (4) Upaya Kesehatan Pengembangan Dari data, cakupan pelayanan pra-usila dan usila yang diselenggarakan oleh puskesmas Moch. Ramdhan memiliki kesenjangan sebesar (-14,4). Hal ini dikarenakan kurangnya tenaga kesehatan yang dimiliki sehingga upaya kesehatan pengembangan usila tidak dapat berjalan dengan baik.
1.3.5
Analisis Derajat Kesehatan Angka kematian, angka kesakitan, status gizi, dan umur harapan hidup
merupakan indikator derajat kesehatan masyarakat. Namun angka kematian, angka kesakitan, dan umur harapan hidup tidak tersedia. Data kematian yang dilaporkan Puskemas belum menggambarkan keadaan yang sebenarnya karena kesadaran masyarakat maupun kader masih kurang untuk melaporkan dan mencatat data kematian.
1) Jumlah Kematian (Mortalitas) Tabel 1.2 Angka Kematian di Wilayah Kerja Puskesmas Moch. Ramdhan Angka Kematian 1 Jumlah Kematian Kasar 2005 62 Tahun 2006 63
2007 97
17
2 Jumlah Kematian Bayi 1 3 Jumlah Kematian Balita 0 4 Jumlah Kematian Ibu 1 Jumlah 64 Sumber : Data Puskesmas Moch. Ramdhan
0 0 1 64
2 0 1 100
Jumlah kematian bayi pada tahun 2007 bertambah dibandingkan dengan tahun 2005 namun dengan penyebab yang berbeda. Pada tahun 2005 terdapat satu kasus kematian bayi penyebabnya. infeksi sedangkan tahun 2007 terdapat dua kematian bayi dengan penyebab penyakit jantung kongenital. Tidak ada kasus kematian balita dalam tiga tahun terakhir ini (2005-2007). Tidak terdapat kenaikan jumlah kematian ibu pada tahun 2007 dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Pada tahun 2006 dan 2007 terdapat satu kematian ibu akibat eklamsi. Sedangkan pada tahun 2005 terdapat satu kematian ibu penyebabnya adalah perdarahan. Jumlah kematian cenderung meningkat dari tahun ke tahun dengan penyebab kematian yaitu usia lanjut. Jumlah yang meningkat ini diakibatkan bertambahnya luas wilayah kerja puskesmas Moch. Ramdhan pada tahun 2007 dari 2 kelurahan menjadi 3 kelurahan. Pola penyebab kematian dari tahun ke tahun tidak begitu bervariasi. Hal ini mungkin diakibatkan pencatatan dan pelaporan yang kurang baik. Serta banyak kematian yang tidak disertai surat keterangan kematian dari rumah sakit atau petugas kesehatan. Penyebab terbanyak yang terdata adalah diakibatkan lanjut usia. Angka Kematian yang tercatat di kelurahan Cigereleng selama tiga bulan terakhir yaitu pada bulan Juli, Agustus, dan September 2008 adalah sebanyak 8 jiwa.
18
2) Jumlah Kesakitan (Morbiditas) Angka kesakitan (morbiditas) juga menentukan derajat kesehatan di suatu daerah. Berdasarkan hasil pencatatan pasien rawat jalan puskesmas pasundan dapat diurut 10 penyakit terbanyak yang ada di Puskesmas Moch. Ramdhan Bulan Juli-September 2008. Tabel 1.3 10 Penyakit terbanyak di Puskesmas Moch.Ramdhan bulan Juli, Agustus, September tahun 2008
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 Penyakit ISPA Akut Tidak Spesifik Nasofaringitis Akut (Common Cold) Gejala dan tanda umum yang lainnya Myalgia Hipertensi Primer Esensial Diare dan Gastroenteritis Gastroduodenitis tidak spesifik Asma Gangguan Lain pada kulit yang tidak terklasifikasikan Tonsilitis Akut Lain-lain Jumlah Jumlah 2482 1167 660 518 341 326 216 214 146 115 1795 7980 % 31,1 14,6 8,3 6,5 4,3 4,1 2,7 2,7 1,8 1,4 22,5 100
Sumber : Data Bulanan LB1 Dari data diatas didapatkan penyakit infeksi saluran napas menempati urutan pertama. Hal ini dapat disebabkan karena berbagai faktor, antara lain faktor lingkungan dan faktor perilaku .Dari faktor lingkungan misalnya lingkungan pemukiman yang padat, lingkungan rumah yang tidak sehat, ventilasi pencahayaan yang kurang dan kelembaban udara yang sangat rendah. Sedangkan dari faktor perilaku misalnya kebiasaan bersin dan batuk tidak menutup mulut.
3) Status Gizi
19
Tabel 1.4 Status Gizi Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Moch. Ramdhan bulan Juli September 2008 No Bulan Jumlah Jumlah Gizi Jumlah Gizi Jumlah Gizi Bayi dan Baik Kurang Buruk Balita Ditimbang 1 Juli 1513 1504 6 3 2 Agustus 1940 1918 14 8 3 September 1401 1385 10 6 Jumlah 4854 4807 30 17 Sumber : Data Bulanan LB 3 Berdasarkan tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa masih terdapat penduduk dengan status gizi kurang dan gizi buruk sehingga dibutuhkan upaya penanggulangan dan pencegahan sehingga kasus yang ada dapat diatasi dan kasus baru dapat dicegah.
4) Umur Harapan Hidup Umur Harapan Hidup adalah jumlah kelahiran sampai pada kelompok umur tertentu dalam tahun tertentu dibagi jumlah penduduk dari kelompok umur tersebut pada pertengahan tahun.Di Puskesmas Moch.. Ramdhan tidak didapat data mengenai Umur Harapan Hidup (UHH), sehingga salah satu indikator mengenai derajat kesehatan ini tidak dapat diukur.
1.4 1.4.1
Analisis Sistem Informasi Manajemen Puskesmas Di Dalam Gedung Puskesmas Moch. Ramdhan Puskesmas Moch. Ramdhan memiliki Kartu Inventaris Ruangan (KIR) yang
menggambarkan nama barang/jenis barang, merek/model, nomor seri pabrik, ukuran, bahan, tahun pembelian, nomor kode barang, jumlah barang, keadaan
20
barang (baik, kurang baik, rusak berat) yang digantung pada setiap ruangan. Dari kartu inventaris ruangan tidak dilakukan pencatatan ke Buku Inventaris (BI) dikarenakan Puskesmas Moch. Ramdhan masih menggunakan Ruangan sementara. Sistem pencatatan juga mencatat semua barang baru yang masuk ke Puskesmas berdasarkan Surat Bukti Barang Masuk (SBBM). Surat bukti barang masuk ini merupakan formulir yang digunakan untuk mencatat semua penerimaaan barang-barang inventaris, baik itu berupa peralatan medis maupun non medis. Data dari SBBM ini akan dicatat ke dalam Buku Penerimaan Barang, kemudian direkapitulasi ke dalam Buku Inventaris, Kartu Inventaris Barang dan Kartu Inventaris Ruangan sesuai dengan penempatan barang tersebut. Namun pencatatan tersebut juga tidak dilakukan, karena Puskesmas Moch. Ramdhan Masih menggunakan gudang farmasi, dan keadaan puskesmas masih dalam konstruksi.
