Anda di halaman 1dari 10

Peran Strategis Bidan dalam Pencapaian MDGs 2015 Medan, (Analisa).

Para bidan memiliki peran yang penting dalam membantu pemerintah untuk mencapai Millennium Development Goals (MDGs) 2015 khususnya dalam menekan Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Ibu (AKI). Demikian disampaikan Ketua Pengurus Daerah (PD) Ikatan Bidan Indonesia (IBI) Jawa Timur Endang Sri Resmiati, SH, SST, MMKes dalam acara seminar nasional di Gedung Suara Nafiri, Minggu (15/4). "Bidan sebagai ujung tombak dalam menekan AKI dan AKB, sehingga para caloncalon bidan harus sadar dan paham akan keprofesionalitasannya dalam bertugas, tidak hanya itu, hal tersebut menjadikan bidan juga memiliki posisi yang strategis dalam penyuksesan MDGs 2015 yang dicanangkan pemerintah," ujarnya. Ia juga menambahkan bahwa saat ini program MDGs 2015 Pemerintah Indonesia yang salah satu pointnya adalah menekan AKI dan AKB masih sangat jauh dari harapan. Setiap tahun dari data yang dihimpun kematian bayi mencapai 20 bayi per jam dan dan hampir 50 persen meninggal di bulan pertama, sedangkan angka kematian ibu dari data tahun 2007 menunjukkan setiap tiga jam sedikitnya ada satu ibu meninggal atau ada 10.260 kematian ibu setiap tahunnya. "Beberapa penyebab kematian ibu ini diantaranya adalah pendaharan, eklampsi dan infeksi. Dan masalah ini terus berlanjut karena disebabkan belum optimalnya kualitas pelayanan kebidanan, masih rendahnya kualitas SDM bidan, sarana prasarana yang belum memadai dan pendistribusian bidan yang belum merata," katanya. Oleh karena itu, pembekalan bidan sebagai upaya untuk menciptakan generasi bidan yang profesional perlu terus dikembangkan. Hal ini dikarenakan para bidan lah yang memberikan pertolongan pertama pada proses kehamilan serta secara langsung membantu ibu yang melahirkan secara normal. Proses kehamilan dan melahirkan ini juga akan berdampak langsung pada kesehatan bayi yang lahir. Bentuk Keprihatinan Seminar Nasional bertajuk "Profesi Strategis Percepatan Penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB)" ini digagas oleh Malika Foundation. Sebuah organisasi yang bergerak dalam bidang promotor kesehatan khususnya dalam hal sosialisasi kesehatan dengan target sasaran kaum perempuan. "Acara ini dimaksudkan untuk membantu program pemerintah untuk menciptakan Medan sebagai Kota Sehat, sekaligus bentuk keprihatinan kami terhadap AKI dan AKB di Sumatera Utara yang setiap tahun terus mengalami kenaikan," ujar Ketua Panitia, Sukma. Ia menambahkan, dengan diadakannya seminar ini juga diharapkan permasalahan AKI dan AKB menjadi perhatian semua pihak terkait agar tergerak untuk

