Anda di halaman 1dari 16

Mikroorganisme seperti klamidia dan mikoplasma juga dapat menyebabkan ISK namun infeksi yang diakibatkan hanya terbatas

pada urethra dan sistem reproduksi. Tidak seperti E.coli, kedua kuman ini menginfeksi seseorang melalui perantara hubungan seksual. Ginjal adalah sepasang organ saluran kemih yang mengatur keseimbangan cairan tubuh dan elektrolit dalam tubuh, sebagai pengatur volume dan komposisi kimia darah dengan mengeksresikan air yang dikeluarkan dalam bentuk urine apabila berlebih. Diteruskan dengan ureter yang menyalurkan urine ke kandung kemih. Sejauh ini diketahui bahwa saluran kemih atau urine bebas dari mikroorganisme atau steril Infeksi Saluran Kemih disebabkan oleh adanya mikroorganisme patogenik dalam traktus urinarius. Mikroorganisme ini masuk melalui : endogen yaitu kontak langsung dari tempat infeksi terdekat (ascending), hematogen, limfogen, dan eksogen ( akibat pemakaian kateter). Ada tiga jalur utama terjadinya ISK yaitu asending, hematogen dan limfogen. Secara ascending

Masuknya mikroorganisme dalam kandung kemih, disebabkan karena: faktor anatomi dimana pada wanita memiliki uretra yang lebih pendek dari pada laki-laki sehingga insiden terjadinya ISK lebih tinggi, faktor tekanan urine saat miksi, kontaminasi fekal, pemasangan alat ke dalam traktus urinarius (pemeriksaan sistoskopik, pemakaian kateter), adanya dekubitus yang terinfeksi.

Naiknya bakteri dari kandung kemih ke ginjal. Secara hematogen Sering terjadi pada pasien yang system imunnya rendah sehingga mempermudah

penyebaran infeksi secara hematogen. Ada beberapa hal yang mempengaruhi struktur dan fungsi ginjal sehingga mempermudah penyebaran hematogen, yaitu: adanya bendungan total urine yang mengakibatkan distensi kandung kemih, bendungan intrarenal akibat jaringan parut, dan lain-lain. Secara limfogen yaitu : Limfogen Pielonefritis (infeksi traktus urinarius atas) merupakan infeksi bakteri piala ginjal, tubulus dan jaringan intertisial dari salah satu atau kedua ginjal. Bakteri mencapai kandung kemih melalui uretra dan naik ke ginjal meskipun ginjal 20 % sampai 25 % curah jantung; bakteri jarang mencapai ginjal melalui aliran darah, kasus penyebaran secara hematogen kurang dari 3 %.

Pielonefritis akut biasanya terjadi akibat infeksi kandung kemih asendens. Pielonefritis akut juga dapat terjadi melalui infeksi hematogen atau limfogen tetapi jarang. Infeksi dapat terjadi di satu atau di kedua ginjal. Pielonefritis kronik dapat terjadi akibat infeksi berulang, dan biasanya dijumpai pada individu yang mengidap batu, obstruksi lain, atau refluks vesikoureter. Sistitis (inflamasi kandung kemih) yang paling sering disebabkan oleh menyebarnya infeksi dari uretra. Hal ini dapat disebabkan oleh aliran balik urine dari uretrake dalam kandung kemih (refluks urtrovesikal), kontaminasi fekal, pemakaian kateter atausistoskop Uretritis suatu inflamasi biasanya adalah suatu infeksi yang menyebar naik yang digolongkan sebagai general atau mongonoreal. Uretritis gonoreal disebabkan oleh niesseriagonorhoeae dan ditularkan melalui kontak seksual. Uretritis nongonoreal ; uretritis yang tidak berhubungan dengan niesseria gonorhoeae biasanya disebabkan oleh klamidia

frakomatik atau urea plasma urelytikum. Pada usia lanjut terjadinya ISK ini sering disebabkan karena adanya: Sisa urin dalam kandung kemih yang meningkat akibat pengosongan kandung kemih yangtidak lengkap atau kurang efektif. Mobilitas menurun Nutrisi yang sering kurang baik Sistem imunitas yang menurun Adanya hambatan pada saluran urin Hilangnya efek bakterisid dari sekresi prostat.

Sisa urin dalam kandung kemih yang meningkat tersebut mengakibatkan distensi yang berlebihan sehingga menimbulkan nyeri, keadaan ini mengakibatkan penurunan resistensi terhadap invasi bakteri dan residu kemih menjadi media pertumbuhan bakteri yang selanjutnya akan mengakibatkan gangguan fungsi ginjal sendiri, kemudian keadaan ini secara hematogen menyebar ke seluruh traktus urinarius. Selain itu, beberapa hal yang menjadi predisposisi ISK, antara lain: adanya obstruksi aliran kemih proksimal yang mengakibtakan penimbunan cairan bertekanan dalam pelvis ginjal dan ureter yang disebut sebagai hidronefrosis. Penyebab umum obstruksi adalah: jaringan parut ginjal, batu, neoplasma danhipertrofi prostate yang sering ditemukan pada laki-laki diatas usia 60 tahun DAFTAR PUSTAKA

