Anda di halaman 1dari 10

Teknik Las Listrik dan Rangkaian Las Listrik

Posted on March 21, 2010 by admin| 1 Comment Iseng pagi-pagi nyari artikel cara membuat rangkaian las listrik, ternyata yang ketemu adalah teknik las listrik. Namun tidak ada salahnya jika saya posting disini dan memberi tahu anda semua tentang teknik las listrik ini kan! Mari kita simak Teknik Pengelasan (welding) Bag. 1 Pengelasan (welding) adalah salah satu teknik penyambungan logam dengan cara mencairkan sebagian logam induk dan logam pengisi dengan atau tanpa tekanan dan dengan atau tanpa logam penambah dan menghasilkan sambungan yang kontinyu. Lingkup penggunaan teknik pengelasan dalam kontruksi sangat luas, meliputi perkapalan, jembatan, rangka baja, bejana tekan, pipa pesat, pipa saluran dan sebagainya. Disamping untuk pembuatan, proses las dapat juga dipergunakan untuk reparasi misalnya untuk mengisi nlubang-lubang pada coran. Membuat lapisan las pada perkakas mempertebal bagian-bagian yang sudah aus, dan macam macam reparasi lainnya. Pengelasan bukan tujuan utama dari kontruksi, tetapi hanya merupakan sarana untuk mencapai ekonomi pembuatan yang lebih baik. Karena itu rancangan las dan cara pengelasan harus betul-betul memperhatikan dan memperlihatkan kesesuaian antara sifat-sifat lasdengan kegunaan kontruksi serta kegunaan disekitarnya. Prosedur pengelasan kelihatannya sangat sederhana, tetapi sebenarnya didalamnya banyak masalah-masalah yang harus diatasi dimana pemecahannya memerlukan bermacam-macam penngetahuan. Karena itu didalam pengelasan, penngetahuan harus turut serta mendampingi praktek, secara lebih bterperinci dapat dikatakan bahwa perancangan kontruksi bangunan dan mesin dengan sambungan las, harus direncanakan pula tentang cara-cara pengelasan. Cara ini pemeriksaan, bahan las, dan jenis las yang akan digunakan, berdasarkan fungsi dari bagian-bagian bangunan atau mesin yang dirancang. Berdasarkan definisi dari DIN (Deutch Industrie Normen) las adalah ikatan metalurgi pada sambungan logam paduan yang dilaksanakan dalam keadaan lumer atau cair. Dari definisi tersebut dapat dijabarkan lebih lanjut bahwa las adalah sambungan setempat dari beberapa batang logam dengan menggunakan energi panas. Pada waktu ini telah dipergunakan lebih dari 40 jenis pengelasan termasuk pengelasan yang dilaksanakan dengan cara menekan dua logam yang disambung sehingga terjadi ikatan antara atom-atom molekul dari logam yang disambungkan.klasifikasi dari cara-cara pengelasan ini akan diterangkan lebih lanjut. Pada waktu ini pengelasan dan pemotongan merupakan pengelasan pengerjaan yang amat penting dalam teknologi produksi dengan bahan baku logam. Dari pertama perkembangannya sangat pesat telah banyak teknologi baru yang ditemukan. Sehingga boleh dikatakan hamper tidak ada logam yang dapat dipotong dan di las dengan cara-cara yang ada pada waktu ini. Dalam bab ini akan diterangkan beberapa cara penngelasan dan pemotongan yang telah banyak digunakan sedangkan penerapannya dalam praktek akan diterangkan dalam bab-bab yang lain. KLASIFIKASI CARA-CARA PENGELASAN DAN PEMOTONGAN Sampai pada waktu ini banyak sekali cara-cara pengklasifikasian yang digunakan dalam bidang las, ini disebabkan karena perlu adanya kesepakatan dalam hal-hal tersebut. Secara konvensional