1.4.2
Di Luar Gedung Puskesmas Moch. Ramdhan Sistem pencatatan dan pelaporan pada upaya Promosi Kesehatan di
Puskesmas Moch. Ramdhan belum dilaksanakan dengan teratur dalam setiap langkah dan alur pelayanan kesehatan, sehingga penyajian data yang lengkap, akurat, cepat tidak terjamin. Penyampaian Informasi pada upaya KIA-KB, belum mencapai target
salah satunya disebabkan oleh kurangnya kerja sama dari sarana kesehatan swasta untuk melaporkan data ibu hamil, ibu bersalin, maupun anak yang mendapatkan
21
pelayanan kesehatan di sarana kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Moch. Ramdhan. Cakupan Kunjungan Ibu Hamil (K4) baru mencapai 41,1% dan kesenjangan sebesar (-53,9%), hal ini kemungkinan disebabkan oleh karena pada umumnya penduduk wilayah kerja Puskesmas Moch. Ramdhan adalah penduduk musiman, pada waktu kehamilan sudah memasuki bulan ke tujuh, mereka pulang ke kampungnya dan melahirka disana. Kemungkinan yang lain adalah mereka pindah memeriksakan diri ke pelayanan kesehatan di tempat lain. Khusus untuk program ASI eksklusif, cakupan yang tidak memenuhi target berkaitan dengan pengetahuan masyarakat mengenai fakta-fakta tentang menyusui, juga berkaitan dengan faktor ekonomi dari masyarakat itu sendiri. Sistem informasi pada Upaya Gizi telah dijalankan dengan Cukup baik.. Upaya Ibu hamil yang tercatat mendapatkan Fe belum mencapai target yang sudah ditentukan dan balita yang mendapat kap. Vitamin A sudah mencapai target yang sudah ditentukan. Sementara itu, target kenaikan berat badan balita tidak tercapai berkaitan dengan masalah gizi, sosial, dan ekonomi, sehingga diperlukan kerja sama lintas sektor untuk menanggulangi masalah ini. Pada Upaya Pemberantasan Penyakit Menular sistem pencatatan dan pelaporan kurang baik. Karena, cakupan pada beberapa program upaya Pemberantasan Penyakit Menular ini belum mencapai target yang telah ditentukan karena kurangnya kepatuhan pasien. Jenis pelayanan imunisasi juga tidak ada satupun yang memenuhi target, disebabkan kurangnya SDM (Sumber Daya Manusia), karena ada tenaga Puskesmas yang menangani lebih dari dua program. Imunisasi BCG yang paling tinggi kesenjangan dari target karena penggunaan
22
vaksin harus dua bayi sekalian, jadi menimbulkan kesulitan untuk dikerjakan di lapangan. Sistem informasi pada upaya pengobatan sudah sesuai dengan SP2TP (SP3), tetapi karena tidak adanya target yang ditetapkan sehingga indikator kesenjangan pun tidak dapat dihitung. Dari data yang ada, sistem informasi pelayanan untuk usila kurang baik karena selain pencatatan dan pelaporannya belum cukup baik, cakupan Upaya Usila belum mencapai target yang ditentukan. 1.5 Identifikasi Masalah Masalah adalah kesenjangan antara apa yang ditemukan (what is) dengan apa yang semestinya (what should be) atau hambatan yang timbul di antara keadaan sekarang dan tujuan yang diinginkan di masa depan. Kesenjangan dapat diamati antara situasi atau kondisi yang terjadi dengan apa yang diharapkan. Kesenjangan juga dapat dilihat dengan membandingkan hasil yang mampu dicapai dengan tujuan atau target yang ingin dicapai.1 Dengan diberlakukannya Undang-undang No.32 Tahun 2004 dan PP.25 Tahun 2000, daerah mempunyai kewenangan yang besar untuk menentukan masalah kesehatan yang harus diprioritaskan dan intervensi yang perlu dilakukan, menentukan berapa besar anggaran yang diperlukan serta memiliki kewenangan untuk melakukan integrasi perencanaan dan anggaran.2 Di Puskesmas Moch. Ramdhan sendiri masalah yang dapat disimpulkan adalah masalah kesehatan dan masalah pelayanan. Identifikasi masalah kesehatan dapat dinilai dari derajat kesehatan, dapat
23
pula mengacu pada jumlah absolut kesakitan (morbiditas), jumlah absolut kematian (mortalitas) dari masalah kesehatan yang menjadi komitmen global, komitmen nasional dan masalah kesehatan spesifik daerah serta status gizi masyarakat. Selain itu masalah kesehatan juga bisa berdasar pada analisis faktor determinan yaitu lingkungan kesehatan, perilaku kesehatan, pelayanan kesehatan, kependudukan dan KB2.
1.6 1.6.1
Identifikasi Masalah Yang Ada Di Puskesmas Moch. Ramdhan Masalah Kesehatan Identifikasi masalah kesehatan dapat mengacu pada jumlah absolut
kesakitan (morbiditas), jumlah absolut kematian (mortalitas) dari masalah kesehatan yang menjadi komitmen global, komitmen nasional dan masalah kesehatan spesifik daerah serta status gizi masyarakat. Selain itu masalah kesehatan juga bisa berdasar pada analisis faktor determinan yaitu lingkungan kesehatan, perilaku kesehatan, pelayanan kesehatan, kependudukan dan KB.2 Identifikasi masalah yang ada di wilayah kerja Puskesmas Moch. Ramdhan dilihat dari penyakit terbanyak selama triwulan I tahun 2008 Berikut ini adalah masalah-masalah yang terdapat di Puskesmas Moch. Ramdhan tahun 2008: 1.6.1.1 TBC Dalam tiga bulan terakhir, yaitu bulan Juli September 2008, terdapat delapan puluh sembilan pasien suspek TB paru. satu dari delapn puluh Masalah Kesehatan Global
24
1.6.1.2
Dalam tiga bulan terakhir, yaitu bulan Juli-September 2008, terdapat dua ratus empat puluh dua kasus diare, paling terbanyak di kelurahan cigereleng. Pneumonia
Dalam tiga Bulan terakhir ini, yaitu Bulan Juli- September, terdapat enam puluh tiga kasus. 1.6.1.3 Masalah Kesehatan Spesifik Daerah Penyakit menular yaitu : 1. ISPA. Dalam tiga bulan, Juli-September 2008 terjadi 2482 kasus dan menjadi peringkat pertama dalam 10 penyakit terbanyak. 2. Common cold. Dalam tiga bulan, Juli- September 2008 terjadi 1167 kasus 3. Diare. Dalam tiga bulan, Juli- September 2008 terjadi 326 kasus.
Penyakit tidak menular, yaitu : 1. Hipertensi. Dalam tiga bulan, Juli- September 2008 terjadi 341 kasus
25
2. Gastritis. Dalam tiga bulan, Juni-Agustus 2008 terjadi 326 kasus 3. Myalgia. Dalam tiga bulan, Juni-Agustus 2008 terjadi 518 kasus
1.6.2
Masalah Pelayanan Kesehatan Upaya Kesehatan Ibu dan Anak Keluarga Berencana o Cakupan Kunjungan Ibu Hamil (K4) o Bayi yang mendapat ASI Ekslusif o Cakupan Kunjungan bayi Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat
o Cakupan Ibu Hamil yang mendapatkan tablet Fe o Balita yang naik berat badannya .Pemberantasan dan pencegahan penyakit menular
o Cakupan Kesembuhan penderita TB BTA (+) o Cakupan Balita dengan Pneumonia yang ditangani o Cakupan Imunisasi Promosi Kesehatan
26
sehat o Posyandu Purnama dan mandiri Upaya Kesehatan Pengembangan o Penyuluhan Rumah Tangga Berperilaku hidup bersih dan sehat Cakupan pelayanan kesehatan pra-usia lanjut (45-59 th) dan usia lanjut (>60th)
1.7
Prioritas Masalah Penetapan prioritas masalah (problem priority) merupakan salah satu
langkah penting untuk memecahkan masalah. Dasar penentuan prioritas masalah adalah karena banyaknya masalah yang ada, namun sumber daya, baik sumber daya manusia, pendanaan, maupun sarana terbatas. Selain itu adanya keterkaitan antar masalah dapat saling mempengaruhi masalah-masalah yang lain, maka tidak perlu semua masalah diselesaikan.1 Cara menetapkan prioritas masalah melalui teknik skoring (Kriteria Matriks), yaitu dengan memberikan nilai (skor) terhadap masalah tersebut. Parameter yang digunakan antara lain : 1. Pentingnya masalah Makin penting (importancy)masalah Ukuran pentingnya tersebut,makin masalah banyak diprioritaskan macamnya.
penyelesaiannya.
Beberapa di antaranya yang terpenting adalah: Prevalensi penyakit (prevalence) atau besarnya masalah Berat ringannya akibat yang ditimbulkan oleh masalah tersebut
27
(severity) Kenaikan atau meningkatnya prevalensi (rate of increase) Keinginan masyarakat untuk menyelesaikan masalah tersebut (degree of unmeet need) Keuntungan sosial yang diperoleh bila masalah tersebut diatasi (social benefit) Rasa prihatin masyarakat terhadap masalah (public concern) Suasana politik (political climate) 2. Teknologi (technical yang tersedia dalam mengatasi masalah
tersebut.
Kelayakan teknologi yang dimaksudkan di sini menunjuk pada penguasaan ilmu dan teknologi yang sesuai. 3. Sumber daya yang tersedia yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah (resource dipakai availability). untuk Makin
mengatasi
tersebut.
Sumber daya yang dimaksudkan di sini menunjuk pada tenaga (man), dana (money), dan sarana (material).
Dari hasil identifikasi masalah di Puskesmas Moch. Ramdhan, masalah dikategorikan menjadi masalah kesehatan dan masalah pelayanan kesehatan.
28
Dari kegiatan identifikasi masalah di Puskesmas Moch. ramdhan, kami mengambil beberapa masalah yang menjadi fokus utama permasalahan di
Puskesmas Moch. ramdhan. Masalah-masalah tersebut adalah: 1. Masalah pelayanan kesehatan yang telah diidentifikasikan dari data
cakupan program-program yang telah dianalisis didapatkan beberapa program yang memiliki kesenjangan negatif yang menunjukkan hasil yang dicapai masih belum cukup untuk mencapai target yang ditentukan.Lima cakupan pelayanan kesehatan dengan kesenjangan terbesar, yaitu: Kesembuhan TB BTA (+) (-73.3%) Kunjungan Ibu Hamil (-53.9%) Cakupan Ibu Hamil yang mendapat tablet Fe (52.3%) Bayi yang mendapat ASI Eksklusif (-50.4%) Kunjungan Bayi (-44.5%)
Untuk masalah Pelayanan Kesehatan, metode yang digunakan untuk menentukan prioritas masalah adalah dengan menggunakan metode matriks. Hasil matriks masalah kesehatan dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 1.3 Penentuan Prioritas Masalah Pelayanan Kesehatan Puskesmas Moch. ramdhan dengan MetodeMatriks No. Daftar I T R Jumlah Masalah P S Ri Du Sb Puc Poc 1. Kesembuhan 4 4 3 2 3 2 3 2 2 6912 TBC (BTA+) 2. Kunjungan 1 2 2 2 2 2 2 3 3 576 Bayi
29
3. 4. 5.
Kunjungan 4 Ibu Hamil (K4) ASI 4 Eksklusif Ibu hamil 3 yang mendapat tablet Fe
3 3 3
2 3 2
3 3 2
2 3 2
2 2 1
1 2 2
3 3 3
2 2 3
Hasil metode Matriks menunjukkan bahwa ASI Ekslusif menjadi prioritas utama, diikuti dan kesembuhan TBC pada urutan prioritas kedua.
Masalah ASI Ekslusif penting untuk disoroti sebab : 1. Kematian balita di Indonesia tertinggi di ASEAN (BAPPENAS, 2004). Masa balita menjadi lebih penting lagi oleh karena merupakan masa yang kritis dalam upaya menciptakan sumberdaya manusia yang berkualitas. Gagal tumbuh yang terjadi akibat kurang gizi pada masa-masa emas ini akan berakibat buruk pada kehidupan berikutnya yang sulit diperbaiki.5 2. 6.7 juta balita atau 27.3% dari seluruh balita di Indonesia menderita kurang gizi akibat pemberian ASI dan makanan pendamping ASI yang salah. 1.5 juta diantaranya menderita gizi
30
buruk. 3. Anak-anak yang tidak diberi ASI eksklusif lebih cepat terjangkiti penyakit kronis seperti kanker, jantung, hipertensi, dan diabetes setelah dewasa. Kemungkinan anak menderita kekurangan gizi dan obesitas juga lebih besar 4. Kesenjangan negatif cakupan Asi Ekslusif di wilayah kerja Puskesmas Moch. Ramdhan adalah -53.4%. 5. Dari survei yang dilaksanakan pada tahun 2002 oleh Nutrition & Health Surveillance System (NSS) kerjasama dengan Balitbangkes dan Helen Keller International di 4 perkotaan (Jakarta, Surabaya, Semarang, Makasar) dan 8 perdesaan (Sumbar, Lampung, Banten, Jabar, Jateng, Jatim, NTB, Sulsel), menunjukan bahwa cakupan ASI eksklusif 4-5 bulan di perkotaan antara 4%-12%, sedangkan dipedesaan 4%-25%. Pencapaian ASI eksklusif 5-6 bulan di perkotaan berkisar antara 1%-13% sedangkan di pedesaan 2%13%. 6. Pemerintah Indonesia telah mengeluarkan Kepmenkes RI
No.450/SK/MENKES/VIII/2004 tanggal 7 April tahun 2004 tentang Pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara eksklusif pada bayi di Indonesia,sebagai salah satu cara menanggulangi gizi buruk pada bayi. 7. Adanya komitmen global mengenai ASI yakni gerakan World Breastfeeding Movement yang dicanangkan untuk meningkatkan
31
gizi balita.
1.8
Identifikasi Faktor Risiko Menangani masalah rendahnya cakupan bayi yang mendapat ASI
eksklusif yang telah dipilih, setelah menetapkan prioritas masalah, tahapan selanjutnya adalah melakukan analisis faktor risiko/determinan dari masalah yang telah diprioritaskan. Sistematika identifikasi faktor resiko masalah rendahnya cakupan bayi yang mendapat ASI eksklusif disusun sesuai dengan faktor-faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan yang dikemukakan oleh Henrik L. Blum. Hasil analisis faktor resiko pada masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Moch. Ramdhan sebagai berikut :
1.8.1
Faktor Lingkungan Faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi rendahnya cakupan bayi
yang mendapat ASI eksklusif adalah gencarnya promosi susu formula, baik melalui petugas kesehatan maupun melalui mass media, bahkan dewasa ini secara langsung kepada ibu-ibu. 1.8.2 Faktor Perilaku dan Kependudukan Beberapa faktor perilaku khusus yang dapat mempengaruhi rendahnya cakupan cakupan bayi yang mendapat ASI eksklusif adalah : 1. Masyarakat terutama ibu yang kurang mengetahui
32
pentingnya ASI ekslusif, kolostrum, maupun inisiasi munyusui dini. 2. Kurangnya pengetahuan masyarakat atau ibu tentang cara-cara menyusui yang benar. 3. Adanya anggapan atau isu negatif yang berkembang di masyarakat mengenai pemberian ASI. 4. Kesibukkan ibu sehingga mengabaikan pemberian ASI dan diganti dengan susu formula. Faktor kependudukan yang dapat mempengaruhi rendahnya cakupan program imunisasi adalah tingkat pendidikan ibu yang rendah sehingga mempengaruhi pengetahuan dan kesadaran ibu mengenai ASI eksklusif.
1.8.3
Faktor Pelayanan Kesehatan Faktor pelayanan kesehatan yang berperan terhadap rendahnya cakupan
bayi yang mendapat ASI eksklusif di Puskesmas Moch. ramdhan: 1. Kurangnya kader yang aktif menyebarkan informasi tentang ASI eksklusif di Posyandu 2. Kesalahan dalam pencatatan dan pelaporan di
Puskesmas Moch. Ramdhan 3. Kurangnya partisipasi aktif unit pelayanan swasta untuk menyebarkan informasi tentang ASI eksklusif 4. Kurangnya sosialisasi tentang ASI eksklusif dari pihak Puskesmas secara langsung
33
1.8.4
Pembahasan hasil home visit Home visit dilakukan untuk melihat fakta di lapangan dengan mengacu
pada data dari Puskesmas mengenai terbanyak secara berurut, yakni di Kelurahan Ciseureuh RW 6, .Kemudian dilakukan penyebaran kuesioner ASI eksklusif ke RW-RW tersebut, sebanyak 41 orang. 1. Kependudukan
Umur Responden
Gambar 1.1 Profil responden menurut umur Dari gambar di atas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden berumur di atas 25 tahun.
Pendidikan Terakhir R esponden
11%
3%
22%
SD SM P SM A D 3
33% 31%
S1
34
Gambar 1.2 Profil responden menurut pendidikan Dari gambar di atas dapat terlihat bahwa pendidikan terakhir yang terbanyak adalah SMA, yaitu 33%.
Pekerjaan Responden
22% 3%
6%
Ibu Rumah Tangga Pegaw ai Negeri Sipil Pegaw ai Sw asta 69% Lain-lain
Gambar 1.3 Profil responden menurut pekerjaan Berdasarkan gambar di atas, dapat dilihat bahwa sebagian besar responden adalah ibu rumah tangga, yaitu 69%.
Penghasilan Responen
11% 28%
61%
Gambar 1.4 Profil responden menurut penghasilan Gambar 1.4 menunjukkan bahwa 61% responden memiliki penghasilan
35
25%
75%
Gambar 1.5 Responden yang mengetahui definisi ASI Eksklusif Gambar 1.5 menunjukkan, 75% responden tidak mengetahui definisi ASI Eksklusif.
Pemberian ASI Eksklusif oleh Responden
Gambar 1.6 Pemberian ASI Eksklusif oleh responden Berdasarkan gambar 1.6 dapat disimpulkan bahwa 69% responden tidak memberikan ASI Eksklusif kepada bayinya.
36
Ibu bekerja ASI tidak keluar Ibu sakit Kelainan anatomis Lain-lain
Gambar 1.7 Alasan ibu tidak memberikan ASI Eksklusif Dari gambar 1.7 terlihat bahwa 40% ibu tidak memberikan ASI Eksklusif kepada bayinya karena bekerja.