1.Enday Sukandar. Nefrologi klinik. Bab 2; infeksi ( non spesisfik dan spesifik) salurankemih dan ginjal. Edisi 3. Bandung : Pusat informasi ilmiah ( PII ) bagian ilmupenyakit dalam FKUNPAD, 2006 : 29 - 93. 2.Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata KM, Setiati S. Ilmu penyakit dalam,edisi V jilid II. Infeksi saluran kemih pasien dewasa . Jakarta: Perhimpunan DokterSpesialis Penyakit Dalam Indonesia, 2009: 1008 15. 3.Kasper DL, Braunwald E, Fauci S et all, penyunting. Harissons principles of internal medicine, edisi ke-16. New york: McGraw-Hill Medical Publishing Division; 2005. 4.Jonathan Gleadle. At a Glance Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik ; alih bahasa, AnnisaRahmalia ; editor bahasa Indonesia, Amalia Safitri. Jakarta: Erlangga, 2007: 98 99. 5. Sylvia Anderson P, Lorraine McCarty W. Alih bahasa, Braham U, Pendit dkk. Editoredisi bahasa indonesia, Huriawati H. Patofisiologi ; konsep-konsep klinis penyakit.Edisi 6. EGC. Jakarta; 2005 : 235-40. 6.Purnomo BB. Dasar-Dasar Urologi. Edisi Ke-2. Jakarta : Perpustakaan Nasionalrepublik Indonesia. 2003. 62-65. 7.Kapita Selekta Kedokteran, edisi ketiga, Media Aesculapius 1999, Jakarta, hal : 198 99. 8.Robbins. Buku ajar patologi. editor, Vinay Kumar, Ramzi S.Cotran, Stanley L. Robbins; alih bahasa, Brahm U. Pendit ; editor edisi bahasa Indonesia, Huriawati Hartanto,Nurwany Darmaniah, Nanda Wulandari Ed. 7 Jakarta : EGC,2007 :671-78. 9.James olson. Belajar mudah farmakologi ; alih bahasa, Linda chandranata; editorbahasa indonesia, Lydia I Mandera. Jakarta : EGC, 2003, hal 122-151. 10.Simanjuntak P, Hutapea H, Sembiring BR ( dkk ). Masalah bakteriuria asimptomatik pada kehamilan. Cermin Dunia Kedokteran. 1982;( 28) hal : 66-9. 11.Santoso S, Dzen MS. Bakteriuria asimtomatik pada wanita hamil. Maj Kedokt Indon1985; ( 35 ) :515-18. 12.Sjamsuhidajat, R; Wim De Jong. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi ke 2. Jakarta: BukuKedokteran EGC. 2004. 756 63.

PATOGENESIS Pada periode neonetus bakteri mencapai saluran kemih melalui aliran darah atau urtera yang selanjutnya bakteri akan naik ke saluran kemih dari bawah. Perbedaan individu dalam

kerentanannya terhadap infeksi saluran kemih dapat diterangkan oleh adanya faktor hospes seperti produksi antibodi uretra dan servikal (Ig A) dan faktor-faktor lain yang memepengaruhi perlekatan bakteri pada epitel introitus dan uretra. Beberapa di antara factor-faktor ini, seperti fenotipe golongan darah P, ditentukan secara genetik. Imunosupresi, diabetes, obstruksi saluran kemih, dan penyakit granulomaltosa kronik adalah faktor lainnya yang dapat meningkatkan kerentanan terhadap infeksi. Bila organisme dapat masuk ke dalam kandung kemih, beratnya infeksi dapat menggambarkan virulensi bakteri dan faktor anatomik seperti refluks vesikouretra, obstruksi, statis urin, dan adanya kalkuli. Dengan adanya statis urin, kesempatan untuk berkembang biak bekteri meningkat, karena urin merupakan medium biakan yang sangat baik. Lebih-lebih lagi, pembesaran kandung kemih dan dapat menurunkan resistensi alami kandung kemih terhadap infeksi. Infeksi akut atau infeksi kronik vesika urinaria akibat infeksi yang berulang mengakibatkan perubahan pada dinding vesika urinaria dan dapat mengakibatkan inkompetensi dari katup vesikoureter. Akibat rusaknya katup ini, urin dapat naik kembali ke ureter terutama pada waktu berkemih ( waktu kontraksi kandung kemih). Akibat refluks ini ureter dapat melebar atau urin sampai ke ginjal dan mengakibatkan kerusakam pielum dan parenkim ginjal ( pielonefritis ). Infeksi parenkim ginjal dapat juga terjadi secara hematogen atau limfogen Flora usus

Muncul tipe uropatogenik

Kolonisasi di perineal dan uretra anterior B


Barier pertahanan mukosa normal

sistisis Factor pejamu ( host) 1. Memperkuat perlekatan uroepitel. 2. Refluks vesikoureter. 3. Refluk intrarenal. 4. Tersumbatnya saluran

