Anda di halaman 1dari 9

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNya sehingga makalah Keselamatan dan kesehatan kerja yang berjudul Penyakit ISPA ini dapat disusun. Buku ini diharapkan untuk memenuhi tugas Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan saya mengucapkan banyak terimakasih kepada Ardhiana Juliana Dewi M.Kes semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembacanya. Namun saya yakin bahwa buku ini sangatlah banyak kekurangannya, oleh karena itu saya selaku penyusun makalah ini mengharapkan kritik dan saran agar dapat mengefaluasi makalah ini sehingga pada pembuatannya kembali dapat sempurna.

Ciamis, 7 Maret 2013 Disusun oleh,

Penyusun

PEMBAHASAN

ISPA merupakan singkatan dari Infeksi Saluran Pernafasan Akut, istilah ini diadaptasi dari istilah dalam bahasa Inggris Acute Respiratory Infections (ARI). Penyakit infeksi akut yang menyerang salah satu bagian dan atau lebih dari saluran nafas mulai dari hidung (saluran atas) hingga alveoli (saluran bawah) termasuk jaringan adneksanya seperti sinus, rongga telinga tengah dan pleura. Penyakit ISPA merupakan penyakit yang sering terjadi pada anak, karena sistem pertahanan tubuh anak masih rendah. Kejadian psenyakit batuk pilek pada balita di Indonesia diperkirakan 3 sampai 6 kali per tahun, yang berarti seorang balita rata-rata mendapat serangan batuk pilek sebanyak 3 sampai 6 kali setahun. Istilah ISPA meliputi tiga unsur yakni infeksi, saluran pernafasan dan akut, dimana pengertiannya sebagai berikut : 1. Infeksi Adalah masuknya kuman atau mikroorganisme ke dalam tubuh manusia dan berkembang biak sehingga menimbulkan gejala penyakit. 2. Saluran pernafasan Adalah organ mulai dari hidung hingga alveoli beserta organ adneksanya seperti sinussinus, rongga telinga tengah dan pleura. 3. Infeksi Akut Adalah Infeksi yang langsung sampai dengan 14 hari. batas 14 hari diambil untuk menunjukkan proses akut meskipun untuk beberapa penyakit yang dapat digolongkan dalam ISPA proses ini dapat berlangsung lebih dari 14 hari. ISPA secara anatomis mencakup saluran pernafasan bagian atas, saluran pernafasan bagian bawah (termasuk jaringan paru paru) dan organ adneksa saluran pernafasan. dengan batasan ini, jaringan paru termasuk dalam saluran pernafasan (respiratory tract). Sebagian besar dari infeksi saluran pernafasan hanya bersifat ringan seperti batuk pilek dan tidak memerlukan pengobatan dengan antibiotik, namun demikian anak akan menderita pneumoni bila infeksi paru ini tidak diobati dengan antibiotik dapat mengakibat kematian.

Program Pemberantasan Penyakit (P2) ISPA membagi penyakit ISPA dalam 2 golongan yaitu : * ISPA non- Pneumonia : dikenal masyarakat dengan istilah batuk pilek *Pneumonia : apabila batuk pilek disertai gejala lain seperti kesukaran bernapas, peningkatan frekuensi nafas (nafas cepat). Saluran pernafasan dari hidung sampai bronkhus dilapisi oleh membran mukosa bersilia, udara yang masuk melalui rongga hidung disaring, dihangatkan dan dilembabkan. Partikel debu yang kasar dapat disaring oleh rambut yang terdapat dalam hidung, sedangkan partikel debu yang halus akan terjerat dalam lapisan mukosa. Gerakan silia mendorong lapisan mukosa ke posterior ke rongga hidung dan ke arah superior menuju faring. Secara umum efek pencemaran udara terhadap saluran pernafasan dapat menyebabkan pergerakan silia hidung menjadi lambat dan kaku bahkan dapat berhenti sehingga tidak dapat membersihkan saluran pernafasan akibat iritasi oleh bahan pencemar. Produksi lendir akan meningkat sehingga menyebabkan penyempitan saluran pernafasan dan rusaknya sel pembunuh bakteri di saluran pernafasan. Akibat dari hal tersebut akan menyebabkan kesulitan bernafas sehingga benda asing tertarik dan bakteri lain tidak dapat dikeluarkan dari saluran pernafasan, hal ini akan memudahkan terjadinya infeksi saluran pernafasan. Menurut WHO, sekresi lendir atau gejala pilek terjadi juga pada penyakit common cold disebabkan karena infeksi kelompok virus jenis rhinovirus dan atau coronavirus. Penyakit ini dapat disertai demam pada anak selama beberapa jam sampai tiga hari. Sedangkan pencemaran udara diduga menjadi pencetus infeksi virus pada saluran nafas bagian atas. ISPA dapat ditularkan melalui air ludah, darah, bersin, udara pernafasan yang mengandung kuman yang terhirup oleh orang sehat kesaluran pernafasannya.

