Anda di halaman 1dari 24

BAB I PENDAHULUAN Masyarakat sering menghubungkan kaku atau pegal di daerah tengkuk dengan adanya tekanan darah tinggi.

Padahal, kenyataannya penderita hipertensi tidak pernah mengeluh nyeri di tengkuk dan gejalanya sering ditemukan secara kebetulan. Otot leher dan bahu akibat sikap waktu bekerja. Misalnya, sikap juru ketik, operator komputer, ahli tata rias rambut, tukang arloji, atau habis mengendarai kendaraan bermotor dalam waktu lama. Gangguan rasa nyeri merupakan manifestasi rangsangan terhadap serabut saraf perasa (sensori). Perangsangan itu dapat bersifat mekanik dan nonmekanik. Sebab dari unsur mekanik misalnya ada penekanan, jeratan, gesekan. Sedang unsur nonmekanik adalah infeksi, intoksikasi, dan proses imunologik. Rangsangan terhadap akar saraf belakang dapat menimbulkan nyeri akar, dirasakan pada tempat rangsangan dan menjalar ke daerah persarafan akar yang terkena. Gangguan semacam ini akan disertai penjalaran rasa nyeri di sepanjang daerah leher, bahu, dan lengan, termasuk otot-otot leher yang berpangkal pada tulang tengkorak. Sakit ini tergolong dalam nyeri kepala tegang otot atau tension muscular headache di mana sifat sakitnya bervariasi antara pegal kencang dan nyeri pegal, terutama dirasakan pada salah satu sisi saja atau seluruh kepala.

Nyeri pegal atau perasaan tidak enak dapat dirasakan berdenyut atau terasa ada ikatan kencang di kepala atau nyeri yang dirasakan sepanjang daerah antara belakang kepala, pelipis, sampai sekitar mata sesisi atau kedua sisi. Leher bagian belakang dalam bahasa Indonesia dikenal dengan istilah "tengkuk" atau "kuduk". Dalam bahasa Inggris disebut "posterior neck". Leher terdiri atas ruasruas tulang belakang yang berakhir didasar tengkorak. Sepanjang ruas-ruas tulang belakang diikat dengan ikatan sendi/ligamen seperti deretan karet yang kuat membuat tulang belakang menjadi stabil. Didaerah leher juga terdapat otot-otot untuk mendukung/menyokong beban leher dan untuk gerakan leher. Bagian leher ini sangat sedikit dilindungi dibandingkan bagian tulang belakang yang lain sehingga sangat mudah terkena gangguan, trauma yang menyebabkan sakit dan membatasi gerakan. Nyeri dan rasa tidak nyaman pada tengkuk umum terjadi pada waktu kerja. Antara lain terjadi pada pekerjaan dengan beban yang berat, pekerjaan manual dengan duduk, pekerjaan yang duduk terus menerus. Dalam suatu sikap yang statis, otot bekerja statis dimana pembuluh-pembuluh darah dapat tertekan sehingga aliran darah dalam otot menjadi berkurang yang berakibat berkurangnya glukosa dan oksigen dari darah dan harus menggunakan cadangan yang ada. Selain itu sisa metabolisme tidak diangkut keluar dan menumpuk didalam otot yang berakibat otot menjadi lelah dan timbul rasa nyeri. Penelitian pada 251 responden pekerja bagian jahit sepatu didapatkan keluhan nyeri tengkuk menduduki peringkat ke 4 (37.5%) setelah bahu kanan 53.8%, bahu kiri 47,4% dan pinggang 45%. Dari hasil pemeriksaan didapat-kan prevalensi nyeri tengkuk sebesar 55.4% (Dina, 2004).

BAB II ANATOMI FISIOLOGI

A. Segmental Cervical Gerakan pada cervical lebih luas serta sudut facet sendinya lebih kearah transversal dibandingkan dengan thoracal atau lumbal. Cervical terdiri dari ruas dengan ciri-ciri sebagai berikut : 1. Corpus vertebra kecil, pendek berbentuk segi empat 2. Foramen vertebra berbentuk segi tiga dan besar 3. Processus transversus terletak di sebelah processus articularis 4. Pada processus transversus terdapat foramen costo transversarium yang dilalui oleh arteri dan vena vertebralis 5. Processus transversus mempunyai dua tonjolan, yaitu tuberculum anterior dan tuberculum posterior, yang dipisahkan oleh sulcus spinalis dan dilalui oleh nervus spinalis. Karena susunan anatomis dan fungsi yang berbeda, maka dapat dipilah dalam segmentasi sebagai berikut :
1. Atlanto occypitalis (C0 C1)

Merupakan sendi sinovial jenis ovoid yang dibentuk inferior articular face atlas cekung. Gerak utama fleksi-ekstensi sehingga dikenal sebagai yes joint.
2. Atlanto axialis (C1 C2)

Merupakan sendi sinovial jenis sendi putar, dibentuk oleh atlas arc dengan dens dimana gerak utamanya rotasi kanan-kiri, sehingga dikenal sebagai no joint.
3. Intervertebral joint (C2 C7)

Gerakan ke segala arah, dengan gerakan dominan seperti ekstensi, fleksi, dan lateral fleksi.

4. Facets dan Uncovertebral joint Mulai dari C2 ke bawah membentuk intervertebral joint atau facets dimana terletak lebih pada bidang transversal. Facet dibentuk oleh processus articular inferior dengan processus articular superior vertebra bawahnya, dimana arah permukaan sendi dalam bidang transversal sehingga memungkinkan luasnya ke segala arah. Sudut kemiringan dan sudut bukaan facet tiap segmen bervariasi, sehingga memiliki dominasi gerakan yang bervariasi tiap segmen. Uncovertebral (uncinate) joint bukan merupakan sendi yang sebenarnya tetapi merupakan pertemuan tepi lateral corpus vertebra cervicalis, yang berkembang dan degenerasi sesuai umur. Uncovertebral terdapat pada cervical spine saja, juga sebagai stabilisasi dan mengarahkan gerak segmental sehingga lebih dominan fleksi-ekstensi. B. Otot-otot Regio Cervical Otot-otot regio cervical terdiri atas kelompok otot bagian anterior, posterior dan bagian lateral. 1. Bagian Anterior Pada bagian anterior, terdapat otot prevertebralis cervical dan otot hyoid. a. Otot Prevertebralis Cervical Otot prevertebralis terdiri atas otot longus colli dan longus capitis, serta otot rectus capitis anterior dan otot rectus capitis lateralis. Otot longus colli dan longus capitis berjalan vertikal ke atas di depan vertebra, longus colli berasal dari 3 thoracal bagian atas sampai pada C1 (atlas) dan longus capitis berasal dari cervical bawah ke os occipital. Otot rectus capitis berjalan secara oblique ke atas dari atlas ke tengkorak, rectus capitis anterior berjalan kearah medial dan rectus capitis lateralis berjalan kearah lateral. Kecuali otot longus colli, otot-otot tersebut di atas berperan dalam gerak fleksi kepala dan leher ketika otot-otot sisi kiri dan sisi kanan bekerja bersama-sama. Pada aksi yang terpisah, otot-otot tersebut berfungsi dalam gerak fleksi kepala dan leher ke arah lateral atau rotasi pada sisi yang berlawanan. Otot longus colli hanya bekerja pada leher dan bekerja aktif pada fleksi yang ditahan, lateral fleksi yang ditahan dan rotasi pada sisi

