Anda di halaman 1dari 7

Mengatasi Perilaku Negatif Pada Anak

Bagi Anda yang memiliki anak kecil pastinya sudah mengalami bagaimana repotnya mengurus mereka, apalagi jika mereka berperilaku negatif. Artikel ini juga bisa menjadi tips untuk para orang tua baru atau sekedar informasi bagi Anda yang akan memulai hidup berumah tangga. Bagaimana cara mengatasinya dan apa saja yang harus dilakukan orang tua untuk mengarahkan perilaku anak ? FIANZONER harap semoga bermanfaat...

Mengatasi anak yang terlalu tergantung :

Tetaplah bersikap tenang

Ingatkan diri anda bahwa kegelisahan anak waktu berpisah adalah sesuatu yang normal. Jika anda marah karena ia merengek, maka ia akan menangis lebih keras lagi. Kemarahankan membuat anak semakin tak aman.

Jelaskan anda segera kembali :

Jika anda melakukan ini berkali-kali saat meninggalkannya, anak akan mengembangkan hubungan kata-kata kembalinya anda ke dekatnya. Pengalaman berpisah adalah salah satu cara membangun keyakinan anak.

Tenangkan anak.

Saat anda kembali tenangkan dia. Berilah pelukan, belai wajahnya dengan penuh kasih sayang dan yakinkan bahwa ia tenang-tenang saja. Dengan berlalunya waktu, ia tidak akan takut ketika anda meninggalkannya beberapa waktu.

Bersabarlah

Selalu ada godaan untuk mengabulkan apapun yang diminta oleh anak. Namun anda perlu menyadari, bahwa anda sedaang melatih anak untuk bisa mandiri. Membangun kemandirian anak :

Melatih dari hal-hal kecil

Mulailah mengembangkan rasa percaya diri anak dalam mengambbil keputusan dengan mengijinkannya membuat pilihan sendiri pada hal-hal yang sederhana. Misalnya untuk memutusakn baju mana yang ingin di pakainya, mengijinkannya untuk makan sendiri, dll.

Jelaskan konsekuensi pilihannya

Beri dukungan penuh agar agar anak bisa berfikir dengan baik dengan keputusan dan akibat dari keputusan yang diambilnya. Tak ada salahnya jika nada bertanya, apa yang membuat kamu lebih memilih ini dari pada ini? biarkan ia menjelaskan alasannya. Lakukan hal ini dengan terbuka dan bersemangat.

Hormati keputusannya

Anda harus menerima dan menghormati keputusan anak jika berbeda dengan anda. Bersikaplah konsisten dan berusaha untuk tidak menampakkan ketidak setujuan anda.

Mengatasi kecemburuan anak

1. hidarkan membanding-bandingkan anak dengan anak yang lain 2. tumbuhkan kebiasaan saling memberi penghargaan dalam berbagai hal 3. latih dan ajatkan anak selalu mengucapkan terima kasih untuk setiap kebaikan yang di terima. 4. ajarkan anak untuk menyelesaikan tugas bersama 5. beri penghargaab setiap kali anak mampu adu argumentasi tanpa berkelahi 6. bersabarlah, mereka masih memerlukan bimbingan ekstra dari anda.

Mengatasi anak yang selalu aktif :

1. ciptakan suasana tenang. Anak akan lebih tenang dalam suasana tenang dari pada dalam suasan ramai penuh kesibukan 2. bersikaplah tenang, karena ketenangan anda akan mendorong anak bersikap sama, meskipun tidak seketika.

Meningkatkan daya pikir anak :

1. lakukan kontak mata setiap memberikan informasi kepada anak 2. libatkan secara aktif dengan menyanyikan, mengucapkan, memperagakan, dll. 3. sisipkan nama anak dalam kalimat agar lebih berkonsentrasi mengingat informasi baru, misalnya kemarin rendi melihat burung ya, kakinya ada berapa sayang? 4. beri rangsangan anak agar bisa mengingat dengan cepat

5. ciptakan suasana santai dan rileks saat mengerjakan sesuatu.

Jika anak sulit makan:

1. tetaplah tenang atau rileks. Jangan tegang dan kesal jika anak menolak makan, apalagi marah-marah. Ini akan membuat anak semakin tidak mau makan. 2. peka dan mencari penyebab mengapa anak menolak makan. Mungkin berhubungan dengan gangguan fisik. 3. ciptakan suasana yang tenang dan nyaman. Suasana yang tenang dan nyaman. Suasana yang sibuk, gaduh dan terburu-buru membuat anak tidak nyaman makan, sehingga menolaknya. 4. ciptakan suasana yang tenang dan nyaman, tetap sabar dan tidak memaksa 5. hindari agar tidak mengkonsumsi makanan manis sebelum makan 6. tidak memaksa anak untuk menyukai makanan tertentu. 7. variasikan makanan.

