atau beberapa saat setelah saat lahir yang ditandai dengan hipoksemia, hiperkarbia dan asidosis. Etiologi dan Faktor Risiko Asfiksia neonatorum dapat terjadi selama kehamilan, pada proses persalinan dan melahirkan atau periode segera setelah lahir. Janin sangat bergantung pada pertukaran plasenta untuk oksigen, asupan nutrisi dan pembuangan produk sisa sehingga gangguan pada aliran darah umbilikal maupun plasental hampir selalu akan menyebabkan asfiksia. Tabel 1. Faktor risiko asfiksia neonatorum Faktor risiko antepartum Faktor risiko intrapartum Faktor risiko janin
Primipara
Malpresentasi
Prematuritas
Partus lama
BBLR
Demam kehamilan Hipertensi kehamilan Anemia Diabetes mellitus Penyakit ginjal hati
saat
dalam
dan
Perdarahan antepartum
Kelainan kongenital
Penegakan Diagnosis Anamnesis Anamnesis diarahkan untuk mencari faktor risiko terhadap terjadinya asfiksia neonatorum. Pemeriksaan fisis
Bayi tidak bernafas atau menangis Denyut jantung kurang dari 100x/menit Tonus otot menurun Bisa didapatkan cairan ketuban ibu bercampur mekonium, atau sisa mekonium pada tubuh bayi
BBLR
Pemeriksaan penunjang Laboratorium : hasil analisis gas darah tali pusat menunjukkan hasil asidosis pada darah tali pusat: PaO2 < 50 mm H2O PaCO2 > 55 mm H2 pH < 7,30
Tata laksana Sebagian besar bayi baru lahir tidak membutuhkan intervensi dalam mengatasi transisi dari intrauterin ke ekstrauterin, namun sejumlah kecil membutuhkan berbagai derajat resusitasi. Depkes RI (2008). Pencegahan dan penatalaksanaan asfiksia neonatorum- http:// www.buk.depkes.go.id- Diakses Maret 2013