yang sama. Otot ini juga menstabilisasi leher selama batuk, bicara dan menelan. b. Otot Hyoid Otot ini di kenal juga sebagai otot yang berbentuk tali. Otot hyoid adalah otot-otot bagian anterior yang kecil pada regio cervical. Otot ini terdiri atas otot suprahydois dan 4 otot infrahyidois. Otot Hyoid berperan di dalam gerak fleksi kepala dan leher. Otot tersebut merupakan otot-otot utama dalam fase-fase menelan, tetapi berkontraksi pada fleksi cervical melawan tahanan. 2. Bagian Posterior Pada bagian posterior cervical terdapat otot splenius capitis dan cervicis, group otot suboccipitalis, erector spine, serta otot semispinalis cervicis dan capitis. a. Otot Splenius Capitis dan Cervicis Kedua otot ini terdiri atas ikatan serabut paralel, berjalan keluar dan keatas dari perlekatannya di bawah kearah sentral/medial sampai perlekatannya di atas lebih kearah lateral. Otot splenius capitis jauh lebih besar daripada splenius cervicis. Ketika sisi kiri dan kanan berkontraksi secara bersaman kedua otot tersebut berperan dalam gerak ekstensi dan hyperekstensi kepala serta leher. Kedua otot ini juga membantu menopang kepala dan postur tegak. Jika satu sisi berkontraksi sendiri dapat menghasilkan fleksi kepala, lateral fleksi leher dan juga rotasi leher pada sisi yang sama. Otot-otot ini dapat dipalpasi pada posterior leher tepatnya dibagian lateral dari upper trapezius dan bagian posterior dari sternocleidomastoid di atas levator scapula. Otot ini khususnya berkontraksi jika kepala ekstensi melawan tahanan dalam posisi tengkurap dan kedua shoulder rileks. Tetapi hal ini sulit di identifikasi. b. Group Otot Suboccipitalis

Group otot ini terdiri dari 4 otot yang pendek yang terletak pada bagian belakang bawah dari tengkorak (os occipital) dan 2 vertebra bagian atas. Group otot ini mencakup obliques capitis superior dan inferior, serta rectus capitis posterior major dan minor. Aksi/kerja otot secara bersamaan pada kedua sisi menghasilkan ekstensi dan hiperekstensi kepala. Ketika satu sisi bekerja sendiri maka terjadi lateral fleksi kepala atau rotasi kepala ke sisi yang sama. c. Erector Spine Otot ini dikenal sebagai massa otot yang besar dan terbagi ke dalam 3 cabang yaitu otot iliocostalis, longissimus, dan otot spinalis. Khusus regio cervical hanya terdapat otot iliocostalis dan otot longissimus. Otot iliocostalis terdiri dari bagian lumbal, thoracal dan cervical. Pada regio cervical, otot iliocostalis cervicis melekat pada processus transversus C4 kemudian bersambung pada regio thoracal dengan nama iliocostalis thoracal. Otot longisimus terdiri dari 3 bagian yang berbeda yaitu longissimus thoracis, longissimus cervicis dan longissimus capitis. Longissimus cervicis adalah otot yang kecil dan terletak agak dekat dengan spine melekat dari processus transversus vertebra thoracal atas sampai pada proseccus transversus vertebra cervical bawah. Longissimus capitis adalah otot yang tipis dan melekat dari vertebra cervical pada 2/3 bagian bawah cervical, kemudian berjalan keluar dan keatas pada processus mastoideus os temporalis. Otot erector spine pada regio cervical jika berkontraksi secara bersamaan pada kedua sisi akan menghasilkan gerakan ekstensi kepala. Jika hanya berkontraksi pada satu sisi, khususnya yang berhubungan dengan otot bagian lateral dan anterior pada sisi yang sama maka akan menghasilkan gerakan lateral fleksi.

d. Otot Semispinalis Cervicis dan Capitis

Otot ini terletak dekat dengan vertebra pada bagian dalam dari erector spine. Bagian thoracal dan cervical terdiri dari bundel-bundel serabut otot yang kecil yang berjalan kearah medial dan keatas sampai beberapa processus vertebra di atasnya. Bagian bawah semispinalis capitis melekat dari vertebra thoracal bagian atas dan berjalan sedikit ke medial, tetapi bundel-bundel serabutnya pada regio cervical berjalan vertikal ke os occipital. Ketika kedua sisi otot-otot serabut tersebut berkontraksi secara bersamaan maka akan menghasilkan ekstensi cervical. Dan ketika hanya satu sisi berkontraksi maka akan menghasilkan lateral fleksi dan rotasi pada sisi yang berlawanan. 3. Bagian Lateral Pada bagian lateral cervical, terdiri atas otot scalenus anterior, posterior dan medius, serta otot sternocleidomastoid. a. Otot Scalenus Anterior, Posterior dan Medius Ketiga otot ini berjalan diagonal ke atas dari sisi 2 costa atas sampai processus transversus vertebra cervical. Aksi ketiga otot secara bersamaan pada kedua sisi akan menghasilkan fleksi cervical, dan aksi ketiga otot pada satu sisi akan menghasilkan lateral fleksi leher. Ketiga otot ini dapat dipalpasi pada sisi leher antara sternocleidomastoid dan upper trapezius tetapi sulit diidentifikasi. (Basmajian and Deluca, 1985) b. Otot Sternocleidomastoid Otot ini terdiri dari 2 caput, satu caput dari puncak sternum dan satu caput lainnya dari puncak clavicula sekitar dua inchi ke lateral dari costa satu. Kedua caput otot ini menyatu dan melekat pada tulang tengkorak tepat dibawah dan dibelakang telinga. Aksi otot pada kedua sisi secara bersamaan akan menghasilkan fleksi kepala dan leher. Aksi otot pada satu sisi akan menghasilkan fleki kepala dan lateral fleksi leher, juga menghasilkan rotasi pada sisi yang berlawanan. Otot ini mudah dipalpasi pada sisi leher tepat dibawah telinga ke depan leher pada salah satu sisi dari sternoclavicular joint.

BAB III PATOLOGI TERAPAN Penyebab Cervikal Syndrome 1. Trauma Trauma/luka atau keseleo disebabkan oleh kecelakaan kendaraan ber-motor yang menyebabkan cedera lecutan (whiplash injury), kecelakaan akibat pekerjaan atau akibat kontak yang keras waktu olahraga atau perkelahian yang kemudian menyebabkan sakit tengkuk. 2. Ketegangan kronis pada otot dan tendon daerah tengkuk Sikap yang tidak baik selama bekerja menyebabkan terjadinya ketegangan kronis pada tengkuk (misalnya menundukan kepala yang berkepanjangan sehari-harinya) dimana ligamen sangat regang, otot menjadi lelah, sendi leher dan saraf tertekan. 3. Penyakit degeneratif dan radang Diskus dan sendi pada leher sering mengalami perubahan degeneratif yang prevalensinya meningkat sesuai umur. Hal ini dapat mengurangi kapasitas kerja. 4. Herniasi Discus dari salah satu ruas tulang belakang dimana diskus keluar dari antara ruas-ruas tulang belakang tersebut.

5. Faktor psikososial Faktor psikososial seperti beban kerja yang banyak, pekerjaan yang monoton dan kontrol yang rendah pada situasi pekerjaan serta tingkat sosial. 6. Kelainan kongenital Seseorang yang lahir dengan bentuk vertebra yang tidak normal atau sambungan yang lepas pada daerah leher mungkin berkaitan dengan terjadinya sakit tengkuk bila ruas-ruas tulang belakang mulai menekan spinal cord. 7. Infeksi Salah satu gejala awal dari penyakit gondok, encephalitis dan poliomy-elitis adalah kekakuan dan rasa sakit pada leher. 8. Kanker Tumor ganas pada leher menyebabkan sakit jika timbul cukup besar untuk menekan saraf tepi dan spinal cord. 9. Penyakit lain Yang juga dapat menyebabkan sakit tengkuk adalah rheumatoid arthritis dan fibromyalgia.

Pertimbangan utama terjadinya gangguan leher belakang pada waktu kerja : 1. Beban pada struktur leher dalam waktu yang lama, berkaitan dengan tuntutan yang tinggi dari pekerjaan dan kebutuhan stabilisasi daerah leher dan bahu dalam bekerja dengan tangan. 2. Secara psikologis pekerjaan dengan konsentrasi tinggi, tuntutan kualitas dan kuantitas secara umum mempengaruhi aktivitas otot leher. 3. Diskus dan sendi pada leher sering mengalami perubahan degeneratif yang prevalensinya meningkat sesuai umur.

Faktor risiko terjadinya cervical Syndrome 1. Sikap tubuh

Abduksi dan forward flexion (kepala turun maju kedepan) lebih dari 30 0 dapat mengakibatkan faktor risiko oleh karena adanya penekanan pada otot supraspinatus > 30 mmHg sehingga terjadi gangguan aliran darah.

Sakit tengkuk/leher ditemui pada pekerja yang dituntut bekerja dengan sikap kerja tersebut dalam waktu lama. Umumnya terjadi pada industri perakitan, bekerja dengan Visual Display Terminal (VDT), mem-bungkuk, mengepak.

Sikap kerja yang baik dengan duduk yang tidak berpengaruh buruk terhadap sikap tubuh dan tulang belakang adalah sikap duduk dengan sedikit lordosa pada pinggang dan sedikit kifosa pada punggung dimana otot otot punggung menjadi terasa enak.

Sikap duduk yang baik adalah :

Tidak menghalangi pernafasan.

o o

Tidak menghambat sistem peredaran darah. Tidak menghalangi gerak otot atau menghalangi fungsi organ-organ

dalam tubuh.
o

Dalam bekerja dengan duduk perlu beberapa pesyaratan, yaitu :

Pekerja dapat merasa nyaman selama melaksanakan pekerjaTidak menimbulkan gangguan psikologis. Dapat melakukan pekerjaannya dengan baik dan memuaskan.

annya.

2. Getaran Suatu pegangan alat yang bergetar dapat mempengaruhi kontraksi otot dalam rangka menstabilkan tangan tersebut dan alat, dengan demikian dapat menimbulkan efek lelah pada leher. 3. Gerakan yang berulang Gerakan berulang yang dilakukan dengan tangan akan meningkatkan kebutuhan stabilisasi daerah leher dan bahu, dengan demikian akan meningkatkan risiko keluhan leher. 4. Organisasi pekerjaan Organisasi pekerjaan ini digambarkan sebagai distribusi pembagian tugas pekerjaan, lama kerja, lama istirahat & makan. Jangka waktu antara bekerja dan waktu istirahat mempunyai efek pada kelelahan jaringan dan penyembuhannya. Pekerjaan dengan berbagai macam tugas, menghasilkan ketidakleluasaan postur dan beban statis yang rendah untuk daerah leher dan lengan.

5. Faktor psikokologi dan sosial Hubungan antara faktor psikososial terhadap pekerjaan dan gangguan pada daerah leher telah ditunjukan oleh beberapa studi. Antara lain mengenai tekanan psikologi yang dirasakan, kontrol yang rendah dari organisasi pekerjaan, hubungan yang buruk dengan manajemen dan teman kerja dan permintaan yang tinggi akan ketelitian dan kecepatan. 6. Faktor individu Karakteristik individu seperti umur, jenis kelamin, kekuatan otot dan daya tahan, kebugaran fisik, ukuran tubuh, kepribadian, kecerdasan, kebiasaan waktu senggang (aktivitas fisik, merokok, alkohol, diet) rentan terhadap sakit otot. Untuk kebanyakan sakit otot, risiko meningkat sesuai usia. Wanita biasanya dilaporkan lebih tinggi tingkat risiko untuk terjadinya nyeri otot di leher dan bahu dibandingkan pria. Pencegahan Untuk mendapatkan pasien yang sehat dan secepatnya kembali bekerja adalah kesadaran tentang pentingnya kesehatan dan lingkungan kerja yang baik. Untuk mencegah terjadinya nyeri tengkuk ada beberapa nasehat yang bermanfaat :

Menghindari bekerja dengan kepala turun atau satu sisi dalam waktu yang lama,

peregangan dan posisi yang sering berulang.

Sikap tubuh yang baik dimana tubuh tegak, dada terangkat, bahu santai, dagu

masuk dan pada tingkatan kepala, leher merasa kuat, longgar dan santai.

Tidur dengan bantal atau bantal urethane. Memelihara sendi dan otot yang fleksibel dan kuat dengan latihan yang benar

pada leher.

BAB IV STATUS KLINIS A. DATA-DATA MEDIS RUMAH SAKIT A. Diagnosis Medis B. Catatan Klinis 1) 2) 3) 4) C. Terapi Umum : CERVIKAL SYNDROME : Vital Sign Tekanan darah: Denyut nadi Pernapasan Temperatur : : : 120/ 80 mmHg 67x / menit 22x / menit Normal

: Medika Mentosa

Pemeriksaan Fisioterapi

a. Assesment Anamnesis Umum Nama Umur Jenis kelamin Agama Pekerjaan Alamat : Dahlia : 48 tahun : Perempuan : Islam : Guru SD Taman Kanak-Kanak Karya : Perumnas Antang

Keluhan Utama Lokasi Keluhan

Anamnesis Khusus : Nyeri dan spasme pada M. Upper Trapezius : Leher menjalar ke lengan

Kapan Terjadinya Sifat Keluhan

: 2 bulan yang lalu : Menjalar

RPP : 2 bulan yang lalu pasien salah tidur dan osi membawa dirinya ke tukang urut dan keluhan pasien bertambah karena osi merasakan sakitnya belum hilang dan setelah itu osi berobat ke RSUD. Labuang Baji dan di rujuk ke Fisioterapi. b. Inspeksi Statis : Bahu pasien simetris, kepala dan leher juga tampak normal. flexi kanan dan rotasi kanan Palpasi : Terasa nyeri pada cervikal dan adanya spasme pada M. Upper trapezius. c. Pemeriksaan Fungsional
1) Cervical Aktif : - Fleksi - Ekstensi - Lateral Fleksi Kanan - Lateral Fleksi Kiri - Rotasi Kanan - Rotasi Kiri :Full ROM, Tidak Nyeri :Full ROM, Nyeri :Full ROM, Nyeri :Full ROM, Tidak Nyeri :Full ROM, Nyeri :Full ROM, Tidak Nyeri

Dinamis : pasien merasa nyeri saat melakukan gerakan ekstensi, lateral

1. Pemeriksaan Fungsi Gerak Dasar

Pasif

: - Fleksi - Ekstensi - Lateral Fleksi Kanan - Lateral Fleksi Kiri - Rotasi Kanan - Rotasi Kiri

:Full ROM, Tidak Nyeri, Elastic End Fell :Full ROM, Nyeri, Elastic EndFeel :Full ROM, Nyeri, Elastic End Feel :Full ROM, Tidak Nyeri, Elastic End Feel :Full ROM, Nyeri, Elastic End Feel :Full ROM, Tidak Nyeri, Elastic End Feel :Tidak Lemah, Tidak Nyeri :Lemah, Nyeri :Lemah, Nyeri :Tidak Lemah, Tidak Nyeri :Lemah, Nyeri :Tidak Lemah, Tidak Nyeri

TIMT

: - Fleksi - Ekstensi - Lateral Fleksi Kanan - Lateral Fleksi Kiri - Rotasi Kanan - Rotasi Kiri

2. Pemeriksaan Spesifik a) Tes compressi Tujuan : : pada leher dengan posisi flexi, extensi, lateral fleksi. Untuk mengetahui adanya gangguan pada foramen intervertebralis bag cervikal, saraf dorsalis. Hasil b) Distraksi Tujuan Hasil c) Valsava Tujuan Hasil d) Nafsiger Tujuan : : : : : : : : : Nyeri mengangkat kepala pasien dengan tangan fisioterapis Untuk Mengetahui adanya gangguan pada saraf dorsalis. Tidak Nyeri Pasien disuruh mengejan Apabila nyeri akan,timbul nyeri radikuler (dari leher sampai lengan) Nyeri Fisioterapis mempalpasi incicura jugularis dan pasien disuruh mengejan Apabila nyeri disepanjang area dermatom berarti Hasil e) Palpasi f) Tes VAS : : Nyeri Adanya spasme pada m.Upper trapezius. adanya desak ruang di canalis vertebralis

d.

Diagnosa Fisioterapi

Gangguan kapasitas fisik dan kemampuan fungsional leher akibat cervikal syndrome e. Problematik Fisioterapi 1. Adanya nyeri pada leher dan bahu. 2. Adanya spasme pada m. Upper trapezius. 3. Gangguan fungsi leher. f. Perencanaan Fisioterapi Tujuan Jangka Pendek - Mengurangi nyeri pada leher dan bahu. - Mengurangi Spasme pada m. Upper trapezius. - Memperbaiki fungsi leher. Tujuan Jangka panjang Memaksimalkan kapasitas fisik dan kemampuan fungsional pasien. g. Pelaksanaan Fisioterapi 1). Tekhnologi Ideal: IRR TENS Massage Exc IRR a. Teknologi Ft

Metodologi Terpilih
o

Tujuannya : sebagai Pre eleminary exc. Dosis : F : 3x/minggu I : 30 45 cm T : lominus T : 10 menit

II. TENS Tehnik : Pasien dalam posisi lying dimana fisioterapis berdiri di samping pasien dan meletakkan pet pada bahu sebelah kiri Tujuan : Menurunkan Nyeri F : 3X/minggu I : 60 mA

T : 2 Pad T : 10 menit

III. Massage Tujuan : Mengurangi spasme dan merileksasikan otot Teknik : Friction, Eflurage dan connective Tissue F : 3X seminggu I : 30X putaran

T : Kontak Langsung T : 5 menit IV. Exercise therapi Strengthening dan Streching Tujuannya : untuk meningkatkan kekuatan otot dan penguluran otot yang mengalami spasme

F : 3x/minggu I : beban sedang T : kontraksi isotonik T : 8x hitungan dengan 3x repetisi V. Edukasi / HP Pasien diminta untuk melakukan latihan leher dan bahu tiap hari setelah bekerja (melemaskan otot-otot leher) VI. Rencana Evaluasi h. Mengukur Nyeri dengan VAS Penurunan spasme otot Memperbaiki Fungsi leher. Prognosis : Baik : Baik : Baik : Baik

Quo ad vitam Quo ad sanam Qua ad fungsionam Qua ad cosmetican

i.

Evaluasi Sesaat Setelah : Pasien nampak kelelahan setelah diberikan terapi Pasien masih merasa nyeri : Nyeri berkurang pada bahu dan leher.

Spasme berkurang pada M. upper trapezius

FOLLOW UP NO 1 Hari/tgl Selasa 04/02/09 Problematik Modalitas 1. Nyeri pada leher - IRR dan bahu. 2. Spasme pada M. Upper trapezius. 3. Gangguan fungsi leher. 2 Senin 09/02/09 1. Nyeri pada leher dan bahu. 2. Spasme pada m.Upper trapezius. 3. Gangguan fungsi leher. TENS Massage EXC (Streching dan Strengthen ing) IRR TENS Massage EXC (Streching dan Strengthen ing) Evaluasi Nyeri dengan nilai VAS : 8 Spasme mulai Berkurang Fungsi Leher masih terbatas Nyeri VAS = 6,1 Spasme sudah tidak ada. Fungsi Leher sudah tidak terbatas

LAPORAN PRAKTEK KLINIK RSUD.LABUANG BAJI

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA GANGGUAN FUNGSIONAL LEHER AKIBAT CERVICAL SYNDROME

DISUSUN OLEH : RACHMANIAR BAHARUDDIN NIM : PO7132 4106 1040

POLITEHNIK DEPARTEMEN KESEHATAN MAKASSAR JURUSAN FISIOTERAPI TAHUN 2009

LEMBAR PENGESAHAN Laporan Praktek Klinik dengan judul Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Gangguan Fungsional Leher akibat Cervical Syndrome atas nama Rachmaniar Baharuddin Nim : PO. 713241061040 Telah disetujui untuk diajukan sebagai salah satu persyaratan dalam menyelesaikan praktek klinik di RSUD. Labuang Baji mulai tanggal 03 Februari 20 Februari 2009.
Makassar, Mengetahui Februari 2009

Pembimbing Klinik

Pembimbing Akademik

HANIFA SANTI NIP.140 302 348

H. RUSLI,S.Pd NIP.140 056 597

Anda mungkin juga menyukai