Klasifikasi WHO ( 1986) telah merekomendasikan pembagian ISPA menurut derajat keparahannya. Pembagian ini dibuat berdasarkan gejala-gejala klinis yang timbul dan telah ditetapkan dalam lokakarya Nasional II ISPA tahun 1988. Adapun pembagiannya sebagai berikut : Secara anatomis yang termasuk Infeksi saluran pernapasan akut : 1. ISPA ringan Ditandai dengan satu atau lebih gejala berikut :

a. Batuk. b. Pilek dengan atau tanpa demam. 2. ISPA sedang Meliputi gejala ISPA ringan ditambah satu atau lebih gejala berikut : a. Pernapasan cepat. 1) Umur <> 2) Umur 1-4 tahun : 40 kali/menit atau lebih. b. Wheezing(nafas menciut-ciut). c. Sakit atau keluar cairan dari telinga. d. Bercak kemerahan (campak). e. Khusus untuk bayi <2> 3. ISPA berat Meliputi gejala sedang atau ringan ditambah satu atau lebih gejala berikut : a. Penarikan sela iga kedalam sewaktu inspirasi. b. Kesadaran menurun. c. Bibir/kulit pucat kebiruan. d. Stridor (nafas ngorok) sewaktu istirahat. e. Adanya selaput membrane difteri. Menurut Depkes RI (1991), Pembagian ISPA berdasarkan atas umur dan tanda-tanda klinis yang didapat yaitu : 1. Untuk anak umur 2 bulan-5 tahun Untuk anak dalam berbagai golongan umur ini ISP diklasifikasikan menjadi 3 yaitu : a) Pneumonia berat Tanda utama : Adanya tanda bahaya yaitu tidak bisa minum, kejang, kesdaran menurun, stridor, serta gizi buruk. Adanya tarikan dinding dada kebelakang. Hal ini terjadi bilaparu-paru menjadi kaku dan mengakibatkan perlunya tenaga untuk menarik nafas. Tanda lain yang mungkin ada : - Nafas cuping hidung. - Suara rintihan.

- Sianosis (pucat). b) Pneumonia tidak berat Tanda Utama : Tidak ada tarikan dinding dada ke dalam. Di sertai nafas cepat : - Lebih dari 50 kali/menit untuk usia 2 bulan 1 tahun. - Lebih dari 40 kali/menit untuk usia 1 tahun 5 tahun. c) Bukan pneumonia Tana utama : Tidak ada tarikan dinding dada kedalam. Tidak ada nafas cepat : - Kurang dari 50 kali/menit untuk anak usia 2 bulan 1 tahun. - Kurang dari 40 kali/menit untuka anak usia 1 tahun 5 tahun. 2. Anak umur kurang dari 2 bulan Untuk anak dalam golongan umur ini, di klasifikasikan menjadi 2 yaitu : a) Pneumonia berat Tana utama : Adanya tanda bahaya yaitu kurang bisa minum, kejang, kesadaran menurun, stridor, wheezing, demm atau dingin. Nafas cepat dengan frekuensi 60 kali/menit atau lebih. Tarikan dinding dada ke dalam yang kuat. b) Bukan pneumonia Tanda utama : Tidak ada nafas cepat. Tidak ada tarikan dinding dada ke dalam. Penyakit Saluran pernafasan ini bisa terjadi pada saluran pernafasan atas diantaranya

Penyakit Batuk dan pilek Sakit pada bagian telinga (otitis media) Radang pada faring/tenggorokan (faringitis)

dan infeksi saluran pernafasan bawah, diantaranya :


Penyakit Bronkitis Bronkiolitis Pneumonia

Yang termasuk bakteri gram negative batang pada ISPA adalah Haemophilus influenze dan Bordetella pertusis

Bakteri Haemophilus influenzae

Klasifikasi Divisi : Bakteri Kelas : Schizomicetes Ordo : Eubacteriales Famili : Haemophilunaceae Genus : Haemophilus Spesies : Haemophilus influenzae

Bakteri H. influenzae pertama kali ditemukan oleh Richard Pfeiffer (1892) ketika sedang terjadi wabah influenza. H. influenzae disalah artikan sebagai penyebab influenza sampai tahun 1933, ketika etiologi virus flu menjadi jelas.
Haemophilus influenzae adalah kelompok bakteri yang dapat menyebabkan berbagai jenis infeksi pada bayi dan anak-anak. Bakteri yang semula disebut Bacillus Pfeiffer ini diartikan juga sebagai organisme yang hidup bebas pertama yang memiliki seluruh genome sequencing. Haemophilus influenzae atau yang

biasa disingkat H. influenzae adalah bagian dari mikroflora normal pada bagian atas saluran pernapasan pada manusia. Haemophilus influenzae bergerak di antara sel-sel epitel pada saluran pernapasan untuk menginvasi dan menimbulkan penyakit.