menuntaskan persoalan tersebut khususnya para bidan. "Saat ini organisasi yang bergerak di bidang kesehatan masih sangat rendah, untuk itu Maliko Foundation akan berupaya bekerja sama dengan pemerintah daerah untuk terus mengupayakan terciptanya masyarakat yang sehat secara mandiri, melalui sosialisasi dan pembinaan-pembinaan terkait masalah kesehatan," katanya. Dalam waktu dekat Maliko Foundation pun akan mencari agen-agen promotor kesehatan di beberapa sekolah kesehatan dan akademi kebidanan untuk menyukseskan program-program yang telah dicanangkan. Seminar ini dibuka oleh Ketua PD IBI Sumut Ibu Idau Ginting, SST, Mkes dan dihadiri lebih dari 700 peserta dari Akbid Indah, Akbid Helvetia, Akbid Imelda, Akbid Prima Indonesia, Akbid Holis Binjai, D4 Kebidanan USU, STIKES dan Akbid RS Haji. MDGs 2015 Untuk diketahui, Millennium Development Goals (MDGs) adalah delapan tujuan pembangunan sebagai respons atas permasalahan global, yang akan dicapai pada tahun 2015. MDGs merupakan inti dari deklarasi milenium yang diadopsi 189 negara dan ditandatangani 147 kepala negara saat UN Millennium Summit, September 2000. MDGs ini terdiri atas delapan tujuan, 18 target, dan lebih dari 40 indikator. Kemudian target itu dipertegas lagi pada Konferensi Tingkat Tinggi para pemimpin dunia pada tanggal 22-24 September 2008, di New York City. Delapan tujuan tersebut antara lain memberantas kemiskinan dan kelaparan; mewujudkan pendidikan dasar yang merata dan universal; memajukan kesetaraan gender; mengurangi tingkat mortalitas anak; memperbaiki kualitas kesehatan ibu hamil; memerangi HIV-AIDS, malaria, dan penyakit lain; menjamin kelestarian lingkungan; dan menjalin kerja sama global bagi kesejahteraan. Indonesia yang juga merupakan anggota PBB ikut ambil bagian dalam upaya penyuksesan program MDGs 2015 ini. (br)
http://www.analisadaily.com/news/read/2012/04/30/48433/peran_strategis_bidan_dalam _pencapaian_mdgs_2015/#.UQpL2-8jGCk

Indonesia Menuju MDGs 2015


Oleh M. Sigit Cahyono (Terbit di Harian Pikiran Rakyat, Selasa 27 Oktober 2009) Dalam pidato pelantikannya, Presiden SBY menegaskan bahwa Indonesia akan berusaha berada di garis depan, dalam upaya untuk mewujudkan tatanan dunia yang lebih baik dan sebagai pelopor dalam memperjuangkan Millennium Development Goals (MDGs). Ini berarti, MDGs akan menjadi target utama pemerintah RI selama 5 tahun mendatang. Yang jadi pertanyaan, mampukah kita merealisasikan target tersebut, agar menjadi bangsa yang besar dan bermartabat? Millennium Development Goals (MDGs) adalah delapan tujuan pembangunan sebagai respons atas permasalahan global, yang akan dicapai pada 2015. MDGs merupakan inti dari deklarasi milenium yang diadopsi 189 negara dan ditandatangi 147 kepala negara saat UN Millennium Summit, September 2000. MDGs terdiri atas delapan tujuan, 18 target, dan lebih dari 40 indikator. Kemudian target itu dipertegas lagi pada Konferensi Tingkat Tinggi para pemimpin dunia 22-24 September 2008, di New York City. Delapan tujuan tersebut antara lain memberantas kemiskinan dan kelaparan; mewujudkan pendidikan dasar yang merata dan universal; memajukan kesetaraan gender; mengurangi tingkat mortalitas anak; memperbaiki kualitas kesehatan ibu hamil; memerangi HIV-AIDS, malaria, dan penyakit lain; menjamin kelestarian lingkungan; dan menjalin kerja sama global bagi kesejahteraan. Kesiapan Indonesia Indonesia sebagai anggota PBB sangat menyadari pentingnya MDGs, dalam kerangka berbangsa dan bernegara sesuai filosofi hidup Pancasila dan pegangan dasar UUD 1945. Oleh karena itu, Indonesia bertekad dapat mencapai MDGs pada 2015. Namun, tantangan dan hambatan yang dihadapi cukup besar. Masih banyak pekerjaan yang belum terselesaikan dalam pembangunan. Sebagai contoh, saat ini masyarakat Indonesia yang hidup di bawah garis kemiskinan hampir 35 juta jiwa, anak terlantar mendekati 3 juta, balita terlantar 300.000, anak nakal 210.000, anak jalanan 110.000, dan orang tua terlantar mendekati 2 juta. Padahal, sesuai tujuan pertama MDGs, jumlah ini harus diturunkan sampai separuh pada 2015. Sementara itu, dilihat dari pemerataan pendidikan, parameter yang digunakan adalah Angka Partisipasi Murni (APM). Pada 1992, APM SD/MI tercatat 88,7 persen dan pada 2008 mencapai 94,73 persen. Sementara itu, APM SMP/MTs. 1992 adalah 41,9 persen dan mencapai 66,52 persen pada 2008. Jumlah yang lebih kecil lagi untuk APM SMA/MA. Tidaklah heran jika Indonesia menempati peringkat ke-111 dalam Laporan Pembangunan Manusia 2009, yang berarti lebih rendah dari Sri Langka (102) maupun Palestina (110).