Gambar 1.8 Responden yang mengetahui cara menyusui yang baik dan benar Dari gambar di atas dapat disimpulkan bahwa 92% responden tidak mengetahui cara menyusui yang baik dan benar.
37
Gambar 1.9 Responden yang mengetahui tahap-tahap dalam menyusui Berdasarkan gambar 1.9 di atas, terlihat bahwa 97% responden tidak mengetahui tahap-tahap dalam menyusui.
14%
Gambar 1.10 Tempat pemeriksaan kehamilan Gambar 1.10 menunjukkan bahwa 86% responden memeriksakan kehamilannya ke bidan.
38
Gambar 1.11 Waktu pemberian ASI Dari gambar 1.11 dapat diketahui bahwa 97% responden tidak memberikan ASI dengan jadwal yang tertentu, melainkan saat bayinya mulai menangis. 3. Lingkungan
Dukungan Suami terhadap Ibu Menyus ui
Gambar 1.12 Dukungan suami terhadap ibu menyusui Gambar 1.12 menunjukkan bahwa 81% responden mendapat dukungan dari suami.
39
Gambar 1.13 Pengaruh budaya terhadap pemberian ASI Gambar di atas menunjukkan bahwa 83% responden tidak terpengauh oleh budaya dalam memberikan ASI kepada bayinya.
4. Pelayanan Kesehatan
Akses ke Sarana Pelayanan Kesehatan
Gambar 1.14 Akses ke sarana pelayanan kesehatan Berdasarkan gambar di atas dapat disimpulkan bahwa 94% responden
40
Gambar 1.15 Responden yang pernah mendapat penyuluhan ASI Eksklusif Gambar 1.15 menunjukkan bahwa 94% responden mengaku belum pernah mendapat penyuluhan tentang ASI Eksklusif.Hal ini dikarenakan kurangnya partisipasi aktif unit pelayanan swasta untuk menyebarkan ASI Ekslusif. Dari hasil analisis diatas, didapatkan penyebab rendahnya cakupan ASI eksklusif kelurahan Ciseureuh di RW 6 adalah: 1. Kurangnya pengetahuan masyarakat atau ibu tentang cara-cara menyusui yang benar 2. Pemberian ASI pada saat bayi responden 0-6 bulan banyak disertai dengan pemberian susu formula. 3. Kurangnya partisipasi aktif unit pelayanan swasta untuk menyebarkan informasi tentang ASI eksklusif
1.9
Alternatif Penanggulangan Masalah Berdasarkan analisis penyebab kurangnya cakupan pemberian ASI
41
Eksklusif di atas, disusunlah beberapa alternatif penanggulangan masalah seperti yang tercantum di bawah ini. Alternatif penanggulangan tersebut disusun berdasarkan faktor determinan derajat kesehatan menurut teori Blum. Faktor Lingkungan Melakukan upaya-upaya yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran keluarga, khususnya suami, tentang pentingnya pemberian ASI Eksklusif. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah penyuluhan kepada para suami. Faktor Perilaku Memberikan penyuluhan dan pelatihan kepada para ibu menyusui tentang pentingya pemberian ASI Eksklusif dan cara menyusui yang baik dan benar. Memasang poster di tempat-tempat umum yang berisi informasi tentang pentingya pemberian ASI Eksklusif. Faktor Kependudukan Penanggulangan masalah yang berhubungan dengan faktor kependudukan memerlukan waktu yang relatif lama. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah menggalang kerja sama dengan sektor lain dalam usaha pemberantasan kemiskinan. Hal ini dilakukan karena kemiskinan
merupakan salah satu faktor yang menyebabkan rendahnya tingkat pendidikan masyarakat. Faktor Pelayanan Kesehatan
42
Mengoptimalkan peran Posyandu dalam melakukan fungsi promosi kesehatan kepada para ibu menyusui dengan menitikberatkan pada pentingnya pemberian ASI Eksklusif. Agar dapat berjalan dengan efektif, upaya promosi tersebut hendaknya melibatkan para kader.
Meningkatkan kinerja bidang Upaya Kesehatan Ibu dan Anak Puskesmas Moch. Ramdhan, baik dari segi pencatatan dan pelaporan, maupun program-program lain yang mendukung peningkatan cakupan bayi yang mendapat ASI Eksklusif.
Merujuk pada faktor determinan yang mempengaruhi rendahnya cakupan bayi yang mendapat ASI eksklusif yang telah dijelaskan sebelumnya, maka dapat diambil beberapa alternatif, yaitu : 1. Penyuluhan tentang ASI Eksklusif 2. Peningkatan kerja sama antara Puskesmas dan unit pelayanan swasta dalam sosialisasi ASI eksklusif 3. Pendirian Pojok laktasi di Puskesmas
Berdasarkan alternatif penanggulangan masalah tersebut, salah satu solusi yang dapat dilakukan oleh Mahasiswa Program Pendidikan Profesi Dokter Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Padjadjaran adalah penyuluhan tentang pentingnya pemberian ASI Eksklusif dan cara menyusui yang baik.
43
44
DAFTAR PUSTAKA
1. Notoatmodjo, Prof. DR. Soekidjo, S.K.M.,M.Com.H. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta : Rineka Cipta, 2005. 2. Anonim. Promosi Kesehatn. http://www.promosi kesehatan.com/newspromo.phpmn.diakses tanggal 1 oktober 2008. 3. Kantor kelurahan. Data Monografi Kelurahan Antapani Tengah Tahun 2008. Bandung:2008 4. Notoatmodjo, Prof. DR. Soekidjo, S.K.M.,M.Com. H. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta : Rineka Cipta, 2007 5. HTTP://LIKALIKULUKE.MULTIPLY.COM/JOURNAL/ITEM/4-TENAGA
KESEHATAN MASYARAKAT DALAM MENGUBAH PERILAKU MASYARAKAT MENUJU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (3 OKTOBER)
6. http://dinkes.banyuwangikab.go.id/situasi-upaya-kesehatan/perilakuhidup-masyarakat.html (4 oktober)
45
BAB II RENCANA PENANGGULANGAN MASALAH Oleh: Radha Ramanathan 1301-1207-0026 Perencanaan kesehatan adalah sebuah proses untuk merumuskan masalahmasalah kesehatan yang berkembang di masyarakat, menentukan kebutuhan dan sumber daya yang tersedia, menetapkan tujuan program yang paling pokok, dan menyusun langkah-langkah praktis untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.1 Setelah proses identifikasi masalah, maka tahap yang penting selanjutnya adalah merencanakan metode yang paling efektif untuk penanggulangan masalah tersebut. Untuk itu, dikembangkan suatu program sebagai perwujudan dari rencana penanggulangan masalah.1 Masalah kesehatan masyarakat sendiri ditentukan oleh dua faktor utama, yaitu perilaku dan non perilaku (fisik, sosial, ekonomi, dll). Oleh sebab itu, penanggulangannya juga ditujukan pada kedua faktor tersebut. Contoh intervensi terhadap faktor fisik, antara lain pemberantasan penyakit menular, penyediaan sarana air bersih, penyediaan pelayanan kesehatan, dan lain-lain. Sedangkan upaya intervensi terhadap faktor perilaku adalah dengan pendekatan pendidikan dan paksaan/tekanan. Untuk intervensi terhadap faktor perilaku, penyuluhan kesehatan merupakan salah satu metode yang dapat digunakan.1 Berdasarkan hasil kuesioner yang disebarkan dapat disimpulkan bahwa pengetahuan ibu-ibu menyusui tentang ASI eksklusif dan pemberian ASI selanjutnya masih kurang. Oleh karena itu, perlu dilakukan upaya pencegahan dan
46
2.1 2.1.1
Tujuan Tujuan Umum Meningkatkan pemberian ASI ekslusif dan meneruskan pemberian ASI
sampai anak berusia 2 tahun secara baik dan benar. 2.1.2 Tujuan Khusus
1) Meningkatkan pengetahuan ibu hamil dan menyusui di RW 06 Kelurahan Ciseureuh mengenai ASI ekslusif. 2) Meningkatkan pengetahuan ibu hamil dan menyusui di RW 06 Kelurahan Ciseureuh mengenai inisiasi menyusui dini (IMD). 3) Meningkatkan pengetahuan ibu hamil dan menyusui di RW 06 Kelurahan Ciseureuh mengenai teknik menyusui.
