Anda di halaman 1dari 5

A.

Kebangkitan Nasional Indonesia

1.1 Latar Belakang Pergerakan Nasional Indonesia Abad ke-20 Indonesia mulai bangkit melakukan pergerakan menghadapi kolonialisme Belanda yaitu dengan adanya perlawanan perlawnan didaerah seperti yang dipimpin oleh Pangeran Diponegroro, Teuku Umar, Iman Bonjol, dan sebagainya. Pada awal ke-20 Indonesia melakukan perjuangan untuk memperoleh kemerdekaan dengan cara organisasi pergerakan nasional Indonesia. Faktor yang mendorong lahirnya organisasi ini yaitu dari dalam dan dari luar negeri. Faktor dari dalam negeri contohnya adalah pelaksanaan Politik Etis oleh perusahaan Hindia Belanda pada abad ke-19. Faktor dari luar negeri yang mendorong lahirnya orgaisasi Pergerakan Nasional Indonesia adalah peristiwa kemenangan Jepang atau Rusia dalam pertempuran di Tsushima tahun 1905, yaitu dengan memaksa Rusia sebagai negara raksasa untuk mengembalikan wilayah Mansyuria yang telah dirampasnya dari Jepang. Indonesia tidak diam diri melihat pergolakan yang terjadi di Asia. Indonesia mulai menyusun kekuatan unutk melawan kolonialisme Belanda. Bangsa Indonesia telah terlalu lama merasakan penidasan akibat kolonialisme Belanda. 1.2 Masa Pergerakan Nasional Indonesia Masa pergerakan nasional di Indonesia ditandai dengan berdirinya organisasiorganisasi pergerakan. Masa pergerakan nasional (1908 - 1942), dibagi dalam tiga tahap berikut: 1. Masa pembentukan (1908 - 1920) berdiri organisasi seperti Budi Utomo, Sarekat Islam, dan Indische Partij. 2. Masa radikal/nonkooperasi (1920 - 1930), berdiri organisasi seperti Partai Komunis Indonesia (PKI), Perhimpunan Indonesia (PI), dan Partai Nasional Indonesia (PNI). 3. Masa moderat/kooperasi (1930 - 1942), berdiri organisasi seperti Parindra, Partindo, dan Gapi. Di samping itu juga berdiri organisasi keagamaan, organisasi pemuda, dan organisasi perempuan. Organisasi pada masa pergerakan Nasional Indonesia : a. Boedi Utomo Pada tanggal 20 Mei 1908 dibentuklah organisasi pertama dikalangan bangsa Indonesia dinamakan Boedi Utomo, yang diperingati sebagai hari Kebangkitan Nasional Indonesia dan dalam sejarah disebut sebagai pergerakan nasional Angkatan Perintis. Boedi Utomu didirikan oleh pelajar STOVIA, setelah Boedi Utomo berdiri dengan ketua terpilihnya Tirtokusumo (Bupati Karang Anyer), tujuannya yaitu membantu mencapai kemajuan tanah air yang harmonis di Jawa dan Madura, dengan program utama yaitu mengusahakan perbaikan pendidikan dan pengajaran. Boedi Utomo berkemang dengan beranggotakan berasal dari kalangan priayayi dan pegawi negri. Dengan semakin menonjolnya pengaruh

