Anda di halaman 1dari 8

BAB II TINJUAN PUSTAKA

2.1. Kesehatan Lingkungan Kesehatan lingkungan merupakan ilmu kesehatan masyarakat yang menitik beratkan usaha preventif dengan usaha perbaikan semua faktor lingkungan agar manusia terhindar dari penyakit dan gangguan kesehatan. Kesehatan lingkungan adalah karakteristik dari kondisi lingkungan yang mempengaruhi derajat kesehatan. Untuk itu kesehatan lingkungan merupakan salah satu dari enam usaha dasar kesehatan masyarakat. Istilah kesehatan lingkungan seringkali dikaitkan dengan istilah

sanitasi/sanitasi lingkungan yang oleh Organisasi Kesehatan Sedunia (WHO), menyebutkan pengertian sanitasi lingkungan/kesehatan lingkungan adalah suatu usaha untuk mengawasi beberapa faktor lingkungan fisik yang berpengaruh kepada manusia, terutama terhadap hal-hal yang mempunyai efek merusak perkembangan fisik, kesehatan dan daya tahan hidup manusia. Sanitasi, menurut kamus bahasa Indonesia diartikan sebagai pemelihara kesehatan. Menurut WHO, sanitasi adalah upaya pengendalian semua faktor lingkungan fisik manusia, yang mungkin menimbulkan atau dapat menimbulkan hal-hal yang merugikan, bagi perkembangan fisik, kesehatan, dan daya tahan hidup manusia. Sedangkan menurut Chandra (2007), sanitasi adalah bagian dari ilmu kesehatan lingkungan yang meliputi cara dan usaha individu atau masyarakat untuk mengontrol dan mengendalikan lingkungan hidup eksternal yang berbahaya bagi kesehatan serta yang dapat mengancam kelangsungan hidup manusia. Menurut Kusnoputranto (1986) ruang lingkup dari kesehatan lingkungan meliputi: 1. Penyediaan air minum. 2. Pengolahan air buangan dan pengendalian pencemaran air. 3. Pengelolaan sampah padat. 4. Pengendalian vektor penyakit. 5. Pencegahan/pengendalian pencemaran tanah.

6. 7. 8. 9.

Hygiene makanan. Pengendalian pencemaran udara. Pengendalian radiasi. Kesehatan kerja, terutama pengendalian dari bahaya-bahaya fisik, kimia dan

10. biologis. 11. Pengendalian kebisingan. 12. Perumahan dan pemukiman, terutama aspek kesehatan masyarakat dari perumahan penduduk, bangunan-bangunan umum dan institusi. 13. Perencanaan daerah dan perkotaan. 14. Aspek kesehatan lingkungan dan transportasi udara, laut dan darat. 15. Pencegahan kecelakaan. 16. Rekreasi umum dan pariwisata. 17. Tindakan-tindakan sanitasi yang berhubungan dengan keadaan epidemi, bencana alam, perpindahan penduduk dan keadaan darurat. 18. Tindakan pencegahan yang diperlukan untuk menjamin agar lingkungan pada umumnya bebas dari resiko gangguan kesehatan.

Dari ruang lingkup sanitasi lingkungan di atas tempat-tempat umum merupakan bagian dari sanitasi yang perlu mendapat perhatian dalam pengawasannya (Kusnoputranto, 1986). Sanitasi dasar adalah sanitasi minimum yang diperlukan untuk menyediakan lingkungan sehat yang memenuhi syarat kesehatan yang menitik beratkan pada pengawasan berbagai faktor lingkungan yang mempengaruhi derajat kesehatan manusia (Azwar, 1995). Upaya sanitasi dasar meliputi penyediaan air bersih, pembuangan kotoran manusia, pengelolaan sampah, dan pengelolaaan air limbah. 2.2 Defenisi Sampah Menurut Undang undang Republik Indonesia nomor 18 tahun 2008 tentang pengelolaan sampah, sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan /atau proses alam yang berbentuk padat. Sampah adalah bahan yang tidak mempunyai nilai atau tidak berharga untuk maksud biasa atau utama dalam

