Anda di halaman 1dari 19

FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA

MODUL

SISTIM HUKUM INDONESIA

POKOK BAHASAN
Hukum Perdata Dan Hukum Bisnis OLEH : M. BATTLESON SH

DESKRIPSI :
Hukum Perdata mengatur hubungan antara subyek hukum perdata mengenai hak dan kewajibannya. Sedangkan Hukum Bisnis mengatur mengenai hal yang khusus dibidang perdata yaitu perdagangan.

TUJUAN INSTRUKSIONAL
Setelah mengikuti mata kuliah ini diharapkan mahasiswa dapat : 1. Mengerti akan pengertian hukum perdata 2. Mengerti tentang apa saja hubungan perdata 3. Mengerti aturan main perdagangan di Indonesia

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

Muchammad Bettle Son SH, MH SISTEM HUKUM INDONESIA

Hukum Perdata dan hukum Bisnis I. Hukum Perdata Pengertian Rangkaian peraturan peraturan hokum yang mengatur hubungan hukumj antara antara subyek hukum perdata yang satu dengan yang lain. Subyek hukum Segala sesuatau yang mempunyai hak dan kewajiban yang terdiri dari orang dan badan hokum. Obyek hukum Segala sesuatu yang berguna bagi subyek hukum dan menjadi pokok dari suatu hubungan hukum Sejarah hukum perdata di Indonesia 1. Code civil 2. Pasal 131 IS (Indische staats regeling) golongan Eropa berlaku hukum Eropa golongan bumiputera / Timur asing berlaku hukum adat mereka masing masing 3. staatblaad 1917 no 124 dilakuka pembedaaan golongan tionghoa dan Timur asing bukan tionghoa Dasar hukum berlakunya BW (burgerlijk Wetboek)/Kita hukum perdata 1. Pasal II Aturan Peralihan UUD1945 2. Pasal 102 UUDS Oleh karena UUD kita tidak membedakan keudukan warga negara, adaya hukum yang berlainan untk berbagai goongan itu dianggap jangal. Karena pembuatan kodifikasi hukum nasional (termsuk hkum perdata) belum selesai semua, maka sementara itu BW masih berlaku dengan ketentuan bahwa hakim (pengadilan) dapat menganggap suatu pasal tidak berlaku lagi jika diangapnya bertentangan dengan eadaa jaman kemerdekaan. Oleh karena itu BW bukan lagi dianggap sebagai Wetbook tetapi sebagao rechtbook.

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

Muchammad Bettle Son SH, MH SISTEM HUKUM INDONESIA

Sistematika Menurut ilmu pengetahuan a. hukum tentang diri seseorang b. hukum keluarga c. hukum kekayaan d. hukum warisan Menurut BW : a. Perihal orang b. Perihal Benda c. Perihal Perikatan d. Perial Pembuktian dan daluwarsa A. PERIHAL ORANG - Orang (persoon) berarti pembawa hak. - Bila orang hidup tidak dapat memiliki hak sebagaimana erdpat dalam hukum perdata saat ini maka dia disebut dalam kedaan Kematian Perdata (Pasal 3 BW) -Tidak semua orang dapat melakukan sendiri hak hak yang dia punyai undang undang menyebutnya tidak cakap atau kurang cakap misalnya : 1. dibawah umur (21 th kecuali sdh kawin) 2. orang yang dibawah pengawasan (curatele) kesemuanya itu bila akan bertindak harus menggunakan wali atau curatornya. Perihal badan hukum (recht persoon) persoon ataupin rechtpersoon harus punya domisili (untuk menentukan pengadilanm mana yang berwenang terhadapnya. Rumah kematian : domisili penghabisan bagi subyek hukum. Perkawinan UU no 1 th 1974 1.definisi (Pasal 1 UU 1/74) Ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

