Anda di halaman 1dari 17

PENGUASAAN BENDA (BEZIT) Oleh: Trini Handayani ABSTRAK: Bezit adalah kedudukan menguasai atau menikmati suatu barang

yang ada dalam kekuasaan seseorang secara pribadi atau perantaraan orang lain, seakan-akan barang itu miliknya. Bezit atas benda dibagi menjadi dua, yaitu: bezit yang beritikad baik (bezit te goeder trouw), apabila bezitter (pemegang bezit) memperoleh benda itu tanpa adanya cacat-cacat di dalamnya dan bezit beritikad buruk (bezit te kwader trouw) apabila pemegangnya (bezitter) mengetahui bahwa benda yang dikuasainya bukan miliknya. Berakhirnya bezit dapat atas kehendak sendiri dan bukan karena kehendak sendiri. KATA KUNCI: Pengertian Benda, Hukum Benda (ZakenRecht), Bezit, Bezitter. 1. PENGERTIAN HUKUM PERDATA Hukum Perdata adalah aturan-aturan hukum yang mengatur tingkah laku setiap orang terhadap orang lain yang berkaitan dengan hak dan kewajiban yang timbul dalam pergaulan masyarakat maupun keluarga. Hukum Perdata dibedakan menjadi dua, yaitu: Hukum Perdata Materiil dan Hukum Perdata Formil. Hukum Perdata Materiil

mengatur kepentingan-kepentingan perdata setiap subyek hukum, sedangkan Hukum Perdata Formil mengatur bagaimana cara seseorang mempertahankan haknya apabila dilanggar orang lain. Hukum Perdata Formil mempertahankan Hukum Perdata Materiil, karena Hukum Perdata Formil berfungsi menerapkan Hukum Perdata Materiil apabila ada yang melanggarnya. Sistematika Hukum Perdata menurut pembagian KUHPerdata: Buku I Buku II Buku III Buku IV : tentang orang (Personenrecht); : tentang hukum benda (ZakenRecht); : tentang Perikatan (Van Verbintenissen); : tentang Pembuktian dan Daluwarsa (Van Verjaring).

2. HUKUM BENDA: Pengertian Benda: 1. Sebagai barang yang dapat dilihat/ berwujud (pengertian sempit); 2. Sebagai kekayaan seseorang yang berupa hak dan penghasilan; 3. Sebagai obyek hukum, lawannya subyek hukum. Menurut Pasal 499 KUHPerdata : kebendaan ialah tiap-tiap barang dan tiap-tiap hak yang dapat dikuasasi oleh hak milik. Benda sebagai obyek hukum dapat dibedakan menjadi 2, yaitu:

1. Benda 2. Benda

Berwujud: yang tidak

benda dapat

yang diraba

dapat

diraba hasil

dengan pikiran

pancaindera (contoh: tanah, rumah, binatang, dsb); (contoh: seseorang, hak pengarang, hak tagihan/ piutang, dsb). Macam-macam Benda: Di dalam Pasal 503, 504 dan Pasal 505 KUHPerdata telah ditentukan pembagian benda. Benda dalam ketentuan tersebut dibagi menjadi dua macam, yaitu: 1. Benda bertubuh dan tidak bertubuh; 2. Benda bergerak dan tidak bergerak. Menurut Subekti dan Vollmar, dikenal empat macam benda, yaitu: 1. Benda yang dapat diganti (contoh: uang) dan yang tidak dapat diganti (contoh: seekor kuda); 2. Benda yang dapat diperdagangkan (praktis semua barang dapat diperdagangkan) dan yang tidak dapat diperdagangkan atau di luar perdagangan (contoh: jalan, lapangan umum); 3. Benda yang dapat dibagi (contoh: beras) dan benda yang tidak dapat dibagi (contoh: kerbau); 4. Benda bergerak dan benda tidak bergerak. Dari keempat macam pembagian benda tersebut, yang paling penting adalah pembagian benda dalam benda yang bergerak dan benda yang tidak bergerak. Ada dua hal penting dari pembagian benda tersebut, yaitu:

1. Penting untuk penyerahan, penyerahan benda tidak bergerak biasanya diperlukan pendaftaran, seperti tanah harus didaftarkan di Kantor Badan Pertanahan Nasional (BPN) tingkat Kabupaten/ Kota. Penyerahan untuk benda bergerak biasanya dilakukan dengan penyerahan nyata; 2. Penting untuk pembebanan atau jaminan.

1. PENGUASAAN (BEZIT) 3. Dasar hukum, pengertian dan unsur-unsur Bezit; 4. Pembagian Bezit; 5. Cara memperoleh dan mempertahankan Bezit; 6. Hak-hak Bezitter; 7. Berakhirnya Bezit.

DASAR HUKUM, PENGERTIAN DAN UNSUR-UNSUR BEZIT: Bezit diatur dalam Pasal 529 sampai dengan 568 KUHPerdata. Istilah Bezit berasal dari kata Zitten (Belanda), yang secara letterlijk berarti menduduki. Bezit adalah kedudukan menguasai atau menikmati suatu barang yang ada dalam kekuasaan seseorang secara pribadi atau perantaraan orang lain, seakan-akan barang itu miliknya. Kata seakan-akan mengandung makna bahwa barangbarang yang ada di tangan bezitter merupakan miliknya, namun secara yuridis belum tentu ia sebagai pemiliknya. Misalnya: A secara nyata menguasai sebidang tanah sawah seluas 2 ha. Namun, secara yuridis formal belum tentu tanah itu sebagai miliknya, mungkin saja

tanah itu milik si B. Bezitter hanya bertindak sebagai penggarap atau telah menguasai tanah itu secara illegal. Menurut pendapat Salim HS, bezit adalah suatu keadaan yang senyatanya, seseorang menguasai suatu benda, baik benda bergerak maupun tidak bergerak, namun secara yuridis formal benda itu belum tentu miliknya. Ini berarti bahwa bezitter hanya menguasai benda secara materiil saja, sedangkan secara yuridis formal benda itu milik orang lain. Menguasai suatu benda mungkin sebagai pemegang saja atau mungkin sebagai orang yang menikmati bendanya. Menguasai benda sebagai pemegang saja, misalnya pada hak gadai. Pemegang benda jaminan tidak boleh menikmati benda jaminan, ia hanya menguasai sebagai pemegang saja (holder). Menguasai benda sebagai orang yang menikmati, artinya

mengambil manfaat secara materiil, misalnya pada hak memungut hasil, hak pakai dan mendiami, hak sewa. Penguasa benda tidak hanya memegang, melainkan menikmati dan itu adalah hak yang diperolehnya atas suatu benda. Menguasai benda, dapat dilakukan sendiri atau dengan perantaraan orang lain, contoh menguasai benda yang dilakukan sendiri, menemukan intan/ emas di tempat galian, memperoleh rusa di hutan bebas, menemukan benda berharga di jalan, dsb. Menguasai benda semacam ini diakui oleh Undang-undang yaitu tercantum dalam Pasal 1977 ayat (1) KUHPerdata.

Menguasai benda yang dilakukan dengan perantaraan orang lain, misalnya hak gadai melalui perantaraan debitur, dalam hak memungut hasil, hak sewa, hak pakai dalam mendiami melalui perataraan pemiliknya. Menguasai benda dengan cara ini disetujui oleh pemiliknya berdasarkan perjanjian, jadi diakui oleh hukum. Unsur-unsur yang tercantum dalam bezit adalah sebagai berikut:
1. Corpus; 2. Animus.

Corpus artinya hubungan langsung antara orang yang menguasai dan benda yang dikuasai. Animus artinya hubungan tersebut harus dikehendaki oleh orang yang menguasai benda tersebut. Orang itu harus sudah dewasa, berkehendak bebas, tidak dipaksa, sehat pikiran dan tidak di bawah pengampuan (onder curatele).

PEMBAGIAN BEZIT: Bezit atas benda dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu:
1. Bezit yang beritikad baik (bezit te goeder trouw); 2. Bezit beritikad buruk (bezit te kwader trouw), tercantum

dalam Pasal 530 KUHPerdata, Art 586 NBW.

Terjadinya bezit yang beritikad baik, apabila bezitter (pemegang bezit) memperoleh benda itu tanpa adanya cacat-cacat di dalamnya. Terjadinya bezit beritikad buruk apabila pemegangnya (bezitter) mengetahui bahwa benda yang dikuasainya bukan miliknya. Contoh: A membeli sebuah rumah beserta pekarangannya seluas 600 m2, teapi rumah yang dibelinya ditinggalkan oleh A selama 10 tahun. Pada saat kembali, ternyata tanah pekarangannya seluas 400 m2 telah dikuasai oleh B. Alasan B menguasai tanah pekarangan tersebut adalah karena B mengira bahwa tanah itu merupakan bagian dari tanahnya yang seluas 0,53 ha. Adanya penguasaan tanah pekarangan yang dilakukan oleh B tersebut ternyata membuat A keberatan, kemudian A menggugat B ke pengadilan dengan alasan penguasaan tanah secara illegal. Atas keberatan itu, maka pengadilan, baik pada tingkat PN, PT maupun MA telah menerima gugatan yang diajukan oleh A. Berdasarkan kasus tersebut tampak bahwa B menguasai suatu benda berdasarkan itikad buruk. FUNGSI PENGUASAAN (BEZIT): 1. Fungsi Yustisial: siapa yang menguasai suatu benda, dianggap sebagai orang yang berhak atas benda tersebut sampai dapat dibuktikan sebaliknya (pasal 1977 ayat (1) KUHPerdata). Hukum melindungi keadaan ini tanpa mempersoalkan siapa sebenarnya yang mempunyai hak milik atas benda itu. Siapa yang merasa penguasaannya (bezitnya) terganggu, berhak mengajukan gugatan melalui Pengadilan Negeri.

Gugatan

penguasaan

hanya

dapat

diajukan

kepada

Pengadilan Negeri dalam hal ada gangguan, bukan karena hilang. Pasal 550 KUHPerdata menyatakan bahwa syaratsyarat adalah: 1. penggugat harus orang yang menguasai (membezit) benda; 2. harus ada gangguan dari pihak lain. Isi tuntutan (petitum) dalam gugatan tersebut adalah: 3. pernyataan hakim bahwa penggugat adalah orang yang menguasai (membezit) benda; 4. perintah hakim supaya menghentikan gangguan;
5. pemulihan dalam keadaan semula (rechtsherstel);

untuk

menggugat

karena

gangguan

penguasaan

6. minta pembayaran ganti kerugian.


2. Fungsi zakenrechttelijk: fungsi penguasaan dapat merubah

status orang yang menguasai benda menjadi pemiik benda. Hal ini dapat terjadi karena penguasaan yang terus menerus tanpa ada gugatan dari pemilik sebenarnya. Setelah tenggang waktu tertentu, penguasaan akan berubah menjadi hak milik melalui lembaga daluarsa (verjaring). Hak milik adalah hak kebendaan yang paling sempurna dan lengkap. CARA MEMPEROLEH PENGUASAAN (BEZIT) Menurut ketentuan Pasal 538 KUHPerdata, penguasaan atas suatu benda diperoleh dengan cara menempatkan benda itu dalam

kekuasaan dengan maksud mempertahankannya untuk diri sendiri. Unsur-unsur yang perlu diketahui dalam pasal tersebut adalah: 1. Kata menempatkan adalah perbuatan aktif yang

mengandung gerak, dapat dilakukan sendiri atau dilakukan orang lain atas nama;
2. Kata benda meliputi benda bergerak dan benda tak bergerak.

Benda bergerak meliputi benda yang sudah ada pemiliknya ataupun yang belum ada pemiliknya (res nullius);
3. Kata

dalam kekuasaan menunjukkan keharusan adanya

hubungan langsung antara orang yang menguasai dan benda yang dikuasai (corpus); 4. Kata itu mempertahankan untuk diri sendiri, untuk bukan diri sendiri orang menunjukkan lain. Setiap keharusan adanya animus yaitu kehendak menguasai benda untuk pemegang/ penguasaan benda itu dianggap mempertahankan penguasaannya, selama benda itu tidak beralih ke tangan orang lain atau selama benda itu tidak nyata-nyata telah ditinggalkannya (Pasal 542 KUHPerdata). Dari unsur-unsur Pasal 538 KUHPerdata tersebut dapat diperinci cara memperoleh penguasaan itu dengan menguasai benda yang belum atau tidak ada pemiliknya dan menguasai benda yang sudah ada pemiliknya.
1. Menguasai

benda

yang

tidak atau

ada

pemiliknya,

disebut

penguasaan

originair

penguasaan

occupation.

Memperoleh penguasaan tanpa bantuan orang lain, hanya

tertuju pada benda bergerak yang tidak ada pemiliknya ( res nullius) kemudian diakui dan dikuasai. Misalnya: mengaku dan menguasai ikan di sungai/ laut, rusa di hutan bebas, buahbuahan di hutan belantara, benda di tempat pembuangan sampah, barang bekas yang dibuang oleh pemiliknya, dsb; 2. Menguasai benda yang sudah ada pemiliknya, dengan bantuan orang yang menguasai lebih dulu atau tanpa bantuan orang yang bersangkutan. Memperoleh traditio atau penguasaan penguasaan tanpa bantuan melalui orang yang

menguasai lebih dulu atau pemiliknya disebut penguasaan derivatif penyerahan benda, misalnya penguasaan dalam hak gadai, hak pakai, hak memungut hasil, hak sewa. Memperoleh penguasaan tanpa bantuan orang yang

menguasai lebih dulu atau pemiliknya disebut penguasaan tanpa levering. Misalnya penguasan benda temuan di jalan, benda orang lain yang hilang. Menurut ketentuan Pasal 1977 ayat (1) KUHPerdata, penguasaan berlaku sebagai alas hak yang sempurna (volkomen titel). Dengan demikian, orang yang menguasai benda itu sama dengan pemiliknya. Ketentuan Pasal 1977 ayat (1) KUHPerdata dibatasi oleh ayat (2), bahwa perlindungan yang diberikan oleh ayat (1) itu tidak berlaku bagi benda-benda yang hilang atau benda curian. Siapa yang kehilangan atau kecurian suatu benda, dalam jangka waktu tiga tahun terhitung sejak hilang atau dicuri

bendanya yang hilang berhak meminta kembali bendanya yang hilang atau dicuri dari pemegangnya. Tetapi jika pemegang benda itu memperoleh atau membelinya di pasar tahunan, pelelangan umum atau dari pedagang yang lazim memperdagangkan benda itu, pemilik benda itu harus mengembalikan harga benda yang telah dibayar oleh pemegang itu (Pasal 582 KUHPerdata). HAK-HAK BEZITTER: 1. Berdasarkan tujuan:
1. Penguasaan

yang

bertujuan

memiliki UU,

benda: misalnya

penguasaan ini dapat terjadi karena Undang-undang atau karena perjanjian. Karena penguasaan atas benda milik orang lain yang hilang atau ditemukan di suatu tempat umum. Penemunya dianggap sebagai pemilik oleh UU (Pasal 1977 ayat (1) KUHPerdata), kecuali jika dapat dibuktikan sebaliknya, dan inipun sebatas hanya dalam tenggang waktu tiga tahun untuk benda bergerak (Pasal 1977 ayat (2) KUHPerdata). Demikian juga penguasaan benda tidak bergerak misalnya sebidang tanah, apabila lampau tenggang waktu 20 tahun (dalam hal ada alas hak) atau 30 tahun (dalam hal tanpa alas hak), tanpa diminta kembali oleh pemiliknya, Undang-undang menentukan bahwa penguasaan berubah menjadi hak milik. Orang

yang menguasai benda itu berubah menjadi pemilik karena daluarsa (verjaring).
2. Penguasaan

yang

tidak

bertujuan waktu

memiliki tertentu

benda: saja.

penguasaan ini umumnya terjadi karena perjanjian yang berlaku dalam tenggang Berdasarkan perjanjian tertentu itu, seseorang dapat menguasai benda milik orang lain, misalnya karena sewa menyewa, pinjam pakai, gadai. Orang yang menguasai benda itu tidak berkehendak memilikinya, melainkan hanya memegang, memelihara, menyimpan atau hanya menikmati bendanya saja. Penguasaan ini disebut detensi. Orang yang menguasai benda disebut detentor atau houder. 2. Berdasarkan itikad orang yang menguasai benda:
1. Penguasaan yang jujur (te goeder trouw), dikatakan

penguasaan yang jujur apabila penguasaan itu diperoleh berdasarkan cara-cara memperoleh hak milik, sedangkan yang memperoleh itu tidak mengetahui kekurangan (cacat) yang terdapat dalam benda itu (Pasal 531 KUHPerdata). Setiap penguasaan selalu dianggap jujur kecuali jika dapat dibuktikan sebaliknya. Dalam hukum berlaku asas bahwa kejujuran itu selalu ada pada setiap orang, sedangkan ketidakjujuran harus dibuktikan (Pasal 533 KUHPerdata). Hak-hak penguasaan yang jujur menurut hukum adalah sebagai berikut:

1. orang

yang

menguasai

benda

dianggap

sebagai pemiliknya sampai dapat dibuktikan sebaliknya di muka pengadilan;


2. orang

yang menguasai benda itu dapat

memperoleh hak milik atas benda itu karena daluarsa (verjaring); 3. orang yang menguasai benda itu berhak menikmati penuntutan pengadilan; 4. orang yang menguasai benda itu berhak mempertahankan gangguan atau penguasaannya berhak dipulihkan terhadap kembali segala kembali hasilnya benda sampai itu di saat muka

apabila kehilangan penguasaannya (Pasal 548 KUHPerdata).


2. Penguasaan yang tidak jujur (te kwader trouw), apabila

orang tersebut pada permulaan menguasai benda itu mengetahui atau setidak-tidaknya seharusnya mengerti bahwa dengan penguasaan benda itu ia merugikan orang lain. Pasal 532 KUHPerdata menekankan bahwa orang yang menguasai benda itu mengetaahui bahwa benda itu bukan miliknya. Apakah penguasaan itu merugikan orang lain atau tidak, bukan persoalan. Hoge Raad menekankan bahwa orang yang menguasai benda itu mengetahui bahwa penguasaan itu merugikan orang lain, apakah benda yang dikuasai itu bukan miliknya, tidak menjadi persoalan.

Perlindungan hukum bagi orang tersebut berupa hakhak berikut ini sesuai dengan ketentuan Pasal 549 KUHPerdata, adalah sebagai berikut: 1. orang yang menguasai benda dianggap

sebagai pemiliknya sampai dapat dibuktikan sebaliknya di muka pengadilan; 2. orang yang menguasai benda itu apabila telah menikmati segala hasilnya wajib mengembalikannya kepada yang berhak; 3. orang yang menguasai benda itu berhak mempertahankan gangguan atau penguasaannya berhak dipulihkan terhadap kembali

apabila kehilangan penguasaannya (Pasal 548 KUHPerdata).

TEORI MENGENAI PENGUASAAN BENDA BERGERAK Menurut ketentuan Pasal 1977 ayat (1) KUHPerdata terhadap benda bergerak yang tidak berupa bungan maupun piutang yang tidak atas tunjuk (aan toonder), maka siapa yang menguasainya dianggap sebagai pemiliknya.
1. Eigendomstheorie,

dikemukakan

oleh

Meijers

yang

menafsirkan Pasal 1977 ayat (1) KUHPerdata itu secara gramatikal. Penguasaan atas benda bergerak berlaku alas hak yang sempurna (eigendom) adalah hak milik. Dengan

demikian, siapa yang menguasai benda bergerak secara jujur (te goeder trouw) ia adalah pemilik benda itu tanpa memperhatikan apakah ada alas hak yang sah atau tidak, apakah berasal dari orang yang berwenang menguasai benda itu atau tidak.
2. Legitimatietheorie, dikemukakan oleh Paul Scholten, yang

menyatakan

bahwa

penguasaan

itu

bukan

hak

milik,

penguasaan tidak sama dengan hak milik. Penguasaan hanya berfungsi mengesahkan orang yang menguasai benda itu sebagai pemiliknya. Tujuan Paul Scholten dengan teori ini ialah untuk melindungi pihak ketiga yang jujur. Tetapi tidak semua pihak ketiga yang jujur harus dilindungi. Oleh karena itu di dalam menafsirkan Pasal 1977 ayat (1) KUHPerdata itu sedemikian rupa sehingga perlindungan hukum oleh pasal tersebut hanya berlaku terhadap perbuatan-perbuatan perdagangan (handelsdaden). Seseorang yang jujur menerima suatu benda sebagai hadiah dari orang yang bukan pemilik benda tersebut tidak perlu dilindungi terhadap pemilik asli, karena menerima hadiah bukanlah perbuatan perdagangan. Figur hukum yang diajarkan Paul Scholten ini disebut rechtsverfijning (penghalusan hukum).

BERAKHIRNYA BEZIT Benda yang dikuasai secara bezit akan berakhir atas kehendak sendiri dari bezitter maupun tanpa kehendak sendiri (Pasal 543

KUHPerdata sampai dengan Pasal 547 KUHPerdata). Berakhirnya bezit atas kehendak sendiri dari bezitter adalah bahwa bezitter menyerahkan benda tersebut secara sukarela kepada orang lain atau meninggalkan barang yang sudah dikuasainya. Contoh: A menyewa tanah kepada B dan mengembalikan lagi kepada B karena habisnya masa sewanya. Sedangkan berakhirnya kepada pihak lain tanpa ada kehendak dari bezit tanpa untuk kehendak bezitter adalah barang yang dikuasai olehnya beralih bezitter menyerahkannya.

Berakhirnya bezit tanpa kehendak dari bezitter adalah:


1. Pihak

lain

menarik

atau

mengambil

sebidang

tanah,

pekarangan atau bangunan tanpa mempedulikan pemegang bezit (Pasal 545 KUHPerdata); 2. Sebidang tanah tenggelam karena banjir (Pasal 545 KUHPerdata); 3. Barang itu telah diambil atau dicuri oleh pihak lain (pasal 546 KUHPerdata); 4. Barang atau benda itu telah dihilangkannya dan tidak diketahui di mana beradanya (Pasal 546 KUHPerdata);
5. Kedudukan atas benda tak bertubuh berakhir bagi bezitter

apabila orang lain menikmatinya selama satu tahun tanpa adanya gangguan dari siapapun (Pasal 547 KUHPerdata).

DAFTAR PUSTAKA

Abdulkadir Muhammad, Hukum Perdata Indonesia, PT Citra Aditya Bakti, Bandung, 2000 R. Subekti & R. Tjitrosudibio, Kitab Undang-Undang Hkum Perdata, PT Pradnya Paramita, cetakan ketigapuluh enam, Jakarta, 2005 Yulies Tiena Masriani, Pengantar Hukum Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta, 2004 Salim HS, Pengantar Hukum Perdata Tertulis (BW), Sinar Grafika, Yogyakarta, 2001

Anda mungkin juga menyukai