Anda di halaman 1dari 7

Muhamadiyah merupakan salah satu orgnisasi Islam pembaharu di Indonesia. Gerakan Muhammadiyah yang dibangun oleh K.H.

Ahmad Dahlan sesungguhnya merupakan salah satu mata rantai yang panjang dari gerakan pembaharuan Islam yang dimulai sejak tokoh pertamanya, yaitu Ibnu Taimiyah, Ibnul Qayyim al-Jauziyah, Muhammad bin Abdul Wahab, Sayyid Jamaludin al-Afghani, Muhammad Abduh, Rasyid Ridha, dan sebagainya. Pengaruh gerakan pembaharuan tersebut terutama berasal dari Muhammad Abduh melalui tafsirnya, al-Manar, suntingan dari Rasyid Ridha serta majalah al-Urwatul Wustqa.

Penunjang Aktivitas Dakwah di Asia Tenggara; Seputar Peranan Organisasi Islam Menghadapi Serangan Budaya Zaman

Di kawasan Asia Tenggara dewasa ini, di mana berbagai kekuatan giat untuk menggunting dan berusaha melemahkan Islam, maka Dakwah Islamiyah dituntut untuk memiliki kesadaran dan pemahaman yang jernih dan utuh terhadap berbagai upaya dan rencana yang diletakkan oleh berbagai kekuatan yang ingin menjegal penyebaran Islam.

Rabithah Alam Islami

Ini adalah organisasi Islam Internasional yang berdiri di Makkah pada Zulhijjah 1381 H/Mei 1962 M. PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa) mengelompokkanya sebagai organisasi non pemerintah dan termasuk anggota Unesco serta anggota pengamat OKI (Organisasi Konprensi Islam).

Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Sebuah Tinjauan Sejarah

Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) adalah sebuah organisasi Islam milik kalangan mahasiswa muslim Indonesia. Organisasi ini begitu strategisnya di era sekarang ini sehingga sebagian besar nama-nama besar politikus Muslim di Indonesia berasal dari HMI. Dengan pengaruh dari tokoh-tokoh yang berlatar pendidikan sekular, organisasi ini telah berubah sifatnya dari sejak pendirian semula yaitu menjadi organisasi yang bersifat sekular.

Jama'ah Tabligh

Jama'ah Tabligh adalah sebuah jama'ah Islamiyah yang dakwahnya berpijak kepada penyampaian (tabligh) tentang keutamaan-keutamaan ajaran Islam kepada setiap orang yang dapat dijangkau. Jama'ah ini menekankan kepada setiap pengikutnya agar meluangkan sebagian waktunya untuk menyampaikan dan menyebarkan dakwah dengan menjauhi bentuk-bentuk kepartaian dan masalah-masalah politik. Barangkali cara demikian lebih cocok mengingat kondisi ummat Islam di India yang merupakan minoritas dalam sebuah masyarakat besar.

Hizib Al-Tahrir (Hizbut Tahrir)

Hizbut Tahrir adalah sebuah partai politik yang berideologi Islam. Politik merupakan kegiatannya, dan Islam adalah ideologinya. Hizbut Tahrir bergerak di tengah-tengah umat, dan bersama-sama mereka berjuang untuk menjadikan Islam sebagai permasalahan utamanya, serta membimbing mereka untuk mendirikan kembali sistem Khilafah dan menegakkan hukum yang diturunkan Allah dalam realitas kehidupan.

Al-Irsyad Al-Islamiyyah

Muhammadiyah, Al-Irsyad dan Persatuan Islam (Persis) merupakan tiga serangkai organisasi Islam pembaharu yang paling berpengaruh di Indonesia. Pada awal abad XX telah lahir sejumlah tokoh elit Muslim. Mereka memiliki semangat pembaharuan dalam pemikiran keagamaan.

The Bilalians

Adalah sebuah gerakan atau organisasi keagamaan di AS yang berasal dari akidah atau agama kepercayaan berkembang menuju kepada aqidah Islam. Dalam perkembangannya gerakan atau organisasi ini menuju kapada yang benar, sedikit-demi sedikit; maka lebih tepatnya sebagai suatu gerakan keagamaan yang sedang mencari bentuk menuju suatu yang haq menuju Islam yang benar. Oleh karena itu lebih tepat dikelompokan kedalam organisasi keagamaan Islam.