Virulensi bakteri

Pielonefritis akut

Parut ginjal

urosepsis

Gambar patogenesis dari ISK asending. Pada bayi infeksi secara hematogen lebih sering terutama bila ada kelainan struktur traktus urinarius. Bakteri pathogen ataupun bakteri non pathogen di daerah tubuh lainnya (kolon, mulut, kulit) bila berkembang biak di parenkim ginjal akan menghasilkan amoniak yang dapat mengahalangi pertahanan tubuh normal yaitu dengan menghalangi system komplemen dan dapat menghalangi migrasi leukosit PMN dan fagositosis, karena amoniak meninggikan hipertonitas medulla. Bila sudah terdapat infeksi parenkim, fungsi ginjal dapat terganggu Penderita dengan golongan darah P1 dapat menderita pielonefritis asendens berulang tanpa adanya refluks vesikoureter, karena E.coli terikat spesifik dengan antigen P1 pada sel epitel pielonefritis akut bisa ditemukan fakus infeksi dalam parenkim ginjal, ginjal

membengakak, edematosus, dam banyak ditemukan infiltrasi leukosit polimorfonukleat dalam jaringan interstitial, akibat fungsi ginjal dapat terganggu. Bila tidak diobati, perubahanperubahan ini dapat mengakibatkan pembentukan miroabses pada ginjal, yang dapat menyatu. Pielonefriti akut biasanya lebih hebat bila terdapat obstruksi. Perubahan ini dapat mengakibatkan terbentuknya jaringan parut ginjal, dengan penemuan histologisnya biasnya dikenal sebagai pielonefritis kronik. Pada pielonefritis kronik akibat infeksi , adanya produk dari bakteri atau adanya zat mediator toksik yang dihasilkan sel yang telah rusak, akan mengakibatkan parut ginjal (renal scarring) penyembuhan sempurna. Secara histology, pielonefritis kronik seringkali sulit dibedakan dari sebab-sebab lain jaringan parut ginjal stadium akhir, seperti penyakit kistik medullaris, iskemia, iradiasi, penyalahgunaan analgesic, dan lain-lainnya. Jaringan parut ini dapat setempat atau difus. namun demikian, pengobatan yang tepat dapat menimbulkan

Temuan khas pielonefritis kronik adalah jaringan parut korteks dengan deformitas kaliks yang mendasarinya. Secara mikroskopik, lesi ini berupa bercak-bercak dengan fibrosis glomeruler, radangkronis interstitial dan fibrosis serta atrofi tubulus. Kondisi local medulla ginjal, seperti osmolalitas tinggi, yang mengganggu aktivitas fagosit leukosit, menyebabkan daerah ginjal lebih rentan terhadap infeksi daripada korteknya Jaringan parut ginjal seperti itu juga ditemukan pada anak dengan refluks vesikouretra yang tidak mempunyai riwayat infeksi saluran kemih, untuk alas an ini beberapa ahli lebih memilih istilah refluks nefropati dari pada pielonefritis kronik. Pada setiap kasus, 90% anak dengan lesi pielonefritis kronik mengalami atau telah mengalami refluks vesikoureter. Refluks nefropati atau pielonefritis kronik adalah penyebab utama hipertensi arterial pada anak,. Beberapa perubahan vascular dan glomeruler mungkin lebih sebagai akibat sekunder hipertensi dari pada proses radang. Pada hewan percobaan, refluks nefropati hanya terjadi di daerah-daerah ginjal yang papilla gunjalnya memungkinkan refluks urin dari kaliks ke tubule skolektifus yang dipermudah oleh adanya konfigurasi anatomis papilla yang datar pada penggabungan kaliks. Papilla kronisnya biasanya terdapat di dalam kaliks sederhana membantu mencegah terjadinya refluks intrarenal. Respon autoimun terhadap protein tamm-horsfall mungkin juga memegang peranan dalam pembentukan dan pengembangan jaringan parut pielonefritis Sebagai tambahan dari perubahan peradangan yang telah disebutkan diatas, infeksioleh mikroorganisme pemecah urea seperti proteus dapat mengakibatkan pembentukan batu ginjal. Ammonia yang berasal dari urea menyebabkan urin sangat alkalis dan mengalibatkan endapan kalsium fosfat dan tripel kalsium, magnesium, dan ammonium fosfat. Kalkuli bekerja sebagai benda asing dan mendukung mengabaikan infeksi. Dengan adanya obstruksi ureter, infeksi ginjal dapat dengan cepat menyebabkan septicemia, pionefrosis, dan pembentuakan abses ginjal dan perirenal

DAFTAR PUSTAKA 1 . P a r n o . Mengenal Infeksi Ginjal . Juni 2010. Diunduh dari

: http://propolis.rumahkerja.info/ginjal.php. Tanggal 22 Januari 2011

2.Alantas, Husein. dkk. Buku Ajar Nefrologi Anak. Edisi 2. Balai Penerbit FK UI.2002. Jakarta. Halaman 142-161. 3.Waspasai Gejala Pielonefritis. 25 2010. Diunduh Januari dari:http://www.spesialis.info/?waspasai-gejala20114 . R a s z k a , W i l l i a m

pielonefritis,637.Tanggal

V . , J r , O m a r K h a n . Pyelonephritis. Pediatrics in Review . Vol.26.2005 . . Halaman 364-3595 . W h a l a n k . P i e l o n e f r i t i s . Ensiklopedia Penyakit. Agustus 2010. Diunduh dari:http://ensiklopediapenyakit.blogspot.com/2010/08/pielonefritis.html.Tanggal 22 Januari 20106. Anatomi dan Fisiologi Ginjal . Diunduh dari: http://tutorialkuliah.blogspot.com/2009/05/anatomi-dan-fisiologi-ginjal.html. Tanggal 22 Januari 2011 7. Nelson Ilmu Kesehatan Anak . V o l u m e 3 . E d i t o r , R i c h a r d E . B e h r m a n , R o b e r t M . Kliegman, Ann M. Arvin. Editor edisi bahasa Indonesia A, Samik Wahab. Edisi 15.EGC, 2000. Jakarta. Halaman 18631868.8. Noer , Muhammad Sjaifullah, Ninik Soemyarso. Infeksi Saluran Kemih . 2006.