Selain itu, bidang kesehatan juga belum menghasilkan prestasi yang memadai. Misalnya penurunan angka kematian ibu per 100.000 jiwa, yang saat ini masih 307 dari target 110 pada 2015. Tidak jauh beda dalam pencegahan dan penyembuhan penyakit menular, seperti malaria, TBC, dan HIV-AIDS. Demikian pula dalam aspek lingkungan hidup seperti pencapaian target penyediaan air bersih. Saat ini hanya 18 persen penduduk yang memperoleh akses ke sumber air minum yang baik dan baru 45 persen yang memperoleh akses sanitasi memadai. Padahal MDGs mencanangkan pada 2015, sebanyak 69 persen penduduk Indonesia memiliki akses air minum yang layak dan 72,5 persen penduduk harus memperoleh pelayanan sanitasi yang memadai. Upaya Sebenarnya, pada periode lalu pemerintah sudah berkomitmen menempatkan MDGs sebagai referensi penting pembangunan Indonesia. Hal ini ditunjukkan dengan penggunaan MDGs sebagai bahan acuan dalam pembangunan, mulai tahap perencanaan seperti Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) sampai tahap implementasi. Namun kenyataannya, masih jauh dari yang diharapkan. Oleh karena itu, pemerintah yang baru ini harus menciptakan program-program baru yang taktis dan realistis, serta melanjutkan program-program yang sudah berjalan dengan lebih optimal lagi. Sebagai contoh, program Bantuan Langsung Tunai (BLT). Dalam jangka pendek, program ini memang bisa membantu masyarakat. Namun, ke depannya sebaiknya tidak dilanjutkan karena akan membebani APBN. Program yang lebih tepat harus digunakan, misalnya Kredit Usaha Rakyat (KUR) dan Program Nasional Pengembangan Masyarakat (PNPM) Mandiri. Kedua program itu dinilai bagus dalam menyukseskan MDGs, meskipun pelaksanaannya belum 100 persen%. Sementara itu, menyadari bahwa sumber pendanaan dalam negeri masih belum mencukupi, dukungan internasional sangat penting bagi penyuksesan MDGs. Namun, kita tidak boleh bergantung pada pihak asing saja. Kemandirian juga sangat diperlukan, sampai titik darah penghabisan. Selain itu, target MDGs tersebut tidak akan bisa dicapai secara sporadis, perlu dilakukan upaya berjenjang. Mulai dengan target yang harus diselesaikan dalam seratus hari. Kemudian dilanjutkan dengan target pencapaian per tahun, sampai setelah lima tahun nanti. Yang lebih penting lagi, untuk mencapai tujuan MDGs, diperlukan koordinasi, kerja sama serta komitmen dari seluruh pemangku kepentingan, terutama pemerintah yang baru (nasional dan lokal), masyarakat sipil, akademisi, media, sektor swasta, dan komunitas donor. Bersama-sama, kelompok ini akan memastikan kemajuan-kemajuan yang telah dicapai bisa tersebar merata di seluruh Indonesia. Harapannya, jika semua menyadari bahwa bangsa ini sangat butuh kerja keras untuk mencapai target MDGs 2015, kita pasti akan bisa meraihnya, agar menjadi bangsa yang besar dan bermartabat!***

Penulis, Direktur Operasional MST Preneurs UGM Yogyakarta, dan Kandidat Doktor di Universiti Teknologi Petronas Malaysia.

http://enviroboy.wordpress.com/2009/10/26/indonesia-menuju-mdgs-201

POKOK PROGRAM PEMBANGUNAN KESEHATAN

1. Latar Belakang Dalam Indonesia Sehat 2010, lingkungan yang diharapkan adalah yang kondusif bagi terwujudnya keadaan sehat, yaitu lingkungan yang bebas dari polusi, tersedianya air bersih, sanitasi lingkungan yang memadai, perumahan dan pemukiman yang sehat, perencanaan kawasan yang berwawasan kesehatan, serta terwujudnya kehidupan masyarakat yang saling tolong menolong dengan memelihara nilai-nilai budaya bangsa. Perilaku masyarakat Indonesia Sehat 2010 yang diharapkan adalah yang bersifat proaktif untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah resiko terjadinya penyakit serta berpartisipasi aktif dalam gerakan kesehatan masyarakat. Selanjutnya kemampuan masyarakat yang diharapkan pada masa depan adalah yang mampu menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu tanpa adanya hambatan, baik yang bersifat ekonomi maupun non ekonomi. Pelayanan kesehatan bermutu yang dimaksud di sini adalah pelayanan kesehatan yang memuaskan pemakai jasa pelayanan serta yang diselenggarakan sesuai dengan standar dan etika pelayanan profesi. Diharapkan dengan terwujudnya lingkungan dan perilaku hidup sehat serta meningkatnya kemampuan masyarakat tersebut di atas, derajat kesehatan perorangan, keluarga dan masyarakat dapat ditingkatkan secara optimal. 2. Tujuan Penulisan Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah : 1. Agar kita dapat mengetahui pokok program pembangunan kesehatan. 2. Supaya mengetahui sasaran dan kegiatan dari pokok program pembangunan kesehatan. 3. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang di gunakan adalah : a. Study Pustaka

b. Internet TINJAUAN TEORI POKOK PROGRAM PEMBANGUNAN KESEHATAN Sesuai dengan keadaan, masalah dan kecenderungan yang dihadapi serta memperhatikan arah, tujuan dan sasaran serta kebijakan dan strategi pembangunan kesehatan yang telah ditetapkan pada dasarnya lebih mengutamakan upaya peningkatan dan pemeliharaan kesehatan serta memperhatikan pula ketersediaan sumber daya

kesehatan di masa depan, maka program-program pembangunan kesehatan dikelompokkan dalam pokok-pokok program yang pelaksanananya dilakukan secara terpadu sengan pembangunan sektor lain yang terkait serta dengan dukungan masyarakat. Pokok-pokok program pembangunan kesehatan tersebut adalah : 1. Pokok program perilaku sehat dan pemberdayaan masyarakat Pokok program ini bertujuan untuk memberdayakan individu dan masyarakat dalam bidang kesehatan melalui peningkatan pengetahuan, sikap positif, perilaku dan peran aktif individu, keluarga dan masyarakat sesuai dengan sosial budaya setempat untunk memelihara, meningkatkan dan melindungi kesehatannya sendiri dan lingkungannya menuju masyarakat yang sehat, mandiri dan produktif Sasaran program pokok ini adalah terciptanya keberdayaan individu dan masyarakat dalam bidang kesehatan yang ditandai oleh peningkatan perilaku sehat dan peran aktif dalam memelihara, melindungi dan meningkatkan kesehatan diri dan lingkungannya sesuai dengan sosial budaya setempat. Fokus programnya adalah Kesehatan Ibu dan Anak, Keluarga sadar gizi, anti tembakau, alkohol dan mandat, pencegahan kecelakaan dan rudapaksa, keselamatan dan kesehatan kerja, kesehatan jiwa, kesehatan lingkungan gaya hidup termasuk olah raga dan kebugaran.

2. Program peningkatan perilaku sehat Tujuan dari program ini adalah meningkatkan jumlah ibu, keluarga, murid, sekolah, pekerjaan, tempat kerja, penggunaan tempat-tempat umum, institusi kesehatan, masyarakat pengguna dan petugas institusi kesehatan, anggota masyarakat dan institusi masyarakat memperaktekkan perilaku hidup bersih dan sehat.