Jama'at Islami (Di Anak Benua India - Pakistan)

TA'RIF Jama'at Islami (DI Anak Benua India-Pakistan) adalah sebuah jama'ah Islam modern yang memfokuskan aktifitasnya untuk menegakkan syari'at Islam dan menerapkannya dalam kehidupan nyata. Jama'at Islami tergolong gigih membendung berbagai bentuk aliran sekuleristik yang berusaha keras mendominasi seluruh negeri.

Al-Ikhwan Al-Muslimun

Al-Ikhwan al-Muslimun adalah sebuah gerakan Islam terbesar di zaman modern ini. Seruannya ialah kembali kepada Islam sebagaimana yang termaktub di dalam Al-Qur'an dan As-Sunnah serta mengajak kepada penerapan syari'at Islam dalam kehidupan nyata. Dengan tegar gerakan ini telah mampu membendung arus sekularisasi di dunia Arab dan Islam

Ummu Hakim binti al-Harits

Beliau adalah Ummu Hakim binti al-Harits bin Hisyam bin Mughirah al-Makhzumiyah. Beliau adalah putri dari saudaranya Abu Jahal Amru bin Hisyam yang menjadi musuh Allah dan

Rasul-Nya. Adapun ibu beliau bernama Fathimah binti al-Walid.

Asy-Syifa' binti al-Harits (Guru Wanita Pertama dalam Islam)

Beliau adalah asy-Syifa' binti Abdullah bin Abdi Syams bin Khalaf bin Sadad bin Abdullah bin Qirath bin Razah bin Adi bin Ka'ab al-Qurasyiyyah al-Adawiyah.

Ummu Sulaim binti Malhan

Beliau bernama Rumaisha' Ummu Sulaim binti Malhan bin Khalid bin Zaid bin Haram bin Jundub bin Amir bin Ghanam bin Adi bin Naja al-Anshaiyah al-Khazrajiyah.

Rubai binti Ma'udz

Beliau adalah Ruba'i bi Ma'udz bin al-Haris bin Fifa'ah bin al-Haris bin Sawad bin Malik bin Ghanam bin Malik al-Anshariyah an-Najariyah. Ibu beliau Ummu Yazid binti Qais bin Za'wa' bin Haram bin Jundub bin Amir bin Ghanam bin Adi bin an-Najar.

Khaulah binti Tsa'labah

Beliu adalah Khaulah binti Tsa'labah bin Ashram bin Fahar bin Tsalabah Ghanam bin Auf. Beliau tumbuh sebagai wanita yang fasih dan pandai. Beliaua dinikahi oleh Aus bin Shamit bin Qais saudara darri Ubadah bin Shamit ra yang beliau menyertai Perang Badar dan Perang Uhud dan mengikuti seluruh peperangan yang disertai Rasulullah saw. Dengan Aus inilah beliau melahirkan anak laki-laki yang benama Rabi'.

Ummu 'Imarah

Ia adalah seorang wanita dari Bani Mazin an-Najar yang nama lengkapnya adalah Nusaibah binti Ka'ab bin Amru bin Auf bin Mabdzul al-Anshaiyah.

Ummu Mahjan

Beliau seorang wanita berkulit hitam, dipanggil dengan nama Ummu Mahjan. Telah disebutkan di dalam ash-Shahih tanpa menyebutkan nama aslinya, beliau berdomisili di Madinah. (Ibnu Sa'ad dalam ath-Thabaqat VIII/414).

Ummu Ruuman (Istri Abu Bakar as-Shiddiq dan Ibunda asShiddiqah/Aisyah)

Beliau adalah putri dari Amir bin Uwaimar bin Abdi Syams bin Itab bin Adzinah bin Subai' bin Dahman bin Haris bin Ghanam bin Malik bin Kinanah.