Diunduhdari:http://www.pediatrik.com/isi03.php? page=html&hkategori=pdt&direktori=pdt&filepdf= 0&pdf=&html=07110-fnzh263.htm. Tanggal 11 Januari 2011

Dalam

praktek

sehari-hari

gejala

kardinal

seperti

disuria,

polakisuria,

dam

urgensi(terdesak kencing) sering ditemukan hampir 90% pasien rawat jalan dengan ISK akut.Disuria adalah gejala nyeri atau tidak enak saat mengeluarkan urin dan penyebab

terseringhal tersebut sejauh ini adalah ISK. Harus dilakukan anamnesis yang akurat dan teliti untuk memperoleh gambaran keluhan yang terjadi Berikut ini beberapa pertanyaan untuk mendapatkan data riwayat kesehatan dari prosespenyakit: 1. Perhatikan kondisi pasien apakah pasien tampak sakit ringan atau berat ? 2. Kapan pasien terakhir kali berkemih ? Berapa frekuensi berkemih dalam sehari ? 3. Adakah rasa nyeri atau tidak enak ? Tanyakan pada pasien dimana rasa nyeri atautidak nyaman ? pada saat atau selama mencoba buang air kecil ? 4. Tanyakan bagaimana warna urin dari pasien ? adakah hematuria, sekret penis atauvagina, urin berbau busuk, urin keruh, atau mengeluarkan pasir halus atau batu ? 5. Adakah nyeri pinggang atau suprapubis ? apakah kandung kemih membesar ? 6. Adakah gejala sistemik seperti demam, menggigil, berkeringat, dan penurunan beratbadan ? Riwayat penyakit sekarang : nyeri perut terasa diremas-remas, badan terasa demam, mual dirasakan saat makanan masuk, buang air kecil nyeri dan tersa panas. Riwayat penyakit terdahulu : Adakah riwayat disuria, ISK, batu urin, penyakit ginjal, atau diabetes melitus ? Riwayat penyakit keluarga Riwayat lingkungan : tidak ada. : sanitasi buruk.

PEMERIKSAAN FISIK Pemeriksaan Ginjala. Palpasi Pada keadaan normal ginjal tidak teraba pada pemeriksaan palpasi. Adanya pembesaran ginjal ini merupakan hal yang penting dalam menentukan diagnosis. Pemeriksaan dilakukan pada kedua ginjal, yaitu ginjal kiri dan ginjal kanan. Pada pemeriksaan ginjal kiri, pemeriksa harus berdiri di sebelah kiri pasien. Pemeriksa meletakkan tangan kanan pada bagian bawah tubuh pasien sejajar dengan iga ke-12, dengan ujung jari menyentuh sudut kostovertebra, dan angkat telapak tangan tadi ke atas untuk menggeser ginjal kiri ke arah anterior. Pemeriksa meletakkan telapak tangan kirinya pada kuadran kiri atas, lateral dan paralel dengan rektus abdominis, dan

mintalah pasien untuk menarik nafas dalam. Pada saat puncak respirasi, pemeriksa menekan dalam dan kuat dengan tangan kiri ke arah kuadran kiri atas, tepat di bawah tepi kosta, dan usahakan untuk menangkap ginjal kiri diantara kedua tangannya. Kemudian minta pasien untuk mengeluarkan nafas dan perlahan-lahan lepaskan tekanan tangan kiri, rasakan pergerakan ginjal kiri ke tempatnya semula, Bila ginjal tersebut teraba, uraikan bagaimana ukuran,bentuk, dan adakah rasa nyeri. Pada pemeriksaan ginjal kanan, pemeriksa harus pindah ke sebelah kanan pasien. Dan prosedur pemeriksaan berjalan seperti di atas, ginjal kanan normal mungkin teraba pada pasien yang kurus dan pada wanita yang sangat relaks. Kadang-kadang ginjal kanan terletak lebih anterior, dan harus dibedakan dari liver, dimana tepi liver teraba lebih runcing,sedangkan tepi bawah ginjal teraba lebih bulat Sebab-sebab pembesaran ginjal misalnya hidronefrosis, kista, dan tumor

ginjal. Sedangkan pembesaran ginjal bilateral mungkin disebabkan oleh penyakit ginjal polikistik (polycystickidney diseases). Adanya masa pada sisi kiri, mungkin disebabkan karena splenomegali hebat atau pembesaran ginjal kiri b. Perkusi Untuk menemukan rasa nyeri pada ginjal dapat dilakukan pemeriksaan perkusi dengan kepalan tangan, selain dengan cara palpasi diatas. Pemeriksa meletakkan tangan kirinya pada daerah kostovertebral belakang, lalu pukul dengan permukaan ulnar tinju dengan tangan kanannya. Gunakan tenaga yang cukup untuk menimbulkan persepsi tapi tanpa menimbulkan rasa nyeri pada pasien normal. Rasa nyeri yang ditimbulkan dengan pemeriksa ini dapat disebabkan oleh pielonefritis,tapi juda dapat disebabkan hanya karena nyeri otot. PEMERIKSAAN LABORATORIUM DAN PENUNJANG Pemeriksaan Laboratorium Leukositosis dapat mencapai 40.000 per , neutrofilia, laju endapan darah tinggi.