Sasaran yang dicapai adalah meningkatnya perilaku hidup bersih dan sehat sesuai dengan pokok sasaran dan sosial budaya di tatanan rumah tangga, tatanan sekolah, tatanan tempat kerja, tatanan tempat-tempat umum(tempat ibadah, rekreasi, pasar, terminal dll), tatanan institusi kesehatan dan masyarakat umum. Kegiatan yang akan dilaksanakan adalah : a. Pengkajian perilaku sehat dan sosial budaya di tatanan rumah tangga, sekolah, tempat kerja, tempat-tempat umum, institusi kesehatan dan masyarakat umum. b. Pengembangan strategi dan intervensi di tatanan rumah tangga, sekolah, tempat kerja, tempat umum, institusi kesehatan dan masyarakat umum. c. Pengembangan media KIE untuk berbagai tatanan (rumah tangga, sekolah, tempat kerja, tempat umum, institusi kesehatan dan masyarakat umum). d. e. Pengembangan teknologi KIE tepat guna yang sesuai dengan sasaran di berbagai tatanan. Pengembangan jalinan kemitraan dengan program, sektor, LSM dan organisasi terkait untuk mendapat dukungan bagi pelaksana program perilaku hidup bersih dan sehat di berbagai tatanan. f. Pengembangan metode, peragkat pemeliharaan dan pemantauan serta indikator keberhasilan.

3. Program anti tembakau, alkohol dan madat Program ini bertujuan untuk merubah perilaku dan memberdayakan masyarakat dalam rangka mengurangi angka kematian dan kesakitan yang disebabkan oleh penyakitpenyakit karena merokok, alkohol dan mandat. Tujuannya adalah : a. b. Menurunkan penyalah gunaan alkohol, obat terlarang/narkotika. Meningkatkan kesadaran akan bahaya dan efek dari merokok, alkohol dan narkotika. Terutama di kalangan remaja usia sekolah, wanita hamil dan kelompok-kelompok pengguna obat/narkotika. c. Meningkatkan akses konsultasi bagi para penderita/pekerja untuk mendapatkan bimbingan dalam mengatasi masalah penyalahgunaan obat/narkotika. d. Mengembangkan kebijakan untuk mengatasi masalah penyalahgunaan obat/narkotika dan meningkatkan keterlibatan penyediaan pelayanan dasar dalam membantu mengatasi masalah obat/narkotika.

Sasaran program ini adalah a. Turunnya angka kematian yang disebabkan oleh penyakit-penyakit karena merokok, alkohol dan mandat. b. c. Turunnya prevalansi perokok, penyalahgunaan obat/narkotika. Meningkatnya kesadaran tentangan bahaya merokok dan efek samping dari obat terlarang / narkotika, terutama dikalangan remaja usia sekolah, wanita hamil dan kelompok pengguna obat terlarang. d. Meningkatnya lingkungan bebas rokok di lingkungan sekolah, tempat kerja dan tempat umum. e. Meningkatnya akses konsultasi bagi para penderita/pekerja untuk mendapatkan bimbingan dalam mengatasi masalah penyalahgunaan obat/narkotika. f. Terciptanya kebijakan untuk mengatasi penyalahgunaan obat/narkotoka dan meningkatkan keterlibatan penyediaan pelayanan dalam membantu mengatasi masalah penyalahgunaan obat/narkotika.

Kegiatan dari program ini : a. Melakukan penyuluhan pentingnya kesadaran tentang bahaya merokok dan efek samping obat terlarang/narkotika, lingkungan bebas rokok di lingkungan sekolah, tempat kerja dan tempat umum. b. Penyediaan pelayanan konsultasi bagi para penderita/pekerja untuk mendapatkan bimbingan dalam mengatasi masalah penyalahgunaan obat/narkotika serta pelayanan berhenti merokok. c. Merumuskan kebijakan/peraturan untuk mengatasi penyalahgunaan obat/narkotika dan meningkatan keterlibatab penyediaan pelayanan dasar dalam membantu mengatasi masalah obat/narkotika.

