Anda di halaman 1dari 12

Gas-In & Line-Packing

wijayanti Ini Dini lagi Pak. Seperti biasa ada beberapa hal yang perlu saya tanyakan. Kali ini tentang commissioning, khususnya tentang sub-section gas-in dan line-packing. Saya sudah coba cari dokumen yang berhubungan dengan commissioning pada proyek terdahulu (trunkline), tapi dokumen tersebut hanya memberi sedikit informasi saja. Mungkin Bapak bisa memberi informasi tentang literatur/standard yang banyak memuat bahan tentang commissioning, khususnya tentang first gas-in dan line-packing. Khusus tentang first gas-in, 1. step-step apa saja yang perlu dilakukan (prosedur gas-in) 2. Berapa pressure dan flow gas yang diusulkan (berapa persen dari full capasity) 3. Apakah kenaikan pressure dilakukan secara bertahap kemudian distabilisasi terlebih dulu, atau langsung pada tekanan operasi. Kalau bertahap, tiap berapa psig kenaikan tekanan yang dianjurkan sebelum tekanan dinaikkan lebih lanjut. 4. Apakah diperlukan buffer N2 untuk mencegah terjadinya explosion. Kalau perlu, berapa banyak yang dibutuhkan (perbandingannya dengan volume pipa) 5. Tipe pig seperti apa yang biasanya digunakan untuk first gas-in, dan berapa kecepatannya. 6. Contoh perhitungan untuk menghitung besar tekanan dan laju alir yang dibutuhkan untuk mencapai kecepatan pig yang dianjurkan. Selain itu, apakah diperlukan sejumlah back pressure untuk menahan laju pig supaya tidak terlalu cepat. 7. Test-test apa saja yang sekaligus dilakukan pada saat gas-in, dan bagaimana prosedurnya. Waduh, maaf nih Pak, pertanyaannya banyak banget. Mungkin Bapak bisa memberi tahu saya literatur apa yang bisa menjawab pertanyaan tersebut. Terima kasih sebelumnya Pak. Ignaz Wiradi Selain referensi dari code & standard berikut : 1. American Gas Association AGA, "Purging principles and practice"

2. "Purging operations for fuel gases in transmission and distribution", the Institution of Gas Engineer IGE/SR/22 (Comm 1625) 3. "Gas Transmission and distribution piping systems" ANSI B31.8 Apakah rekan-rekan ada yang bisa share untuk pertanyaan2 terlampir mengenai commissioning procedure dan kriteria acceptance nya ? Cahyo Hardo First gas-in suatu gas biasanya dilakukan setelah penggelontoran air sisa hydrotest. Setelah digelontor airnya, pasti masih tetap ada air yang terjebak di perpipaan tersebut, apalagi kalau konturnya naik turun engga karuan. Apa yang harus dimasukkan pertama kali, tentunya kompromi antara quality dan duit. Bayangkan jika pipanya panjang kaya pipa west natuna (650 km), apakah harus dimasukkan nitrogen untuk pengeringan air? Itu tergantung kekuatan finansial yang tersedia. Biasanya, setahu saya yang cuma ngelihat orang2 yang lagi commissioning pipa, mereka akan memasukkan gas nitrogen, kemudian pig, kemudian glycol, kemudian pig kemudian nitrogen dst sampai dua atau tiga batch, dan baru disambung dengan gas yang masuk. Berapa volume N2 yang harus dimasukkan? Pertanyaan ini susah untuk dijawab karena jika pengen exact kudu diketahui dulu tabiat N2 dan udara yang bercampur, beserta teori difusi antar gas, profile kecepatan fluida, terutama pusaran eddynya dst, bla..bla Jadi yach berdasarkan pengalaman saja.. Pressure? Biasanya dioperasikan tidak terlalu rendah supaya pengontrolan kecepatan pig lebih enak, karena jika rendah, pig cenderung tidak stabil lajunya, jadi enjot2an. Kriteria acceptance? Biasanya, di ujung tempat penerimaan pig atau orang2 perpipaan nyebutnya pig receiver, itu di test kandungan O2nya, jika kurang dari sekian persen, Ok. Tapi prediksi bahwa air yang terjebak di pipa sudah teruapkan via badan gas nitrogen, tidaklah mudah. Jadi ada unsur2 guessing gitu. Makanya batch nitrogen-pigglycol bisa dua atau tiga untuk menyakinkan air sudah teruapkan. Jadi bukan berarti jika KO drum di ujung sana sudah tidak mengeluarkan air, pipa kita pasti bersh dari air. Tapi kalau gas anda kering, bisa membantu penguapan air di pipa dengan cepat. Tentu saja faktor korosi karena ada air di pipa yang kelamaan juga perlu diperhatikan.

Pemasukan gas pertama kali ke sistem yang bertekanan rendah juga perlu ditelaah dulu, jangan sampai dia menjadi hidrat karena kontak dengan air, jangan sampai manual valve untuk pengontrolan (jika kontrol laju alirnya manual) tidak bisa dikontrol lagi karena terselimuti es akibat memasukkan gas dari sumber yang bertekanan tinggi ke pipa yang masih bertekanan relatif rendah. Setelah yakin kadar air di pipa berkurang banyak, baru gas dimasukkan, mau secara gradual yach silakan. Ini berguna terutama untuk mengecek kebocoran pipa. Jadi di hold sekian waktu. Setelah clear, lanjut untuk ke step pressure berikutnya, sampai ke batas operasi. Tapi hanya saja harus diingat, seringkali ini menjadi tidak mudah karena perjalanan pipa dari keluaran pabrik penghasil gas ke daerah tujuan, biasanya MAOP-nya tidak sama (MAOP=max. allowable working pressure), tergantung pada populasi setempat, sehingga keluarlah di ANSI/ASME B.31.8 class, 1, 2, 3, dan 4. Bahkan untuk hidrotestnya pun pakai tekanan yang berbeda. Nah kalau kita mau pressure test, kita harus isolasi per-segmen pipa yang punya area kerja MAOP yang berbeda. Jika tidak punya isolasi, yach tanya ke desainer-nya mengapa tidak ada isolasi valve-nya. Kecuali pipa anda didesain untuk satu MAOP yang sama, yang berarti satu ketebalan pipa yang sama untuk semua class. Ini memang overkill, tapi dari sisi ngetest pressure-nya lebih mudah dari pada yang bersegmen2 ria. Mestinya masih banyak lagi seni2 perpipaan ini. Untuk detil tipe pig, kecepatan, buffer N2, dst.. mestinya jago2 pipeline engineering, seperti Pak Rahmat Sudjana, alumni Vico yang sekarang kerja di Gulf, atawa rekan kita Arifin yang masih ngendon di Vico ngurusin perpipaan, bisa menjawabnya. Dan jangan cuma diem2 aja, nanti disangka mau jadi juara kelas he..he.. (maaf ding, cuma bercanda) Tahzudin Noor Cahyo Asmoro, ada kerjaan nih, bisa dapet bayaran double wok. Ary Retmono Ini cerita pengelontoran dari Bppn, yg terjadi hari Kamis minggu lalu. Subsea pipeline 6" panjang cuman 2.6 kilometer, yg baru dipasang untuk single gas well dg SITP 1250psig, ujung awalnya ada di minideck

di laut, ujung akhirnya nongol di darat. Setelah dihydrotest bla...bla...ujung awal disambung ke X-mas tree. Ujung akhirnya yg didarat itu dibikinkan lubang yg gampang dibuka-tutup di upsteam block valve yg berhubungan dg piping yg lain. Di bawah drain tsb juga dibikinkan bak penampung untuk menerima fluida penggelontoran, yg memungkinkan vacuum truck nyedot fluida tsb untuk didispose ke ketempat yg sebenarnya. Hydrotest fluid (berikut) stabilizing mud berhasil dikeluarkan dari dalam pipa 6" dg cara mengalirkan gas dari dlm well melalui pipeline tsb. Jadi memanfaatkan tekanan gas well yg digunakan untuk nendang cairan. Lalu sambil diamati derasnya cairan yg keluar saat gas dari dalam well tsb di ujung darat. Semakin tinggi tekanan semakin deras. Saat itu, cuman dikasi max 400psig, dan cairan nggak keluar lagi dlm waktu kurang dari 2.5jam. Apakah sdh betul2 habis cairan dlm pipa? Mungkin, masih ada, tapi less than 0.5% saja, karena setelah diliteri cairan yg keluar, angkanya nggak jauh2 beda dg calculated volume. Setelah itu, drain ditutup, block valve dibuka, dan joss....chokevalve diatur, dan pipeline baru pressurized nyambung dg pipeline yg lain. (Gampang ya....Don't try at home, kalau gasnya mematikan dan di sekitar situ ada muda-mudi yg sedang camping.) Cahyo Hardo Pak Ary, yang bapak gambarkan itu memang relatif sederhana, karena biasanya cukup operator yang melakukan komisioning untuk sumur gas seperti itu. Nah, keliatannya si Mas dari Tripatra ini menanyakan komisioning untuk perpipaan gas yang siap jual (menurut saya looh, dan maaf kalau salah). Kalau cuma sumur gas biasa, habis dihidrotest, yach bisa langsung disembur gas dengan catatan airnya jangan dibuang dulu, biar si gas yang menggelontornya. Kalau jika si air sudah dibuang dulu, berarti ada udara yang mengantikannya. Memasukkan gas pada kondisi ini yach tanggung sendiri, karena pada suatu saat pada masa pengaliran gas tsb, terjadi campuran gas yang flammable...

Dan prosedur komisioning untuk pipa seperti ini memang tidak perlu seketat untuk pipa distribusi gas yang siap jual. Adakah orang PGN yang punya pengalaman di bidang ini?? Ngomong2 pak Ary, koq ceritaya tidak menyinggung adanya leak test sebelum pengaliran gas? Ary Retmono Sorry, kalau saya nggak nyimak sangat yg ditanyain Pak Wiradi (TPE). Kirai Soal leak test, nah....leak lagi dimana? 'Kan dari hidrotes bakal ketahuan bocor/tdknya. Saya nggak mudheng pertanyannya Pak Cahyo. Cahyo Hardo Pak Ary, setahu saya, hidrotest itu adalah untuk menguji ketahanan material pipa dan bukan sambungan antar flanges-nya. Jadi leak test dilakukan untuk menguji apakah kita sudah mengencangkan baut2 flanges dengan benar, kecuali kalau pipanya, mulai dari silang sembur (x'mass tree) sampai destination point di las semua, jadi tidak perlu leak test, karena harga tertinggi dari leak test adalah maksimum tekanan operasi yang mungkin terjadi di keseluruhan badan pipa2 tersebut. Priatna, Waluya System test terdiri dari 4 bagian : 1.Flashing/Blowing itu dilakukan sebelum terjadi hydrotest yang mana untuk membersikan kotoran2 yang mau dihydrotest ( Pipa,pressure vessel,tubing ) dan setelah itu dilakukan. 2.Hydrotest,pneumatic test atupun hydrolic test gunanya untuk mengetest ketahaan dari material dan juga kebocoren dari pada sambungan yang dilas maupun threaded ini bukan hanya dilakukan untuk pipa saja ( vessel,boiler,Tubing )dan selanjutnya dilakukan. 3.Low pressure test ( reinstatement test ) yang mana seperti alat2 instruments ( control valve,PSV,orifice,filter, check valve dll ) yang mana selama hydrotset instrument2 tersebut tidak dipasang dan setelah hydrotest instrument2 itu di pasang kembali disebut reintatement test dan disini

terjadi pengencangan baut2 ataupun stud bolt. 4.Dan sebelum start-up itu terjadi lagi yang disebut N2 ( Nitrogen test ) Arifin Okay deh mas Cahyo, emang kalau masih betah kenafa yah ... sekarang ada di mana nih? Anyway, saya ingin berbagi pengalaman Saya waktu melakukan gas in dan line packing pipa export di wilayah kerja yang dilakukan pada tahun 2000 kemarin. Metoda yang digunakan pada saat itu adalah dilakukan dahulu air drying terhadap pipa tersebut seperti yang diterangkan oleh Mas Wiradi sampai tercapai dew pointnya dan memang pekerjaan ini membutuhkan waktu yang lumayan lama, saat itu butuh waktu 2 minggu sampai 1 bulan. Pada saat akan dilakukan Gas In memang banyak pemikiran untuk melakukan Gas In ini, seperti seluruh jalur dilakukan Nitrogen blanket terlebih dahulu tetapi yang jelas biaya super mahal ... wuihhhh ... susah ngitungnya dan juga time consuming. Pada akhirnya diputuskan bahwa nitrogen balnketing tetap dilakukan tetapi tidak di keseluruhan jalur melainkan hanya sebagian dari jalur tersebut kemudian didorong dengan Bi-Di Pig. Kemudian jalur tersebut langsung diisi dengan natural gas untuk mendorong pignya dan pressure pipanya dilakukan bertahap, tidak sekaligus sehingga memudahkan pengontrolan. Di bagian receiver dilakukan pengecekan kadar O2 terutama setelah pig di belakang nitrogen tiba di receiver. Setelah pig tersebut sampai dan kadar O2 sudah di bawah batas yang ditentukan, jalur dipressure sampai operation pressure dan setelah itu produksi mulai dilakukan. Ini sekelumit pengalaman Saya yang memang berhubungan dengan Pipeline. Ignaz Wiradi Terimakasih Mr Ary (klien je) dan mas Cahyo atas pencerahannya. Yang dilakukan mas Ary menurut saya sebetulnya safe hanya untuk commissioning pemipaan minyak, kecuali yang melakukan commissioning rekan2 operator yang kenyang pengalaman dan dikomandanin oleh mas Ary yang sense SHE nya sudah build-in ....kali he3x. Kalau saya personal tidak beranimengimplementasikan untuk pemipaan gas, mungkin karena terlalu lama di design dan secara bawah sadar "terbelenggu" code. Anyway karena sudah dijalanin di Unocal bisa untuk tambahan "modal" (boleh dong nyontek untuk bikin procedur commissioning di WO baru lain, kali masih dikasih).

Sedang yang ditanyakan rekan saya adalah lebih ke procedure start-up (hydrocarbon introduction) untuk pemipaan Dry Sales Gas yang spec produknya nya cukup ketat (jadi benar dugaan mas Cahyo). Kalau precomm dan comm nya, yaitu hydrotest dan gas drying nya saya sudah punya "contekkan" untuk diinfokan ke rekan saya, cuma belon tahu mana yang liability nya paling tinggi dan modalnya paling rendah, sehingga bisa di "jual" ke klien dengan delta price yang bisa memperpanjang masa kerja saya (maklum kerja di kontraktor). Ada tiga drying method yang akan diusulkan untuk menghindari terbentuknya "white crystalline solid" alias hydrat formation (HF) pada saat dioperasikan pada pressure yang tinggi : 1. Methanol Swabbing (MS) 2. Air drying (AD) 3. Vacuum drying (VD) MS kelihatannya lebih cepat dipelaksanaannya (karena tidak perlu mencapai nilai dew point yang relative rendah), dengan sekali tembak diharapkan bisa terbentuk lapisan film yang bisa mencegah terjadinya HF. Biasanya dilakukan dengan menembakkan serial pigs dengan urutan paling depan ke belakang : pig - methanol - pig - N2 - pig lagi methanol lagi - pig - baru sales gas nya. Yang saya belon tahu temporary facilities yang harus disediakan di downstream line selain pig receivernya sendiri. AD nyang ini mungkin agak murah tapi cukup memakan waktu, need finit time untuk mencapai dew point yang disaratkan. Kadang musti menambahkan "heat input" untuk mempercepat pelaksanaan. Mungkin juga fan / vacuum pump kali untuk menurunkan pressurenya, sehingga membantu mempercepat evaporasi nya. Atau bisa juga dengan penambahan desicant. Peralatan yang dibutuhkan biasanya sesuai method yang dipilih : compressor + drier atawa LP fan + dehumidifier. VD sedang nyang ini saya kurang paham detailnya. Yang saya tahu untuk mencapai SVP nya (saturated vapor pressure) stepnya adalah evacuation hydrotestwater dari pipeline (sama seperti step pertama untuk MS dan AD), Vaporation baru kemudian Final drying. Biasanya pelaksanaannya dipilih pada operating temperatur tertentu. Pingin cepat dan sempurna tambah heat input (ono rupo ono beo)