Ummu Syuraik al-Qurasyiah (Seorang Wanita Da'iyah)

Nama beliau adalah Ghaziyah binti Jabir bin Hakim. Beliau seorang wanita dari Quraisy, wanita dari Bani Amir bin Lu'ai dan ia pernah menjadi istri Abu al-Akr ad-Dausi. Beliau merasa simpati hatinya dengan Islam sejak masih di Mekah, hingga menjadi mantaplah iman di hatinya dan beliau memahami kewajiban dirinya terhadap din yang lurus sehingga beliau mempersembahkan hidupnya untuk menyebarkan dakwah tauhid, meninggikan kalimat Allah dan mengibarkan panji laa ilaha illallahu muhammadur rasulullahi.

Al-Khansa' (Ibu Para Syuhada')

Nama beliau adalah Tamadhar binti Amru bin al-Haris bin asy-Syarid, seorang wanita penyair yang tersohor. Beberapa syair terlantun dari lisan beliau di saat kematian saudaranya Shakhr di masa jahiliyah, maka beliau meratap dengan ratapan yang menyedihkan, yang akhirnya syair tersebut menjadi syair yang paling terkenal dalam hal syair duka cita. Di antara syair yang bagus yang beliau ciptakan adalah sebagai berrikut.

Ummu Waraqah (Seorang Wanita yang Syahid)

Beliau adalah putri dari Abdullah bin al- Haris bin Uwaimar bin Naufal al-Anshariyah. Beliau dikenal dengan kunyah (gelar yang diawali dengan Abu atau ummu) Ummu Waraqah binti Abdullah atau dikenal dengan Ummu Waraqah binti Naufal, dinisbahkan kepada kakeknya.

Ummu Fadhal

Nama lengkapnya adalah Lubabah binti al-Harits bin Huzn bin Bajir bin Hilaliyah. Beliau adalah Lubabah al-Kubra, ia dikenal dengan kuniyahnya (Ummu Fadhl). Ummu Fadhl adalah salah satu dari empat wanita yang dinyatakan keimanannya oleh Rasulullah saw. Keempat wanita tersebut adalah Maimunah, Ummu Fadhl, Asma' dan Salma.

Ummu Aiman (Budak Nabi dan Pengasuhnya)

Namanya adalah Barakah binti Tsa'labah bin Amru bin Hishan bin Malik bin Salmah bin Amru

bin Nu'man al-Habasyiyah.

Sumayyah binti Khayyat (Wanita Syahidah Pertama dalam Islam)

Dialah Sumayyah binti Khayyat, hamba sahaya dari Abu Hudzaifah bin Mughirah. Beliau dinikahi oleh Yasir, seorang pendatang yang kemudian menetap di Mekah. Karenanya, tidak ada kabilah yang dapat membelanya, menolongnya, dan mencegah kezaliman atas dirinya. Sebab, dia hidup sebatang kara, sehingga posisinya sulit di bawah naungan aturan yang berlaku pada masa jahiliyah.

Fathimah az-Zahraa' (Bagian II dari Dua Tulisan)

Diriwayatkan dari Tsauban ra berkata, "Rasulullah saw masuk ke rumah Fathimah, sedangkan aku ketika itu bersama beliau. Lalu Fathimah mengambil kalung emas dari lehernya seraya berkata, 'Ini adalah kalung yang dihadiahkan Abu Hasan kepadaku', maka beliau bersabda, "Wahai Fathimah, apakah engkau senang jika orang-orang berkata, 'Inilah Fathimah binti Muhammad, sedangkan di tangannya terdapat kalung dari Neraka?', kemudian beliau memarahi Fathimah dengan keras dan menghardiknya, lalu beliau keluar tanpa duduk terlebih dahulu. Maka Fathimah mengambil sikap untuk menjual kalungnya, kemudian hasilnya beliau belikan seorang budak wanita, setelah itu beliau merdekakan. Tatkala hal ini sampai kepada Rasulullash saw, beliau bersabda, 'Segala puji bagi Allah yang telah menyelamatkan Fathimah dari api Neraka' ."

Fathimah az-Zahraa

Beliau adalah sayyidah wanita seluruh alam pada zamannya, putri keempat dari Rasululllah saw dan ibunya Ummahaatul Mukminin Khadijah binti Khuwailid. Allah menghendaki kelahiran Fathimah kurang dari lima tahun sebelum Nabi diutus, dekat peristiwa yang agung, yaitu saat orang-orang Quraisy rela menyerahkan hukum kepada Muhammad tentang perselisihan yang hebat di antara mereka untuk meletakkan Hajar Aswad setelah diadakan pembaharuan Ka'bah.