Urinkeruh, proteinuria 1-3 gram per hari, penuh dengan pus dan kuman, kadang-kadang ditemukan eritrosit. Biakan urin selalu ditemukan bakteriuria patogen bermakna dengan CFUper ml > 105. Faal ginjal ( LFG ) masih normal, berat jenis urin dan uji fungsi tubulus lainnya terganggu terutama bila disertai septikemia. Pemeriksaan radiologik Foto polos perut ( BNO ) mungkin sudah dapat memperlihatkan beberapa kelainan seperti obliterasi bayangan ginjal yang tidak jelas karena sembab jaringan,

perinephritic fat, dan perkapuran

Eksresi urogram selama fase akut umumnya memperlihatkan

sedikit penurunan fase ginjal walaupun pielum dan kalises dari ginjal yang sakit mungkin mengecil karena sekresi volume urin sedikit dibandingkan dengan ginjal yang sehat. Pemeriksaan eksresi urogram sangat penting untuk mengetahui adanya obstruksi. Bila terjadi infeksi berat, biasanya ginjal membesar dengan nefrogram terlambat (delayed nephrogram) dan tidak ditemukan bayangan sistem pelvio kalises. Gambaran urogram (pielogram) akan normal kembali setelah pengobatan yang adekuat Pemeriksaan USG Pada umumnya USG ginjal normal. Pemeriksaan ini sangat penting untuk mengetahui faktorfaktor predisposisi infeksi seperti ginjal polikistik dan nefrolitiasis Radionuclide imaging Bayangan ginjal dengan gallium 67 dapat dipakai untuk menentukan lokalisasi infeksi. Hasil positif mencapai 86% walaupun dapat juga ditemukan hasil semu positif atau negatif (falsely postive/negative) KOMPLIKASI 1. Pielonefritis kronik Bila diagnosis terlambat atau pengobatan tidak adekuat, infeksi akut ini menjadi kronik terutama bila terdapat refluks vesikoureter. Pielonefritis kronik ini dapat menyebabkan : insufisiensi ginjal. skelerosis sekunder mengenai pembuluhdarah arterial sehingga menyebabkan iskemi ginjal dan hipertensi. pembentukanbatu dan selanjutya dapat meyebabkan kerusakan jaringan/ parenkim ginjal lebihparah lagi.

2. Bakterimia dan septicemia Bakteremia dengan atau tanpa septikemia sering ditemukan pada pasien-pasien dengan pielonefritis berat ( fulminating pyelonephritis ). Bakteremia juga menyebabkan infeksi atau pembentukan abses multipel pada bagian korteks dari ginjal kontra lateral. Bakteremia disertai septikemi terutama disebabkanmikroorganisme Gram negatif. 3. Pionefrosis

Pada stadium akhir dari infected hydronephrosis atau pyonephrosis terutama pada pasienpasien daibetes melitus mungkin disertai pembentukan gas intrarenal sehingga dapat memberikan gambaran radiologik pada foto polos perut.

PENATALAKSANAAN Non Medika Mentosa Istirahat penting selama fase akut. Bila mual-mual dan muntah-muntah perlu mendapat makanan parenteral. Pasien dianjurkan minum banyak supaya jumlah diuresis mencapai 2 liter per hari selamafase akut. Keuntungan minum banyak : pertumbuhan mikroorganisme terutama E.colidapat dihambat. mengurangi resiko anuria selama pengobatan dengan sulfonamide mikroorganisme banyak diekskresikan selama miksi.

Beberapa kerugian minum banyak : pasien tidak istirahat karena sering kencing. mengurangi konsentrasi antibiotika dalamurin sehingga mengurangi efek terapeutik. Pengobatan Medika Mentosa 1. Pengobatan umum Pengobatan umum ini biasanya bersifat simtomatik untuk menghilangkan atau meredakan gejala infeksi saluran kemih bagian bawah atau atas. Misalnya ; analgetik, anti spasmodik, alkalinisasi urin dengan bikarbonat. Pada umumnya pasien dengan pielonefritis akut memerlukan rawat inap untuk memelihara status hidrasi dan terapi antibiotika perenteral paling sedikit 48 jam. Indikasi rawat inap pasien denga pielonefritis akut : a. Kegagalan mempertahankan hidrasi normal atau toleransi terhadap antibiotikaoral. b. Pasien sakit berat atau debiltasi. c. Terapi antibitika oral selama rawat jalan mengalami kegagalan. d. Diperlukan investigasi lanjutan. e. Faktor predisposisi untuk ISK tipe berkomplikasi.