4. Program pencegahan kecelakaaan dan rudapaksa Program ini bertujuan untuk merubah perilaku dan pemberdayaan masyarakat dalam rangka mencegah terjadinya kecelakaan dan rudapaksa dirumah, tempat umum, pengembangan kebijakan /peraturan dalam mencegah terjadinya kecelakaan dan rudapaksa. Sasarannya adalah menurunkan angka kematian dan kecatatan karena kecelakaan dan rudapaksa di rumah, jalan, sekolah, tempat kerja dan tempat-tempat umum. Adapun kegiatan dalam program ini;

a. Mengembangkan kebijakan dan peraturan dalam mencegah terjadinya kecelaan dan rudapaksa. b. Menemukan dan mengobati penderita akibat kecelakaan dan rudapaksa. c. Meningkatkan kesadaran dan kemampuan masyarakat dalam mencegah terjadinya kecelakaan dan rudapaksa.

5. Program pembinaan kesehatan jiwa dan masyarakat Program ini betujuan untuk meningkatkan kesehatan jiwa masyarakat dengan menurunkan prevalansi dan mengurangi dampak gangguan jiwa sehingga tidak lagi menjadi masalah kesehatan masyarakat. Sasaran yang akan dicapai adalah a. Meningkatnya kesehatan jiwa masyarakat, khususnya para remaja dan penduduk usia produktif. b. Terbinanya pemberdayaan masyarakat melalui organisasi masyarakat lokal dalam pemeliharan kesehatan jiwa dan penanggulangan dampak gangguan kejiwaan masyarakat. Kegiatan program ini: a. Perumusan kebijakan peningkatan upaya kesehatan jiwa masyarakatb yang mendoeong dan memantapkan desentralisasi. b. Pengembangan peran serta masyarakat dan organisis sosial dalam upaya kesehatan jiwa masyarakat. c. Pengembangan dan pemantapan pelayanan kesehatan jiwa dan fasilitas kesehatan umum di masyarakat, Puskesmas, dan Rumah Sakit termasuk pelayanan liaison psychriatry. d. Pendidikan dan pelatihan tenaga kesehatan bidang pelayanan kesehatan jiwa di fasilitas pelayanan kesehatan umum, Puskesmas, dan Rumah Sakit. e. Penyusunan dan penerapan peraturan, standar, pedoman pelayanan kesehatan jiwa difasilitas kesehatan umum termasuk penanggulangan zat adaktif di institusi pelayanan kesehatan pemerintah maupun swasta. f. Pengembangan pelayanan day care rehabilitasi medik dan psikologis baik intra maupun extra mural. g. Kerjasama dengan sektor terkait dalam penyantunan dan pelatihan kerja, penyantunan jabatan (vocational rehabilitation) bagi penderita psikotik yang telah menjalani rehabilitasi. h. Peningkatan penyusunan dan penyebaran informasi tentang kesehatan jiwa kepada masyarakat yang terintegrasi dalam promosi kesehatan dan khususnya promosi kesehatan jiwa.

i.

Pengembangan program kesehatan jiwa keluarga secara histolik, mulai dari pra nikah, selama kehamilan, pasca persalinan, anak usia pra-sekolah dan usia sekolah.

6. Program kesehatan olag raga dan kebugaran jasmani Program ini bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui peningkatan kesehatan olah raga dan kebugaran jasmani masyarakat.

Sasarannya adalah a. Meningkatnya kesadaran masyarakat untuk melakukan kegiatan olah raga secara baik dan benar, pelayanan kesehatan olah raga pada masyaraat dan pengembangan kesehatan olahraga. b. Terlaksananya pemetaan tingkat kesegaran jasmani di indonesia secara bertahap dan berkesinambungan. c. Terbentunya Balai Kesehatan Masyarakat di Propinsi yang potensial menjadi pusat pengembanga dan penyuluahan kehehatan olah raga.

Kegiatan program ini terdiri atas : a. b. c. d. e. Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan olahraga. Pembentukan nilai nalai kesehatan Olahraga masyarakat di proponsi potensial. Peningkatan kemampuan tenaga melalui pendidikan dan pelatihan . Bimbingan dan pembinaan kesehatan olah raga. Pengembangan pelayanan esehatan olahraga pada masyarakat. f. Pengembangan sarana penunjang olahraga.

Referensi:

http://www.rssamalang.com/2008/02/menuju-indonesia-sehat-2010/

Anda mungkin juga menyukai