Anda di halaman 1dari 13

Journal of Family Nursing Volume 14 No.

2 May 2008 162-180

Sikap Perawat Tentang Pentingnya Keluarga Dalam Asuhan Keperawatan : Survei Perawat di Swedia

Abstrak Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sikap perawat yang telah teregistrasi (RNs) tentang pentingnya melibatkan keluarga dalam asuhan keperawatan. Dari 634 sampel perawat yang teregistrasi (RNs) Swedia yang dipilih secara acak dan telah menyelesaikan instrumen , Pentingnya Keluarga dalam Asuhan Keperawatan-Sikap perawat' (FINC-NA), dan dilaporkan memegang sikap yang mendukung keluarga. Skor tinggi ditemukan untuk skala, dimana: keluarga sebagai sumber daya dalam asuhan keperawatan, keluarga sebagai mitra dalam berkomunikasi, keluarga sebagai beban, dan keluarga sebagai sumber daya sendiri. Variabel yang terkait dengan sikap perawat yang diprediksikan kurang mendukung untuk melibatkan keluarga dalam asuhan keperawatan, termasuk perawat yang baru menyelesaikan pendidikan, dan tidak memiliki pendekatan secara umum terhadap sikap peduli pada keluarga di tempat kerja dan perawat laki-laki. Kata kunci: sikap perawat tentang keluarga, keperawatan keluarga, penelitian survei; perawat Swedia; perawat-hubungan keluarga

Latar Belakang Sebagian besar perawat dalam pelayanan kesehatan bertemu dengan keluarga dalam pekerjaan mereka sehari-hari. Kualitas dari pertemuan dipengaruhi oleh sikap perawat tentang pentingnya melibatkan keluarga dalam asuhan keperawatan. Dalam studi ini, asumsi dasar adalah bahwa keluarga merupakan sumber daya terpenting baik untuk orang yang sakit dan perawat yang menyediakan perawatan (Wright & Leahey, 2005). Tujuan dari survei ini adalah untuk memperluas pengetahuan tentang sikap perawat dalam melibatkan keluarga dalam asuhan keperawatan. Penelitian sebelumnya telah diperiksa, bagaimana sikap perawat terhadap keluarga menggunakan berbagai pandangan , baik itu secara (Jansson, Petersson, & Uden, 2001), persepsi (Ryan & Scullion, 2000), pengalaman (Bertero, 2002), Perspetif (Wright, 2002), dan keyakinan (Wright, Watson, & Bell, 1966). Kami memilih konsep induktif untuk mengetahuo sikap perawat tentang pentingnya melibatkan keluarga dalam asuhan keperawatan dari sebuah literature yang komprehensif.

2008 SAGE Publications. 10.1177/1074840708317058 http://jfn.sagepub.com

Journal of Family Nursing Volume 14 No.2 May 2008 162-180

Sikap Perawat Tentang Pentingnya Keluarga Dalam Asuhan Keperawatan Penelitian sebelumnya tentang sikap perawat tentang keluarga adalah konteks spesifik, contohnya, pelayanan rumah sakit (Astedt-Kurki, Paavilainen, Tammentie, dan PaunonenIlmonen, 2001a), pelayanan kesehatan primer (Wright, 2002), atau pelayanan komunitas (Weman, Kihlgren, & Fagerberg, 2003), dan pelayanan kesehatan spesialism seperti pelayanan darurat ( Fulbrook, Albarran, & Latour, 2005; Soderstrom, Benzein, & Saveman, 2003), perawatan Gerontologi (Jansson et al.,2001), keperawatan jiwa (Sjoblom, Pejlert, & Asplund, 2005), dan pelayanan rawat jalan (Benzein, Johansson, & Saveman, 2004; Bertero, 2002). Penelitian tentang sikap perawat dalam keterlibatan keluarga di berbagai negara-negara di Eropa, termasuk Findland (Astedt-Kurki et al., 2001b),Swedia (Sodertsrtom et al., 2003), UK (Fulbrook et al., 2005), dan Irlandia Utara (Ryan & Scullion, 2000). Berbagai macam metode digunakan untuk mengumpulkan data, seperti wawancara (Sjoblom et al., 2005; Soderstro et al.,,2003) Kuesioner (Astedt-Kurki et al.,2001b) atau kombinasi dari kedua metode tersebut (Hallgrimsdottir, 2000) Penemuan yang diperoleh dari beberapa studi di Eropa menunjukkan bahwa perawat mempertimbangan keluarga sebagai sumber daya dan sebagai bagian dari pekerjaan mereka dan menyatakan dengan pasti bahwa penting menjaga hubungan yang baik dengan keluarga ((AstedtKurki et al., 2001a,2001b., Hertzberg et al., 2003; Wright, 2002). Perawat juga melaporkan bahwa membutuhkan pasien dan perjanjian keluarga (Jannon et al., 2001; Wright, 2002). Perawat dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan anak melaporkan bahwa sebuah hubungan yang baik antara perawat dan keluarga penting. Misalnya , perawat melaporkan bahwa itu sulit untuk bertemu keluarga dari budaya asing (Jansson et al., 2001). Astedt-Kurki et al (2001b) menemukan perawatan di rumah sakit maupun pasien rawat jalan melalui pertimbangan keluarga ketika melanjutkan tidakan dan memperhatikan pelayanan secara holistik. Kurangnya dukungan sikap terhadap keluarga dalam melakukan asuhan keluarga. Misalnya perawat melaporkan bahwa itu berbeda ketika betemu dengan keluarga dari buday Asing (Jansson et al., 2001) atau berurusan dengan permintaan, permasalahan atau penderitaan keluarga (Benzein et al., 2004). Beberapa perawat melaporkan beberapa anggota keluarga merasa mereka menemukan kesulitan untuk menangani masalah itu, tetapi kadanmg-kadang perawat percaya bahwa mereka memiliki sumber daya untuk menangani masalah itu(Sjblom et al., 2005). Perawat yang memegang sikap kurang mendukung terhadap keluarga dan mereka merasa dikendalikan oleh beberapa kemungkinan yang terlibat dalam perilaku yang meminimalkan keterlibatan keluarga, misalnya, mereka dapat meminta anggota keluarga untuk meninggalkan ruangan selama kegiatan keperawatan, sesuai dengan kebijakan kunjungan rumah sakit. Fulbrook et al. (2005) menemukan bahwa pelayanan perawatn kritis yang mendukung kehadiran keluarga selama situasi resusitasi dan perawat dalam perawatan psikiatris melaporkan bahwa anggota keluarga yang datang selamat untuk mengunjungi anggota keluarga
2008 SAGE Publications. 10.1177/1074840708317058 http://jfn.sagepub.com