f. Komorbiditas seperti kehamilan, diabetes melitus, usia lanjut. Secara teoritis pemilihan macam antibiotika harus sesuai dengan hasil bakteriogram. Dalam praktek sulit dilaksanakan karena hasil biakan dan uji kepekaan memerlukan waktu lama ( beberapa hari ). Pengobatan awal dapat segera diberikan dan sebaiknya sesuai dengan hasil pengecatan dengan gram bahan urin. 2. pengobatan awal. The Infectious Disease Society of America menganjurkan satu dari tiga alternative terapi antibiotik intravena sebagai terapi awal selama 48-72 jam sebelum diketahui mikroorganisme sebagai penyebabnya : Fluorokuinolon. Amiglikosida dengan atau tanpa ampisilin. Sefalosporin dengan spektrum luas dengan atau tanpa aminoglikosida.

Bila hasil pengecatan Gram dijumpai bentuk batang Gram negatif, golongan sulfonamide dapat segera diberikan sebagai pengobatan awal, inisial. Sulfonamide masih cukup efektif untuk Gram Negatif bentuk batang, biasanya E.coli yang merupakan penyebab utama dari pielonefritis akut tipe sederhana ( uncomplicated ). Frekuensi penyembuhan cukup tinggi, mencapai 85%. Salah satu golongan sulfonamide, misalnya sulfametazin diberikan dengan takaran 500 mg per hari,selama 7 sampai 10 hari. Golongan antibiotika lain yang masih cukup efektif seperti tetrasiklin, ampisilin (ampifen, vidopen, penbritin, petreksil), sefaleksin dan co-trimoxazole. Dianjurkan juga pemberian ampisilin 2 gram per hari intravena / intramuskuler, selama 2 haripertama, kemudian dilanjutkan per oral selama 10 hari, untuk pasien-pasien dengan pielonefritis akut berat yang disertai tanda-tanda septikemia. Untuk pasien-pasien pielonefritis akut yang dicurigai tipe berkomplikasi sebaiknya diberikan antibiotika dengan spektrum luas, seperti golongan ampisilin, sefaleksinatau co-trimoxazole. Bila setelah 48 jam pengobatan tidak memperlihatkan respon klinik, antibiotika harus diganti disesuaikan dengan hasil bakteriogram. 3. Pemilihan macam- macam antibiotika sesuai dengan hasil bakteriogram. 4. Tindak lanjut. Selama follow up ( tindak lanjut ) pemeriksaan bakteriologi sangat penting karena penyembuhan klinik tidak berarti telah terdapat juga penyembuhan sempurna. Bahan urin

harus dibiak pada hari ke 3 atau ke 4 selama pengobatan dan satu minggu setelah pengobatan berakhir. Bila terjadi reinfeksi, biakan urin setiap bulan selama 3 bulan pertama dan selanjutnya setiap 3 bulan selama 9 bulan. Bila pada hari ke-4 atau ke-5 selama pengobatan tidak memperlihatkan penyembuhan klini, biakan urin harus diulang untuk menentukan pemilihan antibitika yang tepat.

PENCEGAHAN Data epidemiologi klinik mengungkapkan uji saring bakteriuria asimptomatik bersifat selektif dengan tujuan utama untuk mencegah menjadi bakteriuria disertai presentasi klinisISK. Uji saring bakteriuria asimptomatik harus rutin dengan jadual tertentu untuk kelompok pasien perempuan hamil, pasien DM terutama perempuan, dan pasca transplantasi ginjal perempuan dan laki-laki, dan kateterisasi laki-laki dan perempuan. Penelitian epidemiologi klinik melaporkan prevalensi bakteriuria asimptomatik pada kehamilan bervariasi antara 2-10 %; dan tergantung dari status social-ekonomi. Pada kelompok perempuan tidak hamil ditemukan basiluria asimptomatik dua kali berturut-turut mikroorganisme yang sama mempunyai sensitivitas 95% dan spesifisitas 95% untuk cenderung mengalami presentasi klinik ISK. Pada kelompok perempuan ini tidak diperlukan terapi antimikroba, cukup irigasi mikroorganisme dengan asupan cairan yang banyak. Setiap perempuan hamil dengan basiluria asimptomatik harus mendapat terapi antimikrobauntuk mencegah presentasi klinis pielonefritis dan komplikasi pada kehamilannya. Pengaturan / regulasi pH urin sangat penting baik untuk mencegah pertumbuhan mikroorganisme tertentu maupun untuk efektivitas antibiotika E.coli biasanya tumbuh subu rdalam suasana urin asam. Pemberian garam alkali seperti natrium bikarbonat atau kalium sitrat mungkin sudah cukup untuk menceah pertumbuhan E.coli dan meredakan atau menghilangkan gejala-gejala infeksi saluran kemih. Infeksi dengan proteus biasanya terjadi dalam suasana basis ( alkali ), tetapi pemberian garam ammonium khlorida tidak mempunyai arti baik untuk mencegah maupun meredakan semua gejala infeksi saluran kemih. Golongan sulfonamide dan aminoglkiosida biasanya lebih aktif dalam suasana / media alkalis, sebaiknya tetrasiklin lebih aktif dalam suasana asam. Pencegahan umum yang dapat dilakuakan : 1. Menjaga dengan baik kebersihan sekitar organ intim dan saluran kemih.