Ummu Kultsum

Beliau adalah seorang wanita yang padat tubuhnya, cantik wajahnya, dan lebar kedua pipinya. Rasulullah saw memberikan nama untuk beliau Ummu Kultsum. Beliau dilahirkan setelah kakaknya yang bernama Ruqayyah. Keduanya sama besar dan sangat mirip dan saling mengasihi, sehingga seolah-olah mereka berdua kembar.

Ruqayyah

Ruqayyah ra dilahirkan setelah Zainab, kakaknya. Tidak berapa lama kemudian lahirlah adiknya yang bernama Ummu Kultsum. Mereka tumbuh sejajar dan berkumpul serta saling berkasih sayang.

Zainab al-Kubra

Zainab ra lahir sepuluh tahun sebelum ayahnya menjadi nabi. Beliau putri pertama Rasulullah saw dari Khadijah ra. Sesuai dengan sifat-sifat yang melekat pada diri ibunya, Zainab tumbuh menjadi teladan yang utama dengan seluruh sifat-sifat yang terpuji. Hampir sempurnalah sifat kewanitaan Zainab, sehingga putra dari bibinya yang bernama Abu al-'Ash bin Rabi', salah seorang yang terpandang di Mekah dalam hal kemuliaan dan harta, berhasrat melamar beliau. Dia adalah pemuda Quraisy yang tulus dan bersih, nasabnya bertemu dengan Nabi saw dari jalur bapaknya, yakni pada Abdu Manaf bin Qushay. Adapun dari jalur ibu, nasabnya bertemu dengan Zainab pada kakek mereka berdua, yakni Khuwailid, karena ibunya adalah Halah binti Khuwailid, saudari Khadijah.

Ummu Habibah

Beliau adalah Ramlah binti Abu Sufyan, ayahnya seorang pemuka Quraisy dan pemimpin orang-orang musyrik hingga Fathu Makkah. Meski bapaknya memaksa agar kembali kafir, akan tetapi beliau tetap beriman. Beliau rela menanggung beban yang berat dan melelahkan karena memperjuangkan akidahnya. Bapaknya, Abu Sufyan, tak kuasa memaksakan kehendaknya agar putrinya tetap dalam keadaan kafir.

Maimunah binti al-Harits Ummul mu'minin

Dialah Maimunah binti al-Harits bin Huzn bin al-Hazm bin Ruwaibah bin Abdullah bin Hilal bin Amir bin Sha'sha'ah al-Hilaliyah. Ia saudari dari Ummu Fadhl istri Abbas dan bibi dari Khalid bin Walid dan juga bibi dari Ibnu Abbas.

Istri-Istri Nabi Shallallaahu 'alaihi wa sallam

Banyak keterangan yang pernah kita dengar mengenai istri Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam ini. Ada yang mengatakan sembilan, ada yang mengatakan sebelas, dan ada juga yang mengatakan dua belas. Semua keterangan tersebut biarlah berlalu seperti itu, yang penting masing-masing ada mustanad (sandaran riwayatnya). Dalam kitab Siyar A'laam an-Nubalaa'

yang ditulis oleh al-Dzahabi menyebutkan keterangan yang berbeda-beda. Berikut ini kami kutipkan keterangan mengenai istri-istri Nabi saw sebagaimana yang tertulis dalam buku tersebut.

Ja'far bin Abi Thalib

Ia seorang yang gagah, tampan, berwibawa. Warna kulitnya yang cerah bercahaya, kelemah-lembutannya yang sopan santun, kebaikannya yang rendah hati dan kasih sayang, serta kebersihan hidup dan kesucian jiwanya, semua itu memperlihatkan kepada kita betapa miripnya jasmani dan perangainya dengan Rasulullah saw. Pada dirinya juga bertemau pokok kebaikan dan keutamaan.

Zaid bin Haritsah

Zaid bin Haritsah, seorang yang dilukiskan oleh para ahli sejarah dengan perawakan biasa, pendek, kulitnya coklat kemerah-merahan, dan hidung yang agak pesek, adalah termasuk pahlawan-pahlawan Islam yang besar.