golongan priyayi yang lebih mengutamakn jabatannya, maka para belajar keluar dan bergabung dengan orgsnisasi pergerakan nasional Indonesia lainnya. b. Sarikat Islam Sarikat Islam (SI) didirikan pada tahun 1911 di Solo oleh Haji Samanhudi bersamasama dengan Mas Tirtoadisuryo. Perkumpulan tersebut mulanya bernama Sarikat Dagang Islam denagn tujuan untuk memajukan perdagangan, melawan monopoli Cina dan memajukan agama islam kemudian diperluas tidak hanya dikalangan pedagang saja, sehingga pada tahun 1912 nama organisasi diuabh dan diresmikan menjadi Sarikat Islam. Sarekat Islam banyak dikalangna Masyarakat, hingga pad atahun 1914 sudah terdapat 56 perkumpulan Sarikai Islam lokal. Mulailah dicari jalan untuk menahan organisasi ini agar tidak membahayakan pemerintah kolonial Belanda. c. Indischi Partij (IP) Organisasi ketiga yang didirikan sejak kebangkitan nasional Indonesia pada tahun 1912, didirikan oleh Douwes Dekker, atau Setia Budi, dr.Tjipto Mangunkusumo dan Suwardi Suryaningrat (yang dikenal dengan nama Ki Hajar Dewantara). Tiga serangkai itulah yang mendirikan IP dengan tujuan menumbuhkan dan meningkatkan jiwa integrasi antara semua golongan untuk memajukan tanah air. Pemerintah kolonial bersikap tegas menolak pernohonan untuk mendapatkan pengakuan sebagai badan hukum pada bulan Maret 1913 Tiga serangkai tersebut memilih negeri Belanda sebagai tempat persaingan, selama persaingan mereka berusaha untuk menanamkan jiwa nasional dan menggerakkan orang Indonesia dinegeri Belanda supaya menuntut Indonesia merdeka. d. Perhimpunan Indonesia dan Manifesto Politik Pada tahun 1908 di Belanda berdiri sebuah organisasi yang bernama Indische Vereeniging. Pelopor pembentukan organisasi ini adalah Sutan Kasayangan Soripada dan RM Noto Suroto. Para mahasiswa lain yang terlibat dalam organisasi ini adalah R. Pandji Sosrokartono, Gondowinoto, Notodiningrat, Abdul Rivai, Radjiman Wediodipuro (Wediodiningrat), dan Brentel. Tujuan dibentuknya Indische Vereeniging adalah untuk memajukan kepentingan bersama dari orangorang yang berasal dari Indonesia. Kedatangan tokoh-tokoh Indische Partij seperti Cipto Mangunkusumo dan Suwardi Suryaningrat, sangat mempengaruhi perkembangan Indische Vereeniging. Masuk konsep Hindia Bebas dari Belanda, dalam pembentukan negara Hindia yang diperintah oleh rakyatnya sendiri. Perasaan anti-kolonialisme semakin menonjol setelah ada seruan Presiden Amerika Serikat Woodrow Wilson tentang kebebasan dalam menentukan nasib sendiri pada negara-negara terjajah (The Right of Self Determination). Dalam upaya berkiprah lebih jauh, organisasi ini memiliki media komunikasi yang berupa majalah Hindia Poetra.

Pada rapat umum bulan Januari 1923, Iwa Kusumasumantri sebagai ketua baru memberi penjelasan bahwa organisasi yang sudah dibenahi ini mempunyai tiga asas pokok yang disebut juga Manifesto Politik, yaitu: Indonesia ingin menentukan nasib sendiri, Agar dapat menentukan nasib sendiri, bangsa Indonesia harus mengandalkan kekuatan dan kemampuan sendiri, dan Dengan tujuan melawan Belanda bangsa Indonesia harus bersatu. Kegiatan Indische Vereeniging semakin tegas dan radikal, dan telah berkembang ke arah politik. Sejalan dengan semakin meluasnya pemakaian nama Indonesische, dirasa perlu untuk mengubah nama organisasi menjadi Indonesische Vereeniging pada tahun 1924. Majalah Hindia Poetra pun ikut berubah nama menjadi Indonesia Merdeka. Melalui rapat pada tanggal 3 Februari 1925 akhirnya Indonesische Vereeniging diganti menjadi Perhimpunan Indonesia (PI). e. Partai Komunis Indonesia (PKI) Partai Komunis Indonesia (PKI) secara resmi berdiri pada tanggal 23 Mei 1920. Berdirinya PKI tidak terlepas dari ajaran Marxis yang dibawa oleh Sneevliet. Ia bersama teman-temannya seperti Brandsteder, H.W Dekker, dan P. Bergsma, mendirikan Indische Social Democratische Vereeniging (ISDV) di Semarang pada tanggal 4 Mei 1914. Tokoh-tokoh Indonesia yang bergabung dalam ISDV antara lain Darsono, Semaun, Alimin, dan lain-lain. PKI terus berupaya mendapatkan pengaruh dalam masyarakat. Salah satu upaya yang ditempuhnya adalah melakukan infiltrasi dalam tubuh Sarekat Islam. Organisasi PKI makin kuat ketika pada bulan Februari 1923 Darsono kembali dari Moskow. Ditambah dengan tokoh-tokoh Alimin dan Musso, maka peranan politik PKI semakin luas. Pada tanggal 13 November 1926, Partai Komunis Indonesia mengadakan pemberontakan di Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. f. Sumpah Pemuda Sumpah pemuda, tidak dapat lepas dari organisasi kepemudaan yang bernama PPPI (Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia) yang didirikan pada tahun 1926. PPPI mendapat dukungan dari sejumlah organisasi kepemudaan seperti Jong Java, Jong Sumatranen Bond, Jong Ambon, Sekar Rukun, Jong Minahasa, Jong Batak, dan Jong Islamienten Bond dengan penuh keyakinan ingin mencapai tujuannya yaitu persatuan Indonesia. Para pemuda ini menginginkan suatu upaya penyatuan peletakan dasar untuk kemerdekaan dengan menentang ketidakadilan yang dialami selama masa penjajahan. Pertemuan awal dilaksanakan tanggal 15 November 1925 dengan membentuk panitia Kongres Pemuda I, yang bertugas menyusun tujuan kongres. Diputuskan pelaksanaan kongres I mulai tanggal 30 April sampai dengan 2 Mei 1926.