Untuk yang AD dan VD ini yang masih harus di HC introduction yang lahkah2 detailnya saya minta share dari rekan2 sekalian, mungkin ada juga yang terjun dalam penyediaan service pipeline commissioning yang bisa merekomendasikan drying method yang for sure fit for SHE dan jangan lupa murah... Cahyo Hardo Pak Iwiradi, disinggung2 "dew point rendah" disini maksudnya dew point apa? gas atau mungkin maksudnya bubble point air kali??? tolong saya dijelaskan. Ignaz Wiradi Pak Cahyo, Konteksnya adalah air drying, jadi yang dimaksud adalah dew / bubble point dari air (banyu). Acceptance kriteria di outlet pipeline kadang diukur pada saturated water content (SWC) terhadap temperatur drying nya. SWC harus diatas acceptance limit, pada angka tertentu (sorry...I can't recall the number). Biasanya drying dilakukan pada temperature bervariasi dari 5-45 oC, tergantung P operasinya, misal untuk T=25oC pressure operasi bisa dilakukan pada kondisi amb, untuk T=5oC maka operasi drying harus dalam kondisi vacuum, dst. Tahzudin Noor Cahyo, do you still remember about Sapto's Air(Water)-Udara(Air)? Cahyo Hardo Pak Tajudin, saya tidak ingat cerita ttg air yang water dan banyu itu he..he...Is any correlation with this? Pak Iwiradi, jadi maksudnya dew point itu bubble point-nya air tokh....OK dech ka-ka.... Kalau perpipaan yang tergeletak di east-kal sana, PT Badak minta batas limit kandungan uap air di gas sebesar 20 lb/MMscf, supaya tetap aman dari korosi. PSC2 di sana tinggal ngikut PT Badak aja...

Nah, angka SWC pak Iwiradi sekitar2 itukah???? Tahzudin Noor Itu cerita sederhana yang lucu ( nggak ada korelasinya dengan diskusi ini), ternyata memang terjadi berulang-ulang, dan mungkin akan selalu berulang, karena ini masalah bahasa. Yang saya masih ingat ya itu airwater-udara-air sampai orang bingung dan lihat kamus, yang lain biasanya sih dew point( meski bahasanya satu tetapi pengertiannya bisa nyimpang jauh). Jadi mohon maaf kalau saya mengganggu. Cahyo Hardo Begawan Tahz, tidak ada yang keganggu koq boss...he..he..swear malah menggelitik saya untuk celoteh sedikit ttg titik embun (dew point), karena di dunia per-gasan ini, masih saja pengertian titik embun sering salah, bahkan mungkin saja ada yang tidak tahu..seriously Seperti misalnya di gas, itu kan ada dua harga titik embun, yaitu titik embun hidrokarbon dan air. Dua harga ini jelas berbeda. Umumnya, cena (katanya= red), titik embun hidrokarbon itu lebih tinggi dari air. Terkadang, jika spesifikasi gas yang dikirim sedemikian ketatnya, seperti gas2 yang dialirkan dari west natuna ke pulau sakra, singapura, karena pembeli di sana tidak butuh kondensat, dan tidak ada alat khusus untuk menampung kondensat tersebut, maka specs dari titik embun adalah kuncinya. (bahkan katanya, full HIPPS design diterapkan di sana..). Kegagalan mengontrol titik embun gas akan mengakibatkan pipa kita penuh cairan, yang pada akhirnya akan merugikan kita juga karena akan menambah back pressure balik ke pabrik kita.apalagi kalau kita pakai kompresor sentifugal, kapasitasnya pasti akan turun Pertanyaan lebih lanjut adalah, specs dari titik embun yang mana, air atau hidrokarbon?? Belum tentu titik embun hidrokarbon karena ada beberapa gas yang bertabiat titik embun airnya lebih tinggi dari hidrokarbon.. Dua besaran ini sangat kritis untuk dicermati ketika desain, terkecuali lagi, jika memang kita mengirimkan gas ke pembeli pada kondisi di atas superkritik, sehingga dia tidak mungkin mengembun. Orang2