Journal of Family Nursing Volume 14 No.2 May 2008 162-180

mereka yang sakit, tapi pilihan untuk melakukan perawat pasien sendiri (Sjblom et al., 2005). Clarke (2000) juga menemukan perawat dalam perawatan intensif, dalam upaya untuk melindungi pasien, dilakukan pembatasan kunjungan baik anggota keluarga dewasa dan anakanak anggota. Soderstrom et al. (2003) menemukan bahwa keluarga tidak diundang untuk ikut serta dalam perawatan pasien dalam pelayanan intensif. Hal ini diyakini perawat bahwa tugas medis dan teknik yang paling penting dan jika mereka ikut terlibat dengan keluarga akan memakan waktu yang lwbih lama dari tugas lainya. Perawat daerah (Benzein et al., 2004) dan perawat di pantijompo (Ryan & Scullion, 2000) tidak hanya melaporkan bahwa mereka menerima keterlibatan keluarga, tetapi juga melaporkan bahwa kadang-kadang anggota keluarga tidak ingi terlibat. Perawat tidak mempercayai keluarga dan menyatakan bahwa keluarga memiliki sedikit atau tidak ada pelayanan paisen karena hal ini merupakan tugas staf perawat (Ryan & Scullion, 2000). Hasil dari penelitian yang lain pada perawatan di rumah menemukan bahwa perawat percaya keluarga tidak memiliki keterampilan dan pemahaman tentang kondisi pasien dan mereka percaya bahwa mereka tidak sanggup merawat pasien dengan baik (Hertzberg et al.,2003). Sebuah alternative untuk melihat keluarga sebagai ahli dalam merawat untuk seseorang yang mereka cintai dan percaya bahwa dengan bekerja sama dengan keluarga yang ahli tentang bagaimana melakukan perawatan sehari-hari pasien, perawat dapat melakukan yang terbaik pada pasien dan keluarga yang dirawat (Tapp, 2000). Beberapa studi sebelumnya meneliti interaksi antara perawat dam keluarga dari segi informasi. Misalnya perawatan psikiatrik yang diyakini penting untuk mendengarkan dan mengambil informasi (Sjblom et al., 2005). Beberapa pandangan perawat bahwa anggota keluarga merupakan sumber informasi utama terkait kondisi pasien dan situasi keluarga dan oleh karena itu interkasi dengan keluarga, mengakibatkan mereka harus membangun informasi yang diterima (stedt-Kurki et al., 2001a, 2001b; Herttzberg et al, 2003). Meskipun mengakui bahwa keluarga membutuhkan informasi tentang orang-orang sakit yang mereka cintai, perawat dapat memegang sikap bahwa itu bukan tanggung jawab mereka untuk menyediakan Informasi (Hallgrimsdottir, 2000). Menurut stedt-Kurki et al. (2001b), perawat melaporkan beberapa faktor yang mempengaruhi interaksi mereka dengan keluarga, misalnya, rasa malu terhadap situasi keluarga mereka, mereka menganggap situasi kerja memicu stress dan mere yakin bahwa keluarga memiliki pengaruh negative terhadap pekerjaan mereka. Dari penelitaon Soderstrom, Saveman, dan Benzein (2006), menemukan bahwa interaksi perawat keluarga yang rumit sebagai pember pesan ganda kepada keluarga, misalnya secara eksplisit, mereka melaporkan bahwa keluarga bisa mengajukan pertanyaan, namun secara implisit hanya pertanyaan yang dianggap relevan oleh perawat yang sah. Interaksi dengan keluarga yang diperkecil ketika perawat
2008 SAGE Publications. 10.1177/1074840708317058 http://jfn.sagepub.com