Muchammad Bettle Son SH, MH SISTEM HUKUM INDONESIA

2. Syarat sahnya perkawinan Pasal 2 ayat (1) bila dilakukan menurut hukum masing masing agamanya dan kepercayaannya itu. Ayat (2) tiap tiap perkawinan dicatat menurut peraturan perundang undangan yang berlaku. 3. Azas monogamy (Pasal 3) boleh tidak monogamy bila : (Pasal 4 ayat (2)) a. isteri tidak dapat menjalankan kewajibannya sebagai isteri b. isteri mendapat cacat badan atau penyakit yang tidak dapat disembuhkan. c. Isteri tidak dapat melahirkan keturunan Permohonan untuk tidak monogamy harus penuhi syarat syarat (Pasal 5 ayat (1)) a. adanya persetujuan dari isteri/isteri-isteri b. adanya kepastrian suami mampu menjamin keperluan-keperluan hidup isteri isteri dan anak - anak mereka. c. Adanya jaminan terhadap isteri - isteri dan anak - anak mereka 4. Syarat untuk melangsungkan perkawinan a. persetujuan kedua calon mempelai b. minimal berumur 21 tahun jika kurang minta izin kedua orang tua/wali paling minim 19 (laki laki) 16 (perempuan) 5 .pemberitahuan 6. Pencegahan dan pembatalan Perkawinan dapat dicegah apabila ada pihak yang tidak memenuhi syarat-syarat untuk melangsungkan perkawinan. Perkawinan dapat dibatalkan apabila para pihak tidak memenuhi syarat syarat untuk melangsungkan perkawinan 7. perkawinan yang dilarang antara dua orang yang : a. berhubungan darah dalam garis lurus keatas atau kebawah b. berhubungan darh dalam garis keturunan menyamping yaitu antara saudara, seorang dengan saudara orang tua, seorang dengan saudara neneknya c. berhubungan semenda yaitu mertua, nak tiri, menantu, dan ibu/bapak tiri d. berhubungan susuan, saudara susuan dan bibi/paman susuan

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

Muchammad Bettle Son SH, MH SISTEM HUKUM INDONESIA

e. berhubungan saudara dengan siteri atau sebagai bibi atau kemenakan dari siteri, dalam hal seorang suami beristeri lebih dari seorang, f. empunyai hubungan yang oleh agamanya atau peraturan lain yang berlaku, dilarang kawin. 8. Perjanjian Perkawinan Pasal 29 perjanjian tertulis yang dibuat oleh kedua pihak sebelum atau pada saat perkawinan berlangsung dan disahkan oleh pegawai pencatat perkawinan. Isinya berlaku nagi pihak ketiga lainnya yang terkait. 9. putusnya perkawinan Pasal 38 Perkawina putus karena : a. kematian b. perceraian c. atas keputusan pengadilan. 10. Perkawinan di luar negeri 2 orang wni atau wni dengan wna menikah diluar negeri syahnya bila : 1. dilakukan menurut hokum yang berlaku di negara dimana perkawinan dilangsungkan dan tidak melanggar UU n0 1 th 74 2. setelah kembali ke Indonesia paling lambat 1 tahun didaftarkan di kantor pencatatan perkawinan. 11. Perkawinan campuran 2 orang yg di Indonesia tunduk pada hokum yang berbeda yasng satu WNI yg lain WNA

B. PERIHAL BENDA (Zaak) Pengertian : segala sesuatu yang dapat dihaki oleh orang Pembagina menurut UU 1. dapat diganti (uang) dan tidak dapat diganti (binatang) 2. dapat diperdagangkan tidak dapat diperdagangkan (jalan mum) 3. dapat dibagi (beras) tidak dapat dibagi (binatang) 4. bergerak (perabot rumah tangga) tdk berbergera (tanah) Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Muchammad Bettle Son SH, MH SISTEM HUKUM INDONESIA

Benda tdk dapat bergerak (onroerend) 1. karena sifatnya 2. karena tujuan pemakaiannya (mesin mesin yang dipakai pabrik) 3. karena memang demikian (segala hak penagihan atas benda tak dpt bergerak) ad. 1 dalam hal ini tentang tanah termasuk segala sesuatu yang secara langsung atau tidak langsung, karena perbuatan alam atau perbuatan manusia, digabungkan secara erat menjadi satu dengan tanah itu. Misalnya tanah pekarangan termasuk buah buahan yang belum masak yang ada di pohon yang tertanam di tanah pekarangan tersebut.