Utsman bin Mazh'un

Tatkala cahaya agama Islam mulai bersinar dari kalbu Rasulullah saw dan dari ucapanucapan yang disampaikannya di beberapa majelis, baik secara diam-diam maupun terangterangan, Utsman bin Mazh'un adalah salah seorang dari beberapa gelintir manusia yang segera menerima panggilan Ilahi dan menggabungkan diri ke dalam kelompok pengikut Rasulullah saw. Ia adalah di antara sahabat Nabi saw yang masuk Islam pada urutan keempat belas.

Abu 'Ubaidah Ibnul Jarrah

Siapakah kiranya orang yang dipegang oleh Rasulullah saw dengan tangan kanannya sambil bersabda, "Sesungguhnya setiap ummat mempunyai orang kepercayaan, dan sesungguhnya kepercayaan ummat ini adalah Abu 'Ubaidah Ibnul Jarrah."

'Ubadah bin Shamit

'Ubadah bin Shamit termasuk salah seorang tokoh Anshar. Mengeani Kaum Anshar, Rasullulah SAW pernah bersabda, "Sekiranya orang-orang Anshar menuruni lembah atau celah bukit pasti aku akan mendatangi lembah dan celah bukit orang-orang Anshar..., dan kalau bukanlah karena hijrah, tentulah aku akan menjadi salah seorang warga Anshar...!"

'Ammar bin Yasir

Yasir bin 'Amir, ayahanda 'Ammar, berangkat meninggalkan negerinya di Yaman guna mencari dan menemui salah seorang saudaranya... Rupanya ia berkenan dan cocok tinggal di Mekah. Bermukimlah ia disana dan mengikat perjanjian persahabatan dengan Abu Hudzaifah Ibnul Mughirah.

Hudzaifah Ibnul Yaman

Penduduk kota Madain nerduyun-duyun menyambut kedatangan wali negeri mereka yang baru diangkat serta dipilih oleh Amirul Mu'minin Umar radhiyallaahu 'anhu... Mereka pergi menyambutnya, karena lama sudah hati mereka rindu untuk bertemu muka dengan sahabat nabi yang mulia ini, yang telah banyak mereka dengar mengenai kesholehan dan ketakwaannya..., begitu pula tentang jasa-jasanya dalam membebaskan tanah Irak.

Shuhaib bin Sinan

la dilahirkan dalam lingkungan kesenangan dan kemewahan. Bapaknya menjadi hakim dan walikota "Ubullah" sebagai pejabat yang diangkat oleh Kisra atau maharaja Persi. Mereka adalah orang-orang Arab yang pindah ke Irak, jauh sebelum datangnya Agama Islam. Dan di istananya yang terletak di pinggir sungai Efrat ke arah hilir "Jazirah" dan "Mosul," anak itu hidup dalam keadaan senang dan bahagia.

Hamzah bin Abdul Mutthalib

Hamzah telah kenal akan kebesaran dan kesempurnaan keponakannya, tahu sebaik-baiknya akan kepribadian dan watak serta akhiaqnya. la tidak hanya mengenalnya sebagai seorang paman terhadap keponakannya semata, tetapi juga sebagai saudara terhadap saudaranya, dan shahabat terhadap teman sejawatnya. Sebabnya ialah karena Rasulullah dan Hamzah dari satu generasi, dan usia yang berdekatan. Mereka dibesarkan bersama, bermain bersama dan menjadi shahabat karib, serta menempuh jalan kehidupan dari bermula selangkah demi selangkah secara bersama-sama pula

Keyakinan-Keyakinan Aliran Sempalan Alqadiani (Pengantar)

Pada edisi-edisi berikut ini adalah kajian tentang keyakinan-keyakinan aliran Qadiani. Buku

ini ditulis oleh asy-Syekh Manzhur Ahmad Chinioti al-Pakistani dengan judul asli al-Qadiani Wamu'taqadatuhu.