pembikinan atau pemakaian barang rusak atau bercacat dalam pembikinan manufaktur atau materi berkelebihan atau ditolak atau buangan. 2.2.1 Jenis Sampah Jenis-jenis sampah dapat digolongkan sebagai : a. Sampah Organik Sampah organik adalah sampah yang dihasilkan dari bahan-bahan hayati yang dapat didegradasi oleh mikroba atau bersifat biodegradable. Sampah ini dengan mudah dapat diuraikan melalui proses alami. Sampah rumah tangga sebagian besar merupakan bahan organik. Yang termasuk sampah organik, misalnya sampah dari dapur, sisa-sisa makanan, pembungkus (selain kertas, karet, dan plastik), tepung, sayuran, kulit buah, daun dan ranting. b. Sampah Anorganik Sampah anorganik adalah sampah yang dihasilkan dari bahan-bahan nonhayati, baik berupa produk sintetik maupun hasil proses teknologi pengolahan bahan tambang. Sampah anorganik dibedakan menjadi sampah logam dan produkproduk olahannya, sampah plastik, sampah detergen. Sebagaian besar sampah anorganik tidak dapat diuraikan dalam waktu yang lama. Sampah jenis ini pada tingkat rumah tangga misalnya botol plastik, botol gelas, tas plastic, dan kaleng. 2.2.2 Pengelolaan Sampah Secara umum pengelolaan sampah diperkotaan dilakukan melalui 3 tahapan kegiatan yakni : Pengumpulan, pengangkutan, dan pembuangan akhir/pengolahan. Tahapan kegiatan tersebut merupakan suatu sistem, sehingga masing-masing tahapan dapat disebut sebagai sub sistem.

2.2.3

Pengumpulan Sampah Tahap pengumpulan diartikan sebagai pengelolaan sampah dari tempat

asalnya sampai ketempat pembuangan sementara sebelum menuju tahapan berikutnya. Pada tahapan ini digunakan sarana bantuan berupa tong sampah, bak sampah, peti kemas sampah, gerobak dorong maupun tempat pembuangan sementara (TPS).

2.2.4

Pengangkutan Sampah Tahapan pengangkutan dilakukan dengan menggunakan sarana

bantuan berupa alat transportasi tertentu menuju ketempat pembuangan akhir/pengolahan. Pengankutan sampah umumnya dilakukan dengan

menggunakan gerobak atau truk sampah yang dikelola oleh sekelompok masyarakat maupun dinas kebersihan kota. Beberapa hal yang terjadi pada pengangkutan sampah tersebut adalah ceceran sampah maupun cairannya

sepanjang rute pengangkutan, atau terhalangnya arus transportasi akibat truk sampah yang digunakan oleh dinas kebesihan kota mengangkut sampah.

2.2.5

Pembuangan akhir sampah Pada tahap pembuangan akhir/pengolahan, sampah akan mengalami

pemrosesan baik secara fisik, kimia, maupun biologis.

Terdapat dua proses

pembuangan akhir, yakni open dumping (penimbunan secara terbuka) dan sanitary landfill (pembangunan secara sehat). Pada sistem open dumping sampah ditimbun di areal tertentu tanpa membutuhkan tanah penutup, sedangkan pada cara sanitary landfill, sampah ditimbun secara berselang seling antara lapisan sampah dan lapisan tanah sebagai penutup. Para ahli lingkungan

merekomendasikan agar pengelolaan TPA menggunakan sistem sanitary landfill. Namun demikian dari sekian banyak TPA yang ada, umumnya

menggunakansistem open dumping atau controllet dumping. Sampah yang telah ditimbun pada tempat pembuangan akhir (TPA) dapat mengalami proses lanjutan. Teknologi yang digunakan dalam proses lanjutan yang umum digunakan adalah : 1. Teknologi pembakaran (incinerator). Dengan cara ini dihasilkan produk samping berupa logam bekas (skrap) dan uap yang dapat dokonversikan menjadi energy listrik. Keuntungan lainnya dari menggunakan alat ini adalah a) tanpa proses pemilahan. b) Abu atau terak dari sisa pembakaran cukup kering dan bebas dari pembusukan dan bisa langsung dapat dibawa ketempat penimbunan pada lahan kosong, rawa ataupun daerah rendah sebagai bahan pengurug.

c) Pada instalasi yang cukup besar dengan kapasitas 300 to/hari dapat dilengkapi dengan pembangkit listrik sehingga energy listrik ( 96.000 MWH/tahun) yang dihasilkan dapat dimanfaatkan untuk menekan biaya proses (Dinas Kebersihan DKI Jakarta, 1985). 2. Teknologi composting yang menghasilkan kompos untuk digunakan sebagai pupuk maupun penguat struktur tanah. 3. Teknologi daur ulang yang dapat menghasilkan sampah potensial, seperti : kertas, plastik logam dan kaca/gelas.