Tujuan Kongres Pemuda I adalah membentuk badan sentral, memajukan paham persatuan kebangsaan, dan mempererat hubungan di antara semua perkumpulan pemuda kebangsaan.. Kongres Pemuda II berlangsung sejak tanggal 27 Oktober 1928 dan berakhir tanggal 28 Oktober 1928. Kongres Pemuda II diadakan sebanyak tiga kali rapat. Rapat pertama, di gedung Katolik Jonglingen Bond di Waterloopein. Rapat kedua, tanggal 28 Oktober pagi, di gedung Oost Java Bioscoop, di Koningsplein Noord. Rapat ketiga, tanggal 28 Oktober malam, di gedung Indonesische Clubhuis di Jl. Kramat Raya 106 Jakarta. Di ruang utama gedung Indonesische Clubhuis (rumah perkumpulan Indonesia), yang sejak tanggal 20 Mei 1974 ditetapkan sebagai gedung Sumpah Pemuda, Sugondo Joyopuspito membacakan hasil keputusan Kongres (Mail Report No. 1066x/28 No. J/302-Eigenhandig) sebagai berikut: Kongres menetapkan ikrar/sumpah pemuda yang selanjutnya menjadi landasan perjuangan untuk mencapai Indonesia merdeka. Pada malam itu juga, untuk pertama kali diperdengarkan lagu Indonesia Raya oleh penggubahnya Wage Rudolf Supratman. Sebagai tindak lanjut dari Sumpah Pemuda 1928, pada tanggal 24 - 28 Desember 1928 di Yogyakarta para pemuda menyepakati pembentukan Komisi Besar Indonesia Muda (KBIM). Tugas komisi ini adalah mempersiapkan terbentuknya satu wadah bagi semua Pemuda Indonesia. Hasil kerja komisi ini terlihat dalam kongres pemuda di Surakarta pada tanggal 31 Desember 1936 yang berhasil membentuk organisasi Indonesia Muda (IM), yang merupakan fusi (peleburan) dari berbagai organisasi pemuda di Indonesia. Asas IM adalah kebangsaan Indonesia dan bertujuan untuk mewujudkan Indonesia Raya. Para anggota IM dilarang bekerja sama dengan pemerintah Belanda (bersifat nonkooperatif). 1.3 Perkembangan Pergerakan Nasional Indonesia Pada masa angkatan perintis yang merupakan munculnya organisasi pergerakan nasional Indonesia terlihat ada tiga organisasi yang sifatnya berbeda yaitu Budi Utomo, Sarekat Islam, dan Indische Partij, muncul beberapa organisasi nasional yang berbeda pula sifatnya seperti organisasi pemuda, organisasi wanita, juga organisasi yang bersifat keagamaan. Pada tahun 1913 didirikan Indische Social Democratische Vereniging disingkat ISDV oleh orang-orang Belanda diantaranya Snevliet. Pada tanggal 23 Mei 1920, ISDV diubah namanya menjadi Partai Komunis Indonesia (PKI). PKI mulai mencari pengaruh dari kalangan mereka selain dari cabang-cabang Sarekat Islam. Sehingga PKI dinyatakan sebagai perkumpulan terlarang oleh kolonial Belanda. Pada tanggal 7 Maret 1915, berdiri Tri Koro Darmo, yang kemudian berganti nama pada kongresnya yang pertama di Solo pada tahun 1918, menjadi Jong Java,organisasi ini bergerak dalam lapangan budaya, pendidikan dan olahraga, dengan