Hak - hak kebendaan Bezit Suatu keadaan lahir dimana seseorang menguasai suatu benda seolah olah kepunyaannya sendiri, dengan tidak mempersoalkan hak milik atas benda iitu sebenarnya ada pada siapa. Ada dua unsur 1. harus ada penguasaan Atas benda tersebut 2. mempunyaoi keinginan untk memiliki. Contoh ; pemakai kendaraan bermotor di jalan raya Eigendom Hak yang paling sempurna atas suatu benda (Khusus untuk tanah dibatasi oleh UUPA UU no 5 Tahun 1960 yang meyatakan semua hak atas tanah mempunyai fungsi social) Hak hak kebendaan diatas benda orang lain 1. servituut (erfdienstbaarheid)

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

Muchammad Bettle Son SH, MH SISTEM HUKUM INDONESIA

suatu beban yang diletakkan diatas suatu pekarangan untuk keperluan suatu pekarangan lain yang berbatasan. Misal pekarangan si A harus mengizinkan orang yang tinggal dipekarangan B setiap waktu mellui pekarangan A 2. hak opstal suatu hak untuk memiliki bangunan atau tanaman tanaman di atas tanahya orang lain (Pasal 711 BW) 3. Hak erfpacht Suatu hak kebendaan untuk menarik penghasilan seluas luasnya unyuk waktu yang lama dari sebidang tanah milik orang lain dengan kewaiban membayar sejumlah uang atau penghasilan tiap tiap tahun. (720 BW) 4. Vruchtgebruik Suatu hak kebendaan untuk menarik penghasilan dari suatu benda orang lain, seolah olah benda itu kepunyaannya sendiri. 5. Pandrecht (fidusia) Suatu hak kebendaan atas suatu benda yang bergerak kepunyaan orang lain, yang semata mata diperjanjikan dengan menyerahkan bezit atas benda tersebut, dengan tujuan untuk mengambil pelunasan suatau hutangdari pendapatan penjualan benda tersebut. 6. Hypotheek (1162 BW) hak kebendaan atas uatu benda yang tak bergerak, bertujuan untuk mengganti pelunasan suatunhutangdari (pendapatan penjualan) benda itu. Memberikan kekuasaan atas suatu benda tidak untuk dipakai, tetapi untuk dijadikanjaminan hutang seseorang. Sifat sifat kebendaan : 1. memberikan kekuasaan langsung atas suatu benda 2. dapat dipertahankan terhadap setiap orang 3. mempunyai sifat melekat yaitu mengikuti benda bila ini dipindah tangankan (droit de suite) 4. hak yang lebih tua selalu dimenangkan terhadap yang lebih muda

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

Muchammad Bettle Son SH, MH SISTEM HUKUM INDONESIA

hak kebendeaan dibagi menjadi dua ; 1. untuk kenikmatan 2. untuk jaminan (pand dan hypotheek) Piutang piutang yang diberikan keistimewaan (privilege) Privilege Suatu kedudukanismewa dari seorang penagih yang diberikan oleh undang undang melulu berdasarkan sifat piutang. Pand dan nhypotheek mempunyaoi kedudukan yang lebih tinggi dari privilege kecuali ditentukan lain. Hak reklame (hak untuk meminta kembali) missal seorang penjual barang bergerak yang belum menerima pembayaran harga barangnya, mempunyai suatu penagihan yang diberikan kedudukan istimewa (privilege)0 atas hasil penjualan barang tersebut, jikalau barang itu masih berada di tangan si berhutang, yaitu si pembeli.