2.2 Sasaran Penyuluhan Sasaran merupakan target, yaitu kepada siapa program kesehatan tersebut ditujukan. Ada tiga jenis sasaran yaitu1 : Sasaran primer, adalah individu atau kelompok yang akan memperoleh manfaat paling besar dari hasil perubahan perilaku. Sasaran sekunder adalah individu atau kelompok individu yang berpengaruh dan disegani oleh sasaran primer. Sasaran tersier, mencakup para pengambil keputusan,
47
peyandang dana, dan pihak lainnya yang berpengaruh.1 Sasaran Primer (Sasaran Utama)
Sasaran penyuluhan adalah ibu hamil dan ibu menyusui di RW 06 Kelurahan Cisereuh. Hal ini didasari oleh data yang menunjukkan bahwa, antara RW-RW di Kelurahan Ciseureuh, RW dengan cakupan bayi yang diberi ASI eksklusif yang terendah adalah di RW 06. Sasaran ini direncanakan berjumlah 39, yakni ibu hamil berjumlah 10 orang dan ibu menyusui sebanyak 29 orang. Sasaran Sekunder (Sasaran Antara)
Sasaran sekunder dalam penyuluhan ini adalah kader RW 06 berjumlah 11 orang. Diharapkan sasaran sekunder ini nantinya mampu mendukung pesanpesan yang disampaikan pada sasaran primer. Sasaran Tersier (Sasaran Penunjang)
Untuk menunjang keberhasilan pencapaian maksud dari kegiatan penyuluhan ini maka yang menjadi sasaran tersier adalah Ketua RW 06 dan Ibu Lurah Ciseureuh. Berdasarkan pegangan yang telah ditentukan, maka kegiatan penyuluhan kegiatan kelompok kepaniteraan bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran UNPAD/RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung akan melakukan dua kegiatan penyuluhan. Penyuluhan dari kelompok kami akan membahas tentang ASI eksklusif dengan tema ASI: Anak Sehat Indonesia.
48
2.1
besar. Yang dimaksud dengan kelompok besar apabila peserta penyuluhan lebih dari 15 orang dan metode yang baik untuk digunakan disini adalah ceramah. Metode ini baik untuk sasaran yang berpendidikan tinggi maupun rendah.2 Penyuluhan ini diberikan dalam bentuk materi yang disampaikan langsung oleh narasumber, yaitu kelompok kepaniteraan bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran UNPAD/RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung. Untuk mempermudah penyampaian informasi, materi disampaikan dengan menggunakan alat bantu audio visual berupa LCD. Materi ditampilkan dalam bentuk slide power point, film pendek mengenai inisiasi menyusui dini, boneka sebagai pengganti bayi dalam memperagakan teknik menyusui yang benar, poster, dan leaflet berisi rangkuman materi yang dibagikan kepada setiap peserta penyuluhan. Pada penyuluhan ini diadakan pula diskusi (tanya/jawab) dengan warga masyarakat peserta penyuluhan. Evaluasi dilakukan pada awal dan akhir penyuluhan berupa pre-test dan post-test dan kuis untuk mengetahui daya tangkap peserta terhadap materi penyuluhan. 2.2 Materi Materi penyuluhan yang disampaikan pada warga masyarakat peserta penyuluhan antara lain:
A.
49
Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan alamiah adalah makan terbaik yang dapat diberikan oleh seorang ibu kepada anak yang dilahirkannya.3 ASI adalah makanan terbaik dan sempurna untuk bayi, karena mengandung semua zat gizi sesuai kebutuhan untuk pertumbuhan dan pengembangan bayi.2
B.
Pengertian Kolostrum Kolostrum adalah susu awal yang muncul pada awal pemberian, berwarna
kuning-kuningan dan kental. Ini adalah karena kolostrum mengandung banyak vitamin A, protein dan zat kekebalan yang penting untuk melindungi bayi dari penyakit infeksi. Kolostrum juga mengandung Vitamin A,E dan K serta beberapa mineral seperti Natrium dan Zinc. Walaupun jumlah kolostum sedikit, , namun sudah memenuhi kebutuhan gizi bayi. Oleh karena itu, kolostrum jangan dibuang, tetapi harus diberikan kepada bayi.2
C.
Manfaat ASI Dan Kolostrum Manfaat Air Susu Ibu (ASI) bagi Bayi3 : ASI mengandung enzim khusus (lipase) yang mencerna lemak.ASI lebih cepat dan mudah dicerna dan bayi yang diberi ASI mungkin ingin makan lagi lebih cepat daripada bayi yang diberi makanan buatan ASI selalu siap untuk diberikan pada bayi dan tidak memerlukan persiapan.
50
ASI tidak pemah basi atau menjadi jelek dalam payudara, walau ibu tidak menyusui bayinya selama beberapa hari. Menyusui akan membantu menghentikan pendarahan setelah melahirkan. Menyusui berdasarkan permintaan membantu mencegah kehamilan berikutnya. Menyusui baik secara kejiwaan bagi ibu dan bayi. Hal ini membantu terjadinya ikatan diantara keduanya. Dekat secara emosional dengan ibunya pada saat dini mungkin meningkatkan penampilan pendidikan anak kelak dikemudian hari. ASI murah, tidak perlu dibeli. ASI akan melindungi bayi terhadap penyakit dan mempercepatkan anak sampai ke tahun kedua kehidupan. Manfaat Kolostrum Bagi Bayi2 : Sebagai obat yang mengandung zat kekebalan yang sangat berguna bagi bayi, karena dapat melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi dan alergi Kolostrum harus segera diberikan
51
memenuhi kebutuhan gizi bayi pada hari-hari pertama setelah kelahiran. Membantu pengeluaran kotoran bayi yang pertama yang berwarna hitam kehijauan (mekonium)
D.
Inisiasi Menyusui Dini Inisiasi menyusu dini adalah bayi menyusu sendiri pada jam-jam
pertama kelahiran. Dalam proses inisiasi menyusu dini, diharapkan adanya kontak langsung antara kulit ibu dan kulit bayi karena kulit ibu akan berfungsi sebagai thermoregulator bagi bayi. Dan jika ibu terlalu lama menunggu hingga berkeringat, dan bayi menjilat keringat ibu. biarkan saja, jangan dibersihkan, karena keringat ibu menjadi sumber bakteri komensal bagi bayi.4 Adapun manfaat inisiasi menyusu dini, diantaranya adalah:4 Meningkatkan ikatan kasih sayang antara ibu dan bayi Bayi menjadi lebih senang dengan ASI Bayi mendapat kolostrum lebih cepat Memperlancar pengaliran ASI dari payudara ibu Mempercepat kala uri ibu Tahap-tahap inisiasi menyusu dini:4
52
Setelah bayi lahir, segera dikeringkan dengan kain kering kecuali kedua tangan Bayi diletakkan diantara perut dan dada ibu, dan diusahakan adanya kontak langsung antara kulit ibu dan kulit bayi Kemudian dalam waktu 20-50 menit bayi akan mencari puting ibu dengan sendirinya Biarkan bayi menyusu hingga kenyang.
E.
ASI Ekslusif ASI Ekslusif adalah pemberian hanya ASI tanpa memberikan makanan
dan minuman lain kepada bayi sejak lahir sampai bayi beusia 6 bulan, kecuali obat dan vitamin. Pada usia 0-6 bulan, bayi cukup diberi ASI saja (pemberian ASI Eksklusif), karena produksi ASI pada periode tersebut sudah mencukupi kebutuhan bayi untuk tumbuh kembang yang sehat. Pemberian makanan selain ASI pada umur 0-6 bulan dapat membahayakan bayi, karena bayi belum mampu memproduksi enzim untuk mencerna makanan bukan ASI.4 Adapun manfaat ASI eksklusif bagi bayi adalah bayi lebih sehat, lincah dan tidak cengeng, juga tidak mudah sakit. Sedang untuk ibu ASI ekslusif memberikan keuntungan karena ibu tidak perlu mengeluarkan biaya untuk pemberian susu formula dan perlengkapannya, serta ibu tak perlu repot untuk
53
bagun malam, merebus air & mencuci peralatan untuk mempersiapkan susu formula.4 ASI diberikan mulai dari kelahiran bayi dengan Inisiasi Menyusui Dini, dilanjutkan dengan ASI ekslusif selama 6 bulan pertama kehidupan bayi. Umur 69 bulan, bayi mulai boleh diberikan makanan pendamping ASI berupa makanan bergizi yang berbentuk lumat atau setengah cair. Ingat, pemberian ASI harus didahulukan sebelum MP-ASI.4 Sejak umur 10 bulan, makanan keluarga perlu diperkenalkan kepada bayi, agar pada saat berumur 12 bulan, bayi sudah dapat makan bersama keluarga. Pemberian ASI tetap diteruskan sampai bayi berumur 2 tahun. Makanan selingan yang bergizi (bubur kacang hijau, biskuit, pepaya/jeruk) perlu diberikan. Pada umur 24 bulan, secara bertahap anak perlu dirapih dengan cara menjarangkan waktu menyusui.4
Tabel 2.1 Pemberian ASI dan Makanan Pendamping ASI Umur ASI Makanan Makanan Makanan Keluarga Lumat Lembek 0-6 bulan 6-9 bulan 9-12 bulan 12-24 bulan >24 bulan ( sumber: Inisiasi Menyusu Dini plus ASI Eksklusif, 2005)
Banyak ibu yang lebih memilih untuk memberikan susu formula kepada bayinya tanpa mengetahui kekurangan dan bahaya susu formula dibandingkan pemberian ASI ekslusif. Beberapa bahaya susu formula diantaranya:3
54
Pencemaran - Makanan buatan sering tercemar bakteria, terlebih bila ibu menggunakan botol dan tidak
merebusnya setiap selesai memberi makan. Bakteria tumbuh sangat cepat pada makanan buatan. Bakteria dapat berbahaya bagi bayi sebelum susu tercium basi. Infeksi - Susu sapi tidak mengandung sel darah putih hidup dan antibodi, untuk melindungi tubuh terhadap infeksi. Bayi yang diberi makanan buatan lebih sering sakit diare dan infeksi saluran pernafasan. Pemborosan - Ibu dari keluarga ekonomi lemah mungkin tidak mempu membeli cukup susu untuk bayinya. Mereka mungkin memberikan dalam jumlah lebih sedikit dan rnungkin menaruh sedikit susu atau bubuk susu ke dalam botol. Sebagai akibatnya, bayi yang diberi susu botol sering kelaparan. Kekurangan vitamin - Susu sapi tidak mengandung vitamin yang cukup untuk bayi. Kekurangan zat besi - Zat besi dari susu sapi tidak diserap sempurna seperti zat besi dari ASI. Bayi yang diberi makanan buatan bisa terkena anemia karena kekurangan zat besi. Lemak yang tidak cocok- Susu sapi mengandung lebih banyak asam lemak jenuh dibandingkan ASI. Untuk
55
pertumbuhan bayi yang sehat, diperlukan asam lemak tidak jenuh yang lebih banyak. Susu sapi tidak mengandung asam lenak esensial dan asam linoleat yang cukup, dan mungkin juga tidak mengandung kolesterol cukup bagi pertumbuhan otak. Kekurangan Protein susu yang diencerkan tidak mengandung asam amino esensial sistin dan taurin yang cukup, yang diperlukan bagi pertumbuhan otak bayi. Tidak bisa dicerna - Susu sapi lebih sulit dicerna karena tidak mengandung enzim lipase untuk mencerna lemak. Karena susu sapi lambat dicema maka lebih lama untuk mengisi lambung bayi daripada ASI. Akibatnya, bayi tidak cepat merasa lapar. Bayi yang tidak diberi ASI bisa menderita sembelit Alergi Bayi yang diberi susu sapi terlalu dini mungkin menderita lebih banyak masalah alergi, misalnya asma dan eksim.
F.
Teknik Menyusui5 Cara menyusui yang baik: 1. Ibu duduk atau berbaring dengan santai 2. Pikiran ibu dalam keadaan tenang (tidak tegang) 3. Pegang bayi pada belakang bahu, bukan pada dasar kepala
56
4. Wajah bayi harus bayi mengahadap kepada ibu, dada / perut bayi merapat dada ibu. 5. Mulut bayi sejajar dengan puting ibu, sehingga telinga bayi berada satu garis dengan leher dan lengan bayi. 6. Jauhkan hidung bayi dari payudara ibu dngan cara mendorong pantat bayi dengan lengan ibu bagian dalam. Perlekatan bayi pada payudara: 1. Payudara dipegang dengan ibu jari di atas, jari yang lain menopang dibawah (bentuk C) atau menjepit payudara dengan jari telunjuk dan jari tengah di belakang areola. 2. Bayi diberi rangsangan agar membuka mulut dengan cara menyentuh pipi atau sisi mulut dengan puting susu. 3. Tunggu sampai bayi membuka mulutnya dan lidahnya ke bawah, cepat dekatkan bayi ke payudara ibu dan masukkan puting susu ibu ke dalam mulut bayi yang terbuka. 4. Usahakan sebagian besar areola masuk ke dalam mulut bayi, sehingga puting susu berada antara langit-langit keras dan langit-langit lunak. Tanda-tanda menyusui yang benar: 1. Tubuh bayi menempel pada tubuh ibu 2. Telinga bayi berada satu garis dengan leher dan lengan bayi. 3. Dagu bayi menempel pada payudara ibu 4. Mulut bayi terbuka lebar 5. Bibir bagian bawah terbuka keluar
57
6. Areola bagian bawah tampak lebih sedikit dibanding areola bagian atas 7. Bayi menghisap dalam dan perlahan 8. Bayi puas dan tenang pada akhir menyusu 9. Terkadang terdenagar suara bayi menelan 10. Puting susu tidak terasa sakit atau lecet Tanda- tanda Menyusui yang salah: 1. Mulut tidak terbuka lebar, dagu tidak menempel pada payudara. 2. Dada bayi tidak menempel pada dada ibu,sehingga leher bayi masih bergerak 3. Sebagian besar areola masih terlihat 4. Bayi menghisap sebentar-sebentar 5. Bayi tetap gelisah pedas akhir menyusu 6. Puting ibu lecet dan sakit.
G.
Kegagalan Menyusui Bayi yang mendapat cukup ASI mempunyai tanda-tanda sebagai berikut :3 Bayi yang cukup ASI akan kencing 6-8 kali dalam sehari Terdapat kenaikan berat badan rata-rata 500 gram perbulan Bila menyusui sering, tiap 2-3 jam atau 8-12 kali dalam sehari Bayi tampak sehat, warna kulit dan turgor baik, anak cukup aktif. Apabila produksi ASI tidak sesuai dengan kebutuhan bayi, harus dicari sebab-sebabnya mengapa produksi ASI tersebut menurun, yaitu:3
58
Makanan suplemen Bayi yang mendapat suplemen makanan lain selain ASI misalnya susu formula,air buah atau makanan tambahan lainnya, menyebabkan bayi akan kenyang dan harus menunggu lebih lama untuk menyusu berikutnya. Sehingga frekuensi menyusu akan menurun dan produksi ASI akan menurun juga. Pemberian suplemen dengan menggunakan botol dot pada saat bayi masih sedang belajar menyusu, juga menyebabkan bayi bingung antara menyusu pada putting ibu dan dot (nipple confuse), karena mekanisme mengisap yang berbeda. Untuk menghindari bingung puting tersebut, maka ibu harus mengusahakan agar bayi hanya menyusu pada ibu,terutama pada saat bayi masih belajar menyusu yaitu pada bulan pertama setelah lahir, teknik menyusu hams benar, menyusu lebih sering tanpa di jadwal dan perlu kesabaran dan ketelatenan dari ibu.
Penggunaan empongan (pacifier) Beberapa bayi menemukan kesenangan dengan mengisap pada empongan, sehingga menurunkan kesempatan untuk menyusu pada ibu. Akibatnya karena lebih jarang disusui, maka produksi ASI akan menurun. Penggunaan Nipple Shield Nipple shield sebaiknya tidak digunakan pada waktu menyusui, karena mempengaruhi rangsangan ke otak ibu yang timbul akibat dari
59
rangsangan isapan bayi langsung pada puting susu ibu, sehingga akan menurunkan refleks let down. Jadwal makan yang ketat, akan mempengaruhi prosuksi ASI. Lebih baik bayi disusui tanpa dijadwal. Bayi tidur saja Ada beberapa bayi yang tidur saja hampir sepanjang hari dan hanya sebentar saja menyusui, maka keadaan ini akan menurunkan produksi ASI. Pada kasus seperti ini, lebih-lebih bila kenaikan berat badan tidak seberapa dan bayi jarang kencing, maka, ibu harus membangunkan anaknya dan menyusui tiap 2 jam sekali, sehingga bayi akan belajar dengan sendirinya. Kecemasan dan kelelahan ibu akan mempengaruhi refleks let down dan menurunkan produksi ASI Merokok dan obat-obatan.
Ibu yang sedikit minum, produksi ASI-nya juga akan berkurang. Dianjurkan pada ibu-ibu yang menyusui untuk minum 6-8 gelas (2 liter) per hari atau minum satu gelas air/air buah setiap kali setelah menyusui. Diit ibu yang jelek, akan menurunkan produksi ASI. Pada ibu-ibu yang menyusui tidak ada pantangan makan, makan
60
buah segar, daging, ikan, susu, sayur-sayuran, kacang-kacangan sangat dianjurkan. Makanlah satu porsi (500 kalori) lebih banyak dari biasanya. Bayi yang enggan menyusu harus mendapat perhatian khusus, karena kadang-kadang itu merupakan gejala dari penyakit-penyakit yang membahayakan jiwa anak, misal anak yang sakit berat, tetanus neonatorum, meningitis/ensefalitis, hiperbilirubinemia, maka sebaiknya bayi dirujuk. Penyebab lain dari bayi enggan menyusu adalah : Bayi pilek, sehingga pada waktu menyusu sulit bernapas Bayi sariawan sehingga nyeri pada waktu mengisap Bayi tidak rawat gabung, yang sudah pernah meminum dengan menggunakan botol dot Bayi yang ditinggal lama karena ibunya sakit atau kerja Bayi yang bingung puting Bayi dengan tali lidah (frenulum linguae) yang pendek Teknik menyusui yang salah. Ada juga beberapa faktor lain yang menyebabkan kegagalan pemberian ASI. Antaranya kelainan anatomik pada ibu, misalnya puting susu datar atau terbenam. Cara menanganinya adalah dengan teknik IMD, massage payudara, pompa ASI yang efektif, dan juga menyusui bayi sesering mungkin Setelah beberapa minggu, puting susu yang datar akan menonjol keluar sehingga bayi dapat menyusui dengan mudah. Puting susu nyeri juga sering menjadi keluhan. Untuk mengatasinya, pastikan posisi menyusui sudah benar dan mulailah menyusui pada puting susu
61
yang tidak sakit. Segera setelah minum, keluarkan sedikit ASI, oleskan di puting susu dan biarkan payudara terbuka untuk beberapa waktu sampai kering. Juga, hindari dari membersihkan puting susu dengan sabun dan hindarkan puting susu menjadi lembab.6 Bagi ibu menyusui dengan keluhan puting susu lecet, cari penyebab puting lecet (misalnya posisi menyusui salah, kandidiasis, atau dermatitis) dan obatinya. Keluarkan ASI dari payudara yang sakit dengan tangan (jangan dengan pompa ASI) untuk tetap mempertahankan kelancaran pembentukan ASI. Berikan ASI perah dengan sendok atau gelas, jangan dengan dot. Setelah terasa membaik, mulai menyusu kembali dengann waktu yang lebih singkat. Bila lecet tidak sembuh dalam waktu satu minggu, dirujuk ke puskesmas.6
H.
Penyimpanan dan Pemberian ASI untuk Ibu Bekerja Untuk Ibu Bekerja: 1. Penyimpanan ASI ASI yang telah dimasukkan ke dalam cangkir/gelas tertutup dapat disimpan sebagai berikut: Di simpan pada suhu kamar/ di udara terbuka (260C) akan tahan selama 6-8 jam. Di simpan dalam termos berisi es batu (yang dibuat dari air matang) akan tahan selama 24jam. ASI yang di simpan dalam lemari es tahan sampai 2-3 hari. 2.Cara pemberian ASI setelah di simpan
62
ASI yang telah disimpan dapat disimpan dapat diberikan oleh orang lain selain ibu bayi, yaitu : mertua, saudara, pembantu dan lainnya: Caranya adalah: Cuci tangan dengan sabun dan bilas sampai bersih Apabila ASI disimpan pada suhu kamar, segera berikan sebelum masa simpan berakhir (8jam). Apabila ASI di simpan dalam termos atau lemari es, cangkir yang berisi ASI tersebut terlebih dahulu harus dihangatkan dengan cara merendamnya dalam mangkok yang berisi air hangat, di tunggu sampai ASI mencapai suhu kamar. ASI jangan dipanaskan secara langsung diatas api/kompor. ASI diberikan dengan sendok yang bersih, jangan pakai botol dan dot.
DAFTAR PUSTAKA
1. Notoatmodjo, S. Ilmu Kesehatan Masyarakat Prinsip-prinsip Dasar. PT Rieneka. Jakarta : 2003. 2. Ditjen Bina Kesehatan Masyarakat. Ibu Rumah Tangga Memberikan ASI . Depkes RI. Jakarta : 2005. Selalu
63
3. Siregar, Mhd. Arifin, Dr. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemberian ASI Pada Ibu Melahirkan. http://library.usu.ac.id/download/fkm/fkmarifin.pdf. :2004 ( diakses pada 10 November 2008) 4. Ditjen Bina Kesehatan Masyarakat. Inisiasi Menyusu Dini plus ASI Eksklusif. Depkes RI. Jakarta: 2005. 5. Ditjen Bina Kesehatan Masyarakat. Ibu Bekerja Tetap Memberikan Air Susu Ibu (ASI). Depkes RI. Jakarta : 2005. 6. Ditjen Bina Kesehatan Masyarakat. Manajemen Laktasi. Depkes RI. Jakarta : 2005.
BAB III PERSIAPAN PENYULUHAN Oleh: Eko Fuji Ariyanto NPM 1301-1208-0241 3.1 Tema Kegiatan Tema kegiatan penyuluhan adalah ASI: Anak Sehat Indonesia
Pemateri & MC
LCD Layar
64
3.2
Hari/Tanggal : Senin, 17 November 2008 Waktu Tempat : 14.30 16.00 WIB : SD Inpres RW 6 Kelurahan Ciseureuh.
Pemilihan RW 6 sebagai tempat penyuluhan didasarkan pada data yang menunjukkan bahwa jumlah ibu hamil dan ibu menyusui di RW tersebut adalah yang terbanyak jika dibandingkan dengan RW-RW yang lain. Sedangkan yang menjadi pertimbangan penggunaan SD Inpres sebagai tempat penyuluhan adalah: 1. Mudah dijangkau oleh para peserta penyuluhan. 2. Ruangan dapat dipakai untuk mengantisipasi berbagai kendala, seperti cuaca.
3.3
Meja Pen-daftaran
Peserta
65
pintu
Gambar 3.1 Denah Tempat Penyuluhan 3.4 Susunan Kepanitiaan Susunan panitia pelaksana kegiatan penyuluhan ini adalah sebagai berikut. Pelindung Pembimbing Ketua Pelaksana Sekretaris Bendahara PJ. Acara PJ. Materi PJ. Dokumentasi PJ. Logistik : S. Edith Yuliet T., dr. : Dadi S. Argadiredja, dr., MPH. : Eko Fuji Ariyanto : Zoraya Ariefia Feranthy : Radha Ramanathan : Wina Ratna Juwita : Wina Ratna Juwita : Roy Rajrajan A. Saiman : Yodi Suryo Arnanto
66
PJ Konsumsi
: Fatima
3.5 Undangan Penyuluhan Undangan penyuluhan diberikan kepada: 1. Lurah Ciseureuh 2. Kepala Puskesmas Moch. Ramdhan 3. Pembimbing Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran 4. Ketua RW 06 Kelurahan Ciseureuh 5. Ketua RT di RW 06 Kelurahan Ciseureuh 6. Ibu-ibu kader RW 06 Kelurahan Ciseureuh 7. Ibu hamil dan menyusui RW 06 Kelurahan Ciseureuh.