Journal of Family Nursing Volume 14 No.2 May 2008 162-180

menghapakan anggota keluarga untuk berinisiatif kontak dengan perawat (stedt-Kurki et al, 2001a, 2001b). Hasil penelitian sebelumnya memberikan gambaran ambigu mengenai sikap perawat tentang pentingnya melibatkan keluarga dalam asuhan keperawatan.Hasil menunjukkan bahwa perawat memegang sikap mendukung dan kurang mendukung tentang keluarga, dan temuan ini terbatas pada konteks pelayanan kesehatan tertentu. Oleh karena itu, pemahaman yang lebih komprehensif berdasarkan besar dan lebih sampel heterogen perawat terdaftar (RNS) diperlukan untuk memperluas pengetahuan tentang sikap perawat tentang keluarga.Tujuan dari survei adalah untuk menyelidiki sikap RNS tentang pentingnya melibatkan keluarga dalam asuhan keperawatan. Metode Sampel dan Prosedur Seribu RNs Swedia yang dipilih secara acak dari seoarang register yang merupakan anggota keluarga Persatuan Perawat Kesehatan Profesional di Swedia (SAHP), dimana sekitar 90% dari semua RNs swedia adalah anggota. Semua RSs memiliki setidaknya 3 tahun pendidikan keperawatan, dan lulus RNs di 20 tahun terakhir, memiliki sekitar 4 tahun pendidikan perguruan tinggi, termasuk pelatihan khusus, misalnya, pediatric atau pelayanan intensif. Kriteria inklusi adalah RNs yang saat ini bekerja sebagai perawat pada pasien perawatan. Dari sampel yang telagh diacak, 21 RNs dikesampingkan kareena mereka tidak memenuhi kriteria inklusi, meninggalkan sampel target 979 RNs. Kecepatan respon adalah 65 % dan termasuk RNs Swedia dan termasuk 634 RNs Swedia. Total dropout internaul untuk 26 item adalah <1 % dan bervariasi antara 0 % dan 3,5 % per item. Variabel Usia, jenis kelamin, dan tahun lulus responden dibandingkan dengan total sampel nasional RNs Swedia (yang menjdai anggota SAHP tersebut) dan digabungkan. Orang-orang dari SAHP dikirmkan kuesioner kertas dan pensil untuk sampel RNs anatar bulan Mei sampai Agustus 2004. Surat Keterangan dan stempel, alamat pengembalian amplop ke SAHP yang bersifat tertutup. Sampel RNs diminta untuk mengisi kuesioner dari sudut pandang professional mereka sebagai RNS. Mereka dinyatakan bahwa keluarga jangka pendek, termasuk anggota keluarga, teman, tetangga, atau orang laij yang signifikan. Mereka diberi tahu bawhwa partisipasi bersifat suka rela dan anonim. Kedua tindak lanjut , dikirim pengingat untuk penelitian. Mereka diberitahu bahwa perlu peninjau etik karena resiko atau tidak ke RNs dan mereka bisa menolak untuk berpartisipasi dan hanye menanggapi survey.

2008 SAGE Publications. 10.1177/1074840708317058 http://jfn.sagepub.com

Journal of Family Nursing Volume 14 No.2 May 2008 162-180

Instrumen Informasi data demografik berdasarkan jenis kelamin dan tipe tipe pelayanan kesehatan, seperti pelayanan rumah sakit, pelayanan kesehatan primer (pelayanan perawatan rawat jalan termasuk perawatan rumah), pelayanan komunitas, atau struktur pelayanan kesehatan lain. Bertambahnya jumlah informasi data demografik termasuk bagaimana RNs melanjutkan intervensinya sendiri dengan penyakit serius pada anggota keluarga dan bagaimana tindakan pelayanan secara umum pada keluarga di tempat kerja. Dari pernyataan yang tidak diketaahui, bagaimana struktur pelayanan kesehatan dengan RNs mengadopsi pilosofi terakit pelayanan kesehatan di rumah. Instruen Pentingnya Keluarga dalam Asuhan Keperawatan-Sikap Perawat (FINC-NA) digunakan dalam survey dan test psikometriacally oleh Benzein dan Colleagues (2008). Instrumen dimaksudkan untuk mengetahui sikap perawat tentang bagaimana peran keterlibatan keluarga dalam asuhan keperawatan dan konsep dari penelitian studi literature yang komprehnsif untuk melihat kembali bagaimana sikap perawat tentang keluarga (Steiner & Norman, 2003). FINC-NA terdiri dari 26 item, dan respon alternative terhadap 4 point berdasarkan skala Likert (Sangat setuju, Setuju, Tidak setuju, sangat tidak setuju). Point dari 1 sampai 4 setiap item dan skor dari 26 sampai 104 untuk semua instrument; semakin tinggi skor yang lebih mendukung terkait sikap perawat terhadap keluarga. Selain skala total, analisis komponen mengungkapkan empat faktor, yang juga dapat dihitung sebagai bagian tolak ukur: keluarga sebagai sumber daya dalam asuhan keperawatan (Fam-RNC), mengandung 10 item dan dengan rentang skor kemungkinan 1-40, Keluarga sebagaio Mitra (Fam-CP), berisi 8 item dan dengan rentang skor yang mungkin 1-32, keluarga sebagai beban (Fam-B), yang mengandung emapt item terbalik sebelum analisa dan dengan rentang skor 1-16, dan terakhir, keluargaa sebagai sumberdaya (Fam-OR) yang mengandung empat item dengan rentang skor 1-16. The cut-off untuk skor rendah pada semua skala setaradengan kuartil pertama dan sesuai dengan sikap kurang mendukung. Untuk Penelitianini, konsistensi internal diperkirakan dengan alpha Cronbach adalah 0,88 Untuk total skala dan untuk Fam-RNC 0,81, Fam-CP 0,79, Fam-B 0,69, dan untuk Fam-OR 0.70. Survei ini didasarkan pada data yang sama yang digunakan untuk mengembangkan dan menguji FINC-NA (Benzein et al., 2008).

Analisis Deskriptif statistik karakteristik demografis untuk total sampel dihitung, dan chi-square test digunakan untuk membandingkan perbedaan dalam subkelompok. Nilai dari skala FINC-NA total dan subscales diperlakukan sebagai data ordinal. Nilai-nilai yang hilang dalam instrumen tersebut diganti dengan imputasi item nilai mean (Downey & Raja, 1998). Nonparametrik
2008 SAGE Publications. 10.1177/1074840708317058 http://jfn.sagepub.com

Journal of Family Nursing Volume 14 No.2 May 2008 162-180

statistik digunakan untuk menguji perbedaan sikap antara sub-kelompok. Dua perbandingan kelompok dianalisis dengan Mann-Whitney U test. Kruskal-Wallis test digunakan untuk menganalisis perbedaan antara empat kelompok, dan MannWhitney U uji digunakan sebagai uji post hoc. Untuk mengurangi risiko signifikansi massa, metode Bonferroni dengan nilai p berkurang digunakan dalam post hoc analisis (Altman, 1991). Beberapa analisis regresi logistik (backward stepwise) digunakan untuk menyelidiki variabel yang terkait dengan sikap yang kurang mendukung terhadap pentingnya keluarga dalam asuhan keperawatan. The FINC-NA skala yang digunakan sebagai variabel dependen. Untuk mengidentifikasi responden dengan skor rendah (kurang Sikap mendukung), kuartil pertama digunakan sebagai cut-off ( 81). Responden dengan skor rendah diberi kode 1 dan lainnya diberi kode 0. Variabel yang dimasukkan dalam model regresi adalah jenis kelamin (laki-laki / perempuan), memiliki pribadi yang sebelumnya pengalaman dengan penyakit serius dalam anggota keluarga (ya / tidak), tahun sejak kelulusan ( 5 / 6 tahun), pendekatan umum untuk perawatan keluarga di tempat kerja (Ya / tidak), dan perawatan organisasi (rumah sakit perawatan / kesehatan primer / komunitas perawatan / lainnya). Organisasi perawatan diubah untuk variabel dummy dan masuk dalam analisis regresi dengan perawatan di rumah sakit sebagai rujukan. Nagelkerke R2 digunakan untuk memperkirakan tingkat kontribusi independen variabelables ke variabilitas dari variabel dependen. Hosmer-Lemeshow kebaikan-of-fit digunakan untuk menilai kesesuaian antara model dan data. Residu yang terdistribusi normal dan tidak ada kasus menunjukkan Cook jarak 1 (Field, 2005; rambut, Anderson, Tatham, & Black, 1998). Konsistensi internal diperkirakan dengan Cronbach alpha (Cronbach, 1951). Tingkat signifikansi keseluruhan ditetapkan pada p <0,05. Sebuah signifikansi berkurang tingkat adalahdigunakan dalam analisis post hoc sebagai hasil dari Bonferroni penyesuaian. Semuaanalisis statistik dilakukan dengan menggunakan statistik Paket untuk versi Ilmu Sosial (SPSS)12.0.1 untuk Windows (SPSSInc,Chicago,IL).