C. Perikatan Hubungan antara perikatan dan perjanjian Perikatan adalah Suatu perhubungan hukum antara dua orang atau dua pihak, berdasarkan mana pihak yang satu (kreditur) berhak menuntut sesuatu hal dari pihak yang lain, dan pihak yang lain (debitur) berkewajiban untuk memenuhi tuntutan itu. (Prof. Subekti SH). Perjanjian adalah suatu peristiwa dimana seorang berjanji kepda seorang yang lain atau dimana dua orang itu saling berjanji untuk melaksanakan suatu hal. Perjanjian menimbulkan perikatan. Perikatan adalah sesuatu hal yang abstrak, sedangkan perjanjian adalah sesuat yang konkrit. Perikatan lahir karena : 1. perjanjian 2. Undang Undang Jenis jenis perikatan : 1. Perikatan sederhana 2. Perikatan bersyarat 3. Perikatan denga ketetapan waktu. Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Muchammad Bettle Son SH, MH SISTEM HUKUM INDONESIA

4. Perikatan mana suka (alternative) 5. Perikatan tanggung menanggung 6. Perikatan yang dapat dibagi atau yang tidak dapat di bagi. 7. Perikatan dengan penetapan hukuman. Sistem Buku III BW Terdiri atas 1. Bagian umum : memuat peraturan-peraturan yang berlaku bagi perikatan pada umumnya, misalnya tentang syarat sahnya suatu perikatan, pengakhiran perikatan dll. 2. bagian khusus : memuat peraturan peraturan mengenai perjanjianperjanjian yang banyak dipakai dalam masyarakat dan yang sudah mempunya nama-nama tertentu seperti : jual beli, sewa menyewa, perjanjian perburuhan dll. Beda Buku II dan buku III BW Buku II : menganut azas tertutup artinya apa yang sudah diatur di Buku II harus dipatuhi Buku III : menganut azas terbuka artinya anya mengatur pokok pokoknya saja. Sistematika Buku III I. II. III. IV. V. VI. VII. VIII. IX. X. XI. XII. XIII. XIV. XV. XVI. XVII. Tentang perikatan perikatan umum Perikatan perikatan yang dilahirkan dari kontrak atau persetujuan Perikatan yang dilahirkan dari undang undang Hapusnya perikatan Jual beli Tukar menukar Sewa menyewa Persetujuan untuk melakukan pekerjaan Persekutuan Hibah Penitipan barang Pinjam pakai Pinjam meminjam Bunga tetap atau bunga abadi Persetujuan untung untungan Pemberian kuasa Penanggungan Muchammad Bettle Son SH, MH SISTEM HUKUM INDONESIA

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

XVIII. Perdamaian jenis perjanjian dilihat dari hal yang diperjanjikan untu dlaksanakan 1. Perjanjian untuk memberikan/menyerahkan suatu barang misalnya : jual beli, tukar menukar, hibah, sewa menyewa dll 2. Perjanjian untuk berbuat sesuatu misalnya : perjanjian perburuhan, peerjanjian membuat gedung dll 3. Perjanjian untuk tidak berbuat sesuatu misalnya : untuk tidak membuat tembok pembatas, untuk tidak membuat perusahaan yang sejenis dengan orang tertentu dll Pasal Pasal Yang Perlu Diperhatikan Pasal 1320 KUHPdt mengatur tentang syarat syahnya perjanjian yaitu : a. Adanya sepakat / tidak ada paksaan atau tekanan b. kecakapan dari si pembuat perjanjian c. mengenai hal tertentu d. sebab yang halal. Pasal 1238 tentang Wanprestasi Si berutang adalah lalai, bila ia dengan surat perintah atau dengan sebuah akta sejenis itu tela dinyatakan lalai, atau demi perikatannya sendiri jika ini menetapkan bahwa si berutang akan harus dianggap lalai dengan lewatnya waktu yang ditentukan. Wanprestasi dapat berupa : 1. Tidak melakukan apa yang disanggupi 2. Melaksanakan sesuatu tapi tidak sesuai dengan yang diperjanjikan 3. Terlambat melakukan yang diperjanjikan 4. Melakukan sesuatu tapi yang dilarang untuk diakukan. Pasal 1338 : Semua persetujuan yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang undang bagi mereka yang membuatnya. Pasal 1341 terkenal sebagao azas Actio Pauliana Tiap orang yang menghutangkan seorang berhak untuk meminta pembatalan atas segala perjanjian yang dilakukan oleh si berhutang kalau menurutnya hal itu akan Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Muchammad Bettle Son SH, MH SISTEM HUKUM INDONESIA