tujuannya antara lain membangun Jawa Raya,. Setelah Tri Koro Darmo, menyusul pemuda Sumatera yang mendirikan Jong Sumatranen Bond pada tanggal 9 Desember 1917, Jong Minahasa tahun 1918, Jong Ambon dan Jong Celebes. Kemudian Jong Batak pada tahun 1920, Sekar Rukun yang didirikan oleh pemuda Jakarta, tidak ketinggalan pula para pemuda Betawi. Sekolah Kartini juga dibentuk tahun 1912 di Semarang. Disamping gerakan-gerakan tersebut ada yang terkenal yaitu gerakan Muhammahdiyah tidak bergerak sebagai parti politik, keberadaannya tidak lepas dari gerakan Nasional Indonesia. Sementara itu perjuangan dalam bidang pendidikan pun dilaksnakn oleh para pemimpin yaitu Ki Hajar Dewantara yang mendirikan Taman Siswa pada tanggal 3 Juli 1922 di Yogyakarta, dengan tujuan membina kehidupan dan penghidupan rakyat supaya menjadi manusia merdeka yang sanggup berdiri sendiri.

B. Reaksi Pemerintah Kolonial Terhadap Pergerakan Nasional


Kebangkitan Nasional Indonesia terletak pada kesadaran akan diri sendiri, telah menggocangkan pemerintah kolonial Belanda. Van Deventer, seorang tokoh politik Etis menyatakan suatu yang ajaib terjadi, Insuulinde(Indonesia) molek yang lagi tidur sudah bangun. Dalam menghadapi gerakan nasional bangsa Indonesia pemerintah kolonial Belanda menghidupakan segala perbedaan yang terdapat diantara bangsa Indonesia. Sikap pemeritah kolonial Belanda dalam mengahadapi organisasi pergerakan tergantung pada sifat dan sikap dari organisasi pergerakan itu sendiri. Sikap pemerintah kolonial akan mengahadapi organisasi pergerakan yang dipandangnya tidak akan membahayakan sistem kolonial mereka. Sikap seperti itu mencerminkan sikap pemerintah sikapa pemerintah kolonial yang berusaha mematikan benih-benih timbulnya persatuan nasional, denngan jalan menggunakan taktik polotik yang merupakan suatu praktek dari sistem devide et impera. Sikap pemerintah mengalami perubahan sejak terjadinya Perang Dunia I tahun 1914, sehingga diadakan kerjasama antara pemerintah kolonial Belanda dengan bangsa Indonesia untuk menghadapi bahaya yang akan terjadi akibat Pernag Dunia I. Agar kerjasama tersebut terjadi maka dibentuklah Volksraad (16 Desember 1916) ini tidak memuaskan sehingga di bentuk lagi Radicale Consentratie (September 1918) dan menuntut suatu pembentukan suatu perlemen sejati yang mempunyai hak penuh dan mengeluarakan undang-undang. Mulailah tegang diantara organisasi pergerakan dengan pemerintah kolonial,maka untuk menghilangkan ketegangan maka pemerintah kolonial membuat taktik dan reaksinya dengan memberi janji pada Indonesia, yang disebut dengan Janji November 1918 dengan adanya janji November 1918 yang diucapkan pemerintah kolonial,rakyat menjadi percaya. Akan tetapi, janji tersebut dibatalkan setelah keadaan politik kolonial terhadap organisasi, pergerakan menjadi reaksioner. Kemudian dikeluarkan larangan-larangan yang membatasi gerakan dari pergerakan nasional Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai