Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN KASUS PSIKOTIK SKIZOFRENIA YTT ( F.20.

9 ) IDENTITAS PASIEN Nama Jenis Kelamin Umur Status Perkawinan Pendidikan Agama Suku Budaya Pekerjaan Alamat : Muh. Sofyan : Laki-laki : 21 tahun : Menikah : Tamat SMP : Islam :Bugis : Buruh Harian : Jl. Tanjung Dapura Makassar

Masuk Rumah Sakit : 30 Maret 2011 LAPORAN PSIKIATRI Diperoleh dari alloanamnesa pada tanggal 30 Maret 2011. Nama Umur : Ny. Fitria : 48 tahun

Hubungan dengan pasien : Orang tua ( ibu )

I.

RIWAYAT PENYAKIT A. Keluhan Utama Mengamuk B. Riwayat Gangguan Sekarang Keluhan dan gejala
1

Dialami sejak 2 bulan yang lalu, awalnya pasien ditinggalkan oleh istrinya tanpa sebab, sejak itu pasien sering mengamuk. Saat mengamuk pasien berteriak-teriak dan kadang disertai dengan memukul-mukul meja dan lemari. Pasien juga sering menyanyi-nyanyi sendiri, berbicara sendiri, dan ketawa sendiri. pasien juga sering terlihat tiba-tiba menangis sendiri tanpa sebab. Menurut keluarga pasien, pasien rajin sholat tapi tidak pada waktunya. Pasien pernah terlihat berbicara kepada kucing dan mengaku bahwa sebenarnya dia bisa berbicara pada semua binatang. Selain itu pasien juga mengaku dapat menyembuhkan penyakit dari hati ke hati dan dapat membaca pikiran orang. Pasien selalu merasa dilindungi oleh 42 wali dan diawasi oleh jin. Hendaya/disfungsi Hendaya Sosial (+) Hendaya Pekerjaan (+) Hendaya penggunaan waktu sengggang (+)

Riwayat Penyakit Dahulu 1. Riwayat gangguan psikiatri sebelumnya (+) dirawat satu kali di RS Dadi pada bulan .....tahun..... 2. Riwayat penyakit terdahulu: trauma kapitis (-) kejang (-) infeksi (-) 3. Riwayat penggunaan zat psikoaktif :NAPZA(-) Alkohol(-) Merokok (-) Riwayat Kehidupan Pribadi 1. Riwayat Prenatal dan Perinatal Pasien lahir pada tanggal 26 November 1989, lahir normal dibantu oleh dukun. Saat kehamilan, ibu pasien dalam keadaan sehat. Riwayat ibu menggunakan rokok, obat-obatan, dan alkohol tidak ada. Pasien tumbuh dan berkembang dengan baik. 2. Riwayat Masa Kanak Awal ( usia 1-3 tahun ) Pasien mendapatkan ASI sampai berumur 2 tahun, pertumbuhan dan perkembangannya sama dengan anak sebayanya. Pada usia ini, pasien jarang menderita sakit.

3. Riwayat Masa Kanak Pertengahan ( usia 4-11 tahun ) Pasien mulai masuk SD pada usia 6 tahun. Prestasi pasien di sekolah biasa-biasa saja. Pasien memiliki banyak teman dan senang bergaul. 4. Riwayat Masa Kanak Akhir- Remaja ( usia 12-18 tahun ) Setelah tamat SD pasien melanjutkan pendidikannya ke jenjang SMP. Pasien menyelesaikan sekolahnya dengan nilai yang cukup. Pasien tidak melanjutkan sekolahnya karena faktor biaya. 5. Riwayat Masa Dewasa Saat pasien berhenti sekolah, pasien bekerja sebagai buruh harian. Lahir normal, cukup bulan, ditolong oleh bidan Pertumbuhan dan perkembangan baik Pendidikan terakhir SMP RK Anak ke-2 dari 5 bersaudara ( L,(L),P,P,P) Hubungan dengan keluarga baik Pasien tinggal bersama keluarga Pasien sudah menikah belum memiliki anak, tapi telah ditinggalkan istri Riwayat keluarga (+), ayah pasien. RPS Trauma (-) Infeksi (-) Kejang (-) Merokok (-) Alkohol (-) Napza (-) AUTOANAMNESA ( 28- APRIL-2011) Dm : halo pak, sayalamat pagi.

P Dm

: pagi juga dokter. : perkenalkan pak saya millaty, dokter muda yang bertugas disini. Bisaki cerita-cerita sebentar?

P Dm P Dm P Dm P Dm P

: bisa dokter : siapa nama ta pak? : muhammad sofyan dokter. : dimanaki tinggal pak sofyan? : jl. Baji gio armed 676 27 c : kita ingat tanggal berapaki lahir? : 26 november 1989 : apa pekerjaanta sehari-hari pak? : bikin ka lagu dok, saya ini musisi dan pencipta lagu ( pasien memperlihatkan sebuah buku yang berisi lirik-lirik lagu ( kebanyakan lirik lagu rhoma irama))

Dm P Dm P Dm P Dm P

: loh? Itu bukannya lagu-lagunya bang haji rhoma pak? : bukan dok, lagu ciptaan ku ini smua! : begitu kah? Klo begitu, kita tau dimanaki sekarang? : tau dok, di rumah sakit dadi : kenapaki bisa ada disini? Siapa bawaki? : tanteku bawaka kesini : katanya bede mengamuk ki di rumah pak? : tidak mengamukka dok, saya kesini itu supaya bisaka bawa pulang bapakku, nanti tanggal 5 mei nanti pulang meka.

Dm

: oh, katanya bede kita susah tidur?

: tidak dok, cukupji tidurku. Kan normalnya 8 jam per hari toh? Saya tidur itu 8 jam perhari, kenapa mau tidak cukup dok. Tambah lagi saya selalu dijagai sama 42 wali. Kita islam toh dok? Kita tauji wali toh?

Dm P Dm

: 42 wali? Bukannya 9 ji pak? : bukan dok, 42! Saya sudah liatmi semua fotonya di gowa. : oh, kl begitu dari mana kita bisa tau kalo itu 42 wali jagaiki? Pernahki liat dia jagaiki?

: saya nd pernah liat dok, tp saya rasakan kl dia jagaika itumi saya selalu merinding.

Dm P

: apa dia bikin itu wali sama kita selain jagaiki? : dia kasi ka kekuatan makanya saya itu bisa bicara sama binatang trus saya juga bisa kasi sembuh orang dari dalam hatiku.

Dm P

: oh y? Ada lagi? : banyak dok, saya juga bisa baca pikiran, kasi naik haji orang dari dalam hatiku. saya juga selalu dikasi liat surga dalam sujudku. Pokoknya banyak.

Dm P

: wah, bagus itu pak : memang dok, pernah juga saya bicara sama kucing baru itu kucing bilang seharusnya saya yg jadi presiden bukan dia ( sambil menunjuk foto presiden sby). Tapi karena saya disini jadi nd jadi presiden meka.

Dm P

: selain 42 wali, ndada mi lagi kita rasa jagaiki? : ndada mi dok, ituji jin maruf yang selalu saya liat. Itu jin maruf jin baek dok jadi dia nd ganggu jeka.

Dm P

: kenapa kita bisa tau kl itu jin baek? : krn jin itu terbagi 2, ada yang muslim ada yang jahat. Nah ini mi ini jin maruf yang selalu saya liat jin muslim krn dia nd pernah jahatika.

Dm

: oh begitu pak. Bapak tau sekarang tanggal berapa berapa?


5

P Dm P Dm P Dm P Dm P Status mental

: tanggal 27/28 april 2010, eh, 2011. ( pasien nampak bingung) : kalo 100-7 berapa pak? : ( pasien nampak berusahan menghitung tapi tidak menjawab) : pak, kalo kita dapat dompet dijalanan kita apai itu dompet? : saya ambil dong, kan saya yang dapat. Hahaaha : artinya kita panjang tangan dong? : nd dok, nd panjang ji tanganku. : oh, begitu y? Ya sudah kl begitu, trima kasih sdh mau cerita-cerita. : oiia, dok.

A. Deskripsi umum 1. Penampilan: tampak seorang laki-laki, penampilan sesuai umur, kulit sawo matang, berpakaian rapih dan tampak sehat. 2. Kesadaran : berubah 3. Perilaku dan aktivitas psikomotor: baik 4. Pembicaraan : tenang 5. Sikap terhadap pemeriksa : kooperatif B. Keadaan afek ( mood), perasaan, dan empati 1. Mood : gembira 2. Afek : terbatas 3. Empati : tidak dapat dirabarasakan C. Fungsi intelektual ( kognitif ) 1. Taraf pendidikan, pengetahuan umum, dan kecerdasan : sesuai taraf pendidikan 2. Daya konsentrasi : buruk 3. Orientasi ( waktu, tempat, dan orang ) : buruk 4. Daya ingat : baik 5. Pikiran abstrak : terganggu 6. Bakat kreatif : terganggu
6

7. Kemampuan menolong diri sendiri : baik D. Gangguan persepsi 1. Halusinasi : Halusinasi peraba, melihat surga saat sujud 2. ilusi : 3. Depersonalisasi: 4. Derealisasi : E. Proses berfikir Arus pikiran 1. produktivitas : cukup 2. kontinuitas : relevan dan kohern 3. hendaya berbahasa : Isi pikiran 1. preokupasi : +, pasien selalu meras hebat 2. gangguan isi pikiran : waham kebesaran F. Pengendalian impuls : terganggu G. Daya nilai 1 . norma sosial : terganggu 2. uji daya nilai : terganggu 3. penilaian realitas : terganggu H. tilikan : Derajat 1 , penyangkalan penuh bahwa dirinya sakit I. Taraf dapat dipercaya : dapat dipercaya. II. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK LEBIH LANJUT Pemeriksaan fisis: status internus:T= 120/80 N= 84x/I P= 22x/I S= 36,5 C

pemeriksaan penunjang lainnya : tidak dilakukan pemeriksaan III. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA Pasien dengan keluhan mengamuk, teriak-teriak dirumah, sholat tidak pada waktunya. pada status mental kesadaran berubah, afek terbatas, empati tidak dapat dirabarasakan. daya konsentrasi buruk, orientasi buruk, pikiran abstrak terganggu, bakat kreatif terganggu. pada
7

preokupasi pasien selalu merasa hebat, terdapat waham kebesaran. penngendalian impuls terganggu, norma sosial terganggu, uji daya nilai terganggu, penilaian realitas terganggu. tilikan derajat 1.

IV. EVALUASI MULTIAKSIAL ( sesuai PPDGJ-III ) Aksis I Berdasarkan alloanamnesa dan autoanamnesa, didapatkan gejala klinis yang bermakna berupa pasien mengamuk, bicara sendiri yang menimbulkan distress dan hendaya dalam fungsi sosial, pekerjaan dan waktu senggang sehingga pasien dikatakan gangguan jiwa. Pada pemerikasaan status mental ditemukan hendaya beratdalam menilai realitas berupa halusinasi dan waham sehingga dikatakan gangguan jiwa psikotik. pada pemeriksaan status internus dan neurologis tidak didapatkan kelainan sehingga kemungkinan gangguan mental organik dapat disingkirkan. pada pasien ditemukan halusinasi peraba dan visual, juga ditemukan adanya waham akan tetapi gejala tersebut kurang khas sehingga menurut PPDGJ- III dapat didiagnosa sebagai SKIZOFRENIA YTT ( F.20.9) Aksis II belum ditemukan data yang cukup untuk menentukan ciri kepribadian pasien ini. Aksis III Tidak ada diagnosa Aksis IV Masalah keluarga ( ditinggal istri ) Aksis V GAF ( Global Assesment of Functioning) Scale adalah 60-51, pasien sedang mengalami gejala sedang ( moderate) dan dissabilitas sedang. V. DAFTAR PROBLEM
8

1. Organobiologik ditemukan ketidakseimbangan neurotransmitter, sehingga pasien membutuhkan psikofarmakoterapi.

2. Psikologis Ditemukan hendaya dalam menilai realita berupa halusinasi dn waham sehingga pasien membutuhkan psikoterapi. 3. Sosiologis Adanya hendaya dalam bidang sosial, pekerjaan, dan waktu senggang, sehingga pasien membutuhkan sosioterapi. VI. PROGNOSIS Faktor pendukung : 1. Faktor stressor jelas 2. Adanya dukungan dari keluarga Faktor pemberat :1. Ada riwayat keluarga yang menderita keluhan yang sama

VII. PEMBAHASAN/ TINJAUAN PUSTAKA Berdasarkan PPDGJ-III, kriteria dalam mendiagnosis skizofrenia apabila memiliki 1 dari 4 gejala berikut dengan jelas : 1. thought : thought of echo yaitu isi pikiran yang bergema yang lama kelamaan akan hilang. thought of insersion yaitu isi pikiran yang asing dari luar masuk ke dalam pikiran penderita. thought of withdrawal yaitu isi pikiran pendertia diambil keluar oleh sesuatu yang bukan dirinya. thought of broadcasting yaitu isi pikiran penderita tersiar keluar sehingga ia merasa bahwa orang lain dapat mengetahuinya. 2. Delusion : delusion of control yaitu waham tentang diri penderita dikendalikan oleh kekuatan dari luar. delusion of influence yaitu waham tentang diri penderita dipengaruhi oleh kekuatan dari luar dirinya. delusion of passivity yaitu pasrah terhadap kekuatan dari luar. delusion of perception yaitu pengalaman inderawi yang tidak wajar yang biasanya bersifat mukjizat atau mistik.

3. Halusinasi auditorik : seperti suara yang berkomentar terus-menerus tentang perilaku penderita atau mendiskusikan perihal penderita diantara mereka sendiri atau jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian diri penderita. 4. waham yang menetap yang menurut budaya setempat dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahil.

atau memenuhi 2 dari 4 gejala berikut: 1. Halusinasi yang menetap dari panca indera apa saja 2. arus pikiran terputus, mengalami sisipan, yang berakibat irrevan, inkoheren atau neologisme. 3. perilaku katatonik ( gangguan tingkah laku) seperti gaduh gelisah, negativisme, stupor, mutisme, atau posturing. 4. Gejala negative ( gangguan afek) seperti apatis, bicara sangat jarang, respon emosional yang tumpul.

Gejala- gejala tersebut telah berlangsung selama > 1 bulan baru bisa dikatakan skizofrenia.

Pembagian skizofrenia: 1. skizofrenia paranoid : halusinasi dan atau waham harus menonjol. terdapat gangguan afektif, dorongan kehendak dan pembicaran serta gejala katatonik secara relatif tidak nyata tidak menonjol. 2. skizofrenia hebefrenik : onset dimulai 15-25 tahun. berprilaku yang tidak

bertanggung jawab dan tidak dapat diramalkan, kecenderungan menyendiri, afek dangkal dan senyum sendirian. 3. skizofrenia katatonik : stupor/mutisme/gaduh gelisah/negativisme/rigiditas. 4. skizofrenia undiferentiated: memenuhi kriteria umum skizofrenia tapi tidak memenuhi diagnosis skizofrenia lain. 5. depresi pasca skizofrenia : pasien telah mengalami skizofrenia selam 12 bulan tetapi gejalanya tidak lagi mendominasi dan disertai dengan gejala depresif
10

6. skizofrenia residual : terdapat riwayat episode psikotik di masa lalu, dan gejala negative yang menonjol. 7. skizofrenia simpleks : gejala negatif yang khas disertai dengan perubahan perilaku pribadi yang bermakna. 8. skizofrenia lainnya: ada diagnosa tapi tidak masuk dalam PPDG-III ( misalnya karena tidak memenuhi kategori umur ) 9. skizofrenia YTT : data yang ada kurang lengkap atau gejala yang muncul kurang khas. VIII. RENCANA TERAPI Farmakoterapi Haloperidol 1,5 mg 3x1 Chlorpromazine 100mg 0-0-1 Psikoterapi Terapi suportif, empati, dan sugesti. Sosioterapi memberikan penjelasan kepada keluarga pasien dan orang-orang dekat pasien agar selalu memberikan dukungan moral dan lingkungan yang kondusif bagi kesembuhan pasien. IX. FOLLOW UP Keadaan umum dan status mental pasien dipantau dari waktu ke waktu supaya perkembangan penyakit dan efektivitas terapi dapat diketahui dan juga yang paling penting adalah memantau kemunculan dari efek samping pengobatan.

11

GANGGUAN SKIZOAFEKTIF

PENDAHULUAN Gangguan skizoafektif merupakan kelainan mental yang rancu. Ditandai dengan adanya gejala kombinasi antara gejala skizofrenia dan gejala gangguan afektif yang samasama menonjol pada saat bersamaan (simultaneously). Adanya gabungan gejala-gejala dari spektrum divergen ini, membuat terapi pasien dengan gangguan skizoafektif ini menjadi sulit. Onset yang tiba-tiba pada masa remaja, fungsi pramorbid baik, terdapat stresor yang jelas, riwayat keluarga dan gangguan afektif. Penderita gangguan skizoafektif bisa saja hidup sendiri dan memiliki masalah dalam mengerjakan pekerjaannya atau bahkan untuk masuk sekolah sekalipun. Para penderita juga bisa saja menjalankan hidup mereka dengan sangat berat walaupun mereka berada di tengahtengah keluarga atau dalam perawatan oleh psikiater. Pengobatan yang tepat dapat membantu dalam mengatasi gejala yang muncul dan meningkatkan kualitas hidup bagi penderita skizoafektif. EPIDEMIOLOGI Prevalensi seumur hidup dari gangguan skizoafektif adalah kurang dari 1 persen, kemungkinan dalam rentang 0,5 sampai 0,8 persen. Tapi itu hanya kemungkinan karena di dalam praktik klinis diagnosis gangguan skizoafektif pendahuluan sering kali digunakan jika klinisi tidak yakin akan diagnosa. Pada gangguan skizoafektif, prevalensi pada pria lebih rendah dari pada perempuan. Onset umur pada perempuan lebih tua daripada pria. Terutama pada perempuan yang telah menikah. Pada usia tua gangguan skizoafektif tipe depresif lebih sering sedangkan untuk usia muda lebih sering Gangguan Skizoafektif tipe bipolar. Peningkatan prevalensi skizofrenia tidak ditemukan di antara sanak saudara dengan gangguan skizoafektif, tipe bipolar, tetapi sanak saudara pasien dengan gangguan skizoafekrif, tipe depresif, mungkin berada dalam resiko yang lebih tinggi menderita skizofrenia daripada suatu gangguan mood. Laki laki dengan Gangguan Skizoafektif kemungkinan menunjukkan perilaku antisosial dan mempunyai afek tumpul yang tidak nyata.

12

ETIOLOGI Penyebab gangguan skizoafektif adalah tidak diketahui. Tetapi ketidakseimbangan dari serotonin dan dopamin di dalam otak dicurigai dapat menyebabkan terjadinya gangguan skizoafektif juga adanya komplikasi dari kelahiran juga dapat memiliki peran dalam terjadinya gangguan skizoafektif. Adapun 4 model konseptual skizoafektif, sebagai berikut: 1. Gangguan skizoafektif mungkin merupakan suatu tipe dari skizofrenia atau suatu tipe dari gangguan afektif. 2. Gangguan skizoafektif mungkin merupakan ekspresi bersama sama dari skizofrenia dan gangguan afektif. 3. Gangguan skizoafektif mungkin merupakan suatu tipe psikosis yang berbeda, tipe yang tidak berhubungan dengan skizofrenia maupun dengan gangguan afektif. 4. Gangguan skizoafektif adalah kelompok heterogen yang meliputi semua kemungkinan tersebut diatas. Dari keempat model konseptual tersebut yang paling memiliki kemungkinan terbesar yaitu kemungkinan keempat. Penelitian yang dilakukan untuk menggali kemungkinankemungkinan tersebut telah memeriksa riwayat keluarga, petanda biolrogis, respons pengobatan jangka pendek, dan hasil akhir jangka panjang. Sebagian besar penelitian telah menganggap pasien dengan gangguan skizoafektif sebagai suatu kelompok heterogen. Walaupun banyak pemeriksaan terhadap keluarga dan genetika yang dilakukan untuk mempelajari gangguan skizoafektif didasarkan pada anggapan bahwa skizofrenia dan gangguan afektif adalah keadaan yang terpisah sama sekali, beberapa data menyatakan bahwa skizofrenia dan gangguan mood mungkin berhubungan secara genetik. Beberapa kebingungan yang timbul dalam penelitian keluarga pada pasien gangguan skizoafektif dapat mencerminkan perbedaan yang tidak absolut antara dua gannguan primer. Dengan demikian tidak mengejutkan bahwa penelitian terhadap sanak saudar pasien dengan gangguan skizoafektif melaporkan hasil yang tidak konsisten.

13

GAMBARAN KLINIS Tanda dan gejala klinis gangguan skizoafektif adalah termasuk semua tanda dan gejala skizofrenia, episode manik, dan gangguan depresif. Gejala skizofrenik dan gangguan mood dapat ditemukan bersama-sama atau dalam cara yang bergantian. Perjalan penyakit dapat bervariasi dari satu eksaserbasi dan remisi sampai suatu perjalanan jangka panjang yang memburuk. Banyak peneliti dan klinisi telah berspekulasi tentang ciri psikotik yang tidak sesuai dengan mood, isi psikotik ( yaitu halusinasi atau waham ) adalah tidak konsisten dengan mood yang lebih kuat. Pada umumnya, adanya ciri psikotik yang tidak sesuai dengan mood pada suatu gangguan mood kemungkinan merupakan indikator dari prognosis yang buruk. Hubungan tersebut kemungkinan berlaku untuk gangguan skizoafektif, walaupun datadatanya adanlah terbatas. DIAGNOSIS Karena konsep gangguan skizoafektif melibatkan konsep diagnostik baik skizofrenia maupun gangguan mood, beberapa evolusi dlam kriteria diagnostik untuk gangguan skizoafektif mencerminkan perubaha yang telah terjadi di dalam kriteria diagnostik untuk kedua kondisi lain. Kriteria diagnostik skizoafektif menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder edisi empat ( DSM- IV ) adalah sebagai berikut: 1. Suatu periode penyakit yang tidak terputus selama mana, pada suatu waktu, terdapat baik episode depresi berat, episode manik, atau suatu episode depresif berat, episode manik, atau suatu episode campuran dengan gejalan yang mememnuhi kriteria A untuk skizofrenia. 2. Selama periode penyakit yang sama, terdapat waham atau halusinasi selama sekurangnya 2 minggu tanpa adanya gejala mood yang menonjol. 3. Gejala yang memenuhi kriteria untuk episode mood ditemukan untuk sebagian bermakna dari lama total periode aktif dan residual dari penyakit. 4. Gangguan bukan karena efek fisiologis langsung dari suatu zat ( misalnya, obat disalahgunakan, suatu medikasi 0 atau suatu kondisi medis umum.

14

Macam_macam tipenya : 1. Tipe Bipolar : jika gangguan termasuk suatu episode manik atau campuran ( atau suatu manik atau suatu episode campuran dan episode depresi berat) 2. Tipe Depresif : jika gangguan hanya termasuk episode depresif berat. Kriteria diagnostik utama untuk gangguan skizoafektif adalah bahwa psien telah memenuhi kriteria diagnostik untuk episode depresi berat atau episode manik yang bersama-sama dengan ditemukannya kriteria diagnostik untuk fase aktif dari skizofrenia. Disamping itu, pasien harus memiliki waham atau halusinasi selama sekurang-kurangnya 2 minggu tanpa adanya gejala gangguan mood yang menonjol. Gejala gangguan mood juga harus ditemukan untuk sebagian besar periode psikotik aktif dan residual. Kriteria diagnostik skizoafektif berdasarkan PPDGJ-III adalah sebagai berikut: Diagnosis gangguan skizoafektif hanya dibuat apabila gejala-gejala definitif adanya skizofrenia dan gangguan afektif sama-sama menonjol pada saat yang bersamaan (simultaneously ), atau dalam beberapa hari yang lain, dalam suatu episode penyakit yang sama, dan bilamana sebagai konsekuensi dari ini, episode penyakit tidak memenuhi kriteria skizofrenia maupun episode manik atau depresif. Tidak dapat digunakan untuk pasien yang menampilkan gejala skizofrenia dan gangguan afektif tetapi dalam episode penyakit yang berbeda. Bila seseorang pasien skizofrenia menunjukkan gejala depresif setelah mengalami suatu episode psikotik, diberi kode diagnosis F20.4 ( depresi pasca- skizofrenia ). Beberapa pasien dapat mengalami episode skizofrenia berulang, baik yang berjenis manik ( F25.0) maupun depresif ( F25.1) atau campuran dari keduanya ( F25.2). Pasien lain mengalami satu atau dua episode skizoafektif terselip di antara episode manik atau depresif ( F30-F33). Gangguan Skizoafektif Tipe Manik Suatu gangguan psikotik dengan gejala-gejala skizofrenik dan manik bersama-sama menonjol dalam satu episode penyakit yang sama. Gejala-gejala afektif diantaranya : elasi dan ide ide kebesaran, tetapi kadang-kadang kegelisahan atau iritabilitas disertai oleh perilaku agresif serta ide-ide kejaran. Terdapat peningkatan energi, aktivitas yang berlebihan ,konsentrasi yang terganggu, dan hilangnya hambatan norma sosial .

15

Adanya waham kebesaran, waham kejaran mungkin ada. Gejala skizofrenik juga harus ada, antara lain : merasa pikirannya disiarkan atau diganggu, ada kekuatan-kekuatan yang sedang berusaha mengendalikannya. Mendengar suara-suara yang beraneka beragam atau menyatakan ide-ide yang bizarre. Onset biasanya akut, perilaku sangat terganggu, namun penyembuhan secara sempurna dalam beberapa minggu. Gangguan Skizoafektif Tipe Depresif Pada episode yang sama terdapat gejala gejala skizofrenia maupun depresif yang sama sama menonjol. Gejala depresi disini ditandai dengan adanya perilaku yang retardasi, insomnia, hilangnya energi, perubahan nafsu makan, kurang minat, gangguan konsentrasi, perasaan bersalah, keputusasaan, dan ide-ide bunuh diri. Secara bersamaan dalam satu epsode terdapat antara lain : Merasa pikirannya sedang disiarkan, atau diganggu, ada kekuatan2 yang mengendalikan pikirannya. Pasien yakin sedang di mata-matai, sedang diincar . Mendengar suara2 yang menghina, mengutuk dirinya, atau akan membunuhnya. Bahkan seperti ada yang mendiskusikan dirinya. Episode berlangsung lebih lama dari pada episode manik, dan bisa sembuh sempurna. Namun ada sebagian yang akhirnya berkembang menjadi defek skizofrenik. Gangguan Skizoafektif Tipe Campuran Pada penderita harus terdapat kedua kriteria baik manik maupun depresif, dengan gejala depresif hanya terjadi selama 1 minggu. Adanya gangguan mood mengakibatkan terjadinya gangguan fungsi sosial dan kerja. Gangguan suasana perasaan tersebut bukan disebabkan oleh penyalahgunaan medis lain. KOMPLIKASI Komplikasi pada gangguan skizoafektif pada umumnya sama pada skizofrenia dan gangguan mood yaitu, sebagai berikut: Efek samping dari pemakaian obat-obatan antipsikotik,anti depresant, dan mood stabilizer dalam jangka waktu yang lama gejala-gejala skizofrenia yg khas

16

Masalah-masalah yang dihasilkan oleh kelakuan manik, seperti menghabiskan waktu untuk bersenang-senang, gangguan sexual) Perilaku bunuh diri karena depresi atau gejala psikotik

DIAGNOSIS BANDING Semua kondisi yang dituliskan dalam diagnosis banding skizofrenia dan gangguan mood perlu dipertimbangkan di dalam diagnosa banding gangguan skizoafektif. Pasien yang diobati dengan steroid, penyalahgunaan amfetamin dan phencyclidine ( PCP ), dan beberapa pasien dengan epilepsi lobus temporalis secara khusus kemungkinan datang dengan gejala skizofrenik dan gangguan mood yang bersama-sama. Gangguan psikotik akibat gangguan bangkitan lebih sering terjadi pada populasi umum. Gangguan tersebut, cenderung ditandai dengan paranoia, halusinasi, dan ide rujukan. Pasien epileptik dengan psikosis diyakini mempunyai tingkat fungsi yang lebih baik daripada pasien dengan gangguan spektrum skizofrenik. Kontrol bangkitan yang lebih baik dapat mengurangi psikosis. Diagnosa banding psikiatrik juga termasuk semua kemungkinan yang biasanya dipertimbangkan untuk skizofernia dan gangguan mood . Di dalam praktek klinis, psikosis pada saat datang mungkin mengganggu deteksi gejala gangguan mood pada saat tersebut atau masa lalu. Dengan demikian, klinisi boleh menunda diagnosis psikiatrik akhir sampai psikosi yang paling akut telah terkendali. PERJALANAN PENYAKIT DAN PROGNOSIS Pasien dengan gangguan skizoafektif mempunyai prognosis pertengahan antara prognosis pasien skizofrenia dengan prognosis pasien dengan gangguan mood. Sebagai suatu kelompok, pasien dengan gangguan skizoafektif memiliki prognosis yang jauh lebih buruk daripada psien dengan gangguan depresif, memiliki prognosis yang lebih buruk daripada pasien bipolar, dan memiliki prognosis yang lebih baik daripada pasien dengan skizofrenia. Walaupun tampaknya tidak terdapat perbedaan yang berhubungan dengan jenis kelamin pada hasil akhir gangguan afektif, beberapa data menyatakan bahwa perilaku bunuh diri mungkin lebih sering pada wanita dibandingkan laki-laki. Insiden bunuh diri di antara pasien dengan gangguan skizoafektif diperkirakan sekurangnya 10 persen. TERAPI

17

Modalitas terapi yang utama untuk gangguan skizoafektif adalah perawatan di rumah sakit, medikasi, dan intervensi psikososial. Apabila ada pikiran bunuh diri makas sebaiknya dirawat inap di rumah sakit. Terapi dengan melibatkan keluarga akan lebih baik pada pengembangan skill sosial, dan berfokus pada rehabilitasi kognitif. Prinsip dasar yang mendasari farmakoterapi untuk gangguan skizoafektif adalah bahwa protokol antidepresan dan antimaniak diikuti jika semuanya diindikasikan dan bahwa anti psikotik digunakan hanya jika diperlukan untuk pengendalian jangka pendek. Jika protokol thymoleptic tidak efektif di dalam mengendalikan gejala atas dasar berkelanjutan, medikasi antipsikotik dapat diindikasikan. Pasien dengan gangguan skizoafektif, tipe bipolar, harus mendapatkan percobaan lithium, carbamazepine ( tegretol ), valproat (Depakene ), atau suatu kombinasi obat-obat tersebut jika satu obat saja tidak efektif. Pasien dengan gangguan skizoafektif, tipe depresi, harus diberikan percobaan anti depresan dan terapi elektrokonvulsif ( ECT ) sebelum mereka diputuskan tidak responsif terhadap terapi anti depresan. Terapi psikososial Pasien sebaiknya diberikan terapi psikososial berupa kombinasi dari terapi keluarga, pelatihan bersosialisasi, dan rehabilitasi kognitif. Hal ini dibutuhkan karena kadang psikiater sulit untuk menentukan diagnosis secara pasti dan prognosis dari penyakit skizoafektif, hal ini tentu saja tidak bisa dijelaskan kepada pasien dan keluarganya. Jarak antara munculnya satu gejala ke gejala yang lain tidak dapat ditentukan, oleh karena itu diperlukan adanya terapi dengan menggunakan kombinasi obat-obatan dengan terapi psikososial.

18

Anda mungkin juga menyukai