merugikan orang-orang yang menghutangkan, padahal sama sekali tidak ada keharusan baginya ntuk melakukan perbuatan itu. Pasal 1266 : Syarat batal dianggap selamanya dicantumkan dalam perjanjian perjanjian yang timbal balik, manakala salah satu pihak tidak memenuhi kewajibannya.

Pasal 1244 dan Pasal 1245 mengatur tentang Overmacht atau force majeure Pasal 1244 : Jika ada alasan untuk itu si berutang harus dihukum mengganti biaya, rugi dan bunga, bila ia tidak membuktikan, bahwa hal tidak dilaksanakan atau tidak pada waktu yang tepat dilaksanakannya perjanjian itu disebabkan karena suatu hal yang tak terduga, pun tak dapat dipertanggungjawabkan padanya, kesemuanya itu pun jika itikad buruk tidak ada pada pihaknya. Pasasl 1245 : Tidaklah biaya, rugi dan bunga harus digantinya, apabila karena keadaan memaksa atau karena suatu kejadian yang tak disengaja, si berutang berhalangan memberkan atau berbuat sesuatu yang diwajibkan, atau karena hal hal yang sama telah melakukan perbuatan terlarang. Hapusnya perikatan Pasal 1381 perikatan hapus karena : 1. Pembayaran 2. Penawaran pembayaran tunai diikuti dengan penyimpanan atau penitipan 3. Pembaharuan utang 4. Perjumpaan uang atau kompensasi 5. Percampuran utang 6. Pembebasan utang 7. Musnahnya barang yang terutang 8. Batal/Pembatalan 9. Berlakunya syarat batal 10. Lewatnya waktu D PEMBUKTIAN Azas dasarnya Barangsiapa mendalilkan dia membuktikan

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

Muchammad Bettle Son SH, MH SISTEM HUKUM INDONESIA

Pasal 1865 Barangsiapa mengajukan peristiwa peristiwa atas mana ia mendasarkan sesuatu hak, diwajibkan membuktikan peristiwa peristiwa itu; sebaliknya barang siapa mengajukan peristiwa peristiwa guna pembantahan hak orang lain, diwajibkan pula membuktika peristiwa peristiwa itu. Ada lima macam alat pembuktian 1. Surat surat : a. surat surat akte (akte resmi dan akte dibawah tangan) b. surat - surat selain akte surat akte ialah : suatu tulisan yang semata mata dibuat untuk membuktikan sesuatu hal atau peristiwa, karenanya suatu akte harus ditandatangani akte resmi (authentiek); a. dibuat dihadapan/oleh pejabat umum yang telah ditentukan oleh undang undang. b. Mempunyai kekuatan pembuktian yang sempurna Apabila suatu pihak mengajukan suatu akta resmi, hakim harus menerimanya dan menganggap apa yang dituliskan di dalam akta itu sngguh sungguh telah terjadi sehingga hakim itu tidak boleh memerintahkan penambahan pembuktian lagi. Akte dibawah tangan a. suatu akte yang tidak dibuat atau diperantarai oleh pejabat umum b. Jika isi akte disangkal oleh piha lawan, maka yang mengajukan akte itu harus Membuktikan. Jika diakui maka kekuatannya sama dengan akta authentiek. 2. Kesaksian Harus mengenai apa yang dilihat dan dialami sendiri oleh saksi 3. Persangkaan Suatu kesimpulan yang diambil dari suatu peristiwa yang sudah terang dan nyata. 4. Pengakuan

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

Muchammad Bettle Son SH, MH SISTEM HUKUM INDONESIA

5. Sumpah a.Sumpah yang menentukan Yaitu sumpah yang diperintahkan oleh salah satu pihak kepada pihak lawannya dengan maksud untuk mengakhiri perkara yang sedang diperiksa oleh hakim. Jika pihak lawan yang mengangkat sumpah yang perumusan sumpahnya ditentukan/disusun sendiri oleh pihak yang memerintahkan pengangkatan sumpah itu, biasanya ia akan dimenangkan. Sebaliknya jika ia tidak berani mengangkat sumpah maka ia dikalahkan. Pihak yang telah mengangkat sumpah itu itu mempunyai si hak untuk mengembalikan perintah sumpah kepada pemberi perintah

pengangkatan sumpah yang semula, dimana isi perumusan sumpahnya adlah kebalkan dari bunyi sumpah yang pertama. Misalnya si A menyuruh si B bersumpah Saya bersumpah bahwa sungguh sungguh saya telah menyerahkan barang maka si B berhak meminta si A bersumpah Saya bersumpah bahwa sungguh sungguh saya tidak menerima barang Jika si A berani mengangkat sumpah itu makam si A dimenangkan oleh hakim, jika tidak berani maka ia dikalahkan. b. Sumpah tambahan Yaitu sumpah yang diperintahkan ole hakim kepada salah satu pihak yang beperkara apabila sudah terdapat permulaan pembuktian, jadi sifatnya untu memperkuat bukti yang sudah ada. Pihak yang disuruh bersumpah oleh hakim hanya punya hak menerima atau menolak, tetap tidak punya hak untuk mengembalikan sumpah.

E. Lewat Waktu (daluwarsa atau verjaring) Akibat dari lewat waktu : 1. Untuk benda tidak bergerak Bezitter yang jujur yang menguasai benda tidak bergerak selama lebih dari dua puluh tahun dan dapat menunjukan titel yang sah maka dengan lewatnya waktu 20 tahun itu ia menjadi pemilik yang sah atas benda yang tidak bergerak, bila lewat 30 tahun maka dia dianggap pemilik sah tanpa harus menunjukkan title kepemilikan 2. Seorang dapat dibebaskan dari suatu penagihan atau tuntutan hukum

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

Muchammad Bettle Son SH, MH SISTEM HUKUM INDONESIA

Undang undang menentukan pada umumnya tiga puluh tahun kecuali ditentukan lain baik oleh undang undang tertentu atau diperjanjikan.

II Hukum Bisnis Pengertian Adalah keseluruhan aturan - aturan hukum yang mengatur dengan disertai sanksi perbuatan perbutan manusia di dalam usaha mereka untuk menjalankan perdagangan. Pembagian antara hukum dagang dan hukum perdata tidaklah mutlak sebagaimana tesebut dalam Pasal 1 KUHD Kitab Undang undang Hukum Perdata berlaku juga bagi hal hal yang diatur di dalamKitab undang undang ini, sekedar di dalam Undang Undang ini tidak diatur secara khusus menyimpang. Sebagian aturan di Buku II dan Buku III KUHPerdata diatur oleh KUHD Sumber Hukum Dagang : 1. KUHD ( WvK = Wetboek van Kophandel) 2. KUHPerdata (BW = Burgerlijk Wetboek) 3. Undang Undang lainnya sepanjang mengatur tentang hal yang berkaitan dengan perdagangan pada umumnya seperti : a. UU no I Tahun 1995 Tentang Perseroan terbatas b. UU no Tahun Tentang Pasar Modal c. Perpu No 1 Tahun 1998 Ttg perubahan atas UU tentang Kepailitan d. UU no 21 Th 1992 tentang Pelayaran.

e. UU no 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen


Undang Undang yang baru pada no 3 diatas berkedudukan sebagai lex specialis derogate lex generalis. Sejarah KUHD 1. Codex Justinianus pada jaman Romawi kuno berisi kumpulan hukum: Perdata, Pidana, Tata Negara. 2. Corpus Iuris Civilis tidak memisahkan hukum perdata dan hukum dagang. Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Muchammad Bettle Son SH, MH SISTEM HUKUM INDONESIA

3. Adanya perkembangan perniagaan di kota kota di Eropa. 4. Louis XIV pada tahun 1673 memerintahkan Colbert (menteri keuangan) untuk membuat Ordonance De Commerce (hukum dagang) dan Ordonance de la Marine pada tahun 1681. 2. Th 1811 Belanda diduduki Perancis Code de Commerce di berlakukan di Belanda. 6. Th 1838 Belanda membuat WvK 7. Th 1848 Berdasarkan azas konkordansi WvK diberlakukan di Indonesia. Sistimatika KUHD Kitab Undang Undang Hukum Dagang berisi sebagai berikut : Buku I Tentang dagang umumnya terdiri dari : Bab I Ttg Pedagang dan perbuatan pedagang Bab II Ttg pemegangan buku Bab III Ttg beberapa jenis perseroan. Bab IV Ttg bursa dagang, makelar dan kasier. Bab V Ttg komisioner, ekspeditur, pengangkut dan nachoda perahu Yang melalui sungai dan perairan darat. Bab VI Ttg surat wesel dan surat order. Bab VII Ttg cek, promes, dan kwitansi kepada pembawa. Bab VIII Ttg reklame atau penuntutan kembali dalam hal kepailitan. Bab IX Ttg asuransi dan pertanggungan pada umumnya. Bab X Ttg pertanggungan asuransi terhadap kebakaran, bahaya yang mengancam, hasil hasil pertanian yang belum dipenuhi dan pertanggungan jiwa. Buku II Ttg Hak Hak dan Kewajiban Yang terbit Dari Pelayaran. Bab I Ttg Kapal laut dan muatannya. Bab II Ttg pengusaha pengusaha dan perusahaan perkapalan. Bab III Ttg nachoda, anak kapal dan penumpang. Bab IV Ttg perjanjian laut. Bab VA Ttg pengangkutan barang. Bab VB Ttg pengangkutan orang. Bab VI Ttg penubrukan Bab VII Ttg pecahnya kapal, pendamparan dan diketemukannya barang Di laut. Bab VIII dihapus sejak I April 1938 dengan Stb 1933 no 47 dan Stb 1938 Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Muchammad Bettle Son SH, MH SISTEM HUKUM INDONESIA