2. Bagi perempuan, membersihkan organ intim dengan sabun khusus yang memiliki pH balanced (seimbang) sebab membersihkan dengan air saja tidak cukup bersih. 3. Pilih toilet umum dengan toilet jongkok. Sebab toilet jongkok tidak menyentuh langsung permukaan toilet dan lebih higienis. 4. Gunakan pakaian dalam dari bahan katun yang menyerap keringat agar tidak lembab.

BAB III KESIMPULAN a. Kesimpulan Pielonefritis merupakan infeksi bakteri yang menyerang ginjal dimana terjadi reaksi inflamasi pada pielum dan parenkim ginjal yang sifatnya akut maupun kronis. Pielonefritis akut biasanya akan berlangsung selama 1-2 minggu. Pielonefritis kronis merupakan lanjutan dari pielonefritis akut. Refluks vesico uretral ini merupakan factor resiko yang paling penting dalam terjadinya pielonefritis pada anak-anak. Refluks vesicouretral terdetaksi pada sekitar 10 % sampai 45 % dari anak-anak yang memiliki gejala ISK. Penyaebabnya adalah Escherichia coli (70-80 %). Penyebab yang lain seperti Klebsiella, Proteus, Staphylococcus saphrophyticus, coagulasenegative staphylococcus, Pseu domonas aeroginosa, Streptococcus fecalis,Proteus species jarang ditemukan . infeksi akut/ kronik vesika urinaria akibat infeksi yang berulang mengakibatkan perubahan pada dinding vesica dan dapat mengakibatkan inkompetensi sari katup vesikoureter. Akibat rusaknya katup ini, urin dapat naik kembali ke ureter terutama pada waktu berkemih. Akibat refluks ini ureter dapat melebar atau urin sampai ke ginjal dan mengakibatkan kerusakan pielum dan parenkim ginjal.pada pielonefritis akut terjadi demam yang timbul mendadak, menggigil, malaise, muntah, sakit panggul dan pinggang, nyeri tekan di daerah kostovertebral, leukositosis, piuria dan bakteriuria. Biasanya disertai dengan adanya toksik sistemik. Demam dan iritabel adalah gejala paling umum yang ditunjukkan pada bayi yang memiliki pielonefritis. Temuan lain termasuk nafsu makan yang menurun, letargi dan nyeri perut. Anak-anak dengan pielonefritis kronik seringkali tidak bergejala. Hipertensi arterial biasanya berkaitan dengan jaringan parut ginjal.

Penegakan diagnosa pielonefritis akut dilihat dari gejala dan tanda yang biasanya di dahului oleh disuria, urgensi, dan sering berkemih yang menunjukkan bahwa infeksi dimulai pada bagian bawah traktus urinarius. Adanya silinder leukosit membuktikan infeksi terjadi di dalam ginjal. Pengobatan pielonefritis akut, disertai gejala sistemik infeksi, setelah sampel urin diambil untuk dibiakkan, diberi antibiotik parenteral (tanpa menunggu hasil biakan urin) untuk mencegah terjadinya parut ginjal. Sebaiknya anak dirawat di rumah sakit terutama bula disertai tanda toksik. Pemberian antibiotik parenteral diteruskan sampai 3 -5 hari atau sampai 48 jam penderita bebas demam, kemudian dilanjutkan dengan pemberian oral selama 10sampai 14hari, disesuaikan dengan hasil biakan urin dan uji sensitivitasnya. Biakan urin ulang dilakukan setelah 48 jam tidak makan obat untuk melihat hasil pengobatan, apakah bakteriuria masih ada. Antibiotik profilaksis diberikan sampai dilakukan MSU, dan bila ditemukan refluks antibiotik parofilaksis diteruskan.

BAB IV SARAN Dari karya tulis ilmiah yang berjudul pielonefritis ini diharapkan para pembaca dapat mengambil manfaat dari karya tulis ini. Apabila ada kesalahan dalam penulisan karya tulis ilmiah ini, kami mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca , agar dilain kesempatan tim penulis dapat menyempurnakan karya tulis ini sehingga dapat dijadikan sumber tambahan untuk menambah ilmu pengetahuan.

BAB V DAFTAR PUSTAKA

1. Anderton, j.i, dkk. 1992. Nefrologi. Jakarta : Hipokrates.

2. Guyton dan Hall. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi II. Jakarta : EGC. 3. Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi III. Jakarta : Media Aesculapius. 4. Tambyong, jan. 2000. Patofisiologi untuk keperawatan. Jakarta : EGC. 5. Price, SA. 1995. Patofisiologi. Jakarta : EGC. 6. Syaifuddin. 1997. Anatomi Fisiologi untuk siswa perawat. Jakarta :EGC. 7. Rusdidjas, Ramayati R. 2012. Infeksi Saluran Kemih. Jakarta : Fakultas Kedokteran UI: hal. 142-163. 8.