Sebagai penyebab infeksi pada manusia, H. influenzae merupakan spesies paling penting dalam kelompoknya. Meskipun tidak menyebabkan influenza epidemik sebagaimana namanya, bakteri ini mampu menyebabkan infeksi yang berat. Pada bayi dan anak-anak, bakteri ini menyebabkan meningitis akut, dan beberapa penyakit serius lain. H. influenzae tipe b merupakan patogen primer pada anak-anak dibawah 5 tahun Pada orang dewasa, H. influenzae tipe b berhubungan dengan pneumonia dan penyakit paru-paru kronik. Strain H. influenzae tanpa-tipe dan Haemophilus lain dapat menyebabkan sinusitis, otitis, dan infeksi saluran pernafasan atas. Alkoholik, perokok, orang yang terinfeksi-HIV, dan penderiita penyakit paru-paru kronik, memiliki risiko terinfeksi bakteri ini. Strain penghasil-beta-laktamase, lebih sering terdapat pada anakanak dibanding pada orang dewasa.

Penyeberan Infeksi oleh H. influenzae terjadi setelah mengisap droplet yang berasal dari penderita baru sembuh, atau carrier, yang biasanya menyebar secara langsung saat bersin atau batuk. H. influenzae menyebabkan sejumlah infeksi pada saluran pernafasan bagian atas seperti faringitis, otitis media, dan sinusitis yang terutama penting pada penyakit paru kronik. Meningitis karena H. influenzae jarang terjadi pada bayi berumur kurang dari 3 bulan dan tidak umum dijumpai pada anak-anak diatas umur 6 tahun. Pada anak-anak, selain meningitis, H. influenzae tipe b juga menyebabkan penyakit bacterial epiglottitis akut. Manifestasi Klinis Gejala-gejala klinis yang disebabkan penyakit ini cukup banyak, tergantung letak infeksi dan jenis penyakit yang disebabkannya. Anak-anak mungkin memiliki gejala klinis yang berbeda tiap pribadi, namun jika disimpulkan, gejala klinis tersebut adalah Irritability (kekurangan makanan dan nutrisi saat bayi, demam (pada bayi prematur temperaturnya dibawah normal), sakit kepala, muntah, sakit di leher, sakit di punggung, posisi badan yang tidka biasa, kepekaan terhadap cahaya, epiglottitis, dyspnoea (sulit bernafas), dysphagia (sulit menelan), septic arthritis, cellulitis, pneumonia, sepicaemia, osteomyelitis, bacteramia, dan empyema. Kasus Hib jarang terjadi pada bayi di bawah 3 bulan atau di atas 6 tahun. Biasanya terjadi pada umur 4-18 bulan.

Diagnosis Dalam mendiagnosis penyakit ini, dapat dipergunakan cairan serebrospinal, sputum, dan cairan telinga sebagai bahan pemeriksaan. Pencegahan penyakit yang ditimbulkan oleh Haemophilus influenzae Untuk mencegah adanya penyakit karena bakteri Haemophilus influenzae dapat dilakukan beberrapa tindakan pencegahan yaitu:

Memberikan vaksin konjugat Haemophilus b kepada anak saat umur 2 bulan atau lebih. Anak umur 15 bulan atau lebih dapat diberi toksoid difteri.

Bakteri Bordetella pertussis

Klasifikasi Kingdom : Eubacterium Filum Kelas Ordo Famili Genus : Coccobacillus : Bacillus : Coccobacillus : Alcaligenaceae : Bordetella

Spesies : Bordetella pertussis

Penyakit pertusis atau batuk rejan (whooping chough) atau batuk seratus hari merupakan penyakit akut saluran pernapasan yang ditandai dengan batuk paroksismal. Di dunia terjadi sekitar 30 sampai 50 juta kasus per tahun, dan menyebabkan kematian pada 300.000 kasus (data dari WHO). Penyakit ini biasanya terjadi pada anak berusia di bawah 1 tahun. 90 persen kasus ini terjadi di negara berkembang dan merupakan penyakit yang menular.

Penularan Pertusis menular melalui droplet batuk dari pasien yg terkena penyakit ini dan kemudian terhirup oleh orang sehat yg tidak mempunyai kekebalan tubuh, antibiotik dapat diberikan untuk mengurangi terjadinya infeksi bakterial yg mengikuti dan mengurangi kemungkinan memberatnya penyakit ini (sampai pada stadium catarrhal) sesudah stadium catarrhal antibiotik tetap diberikan untuk mengurangi penyebaran penyakit ini, antibiotik juga diberikan pada orang yg kontak dengan penderita, diharapkan dengan pemberian seperti ini akan mengurangi terjadinya penularan pada orang sehat tersebut. Diagnosis Diagnosis yang pasti tergantung pada diasingkannya Bordetella pertussis dari penderita. Hasil isolasi tertinggi diperoleh pada stadium kataral, dan kuman pertusis biasanya tidak dapat ditemukan lagi setelah 4 minggu pertama sakit. Bahan pemeriksaan berupa usapan nasofaring penderita atau dengan menampung batuk secara langsung pada perbenihan. Pengobatan dan pencegahan Pencegahan dilakukan dengan cara mencegah kontak langsung dengan penderita dan dengan imunisasi. Dilakukan vaksinasi aktif pada bayi. Setiap bayi sebaiknya menerima 3 suntikan dari vaksin pertusis selama 1 tahun pertama diikuti serum tambahan sampai jumlah keseluruhan.

Anda mungkin juga menyukai