3.6 Persiapan Penyuluhan Tabel 3.1 Persiapan Penyuluhan ASI: Anak Sehat Indonesia di RW 06 Kelurahan Ciseureuh
No. 1 Hari/Tanggal Selasa, 11 November 2008 Rabu, 12 November 2008 Kegiatan Kunjungan rumah dan wawancara kepada ibu menyusui tentang ASI Eksklusif Analisis hasil wawancara Penyusunan Plan of Action
67
Mengurus perizinan & koordinasi dengan pihak RW6 Presentasi CRS V Perencanaan dan Persiapan Penyuluhan Pembuatan Undangan Pembuatan Leaflet Diskusi dengan Kepala Puskesmas Moch. Ramdhan Penyebaran undangan Pengumpulan barang-barang logistik Simulasi penyuluhan ASI Ekslusif Pelaksanaan penyuluhan ASI: Anak Sehat Indonesia
5 6
68
3.7
Susunan Acara
Penanggung Jawab Publikasi dan Dokumentasi
1 2 3
Persiapan tempat acara Istirahat Briefing pelaksanaan acara Persiapan pelaksanaan acara
Ketua pelaksana
Persiapan
Mengikuti briefing Konfirmasi pengisi acara Memastikan peralatan (LCD,laptop, sound) berfungsi Operator bersiap-siap, siapkan pensil Bersiap-siap Mengingatkan warga Bersiap-siap
14.05-14.30
25'
Registrasi
Fatima
14.30-14.35
5'
7 8
14.35-14.50 14.50-15.00
15' 10'
MC: Yodi
MC: Yodi MC: Yodi Membagikan & mengumpulkan kertas pretest &
Bersiap-siap Bersiap-siap
Bersiap-siap Bersiap-siap
69
alat tulis
15.00-15.30
30'
Penyampaian materi : - ASI & IMD - ASI Eksklusif - Teknik Menyusui - Masalah yang dihadapi ibu Sesi tanya-jawab Post-test Penutupan Door prize Merapikan kembali lokasi penyuluhan
Mengingatkan waktu
Bersiap-siap
Bersiap-siap
Bersiap-siap
10 11 12 13 14
Bersiap-siap
70
3.8 3.8.1
Alat dan Bahan Penyuluhan Alat Bantu Penyuluhan Apabila penggunaan objek-objek nyata tidak memungkinkan, dalam
promosi kesehatan biasanya digunakan alat bantu (peraga) sebagai pengganti objek-objek nyata tersebut. Hal ini dilakukan dengan tujuan dapat memberikan pengalaman yang tidak langsung bagi sasaran. Alat bantu ini disusun berdasarkan prinsip bahwa pengetahuan yang ada pada setiap manusia itu diterima atau ditangkap melalui pancaindera. Semakin banyak indera yang digunakan, semakin banyak dan semakin jelas pula pengetahuan yang diperoleh. Alat bantu yang digunakan pada kegiatan penyuluhan ini adalah: 1. In Focus 2. Layar 3. Laptop : : : 1 buah 1 buah 1 buah 1 buah 1 buah 1 buah 1 set 1 buah 1 buah
9. Model payudara:
Pada penyuluhan ini digunakan audiovisual aids yang diharapkan dapat merangsang indera penglihatan dan pendengaran selama proses penyuluhan berlangsung. Selain itu, digunakan juga boneka dan model payudara untuk
71
3.8.2
1. Slide show mengenai ASI 2. Film pendek berdurasi tiga menit mengenai Inisiasi Menyusui Dini 3. Leaflet ASI: Anak Sehat Indonesia 4. Poster tentang ASI Eksklusif. Penggunaan slide show dimaksudkan untuk memberikan kuliah tentang ASI Ekslusif dengan menggunakan metode promosi kesehatan kelompok, dalam hal ini para ibu hamil, ibu menyusui, dan ibu kader di RW 06 Kelurahan Ciseureuh. Multimedia audiovisual ini dipilih sebagai media penyuluhan agar terjadi percepatan transfer pengetahuan kesehatan secara interaktif kepada segenap lapisan masyarakat. Media ini diharapkan dapat menyampaikan pesan kesehatan secara lebih nyata dan mudah diingat sehingga memungkinkan penyampaian materi kesehatan yang lebih beragam.1 Selain pemberian kuliah dengan menggunakan slide, pada penyuluhan ini juga ditampilkan potongan film pendek berdurasi tiga menit untuk menambah pengetahuan peserta mengenai Inisiasi Menyusui Dini. Diharapkan dengan film pendek ini, masyarakat sasaran penyuluhan akan lebih menyadari pentingnya Inisiasi Menyusui Dini. Pada penyuluhan ini juga dibagikan leaflet yang berisi informasi dan gambar-gambar mini tentang ASI Ekslusif. Bahan ini dapat dibawa pulang oleh
72
peserta sehingga diharapkan peserta dapat menjelaskan pentingnya ASI kepada orang-orang yang berada di lingkungannya. Sedangkan poster digunakan sebagai media sosialisasi tentang pentingnya ASI Eksklusif.
3.9
Anggaran Biaya
@ 3.000
80
240.000
240.000
Logistik
125.000
624.500
DAFTAR PUSTAKA
1. Hatmoko.
Pemanfaatan
Multimedia
Audiovisual
sebagai
Media
73
74
4.1
Pendahuluan Evaluasi merupakan bagian yang penting dari proses manajemen karena
dengan evaluasi akan diperoleh umpan balik (feed back) terhadap program atau pelaksanaan kegiatan. Secara umum dapat dikatakan bahwa evaluasi adalah suatu proses untuk menilai atau menetapkan sejauh mana tujuan yang telah ditetapkan tercapai. Evaluasi berarti membandingkan antara hasil yang telah dicapai oleh suatu program dengan tujuan yang direncanakan.1 Evaluasi suatu program kesehatan masyarakat dilakukan terhadap empat hal, yaitu:2 1. Evaluasi terhadap input (masukan) program Bertujuan untuk mengetahui apakah sumber daya yang dimanfaatkan (sumber dana, tenaga, dan sarana) sudah sesuai dengan standar dan kebutuhan 2. Evaluasi terhadap proses pelaksanaan program Bertujuan untuk mengetahui apakah metode yang dipilih sudah efektif, apakah sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan atau tidak. 3. Evaluasi terhadap output (keluaran) program Bertujuan untuk mengetahui apakah output atau outcome (hasil) program sudah sesuai dengan target yang telah ditetapkan sebelumnya.
4. Evaluasi terhadap dampak program Bertujuan untuk mengetahui pengaruh yang ditimbulkan dari pelaksanaan suatu program.
75
Metode yang akan digunakan dalam penyuluhan ini adalah ceramah dan tanya jawab. Selain itu, akan digunakan juga alat bantu (peraga) sebagai pengganti objek nyata dalam bentuk slide power point berisi materi yang ditampilkan dengan LCD/proyektor, film pendek mengenai Inisiasi Menyusui Dini sepanjang tiga menit, boneka sebagai pengganti bayi dalam memperagakan teknik menyusui yang benar, dan leaflet berisi rangkuman materi yang dibagikan kepada setiap peserta penyuluhan. Pada penyuluhan ini akan diadakan sesi tanya-jawab dengan peserta penyuluhan. Untuk mengetahui keberhasilan penyampaian materi, setiap peserta penyuluhan diminta mengerjakan pre-test dan post-test.
4.2
Indikator Keberhasilan Berdasarkan rencana program yang telah disusun, maka ditetapkan
berbagai indikator yang digunakan untuk mengevaluasi keberhasilan program penyuluhan dengan tema ASI: Anak Sehat Indonesia. Evaluasi terhadap dampak tidak dilakukan karena keterbatasan waktu dan kapasitas dari pelaksana kegiatan. Indikator-indikator tersebut adalah sebagai berikut.
4.2.1
Input 1. Tersedianya dana yang cukup untuk pelaksanaan acara. 2. Semua sarana dan prasarana yang dibutuhkan untuk
76
pelaksanaan kegiatan tersedia dan dapat berfungsi dengan baik. 3. Undangan penyuluhan yang dibagikan berjumlah 70 buah. Sebanyak 10 undangan diberikan kepada ibu hamil, 49 undangan untuk ibu menyusui, dan 11 undangan untuk ibu kader.
4.2.2
Proses 1. Peserta penyuluhan datang tepat waktu sesuai dengan jadwal yang tertera pada undangan. 2. Acara terlaksana sesuai dengan jadwal acara yang telah disusun dengan kesenjangan maksimal 30 menit. 3. Jumlah peserta undangan yang hadir mengikuti penyuluhan minimal 80% dari jumlah undangan yang disebar. 4. Respon yang positif dari peserta terhadap
penyuluhan, dilihat dari berjalannya diskusi dengan lancar saat acara tanya-jawab. Jumlah pertanyaan minimal 6 buah. 5. Peserta mengikuti jalannya penyuluhan dengan baik, dilihat dari jumlah peserta penyuluhan yang pulang pada saat acara penyuluhan maksimal 25%
77
4.2.3
mengenai ASI eksklusif diukur melalui pre-test (sebelum penyuluhan) dan post-test (setelah
penyuluhan). Peningkatan pengetahuan ini dilihat dari kenaikan nilai rata-rata peserta pada post test. Berdasarkan sembilan indikator keberhasilan di atas, ditentukan kriteria unuk menilai keberhasilan kegiatan penyuluhan ini. Kriteria tersebut adalah sebagai berikut. 1. Kegiatan dinyatakan berhasil jika memenuhi tujuh sampai sembilan indikator keberhasilan. 2. Kegiatan dinyatakan tidak berhasil jika tidak sampai memenuhi tujuh indikator keberhasilan.
78
DAFTAR PUSTAKA
1. Notoatmodjo S. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta: Rineka Cipta; 2005. 2. Muninjaya, AAG. Manajemen Kesehatan. Edisi 2. Jakarta: EGC; 2004.
79