Anda mungkin juga menyukai

  • Cardiac Arrest
    Cardiac Arrest
    Dokumen24 halaman
    Cardiac Arrest
    Indah Bayu Putri
    Belum ada peringkat
  • Bab 2
    Bab 2
    Dokumen12 halaman
    Bab 2
    Indah Bayu Putri
    Belum ada peringkat
  • Metode
    Metode
    Dokumen8 halaman
    Metode
    Indah Bayu Putri
    Belum ada peringkat
  • Bab Iii
    Bab Iii
    Dokumen1 halaman
    Bab Iii
    Indah Bayu Putri
    Belum ada peringkat
  • Hang Ging
    Hang Ging
    Dokumen19 halaman
    Hang Ging
    Indah Bayu Putri
    Belum ada peringkat
  • Bab 3
    Bab 3
    Dokumen7 halaman
    Bab 3
    Indah Bayu Putri
    Belum ada peringkat
  • Bab 1 Spal
    Bab 1 Spal
    Dokumen6 halaman
    Bab 1 Spal
    Indah Bayu Putri
    Belum ada peringkat
  • Rhinitis Alergi
    Rhinitis Alergi
    Dokumen3 halaman
    Rhinitis Alergi
    Billy Anthony Tohar
    Belum ada peringkat
  • Bab V
    Bab V
    Dokumen1 halaman
    Bab V
    Indah Bayu Putri
    Belum ada peringkat
  • Diagnosis Dan Penatalaksanaan Rinitis Alergi Persisten Sedang-Berat
    Diagnosis Dan Penatalaksanaan Rinitis Alergi Persisten Sedang-Berat
    Dokumen22 halaman
    Diagnosis Dan Penatalaksanaan Rinitis Alergi Persisten Sedang-Berat
    Jessieca Liusen
    100% (2)
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Dokumen17 halaman
    Bab Ii
    Indah Bayu Putri
    Belum ada peringkat
  • Rhinitis Vasomotor
    Rhinitis Vasomotor
    Dokumen2 halaman
    Rhinitis Vasomotor
    Indah Bayu Putri
    Belum ada peringkat
  • Bab Iii
    Bab Iii
    Dokumen1 halaman
    Bab Iii
    Indah Bayu Putri
    Belum ada peringkat
  • Pansinusitis REVISI
    Pansinusitis REVISI
    Dokumen29 halaman
    Pansinusitis REVISI
    Indah Bayu Putri
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen2 halaman
    Bab I
    Indah Bayu Putri
    Belum ada peringkat
  • Ekg Amin Edited
    Ekg Amin Edited
    Dokumen70 halaman
    Ekg Amin Edited
    Jeffry Chandra Tjahayadi
    Belum ada peringkat
  • Varises
    Varises
    Dokumen1 halaman
    Varises
    Indah Bayu Putri
    Belum ada peringkat
  • Bab Iv
    Bab Iv
    Dokumen2 halaman
    Bab Iv
    Indah Bayu Putri
    Belum ada peringkat
  • TINJAUAN PUSTAKA Appapa
    TINJAUAN PUSTAKA Appapa
    Dokumen1 halaman
    TINJAUAN PUSTAKA Appapa
    Indah Bayu Putri
    Belum ada peringkat
  • Bab V
    Bab V
    Dokumen1 halaman
    Bab V
    Indah Bayu Putri
    Belum ada peringkat
  • Rhinitis Vasomotor
    Rhinitis Vasomotor
    Dokumen2 halaman
    Rhinitis Vasomotor
    Indah Bayu Putri
    Belum ada peringkat
  • Pyelonefritis Akut
    Pyelonefritis Akut
    Dokumen14 halaman
    Pyelonefritis Akut
    Indah Bayu Putri
    Belum ada peringkat
  • Hal 9-15 Vol.28 No.1 2004 Pengaruh Terung Ungu-Isi
    Hal 9-15 Vol.28 No.1 2004 Pengaruh Terung Ungu-Isi
    Dokumen7 halaman
    Hal 9-15 Vol.28 No.1 2004 Pengaruh Terung Ungu-Isi
    Diny Rahma Amelia Ibrahim
    Belum ada peringkat
  • Atypical Hiperplasia of The Breast
    Atypical Hiperplasia of The Breast
    Dokumen23 halaman
    Atypical Hiperplasia of The Breast
    Indah Bayu Putri
    Belum ada peringkat
  • KTI Ami )
    KTI Ami )
    Dokumen51 halaman
    KTI Ami )
    Indah Bayu Putri
    Belum ada peringkat
  • Cover Monik
    Cover Monik
    Dokumen2 halaman
    Cover Monik
    Indah Bayu Putri
    Belum ada peringkat
  • Necrotic Entero Colitis
    Necrotic Entero Colitis
    Dokumen16 halaman
    Necrotic Entero Colitis
    Indah Bayu Putri
    Belum ada peringkat
  • Tutor
    Tutor
    Dokumen6 halaman
    Tutor
    Indah Bayu Putri
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Dokumen22 halaman
    Bab Ii
    Indah Bayu Putri
    Belum ada peringkat
  • Pemeriksaan Laboratorium
    Pemeriksaan Laboratorium
    Dokumen2 halaman
    Pemeriksaan Laboratorium
    Indah Bayu Putri
    Belum ada peringkat