Al-Jahizhiyyah

Mereka adalah pengikut 'Amr bin Bahr Abu Utsman al-Jahizh, salah seorang tokoh terkemuka Mu'tazilah penulis handal mereka. Ia telah mempelajari banyak buku-buku para filosof, dan mencampuradukkan serta menyebarkan pandangan-pandangan mereka dengan ungkapannya yang bagus serta kepintarannya.

Al-Juba'iyyah dan Al-Bahsyamiyyah

Mereka adalah pengikut Abu 'Ali Muhammad bin Abdul Wahhab al-Juba'i dan anaknya Abu Hasyim Abdus Salam, keduanya dari Mu'tazilah Bashrah. Keduanya berbeda pendapat dengan Mu'tazilah lainnya dalam beberapa hal.

Mu'tazilah Baghdad Berbeda dengan Mu'tazilah Bashrah tentang Nubuwwah (Kenabian) dan Imamah (Kepemimpinan)

Di antara pemuka-pemuka mereka ada yang cenderung pada paham Rafidhah dan ada yang cenderung pada paham Khawarij.

Najjariyah

Mereka adalah pengikut Husain bin Muhammad al-Najjar, yang pandangan-pandangannya diadopsi oleh para penganut Mu'tazilah di daerah Rayy. Mereka ini terpecah ke berbagai subkelompok, seperti Barghutsiyah, Za'faraniyah, dan Mustadrikah, tetapi mereka sependapat dengan kelompok asalnya dalam perkara-perkara yang fundamental. Mereka sependapat dengan Mu'tazilah dalam menolak sifat-sifat Allah, yakni mengetahui, berkuasa, berkehendak, hidup, mendengar, dan melihat. Akan tetapi, mereka sependapat dengan Shifatiyah tentang Allah menciptakan perbuatan-perbuatan (manusia).

Al-Jabriyyah

Jabr adalah doktrin yang menafikan secara hakiki timbulnya perbuatan dari hamba (manusia), dan sebaliknya justru menganggapnya berasal dari Allah.

Adh-Dhirariyyah (Sub-aliran Jabriyyah)

Mereka adalah pengikut Dhirar bin 'Amr dan Hafsh al-Fard. Mereka berdua sepakat dalam masalah ta'thil (meniadakan sifat-sifat Allah), dan keduanya berpendapat bahwa Allah Ta'ala Maha Mengetahui dan Maha Kuasa dalam pengertian bahwa Dia tidak bodoh dan tidak lemah. Keduanya juga menetapkan bahwa Allah memiliki hakikat yang tidak diketahui kecuali oleh Allah.

Al-Jahizhiyyah

Mereka adalah pengikut 'Amr bin Bahr Abu Utsman al-Jahizh, salah seorang tokoh terkemuka Mu'tazilah penulis handal mereka. Ia telah mempelajari banyak buku-buku para filosof, dan mencampur adukkan serta menyebarkan pandangan-pandangan mereka dengan ungkapannya yang bagus serta kepintarannya.

Al-Hisyamiyyah

Mereka adalah pengikut Hisyam bin 'Amr al-Futhiy. Sikap ekstremnya dalam masalah qadar lebih parah dan lebih banyak dibanding orang-orang Mu'tazilah lainnya. Dia menolak muthlaknya penyandaran perbuatan kepada Allah Ta'ala walaupun terdapat dalam Alquran.

Ats-Tsumamiyyah

Mereka adalah pengikut Tsumamah bin Asyras an-Numairi. Dia orang yang kurang mengerti agama dan berjiwa kasar yang berkeyakinan bahwa orang fasiq kekal di neraka jika ia mati dalam kefasikannya tanpa taubat, dan bahwa dia semasa hidupnya berada di antara dua posisi (tidak kafir tidak pula mu'min).

Al-Mirdariyyah

Mereka para pengikut 'Isa bin Shubaih yang terkenal dengan sebutan Abu Musa yang bergelar al-Mirdar. Dia adalah murid Bisyr bin al-Mu'tamir, ia belajar ilmu darinya kemudian berzuhud. Dia juga dinamai rahibnya Mu'tazilah.