Hasil Dalam hal ini sampel dari 634 Swedia RNS, usia berkisar 23-66 tahun (Rata-rata, m = 45,2, SD = 10,7), 594 adalah perempuan dan 40 laki-laki. Rata-rata tahun sejak lulus adalah 17 (SD = 11,5), dan 76% (n = 482) melaporkan bahwa mereka memiliki pengalaman pribadi sebelumnya dengan keluarga sakit parah anggota yang membutuhkan perawatan. The RNS bekerja di rumah sakit perawatan (66%), primer kesehatan (18%), komunitas perawatan (13%), dan pengaturan lainnya (3%). Lebih dari setengah RNS (57%, n = 358) melaporkan bahwa mereka memiliki pendekatan umum untuk mengurus keluarga di tempat kerja mereka. Para pribadi dan organisasi karakteristik demografi responden yang diilustrasikan pada Tabel 1.

2008 SAGE Publications. 10.1177/1074840708317058 http://jfn.sagepub.com

Journal of Family Nursing Volume 14 No.2 May 2008 162-180

Skor rata-rata dari total skala FINC-NA sebanyak 88 (q1= 81; q3= 94) menunjukkan bahwa Swedia RNS memiliki sikap mendukung tentang pentingnya keluarga dalam asuhan keperawatan . Skor median untuk Keluarga subskala sebagai sumber daya dalam asuhan keperawatan, item termasuk seperti "Sebuah hubungan yang baik dengan anggota keluarga memberi saya kepuasan kerja "dan" Saya mendapatkan banyak pengetahuan berharga dari keluarga yang bisa saya gunakan dalam pekerjaan saya "adalah 36 (q 1=33;q=38).RNS laki-aki, RNS kerja di rumah sakit dan RNS dengan ada pendekatan umum untuk keluarga pada mereka tempat kerja memiliki skor lebih rendah secara signifikan, yaitu, sesuai dengan yang kurang mendukung sikap ketika dibandingkan dengan orang lain dalam subkelompok (Tabel 2). Skor median untuk Keluarga subskala sebagai sumber daya sendiri, termasuk item seperti "Saya mendorong keluarga untuk menggunakan sumber daya mereka sendiri sehingga mereka memiliki kemungkinan yang optimal untuk mengatasi situasi sendiri "dan" saya mempertimbangkan anggota keluarga sebagai rekan kerja sama "adalah 13 (q= 15). Baru lulus RNS, RNS bekerja dalam perawatan rumah sakit, dan RNS tanpa Pendekatan umum untuk keluarga di tempat kerja mereka telah secara signifikan lebih rendah skor, yaitu, sesuai dengan sikap kurang mendukung bila dibandingkan kepada orang lain dalam subkelompok (Tabel 2).

2008 SAGE Publications. 10.1177/1074840708317058 http://jfn.sagepub.com

Journal of Family Nursing Volume 14 No.2 May 2008 162-180

Analisis regresi logistik, sikap kurang mendukung terhadap keluarga sebagai sumber daya dalam asuhan keperawatan dan keluarga sebagai lawan bicara diperkirakan dengan menjadi RN laki-laki, yang baru lulus, dan tidak memiliki umum pendekatan Untuk keluarga di tempat kerja mereka. Dukungan untuk sikap yang keluarga adalah beban diperkirakan dengan menjadi lulusan baru RNdan tidak memiliki Pendekatan umum untuk keluarga di tempat kerja memprediksi kurang mendukung sikap terhadap pentingnya keluarga dalam asuhan keperawatan (Tabel 3).

2008 SAGE Publications. 10.1177/1074840708317058 http://jfn.sagepub.com

Journal of Family Nursing Volume 14 No.2 May 2008 162-180

Pembahasan Sikap mendukung tentang pentingnya melibatkan keluarga dalam asuhan keperawatan adalah dipegang oleh mayoritas perawat Swedia dalam ini penelitian. Sikap merupakan salah satu prasyarat penting untuk melibatkan keluarga dalam asuhan keperawatan. Sikap seperti mungkin mendorong memfasilitasi keyakinan tentang keluarga (Wright et al., 1996) dan meningkatkan interaksi antara perawat dan keluarga (Soderstrom et al, 2003.). Jika perawat percaya anggota keluarga adalah penting dan bahwa hubungan yang baik dengan keluarga adalah diperlukan untuk memberikan asuhan keperawatan yang baik, perawat mungkin lebih cenderung memulai interaksi dengan keluarga yang mengundang (Soderstrom et al., 2003). Meskipun sikap mendukung keseluruhan dipegang oleh perawat Swedia tentang pentingnya keluarga dalam
2008 SAGE Publications. 10.1177/1074840708317058 http://jfn.sagepub.com

Journal of Family Nursing Volume 14 No.2 May 2008 162-180

asuhan keperawatan, ada hasil yang menarik ditemukan antara sub-kelompok dari sampel pada subskala instrumen. Melihat keluarga sebagai sumber daya dalam asuhan keperawatan dan sebagai sumber daya mereka sendiri berarti menghargai kehadiran keluarga dalam asuhan keperawatan, mengundang mereka untuk ambil bagian dalam perawatan anggota keluarga mereka, menciptakan keluarga yang baik-perawat hubungan, dan mempertimbangkan anggota keluarga yang bekerja sama / kolaborasi mitra. Ketika membandingkan RNS di rumah sakit dan pelayanan kesehatan dasar, rumah sakit perawat memiliki sikap kurang mendukung terhadap keluarga melihat sebagai sumber daya dalam asuhan keperawatan dan keluarga melihat sebagai sumber daya mereka sendiri. Temuan yang berbeda dengan penelitian yang menemukan bahwa perawat rumah sakit terus mendukung sikap terhadap keluarga (stedt-Kurki et al., 2001b; Berter, 2002; Evans, 2002). Sikap kurang mendukung antara RNS dalam perawatan rumah sakit dibandingkan dengan RNS dalam perawatan kesehatan primer mungkin berhubungan dengan kepercayaan perawat rumah sakit bahwa interaksi dengan keluarga terbatas pada penyebaran Informasi saja (stedt-Kurki et al., 2001a). Penelitian lain menunjukkan bahwa perawat dalam perawatan rumah sakit tidak menganggap keluarga sebagai sumber daya, seperti akses kepada pasien dibatasi (Clarke, 2000) dan keluarga tidak diundang untukberpartisipasi dalam perawatan pasien (Soderstrom et al., 2003). Ini mungkin berkaitan dengan situasi kerja menuntut untuk perawat rumah sakit juga dilaporkan dalam penelitian lain (Demir, Ulusoy, & Ulusoy, 2003; Kelly, 1996, 1998).Ketika tuntutan yang tinggi, para perawat rumah sakit perlu memprioritaskan kerja mereka tugas, dan mereka dapat memberikan perawatan pasien prioritas yang lebih tinggi selama merawat keluarga. Sikap suportif terhadap melihat keluarga sebagai sumber daya antar perawat dalam perawatan kesehatan primer mungkin terkait dengan bahwa mereka sering mengunjungi keluarga di mereka rumah dan dengan demikian memiliki kemungkinan yang jelas untuk menciptakan hubungan yang baik dengan keluarga dan melihat mereka sebagai mitra coworking / kolaboratif (Benzeinet al, 2004.). Feeley dan Gottlieb (2000) berpendapat bahwa bekerja dalam kemitraan dengan keluarga sering bergandengan tangan dengan kepercayaan mengakui keluarga sebagai sumber daya. Sebuah hubungan kolaboratif dengan keluarga ditandai oleh hubungan timbal balik nonhierarchical, melihat keluarga sebagai ahli dan menghargai kekuatan dan sumber daya (Leahey & Harper-Jaques,1996, Wright et al, 1996). Melihat keluarga sebagai lawan bicara berarti dapat diskusi dengan keluarga tentang, misalnya, struktur keluarga dan perencanaan perawatan. RNS, yang melaporkan memiliki pengalaman sebelumnya dengan anggota keluarga sakit parah yang membutuhkan perawatan, memiliki sikap yang lebih suportif terhadap keluarga sebagai percakapan mitra daripada mereka yang tidak seperti pengalaman. Komunikasi yang baik antara RNS dan keluarga anggota mungkin lebih mudah untuk mengakui jika seseorang memiliki dihadapi penyakit serius dalam waktu satu sendiri keluarga.Memiliki sebelumnya penyakit pengalaman dalam keluarga tampaknya memiliki mempengaruhi RNS dalam survei ini untuk menahan sebuah mendukung sikap. Ini tidak mengejutkan karena pengalaman pribadi mungkin juga mempengaruhi salah satu yang profesional sikap. Dalam sebuah penelitian yang didasarkan pada wawancara dengan RN siswa, mereka sangat dipengaruhi oleh pengalaman pribadi mereka ketika menjelajahi keyakinan mereka tentang keluarga dalam asuhan keperawatan (Saveman, Mhlen, & Benzein, 2005). Ini
2008 SAGE Publications. 10.1177/1074840708317058 http://jfn.sagepub.com