2.3 Kerangka Teori Peningkatan Mutu Metode yang digunakan adalah metode Plan, Do, Check, and Action (PDCA cycle) yang didasari atas masalah yang dihadapi (problem-faced) ke arah penyelesaian masalah (problem solving). Konsep PDCA cycle pertama kali diperkenalkan oleh Walter Shewhart pada tahun 1930 yang disebut dengan Shewhart cycle. Selanjutnya konsep ini dikembangkan oleh Dr. Walter Edwards Deming yang dikenal dengan The Deming Wheel. PDCA cycle berguna sebagai pola kerja dalam perbaikan suatu proses atau sistem. Ada beberapa tahap yang dilakukan dalam PDCA cycle, yaitu: 2.3.1 Plan

1. Mengidentifikasi output pelayanan, siapa pengguna jasa pelayanan, dan harapan pengguna jasa pelayanantersebut melalui analisis suatu proses tertentu. 2. Mendeskripsikan proses yang dianalisis saat ini Pelajari proses dari awal hingga akhir, identifikasi siapa saja yang terlibat dalam proses tersebut. Teknik yang dapat digunakan adalah brainstorming (curah pendapat) yaitu teknik untuk mengembangkan ide dalam waktu yang singkat. Alat ini digunakan untuk mengenali adanya masalah, baik yang telah terjadi maupun yang potensial terjadi, menyusun daftar masalah, menyusun alternatif pemecahan masalah, menetapkan kriteria untuk monitoring, mengembangkan kreativitas, dan menggambarkan aspek-aspek yang perlu dianalisis dari suatu pokok bahasan.

3. Mengukur dan menganalisis situasi tersebut Menemukan data apa yang dikumpulkan dalam proses tersebut Bagaimana mengolah data tersebut agar membantu memahami kinerja dan dinamika proses Teknik yang digunakan : observasi Mengunakan alat ukur seperti wawancara

4. Fokus pada peluang peningkatan mutu Pilih salah satu permasalahan yang akan diselesaikan. Memilih solusi yang paling tepat dengan teknik skoring dan non skoring. Teknik Skoring dengan memberikan nilai (skor) terhadap beberapa alternatif solusi tersebut dengan menggunakan ukuran (parameter). Teknik Non Skoring dengan menggunakan alternatif solusi dinilai melalui diskusi kelompok, oleh sebab itu juga disebut Nominal Group Tecnique (NGT). Parameter teknik skoring berupa realistis, dapat dikelola (manageable), teknologi yang tersedia dalam melaksanakan solusi (technical feasiblity).Sumber daya yang tersedia yang dapat digunakan untuk melaksanakan

solusi(resources availability). Dalam penetapan urutan prioritas masalah dapat mempergunakan berbagai macam metode seperti kriteria Matriks, Hanlon CARL dan sebagainya. Pada kriteria matrik, masing-masing kriteria ditetapkan dengan nilai 1-5. Nilai semakain besar jika tingkat urgensinya sangat mendesak atau tingkat perkembangan dan tingkat keseriusan semakin memprihatinkan apabila tidak diatasi. Kemudian kalikan tingkat urgensi (U) dengan tingkat perkembangan (G) dan tingkat keseriusan (S). Prioritas masalah diurutkan berdasarkan hasil perkalian yang paling besar. 14 Kriteria masalah : menyatakan efek atas ketidakpuasan, adanya gap antara kenyataan dengan yang diinginkan, spesifik, dapat diukur. 5. Mengidentifikasi akar penyebab masalah Menyimpulkan penyebab Teknik yang dapat digunakan : brainstorming Alat yang digunakan : fish bone analysis Ishikawa yaitu diagram tulang ikan digunakan untuk memberikan gambaran umum suatu masalah dan penyebabnya. Diagram tersebut memfasilitasi tim untuk mengidentifikasi

sebab masalah sebagai langkah awal untuk menentukan fokus perbaikan, mengembangkan ide pengumpulan data dan/atau mengembangkan alternatif solusi.15 6. Menemukan dan memilih penyelesaian Mencari berbagai alternatif pemecahan masalah Teknik yang dapat digunakan : brainstorming

b. Do 1. Merencanakan suatu proyek uji coba Merencanakan sumber daya manusia, sumber dana, dan sebagainya. Merencanakan rencana kegiatan (plan of action)

2. Melaksanakan Pilot Project Pilot Project dilaksanakan dalam skala kecil dengan waktu relatif singkat ( 1 minggu)

c.

Check

1. Evaluasi hasil proyek Membandingkan target dengan hasil pencapaian proyek Teknik yang digunakan: observasi dan survei Alat yang digunakan: kamera dan kuisioner

2. Membuat kesimpulan proyek Hasil menjanjikan namun perlu perubahan Jika proyek gagal, cari penyelesaian lain Jika proyek berhasil, selanjutnya dibuat rutinitas

d.

Action

1. Standarisasi perubahan Pertimbangkan area mana saja yang mungkin diterapkan Revisi proses yang sudah diperbaiki Modifikasi standar, prosedur dan kebijakan yang ada Komunikasikan kepada seluruh staf, pelanggan dan suplier atas perubahan yang dilakukan.
10

Mengembangkan rencana yang jelas dan mendokumentasikan proyek

2. Memonitor perubahan Melakukan pengukuran dan pengendalian proses secara teratur Alat yang digunakan untuk dokumentasi

11

Anda mungkin juga menyukai