Al-Mu'ammariyyah

Mereka adalah pengikut Mu'ammar bin 'Abbad 'as-Sulami, salah seorang Qodaraiyyah yang paling banyak dusta dalam detail pendapat dalam menafikkan sifat-sifat Allah dan menafikkan bahwa qadar baik dan buruknya berasal dari Allah Ta'ala, juga masalah takfir (mengafirkan muslim lain), dan penyesatan (menyatakan sesat) berdasarkan hal itu. Dia

berbeda pendapat dari yang lainnya dalam beberapa masalah.

Al-Bisyriyyah

Yaitu pengikut Bisyr bin al-Mu'tamir, ia termasuk ulama Mu'tazilah yang terkemuka dan dialah yang mengada-adakan pendapat tentang tawallud (yaitu efek-efek sekunder) dan bersikap ekstrim dalam hal itu.

Al-Khabithiyyah dan al-Hadatsiyyah

Al-Khabithiyyah adalah pengikut Ahmad bin Khabith begitu juga al-Hadatsiyyah adalah pengikut al-Fadhl al-Hadatsi.

An-Nazhzhamiyyah

Yaitu para pengikut Ibrahim bin Yassar bin Hani' an-Nazhzham. Ia telah mengkaji berbagai kitab filosof, kemudian ia campur adukkan ucapan para filosof itu dengan ucapan Mu'tazilah. Dia berbeda pandangan dengan yang lainnya dalam beberapa masalah berikut ini:

Al-Washiliyyah

Aliran al-Washliyyah adalah termasuk golongan besar aliran Mu'tazilah. Mereka adalah pengikut Abu Hudzaifah Washil bin 'Atha` al-Ghazzal. Washil ini adalah murid Hasan alBashri yang ia banyak belajar dari beliau tentang sejarah, dan berbagai cabang ilmu lainnya, semasa pemerintahan Abdul Malik bin Marwan dan Hisyam bin Abdul Malik. Sejumlah pengikut Washil masih dapat ditemui di negara Maghribi, di suatu distrik wilayah Idris bin Abdullah al-Hasani memimpin pemberontakan semasa kekuasaan Ja'far al-Manshur. Subaliran Mu'tazilah ini kemudian dikenal dengan nama al-Washiliyyah yang merupakan nisbat kepada pendirinya.

Mu'tazilah

Berikut ini adalah kajian seputar aliran Mu'tazilah.

Al-Hudzailiyyah

Mereka adalah para pengikut Abul Hudzail Hamdan bin al-Hudzail al-'Allaf, syekh Mu'tazilah yang berusaha untuk memajukan aliran Mu'tazilah dengan menyusun berbagai kitab dan dengan mempertahankan doktrin-doktrinnya. Dia sendiri belajar tentang Mu'tazilah dari 'Utsman bin Khalid ath-Thawil yang pernah menjadi murid Washil bin 'Atha'. Sebagian orang mengatakan bahwa Washil dididik oleh Abu Hasyim 'Abdullah bin Muhammad bin alHanafiyyah, tetapi menurut yang lainnya dia adalah murid al-Hasan bin Abul Hasan alBashri.

Sebab-Sebab Timbulnya Perpecahan

Pengantar berikut ini adalah sebuah penjelasan mengenai kesalahan pertama yang timbul di kalangan ummat Islam. Bagaimana dan pada siapa ia timbul, serta bagaimana terwujudnya? (Bagian I)

Hisyamiyah

Catatan: Tulisan ini diperuntukkan bagi para pembaca ahli yang cukup banyak membaca literatur Islam atau memahami seluk-beluk Islam dan bagi pemula tidak disarankan untuk mengikuti tulisan ini agar terhindar dari kebingungan dan salah faham.

Kayyaliyah

Mereka adalah para pengikut Ahmad bin al-Kayyal, seorang da'i dari salah seorang keturunan Nabi SAW setelah Ja'far al-Shadiq, yang diduga sebagai salah seorang dari imam yang ghaib.

Khaththabiyah

Mereka inilah para pengikut Abul khaththab Muhammad bin Abu Zainal al-Asdi al-Ajda' (orang yang berkudung), seorang mawla Banu Asad, yang mengklaim sebagai pengikut setia Abu Abdullah ja'far bin Muhammad al-Shadiq. Namun ketika l-Sadiq mendengar penakuannya yang palsu itu dan mengetahui pandangan-pandangannya mengenai dirinya yang ekstravagans (melampau batas), dia (Ja'far) bukan saja menyatakan dirinya terlepas daripada dan mengutuknya, tetapi juga menyerukan kepada semua pengikutnya untuk menyatakan berlepas diri dari padanya. Dia (Ja'far) sangat tegas dalam hal ini, dan dengan panjang lebar sekali dia menyatakan berlepas dir dari padanya dan mengutuknya.