Journal of Family Nursing Volume 14 No.2 May 2008 162-180

adalah tugas untuk penelitian masa depan sebagai sedikit yang diketahui tentang bagaimana pengalaman kehidupan pribadi mempengaruhi sikap perawat terhadap keluarga. Melihat keluarga sebagai beban berarti tidak memiliki waktu untuk mengurus keluarga, serta melihat mereka seolah tidak diinginkan. Sikap ini lebih umum di antara RNS baru lulus dan mereka yang melaporkan bahwa mereka tidak memiliki pendekatan umum untuk mengurus keluarga di tempat kerja mereka. Sikap-sikap mirip dengan menghambat kepercayaan diidentifikasi oleh Wright et al. (1996). Ini keyakinan tampaknya menghambat kemampuan perawat untuk mengakui keberadaan keluarga. Sebuah keyakinan menghambat familiar di kalangan perawat adalah bahwa mereka adalah "terlalu sibuk "memberikan perawatan kepada pasien individu dan tidak memiliki cukup waktu untuk mengakui keluarga atau menghabiskan waktu untuk merawat keluarga (Hallgrimsdottir, 2000; Hertzberg et al, 2003;. O'Malley et al, 1984;. Wright & Leahey, 1999, Wright et al, 1996).. Kami setuju, bagaimanapun, dengan Wright dan Leahey (1999, 2005), yang mengusulkan bahwa ketika kebutuhan keluarga 'ditangani dan penderitaan mereka diakui, waktu untuk perawatan pasien sebenarnya dimaksimalkan dan lebih efisien. Analisis regresi logistik menunjukkan bahwa menjadi RN laki-laki, menjadi baru lulus RN, dan tidak memiliki pendekatan umum untuk keluarga diprediksi sikap kurang mendukung tentang pentingnya keluarga dalam asuhan keperawatan. Di sisi lain meramalkan sikap keseluruhan kurang mendukung, menjadi RN laki-laki memprediksi sikap kurang mendukung terhadap keluarga sebagai sumber daya dalam keperawatan perawatan dan mitra sebagai percakapan. Temuan ini mirip dengan penelitian oleh stedt-Kurki et al. (2001a), yang menemukan bahwa staf perempuan lebih baik dari staf laki-laki untuk menilai mengetahui keluarga pasien sama pentingnya. Lebih Penelitian diperlukan untuk menyelidiki mengapa ada perbedaan gender. Menjadi RN yang baru lulus diprediksi sikap kurang mendukung pada semua sisi, kecuali untuk melihat keluarga sebagai beban. Hal ini mungkin menunjukkan bahwa baru lulus RNS lebih fokus pada pasien individu daripada pada keluarga. Hal ini tampaknya menjadi pandangan umum yang diselenggarakan oleh perawat, yang menyatakan bahwa perawatan pasien adalah tugas utama untuk perawat (stedt-Kurki et al, 2001a, 2001b.; Hallgrimsdottir, 2000; Ryan & Scullion, 2000) dan bahwa teknis dan taskoriented perawatan harus menjadi prioritas tertinggi (Henderson, 2002; Macleod Clark, Maben, & Jones, 1997). RNS baru lulus sering khawatir tentang kompetensi dan keterampilan mereka sendiri dalam berhubungan dengan pasien, anggota keluarga, dan anggota staf lainnya. Sebagian besar keterampilan pertunangan mereka menyangkut peran mereka sebagai perawat kepada pasien dan setelah beberapa tahun praktek keperawatan mereka mampu merangkul lebih dari sekedar perawatan pasien (Benner, 1984), dan termasuk anggota keluarga sebagai unit pelayanan. Yang baru lulus RNS telah menjadi perawat 5 tahun dan dapat dibandingkan dengan perbedaan ditawarkan oleh Benner (1984) dan Benner, Tanner, dan Chesla (1996) antara pemula, pemula lanjut, dan perawat yang kompeten. Novice perawat tidak hanya berorientasi pada tugas, tetapi mereka juga mampu menafsirkan dan mengatasi berbagai situasi, masih berorientasi pada tugas dan mengandalkan pedoman. Sebaliknya, perawat ahli intuitif dapat memahami setiap situasi, mengidentifikasi relevan perubahan, dan juga memodifikasi nya atau perspektif nya situasi. Keterampilan dicirikan oleh peningkatan kemampuan untuk memahami pola yang lebih holistik (Benner, 1984;. Benner et al, 1996). Dalam studi ini, RNS yang lulus 6 tahun
2008 SAGE Publications. 10.1177/1074840708317058 http://jfn.sagepub.com