KESALAHAN ORANG TUA MENYEBABKAN ANAK DURHAKA

Banyak faktor yang memicu kedurhakaan seorang anak, namun diantara faktor-faktor tersebut Orang tua sangat berpotensi menjadikan anak durhaka. Kesalahan orang tua dalam mendidik anak seperti terlalu keras, dan kasar atau terlalu banyak aturan adalah diantara pemicu menjadikan anak durhaka.
Sikap lemah lembut dan kasih sayang adalah modal utama dan kunci keberhasilan orangtua dalam mendidik anak. Inilah cara yang diajarkan Allah SWT kepada Rasulullah SAW dalam mendidik umatnya. Allah berfirman:

Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakal kepada-Nya. (Ali Imran: 159). Sikap lemah lembut dan kasih sayang adalah modal utama dan kunci keberhasilan orangtua dalam mendidik anak Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa Rasulullah bersabda, Kelembutan adalah hiasan bagi segala sesuatu. (HR. Muslim, bab Al-Birru). Dari Ibnu Umar disebutkan bahwa Rasulullah bersabda, Sikap lemah-lembut dalam kehidupan berumahtangga pasti menghasilkan manfaat bagi penghuninya. (Shahih Al-Jami/1455) Sikap lemah lembut dalam mendidik anak merupakan faktor yang sangat mendukung keberhasilan pendidikan anak. Orangtua selayaknya memahami bahwa anaknya bukanlah malaikat yang tidak pernah berbuat salah, dan bukan pula setan yang tidak memiliki sisi kebaikan. Dalam bukunya Nasha`ih li Al-Abaa` Qabla Uquq Al-Abnaa`, Prof. Saad Karim menjelaskan, ketika seorang anak melakukan kesalahan, tidak selayaknya orangtua langsung memberikan hukuman yang bert. Yang harus dilakukan oleh orangtua adalah memberikan nasehat dan petunjuk, menjelaskan kesalahan sang anak dengan cara yang bijak, sambil memberikan keterangan tentang perilaku dan sikap yang benar. Setelah itu, memberikan bimbingan dan arahan. Marwan bin Abi Hafshah, dalam salah satu bait syairnya pernah menyatakan

Janganlah tergesa-gesa mencela sahabatmu Siapa tahu dia punya alasan

Sementara kamu terlanjur mencelanya. Salah seorang ulama yang merupakan pakar sosiologi, Ibnu Khaldun, pernah mengingatkan bahaya sikap keras dan kasar dalam pendidikan. Dia menjelaskan bahwa pendidikan yang didasari oleh sikap kasar dan keras seringkali menghasilkan manusia-manusia suka berbohong, munafik, dan memiliki kepribadian rapuh. Ibnu Khaldun mengingatkan bahaya sikap keras dan kasar dalam pendidikan, yang seringkali menghasilkan manusia-manusia suka berbohong, munafik, dan memiliki kepribadian rapuh Ibnu Khaldun melanjutkan, jika seorang guru atau pembimbing bersikap kasar dan keras, sikap yang demikian seringkali mendorong anak didik menjadi pembohong dan suka memperlihatkan sesuatu yang berbeda dengan apa yang tersimpan. Hal itu dilakukan anak didik karena rasa takut terhadap sikap kasar dan keras sang pembimbing. Jika dia telah mengetahui cara melepaskan diri dari hukuman (baik dengan berbohong atau perilaku negatif lainnya), maka lama kelamaan sikap yang demikian akan menjadi kebiasaannya. Dengan demikian, rusaklah potensi nilai-nilai kebaikan yang ada dalam dirinya. Jika telah demikian, dia akan menyandarkan segala kebaikan atas usaha orang lain dan hilanglah jiwa kemandirian dalam dirinya. Akhirnya, sang anak tumbuh menjadi manusia yang malas dan tidak bersemangat dalam melakukan kebaikan. Mengomentari hal yang sama, Prof. Jamal Al-Kasyif menyatakan, Seorang anak yang tumbuh dalam situasi dan kondisi yang keras dan kasar akan mengalami perkembangan mental tidak sehat. Pengaruh dan dampak buruknya bervariasi, bisa cepat bisa juga lambat. Seorang anak yang tumbuh dalam lingkungan yang penuh dengan kepercayaan, cinta, dan saling pengertian, jarang sekali bersikap khianat atau melanggar janji. Dia akan menjadikan kepercayaan

sebagai sesuatu yang sangat penting dalam hidupnya. Dia akan tumbuh menjadi manusia yang mengusung kepercayaan diri, berterus terang, dan jujur.

Seorang anak yang tumbuh dalam lingkungan yang penuh dengan kepercayaan, cinta, dan saling pengertian, jarang sekali bersikap khianat atau melanggar janji Sebaliknya, teman-temannya yang tumbuh dalam situasi dan kondisi kasar dan keras, penuh dengan ketidakpercayaan dan keraguan akan tumbuh menjadi manusia pembohong, munafik, suka berkhianat, dan bersikap curang. Dalam penjelasan selanjutnya, Ibnu Khaldun menekankan pentingnya peran orangtua, guru, dan para pendidik untuk bersikap lemah lembut dan menjadikan kasih sayang sebagai dasar dalam menerapkan pendidikan. Sikap yang demikian akan menghasilkan buah manis di kemudian hari. Dalam penjelasannya, dia juga mengatakan, Seorang guru jangan bersikap keras terhadap anak didiknya dan orangtua jangan bersikap kasar kepada anak-anaknya. (Lebih lanjut lihat: Muqaddimah, Ibnu Khaldun). Pendidikan bukanlah sekadar rumus dan peraturan. Namun lebih dari itu, pendidikan adalah seni Pendidikan bukanlah sekadar rumus dan peraturan. Namun lebih dari itu, pendidikan adalah seni. Oleh karena itu, orangtua hendaknya mengetahui dasar-dasar pendidikan yang baik dan menerapkannya dengan cara yang bijak, sesuai petunjuk Al-Quran dan As-Sunnah. Sehingga kelak akan lahir generasi yang baik. Amin! [ganna pryadha/voa-islam.com]

Anda mungkin juga menyukai