Manshuriyah

Mereka adalah para pengikut Abu mansyur al-'Ijli, yang pada mulanya mengklaim pengikut Abu Ja'far Muhammad bin Ali al-Baqr. Tetapi, ketika Baqir menyatakan berlepas diri

terhadapanya, dia mengklaim bahwa dirinyalah sebagai imam dan menyeru orang-orang untuk mengikutinya. Ketika Baqir meninggal dunia, dia memproklamirkan diri, "Imamah telah berpindah kepadaku," dan dia memplukasikan proklamasinya ini.

'Alba'iyah

Mereka adalah para pengikut al-'Alba bin Dzira al-Dawasi, oleh sebagian orang dipanggil alAsdi. Al-DawAsi menganggap Ali lebih dari Nabi saw dan mengatakan bahwa Ali-lah yang telah mengutus Muhammad sebagai rasul itu, dan dia (al-Dawasi) menyebut Ali dengan Allah.

Manshuriyah

Mereka dalah para pengikut Abu Mansyur al 'Ijli yang pada mulanya mengklaim pengikut Abu Ja'far Muhammad bin Ali al Baqr. Tetapi, ketika Baqir menyatakan berlepas diri terhadapanya, dia mengklaim dirinya sebagai imam dan menyeru orang-orang untuk mengikutinya. Ketika baqir meninggal dunia, dia memproklamirkan diri, "Imamah telah berpindah kepadaku," dan dia mempublikasikan proklamasinya ini.

Mughiriyah

Mereka adalah para pengikut Mughirah b. Sa'id al-'Ijli. Mughirah mengklaim bahwa setelah Muhammad b. Ali b. Husain, imamah adalah miliki Muhammad al Nafs, ruh suci, putera 'Abdullah b. Hasan b. Hasan yang memberontak di Madinah.

Kamiliyah

Mereka ini adalah para pengikut Abu Kamil yang menyatakan bahwa semua sahabat Nabi saw kafir sebab mereka tak menyatakan baiat (bai'at) kepada Ali ra.

Saba'iyah

Mereka ini adalah pengikut 'Abdullah bin Saba', orang yang dikenal sebagai "bapak bid'ah," orang yang pernah berkata kepada 'Ali "Engkau adalah Engkau." Karenanya Ali ra mengusirnya ke Tsesiphon.

Ghaliyah (Kelompok Syi'ah Ekstrim)

Kelompok penganut Syi'ah Ghaliyah (Syi'ah Ghalat) adalah mereka yang berpandangan ekstrim mengenai imam-imam mereka, memandang mereka melebihi batas-batas mereka selaku makhlul Allah dan memberikan sifat-sifat Allah kepada mereka.

Taqiyah, Senjata Ampuh Syi'ah Menghadapi Lawannya

Sejak tumbangnya Syah Reza Pahlevi, yaitu meletusnya revolusi Iran tahun 1979 yang dipimpin oleh Ayatullah Khomeini, sejak itulah paham Syi'ah merembes ke berbagai negara. Maraklah di hampir seluruh dunia gema jihad untuk melawan kemungkaran "aliran Syi'ah." Dari gerakan menentang paham Syi'ah itu tumbuh militansi dalam Islam, serta membentuk rasa solidaritas di dunia Islam, hingga ke Indonesia.

Sikap Kita Terhadap Munculnya Perbedaan Pendapat dan Aliran-Aliran yang Berbeda dengan Ahli Sunnah wal Jama'ah
Sebagian besar, di kalangan ummat Islam ini bingung melihat kenyataan adanya berbagai macam perbedaan pendapat, apalagi banyaknya aliran-aliran. Sikap apakah yang harus kita ambil menghadapi kenyataan seperti ini? Simaklah kajian berikut ini!

Anda mungkin juga menyukai