Journal of Family Nursing Volume 14 No.2 May 2008 162-180

lalu, yang mungkin dicap sebagai perawat lebih mahir dan ahli, mengadakan lebih mendukung sikap terhadap keluarga daripada perawat yang baru lulus. Setelah ada pendekatan umum untuk perawatan keluarga di tempat kerja memprediksi sikap kurang mendukung pada semua skala, kecuali keluarga melihat sebagai beban. Setelah konsensus di antara staf di tempat kerja tentang cara merawat keluarga telah ditemukan untuk meningkatkan kemungkinan untuk menerapkan perawatan yang berkualitas tinggi keperawatan (Lvgren, Astrom, & Engstrm, 2001). Meskipun sedikit yang diketahui tentang filosofi konteks organisasi pekerjaan dari perawat dalam penelitian ini, kita asumsikan bahwa RNS yang melaporkan mereka memiliki pendekatan semacam itu untuk keperawatan keluarga dan telah dibahas dan setujui melalui perawatan yang baik dari keluarga. Mungkin memiliki masalah keluarga,yang menganggap keluarga adalah beban menurut filosofi RNs. Penelitian ini unik dalam desain, karena kami telah menemukan ada penelitian lain menggunakan sampel acak dari RNS dan instrumen generik untuk mengukur 'RNS sikap terhadap pentingnya keluarga dalam asuhan keperawatan. Tingkat respon adalah 65%, dan sebagai usia, jenis kelamin, dan tahun sejak lulus dari sampel melakukan tidak berbeda dari total penduduk Swedia RNS, responden yang dianggap sebagai wakil dari Swedia RNS. Apakah hasil ini survei dapat digeneralisasi untuk RNS di negara lain harus diselidiki. Salah satu batasan dengan FINC-NA adalah bahwa semua skala memiliki distribusi yang yang negatif miring. Hal ini dapat dipahami dari perspektif yang berbeda menurut Streiner dan Norman (2003). Satu penjelasan adalah bahwa nonrespondents mungkin mewakili RNS dengan kurang mendukung sikap terhadap keluarga penting dalam asuhan keperawatan. Penjelasan lain yang mungkin adalah bahwa RNS ingin memberikan jawaban yang baik, diharapkan, dan ideal, yaitu, untuk menyajikan yang menguntungkan tentang gambar dari diri mereka sendiri. Ini bias keinginan sosial bisa memiliki telah dikendalikan oleh, misalnya, mengasah kehalusan pertanyaan (Polit & Beck, 2004). Dalam penggunaan masa depan FINC-NA, Skala Marlow-Crown yang terkait denga keinginan sosial (Crowne & Marlowe, 1964) dapat diberikan untuk menilai apakah FINCNA skor yang dikacaukan oleh kecenderungan responden untuk merespon dengan cara yang diinginkan. Namun, apapun alasannya, miring timbangan dengan langit-langit tinggi atau efek lantai mengalami kesulitan membedakanantara kelompok-kelompok yang berbeda dan karena itu kurangnya di kedua sensibilitas dan responsif (Fayers & Machin,2000). Dalam beberapa tahun terakhir, telah terjadi diskusi dalam masyarakat Swedia antara peneliti perawat tentang peran keluarga anggota dalam berbagai kesehatan organisasi (Benzein & Saveman, 2004;stlinder, 2004). Diskusi ini mungkin juga mempengaruhi 'RNS mendukung Sikap yang ditampilkan dalam penelitian ini. Distribusi jawaban dari skala total serta subskala adalah sangat negatif miring, analisis regresi logistik dilakukan bukan analisis regresi linier berganda. Penggunaan kuartil pertama untuk mengidentifikasi RNS dengan skor rendah terhadap pentingnya keluarga dalam asuhan keperawatan agak bermasalah, karena mayoritas RNS memiliki sangat tinggi skor. Dengan demikian, harus diingat bahwa meskipun RNS dikategorikan memiliki skor rendah juga sebenarnya memiliki sikap mendukung, meskipun tidak tingkat yang sama seperti RNS lainnya.

2008 SAGE Publications. 10.1177/1074840708317058 http://jfn.sagepub.com

Journal of Family Nursing Volume 14 No.2 May 2008 162-180

Kesimpulan Hasil dari survei ini menunjukkan bahwa Swedia RNS memiliki sikap mendukung tentang pentingnya melibatkan keluarga dalam asuhan keperawatan. Mudah-mudahan, jika perawat memegang dukungan sikap terhadap keluarga yang akan diundang untuk bekerja sama / berkolaborasi/mitra dalam asuhan keperawatan. Jika perawat dan keluarga bekerja dalam kemitraan, kepuasan dalam hasil perawatan kemungkinan akan meningkat. Pengalaman RNS perlu didorong untuk membimbing dan mendukung RNS baru lulus, untuk meningkatkan sikap mendukung mereka terhadap keluarga. Sebuah model mendukung pengawasan didasarkan pada refleksi tentang pengiriman keluarga-terfokus perawatan mungkin menantang keyakinan perawat pemula 'menghambat tentang keluarga. Pendidikan keperawatan sarjana perlu untuk memperkenalkan siswa awal mereka belajar perspektif keluarga-terfokus yang dapat memandu praktek klinis dari perawat pemula. Karena tampaknya ada hubungan antara memiliki umum pendekatan untuk keluarga di tempat kerja dan memiliki sikap yang mendukung menuju keluarga, ada kebutuhan untuk lebih mengembangkan filosofi keperawatan untuk menyediakan bimbingan tentang bagaimana dan sejauh mana keluarga harus terlibat dalam asuhan keperawatan. Kita membantah bahwa pergeseran paradigma diperlukan dalam semua konteks perawatan dengan fokus pada membangun nonhierarchical, kolaboratif hubungan dengan keluarga di mana keluarga dianggap ahli dari Situasi hidup dengan penyakit.

2008 SAGE Publications. 10.1177/1074840708317058 http://jfn.sagepub.com

Anda mungkin juga menyukai