No 2. Bab IX Ttg pertanggungan terhadap segala bahaya laut dan terhadap bahaya perbudakan. Bab X Ttg pertanggungan terhadap bahaya dalam pengangkutan di daratan, di sungai, dan di perairan darat. Bab XI Ttg Kerugian laut. Bab XII Ttg berakhirnya perikatan perikatan dalam perdagangan laut. Bab XIII Ttg kapal kapal dan perahu perahu yang melalui sungai Sungai dan perairan darat. Sebagai perbandingan BUKU II KUHD dan UU Ttg Pelayaran, didalam UU Ttg Pelayaran diatur hal hal sebagai berikut UU no 21 tahu 1992 Tentang Pelayaran Bab I Ketentuan Umum. Bab II Azas dan Tujuan. Bab III Ruang Lingkup Berlakunya Undang Undang. Bab IV Pembinaan. Bab V Kenavigasian Bagian Pertama Umum Bagian kedua Sarana Bantu Navigasi Pelayaran dan Telekomunikasi Pelayaran Bagian Ketiga Alur dan Perlintasan Bagian Keempat Pemanduan Bagian Kelima Kerangka Kapal, Salvage, dan Pekerjaan Bawah Air Bab VI Kepelabuhanan Bagian Pertama Umum Bagian Kedua Jenis Pelabuhan Bagian ketiga Penetapan Lokasi Bagian Keempat pelabuhan Umum Bagian Kelima Pelabuhan Khusus Bagian Keenam Pelabuhan Yang Terbuka Bagi perdagangan Luar Negeri Bagian Ketujuh Tarif Bagian KedelapanTanggung Jawab Bab VII Perkapalan Bagian Pertama Kelaiklautan Kapal Bagian Kedua Peti Kemas Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Muchammad Bettle Son SH, MH SISTEM HUKUM INDONESIA

Bagian Ketiga Pengukuran , Pendaftaran, dan Kebangsaan Kapal Bagian Keempat Nakhoda, Pemimpin Kapal, dan Anak Buah Kapal Bab VIII Pencegahan dan Penanggulangan Pencemaran Oleh Kapal Bab IX Angkutan Bagian Pertama Usaha Angkutan Bagian Kedua Usaha Penunjang Angkutan Bagian Ketiga Angkutan Laut Dalam Negeri Bagian Keempat Angkutan Laut Luar Negeri Bagian Kelima Pelayaran Rakyat Bagian Keenam Angkutan Sungai dan Danau, dan Angkutan Penyeberangan. Bagia Ketujuh Pelayana Angkutan untuk Penyandang Cacat Bagian Kedelapan Angkutan Perintis Bagian Kesembilan Wajib Angkut Bagian Kesepuluh Tanggung Jawab Pengangkut Bagian Kesebelas Pengangkutan Barang Khusus dan Barang Berbahaya Bab X Kecelakaan Kapal Pencarian dan Pertolongan Bagian Pertama Kecelakaan Kapal Bagian Kedua Pencarian dan Pertolongan Bab XI Sumber daya Manusia Bab XII Penyidikan Bab XIII Ketentuan Pidana Bab XIV Ketentuan Peralihan Bab XV Ketentuan Penutup

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

Muchammad Bettle Son SH, MH SISTEM HUKUM INDONESIA

Daftar Pustaka
1. Soemardi Dedi, SH. Pengantar Hukum Indonesia, IND-HILL-CO

Jakarta.
2. Soekamto Soerjono, Prof, SH, MA, Purbocaroko Purnadi, Perihal

Kaedah Hukum, Citra Aditya Bakti PT, Bandung 1993


3. Djamali Abdoel R, SH, Pengantar hukum Indonesia, Raja

Grafindo Persada PT, Jakarta 1993.


4. Tim Dosen UI, Buku A Pengantar hukum Indonesia 5. Yudho Winarno, SH, Brotosusilo Agus, SH, Sistem Hukum

Indonesia, Pusat Penerbitan Universitas Terbuka April 2001


6. Subekti R, Prof, SH, Pokok Pokok Hukum Perdata, PT Intermasa

Cetakan XXIII.
7. Subekti R, Prof, SH, Tjitrosudibjo R, Kitab Undang Undang

Hukum Perdata, Pradnya Paramita Jakarta 2005.


8. Subekti R, Prof, SH, Tjitrosudibjo R, Kitab Undang Undang

Hukum Dagang dan kepailitan, Pradnya Paramita Jakarta 2005

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

Muchammad Bettle Son SH, MH SISTEM HUKUM INDONESIA

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

Muchammad Bettle Son SH, MH SISTEM HUKUM INDONESIA

Anda mungkin juga menyukai