yang suka ilmu termodinamika biasanya menyebutnya sebagai dense gas., contohnya mungkin seperti LNG yang dipipakan kali yach (..ooops, yang ini bukan bagian saya, harusnya istri saya yang lagi ngulik2 proyek ini di BP yang bercerita....). Masih banyak lagi tentunya urusan yang menyangkut titik embun ini, terutama juga buat bapak2 yang berkecimpung di bidang custody meter yang menggunakan on-line dew point analyzer untuk memprediksi titik embun gas. Pun yang jago ngintip dew point chandler via mata mereka, juga harus awas...jika titik embun hidrokarbon lebih tinggi dari air sih oke2 aja, tapi kalau lebih rendah??? Itulah mungkin salah satu alasan mengapa dew point chandler tidak bisa dipakai di sembarang tempat, sangat2 tergantung dari tabiat gas yang terbenam di perut bumi ini.. Sorry ya Pak Tahz, ngelanturnya kejauhan.. Ignaz Wiradi Jauh dibawah itu pak Cahyo, spec kandungan air (water) didalam sales gasnya (bukan saturated water content , SWC dalam konteks commissioning : air drying) adalah 7-10 lb.water/mmscf untuk menjaga daerah suhu operasi nya ada disebelah kanan hydrate curve dalam phase envelope nya gas tsb. Sekitar 5-10o diatas suhu formasi hydratenya. Cahyo Hardo Understood ka-ka.... lalu, apakah titik embun hidrokarbonnya juga dijaga supaya tidak membanjiri pipeline nantinya?? Seperti menggunakan Joule-Thompson valve atau sistem refrijerasi? Maaf kalau terkesan mengejar... Hari, Suprayitno Pak Ary dan pak Cahyo, anda berdua benar. Biasanya yang disebut leak test itu ya sudah satu paket sama hydrotest. Soalnya waktu menekan pipa itu dilakukan tidak dengan sekaligus tekanan test tapi naik beberapa tingkat (tergantung tekanan test-nya) sambil dilihat apa ada kebocoran apa tidak. Leak test itu hanya disebut khusus kalau tidak ada pressure tertentu (biasanya untuk equipment/piping yang atmospheric). Jadi

kesimpulannya, leak test adalah salah satu langkah atau jenis dari hydrotest. Ignaz Wiradi Seharusnya process dehydration di upstream process sudah mempertimbangkan hal tsb. Terus terang saya tidak tahu processnya secara menyeluruh/detail, karena memang tidak terlibat. Mungkin teman2 di PGN tahu persis. Cahyo Hardo Betul Pak Iwiradi, mungkin lebih tahu persis si empunya pipeline karena proses dehidrasi sejatinya cuma menghilangkan uap air, maka untuk menghilangkan hidrokarbon berat pasti ada alat yang lain... Buat kawan2 dari PGN, ditunggu looh.... Arifin Sedikit tambahan, Dalam pelaksanaan hidrotest memang juga dilakukan leak test atau lebih tepatnya disebut Leak Detection Test untuk mencari kebocoran pipa, bila ada. Sedangkan leak test yang dimaksud oleh mas Cahyo adalah pengetesan terhadap sambungan - sambungan flange yang tidak mengalami hidrotest secara bersamaan untuk memastikan integrasinya setelah semua itu menjadi satu sistem. Mungkin itu saja tambahannya.

Cahyo Hardo Fin, ente selalu telat kalau gabung he..he.. Anyway, welcome to our group discussion. Thanks for your info. Arifin Cahyo,

Lebih baik telat daripada enggak sama sekali khan. Gue baru tahu addressnya akhir-akhir ini kok. Anyway, perkenalkan nama Saya Arifin ex Pipeline Engineer

Anda mungkin juga menyukai