cara-cara pengklasifikasi tersebut vpada waktu ini dapat dibagi dua golongan, yaitu klasifikasi berdasarkan kerja dan klasifikasi berdasarkan energi yang digunakan. Klasifikasi pertama membagi las dalam kelompok las cair, las tekan, las patri dan lain-lainnya. Sedangkan klasifikasi yang kedua membedakan adanya kelompok-kelompok seperti las listrik, las kimia, las mekanik dan seterusnya. Bila diadakan pengklasifikasian yang lebih terperinci lagi, maka kedua klasifikasi tersebut diatas dibaur dan akan terbentuk kelompok-kelompok yang banyak sekali. Diantara kedua cara klasifikasi tersebut diatas kelihatannya klasifikasi cara kerja lebih banyak digunakan karena itu pengklasifikasian yang diterangkan dalam bab ini juga berdasarkan cara kerja. Berdasrkan klasifikasi ini pengelasan dapat dibagi dalam tiga kelas utama yaitu : pengelasan cair, pengelasan tekan dan pematrian. 1. Pengelasan cair adalah cara pengelasan dimana sambungan dipanaskan sampai mencair dengan sumber panas dari busur listrik atau sumber api gas yang terbakar. 2. pengelasan tekan adalah pcara pengelasan dimana sambungan dipanaskan dan kemudian ditekan hingga menjadi satu. 3. pematrian adalah cara pengelasan diman sambungan diikat dan disatukan denngan menggunakan paduan logam yang mempunyai titik cair rendah. Dalam hal ini logam induk tidak turut mencair. Pemotongan yang dibahas dalam buku ini adalah cara memotong logam yang didasarkan atas mencairkan logam yang dipotong. Cara yang banyak digunakan dalam pengelasan adalah pemotongan dengan gas oksigen dan pemotongan dengan busur listrik. Pengelasan yang paling banyak ndigunakan pada waktu ini adalah pengelasan cair dengan busur gas. Karena itu kedua cara tersebut yaitu las busur listrik dan las gas akan dibahas secara terpisah. Sedangkan cara-cara penngelasan yang lain akan dikelompokkan dalam satu pokok bahasan. Pemotongan, karena merupakan masalah tersendiri maka pembahasannya juga dilakukan secara terpisah. A. LAS BUSUR LISTRIK Las busur listrik atau pada umumnya disebut las listrik termasuk suatu proses penyambungan logam dengan menggunakan tenaga listrik sebagai sumber panas. Jadi surnber panas pada las listrik ditimbulkan oleh busur api arus listrik, antara elektroda las dan benda kerja. Benda kerja merupakan bagian dari rangkaian aliran arus listrik las. Elektroda mencair bersama-sama dengan benda kerja akibat dari busur api arus listriik. Gerakan busur api diatur sedemikian rupa, sehingga benda kerja dan elektroda yang mencair, setelah dingin dapat menjadi satu bagian yang sukar dipisahkan. Jenis sambungan dengan las listrik ini merupakan sambungan tetap. Penggolongan macam proses las listrik antara lain, ialah : 1. Las listrik dengan Elektroda Karbon, misalnya : aLas listrik dengan elektroda karbon tunggal bLas listrik dengan elektroda karbon ganda. Pad alas listrik dengan elektroda karbon, maka busur listrik yang terjadi diantara ujung elektroda karbon dan logam atau diantara dua ujung elektroda karbon akan memanaskan dan mencairkan logam yang akan dilas. Sebagai bahan tambah dapat dipakai elektroda dengan fluksi atau elektroda yang berselaput fliksi. 1. Las Listrik dengan Elektroda Logam, misalnya : 1. Las listrik dengan elektroda berselaput, 2. Las listrik TIG (Tungsten Inert Gas), 3. Las listrik submerged.

a. Las listrik dengan elektroda berselaput Las listrik ini menggunakan elektroda berelaput sebagai bahan tambahan. Busur listrik yang terjadi di antara ujung elektroda dan bahan dasar akan mencairkan ujung elektroda dan sebagaian bahan dasar. Selaput elektroda yang turut terbakar akan mencair dan menghasilkan gas yang melindungi ujung elekroda kawah las, busur listrik terhadap pengaruh udara luar. Cairan selaput elektroda yang membeku akan memutupi permukaan las yang juga berfungsi sebagai pelindung terhadap pengaruh luar. Perbedaan suhu busur listrik tergantung pada tempat titik pengukuran, missal pada ujung elektroda bersuhu 3400 C, tetapi pada benda kerja dapat mencapai suhu 4000 C. a. Las Listrik TIG Las listrik TIG (Tungsten Inert Gas = Tungsten Gas Mulia) menggunakan elektroda wolfram yang bukan merupakan bahan tambah. Busur listrik yang terjadi antara ujung elektroda wolfram dan bahan dasar merupakan sumber panas, untuk pengelasan. Titik cair elektroda wolfram sedemikian tingginya sampai 3410 C, sehingga tidak ikut mencair pada saat terjadi busur listrik. Tangkai listrik dilengkapi dengan nosel keramik untuk penyembur gas pelindung yang melindungi daerah las dari luar pada saat pengelasan. Sebagian bahan tambah dipakai elektroda tampa selaput yang digerakkan dan didekatkan ke busur yang terjadi antara elektroda wolfram dengan bahan dasar. Sebagi gas pelindung dipakai argin, helium atau campuran dari kedua gas tersebut yang pemakainnya tergantung dari jenis logam yang akan dilas. Tangkai las TIG biasanya didinginkan dengn air yang bersirkulasi. Pembakar las TIG terdiri dari : Las listrik submerged yang umumnya otomatis atau semi otomatis menggunakan fluksi serbuk untuk pelindung dari pengaruh udara luar. Busur listrik di antara ujung elektroda dan bahan dasar di dalam timnunan fluksi sehingga tidak terjadi sinar las keluar seperti biasanya pada las listrik lainya. Operator las tidak perlu menggunakan kaca pelindung mata (helm las). Pada waktu pengelasan, fluksi serbuk akan mencir dan membeku dan menutup lapian las. Sebagian fluksi serbuk yang tidak mencair dapat dipakai lagi setelah dibersihkan dari terak-terak las. Elektora yang merupakan kawat tampa selaput berbentuk gulungan (roll) digerakan maju oleh pasangan roda gigi yang diputar oleh motor listrik ean dapat diatur kecepatannya sesuai dengan kebutuhan pengelasan. d. Las Listrik MIG Seperti halnya pad alas listrik TIG, pad alas listrik MIG juga panas ditimbulkan oleh busur listrik antara dua electron dan bahan dasar. Elektroda merupakan gulungan kawat yang berbentuk rol yang geraknya diatur oleh pasangan roda gigi yang digerakkan oleh motor listrik. Gerakan dapat diatur sesuai dengan keperluan. Tangkai las dilengkapi dengan nosel logam untuk menghubungkan gas pelindung yang dialirkan dari botol gas melalui slang gas. Gas yang dipakai adalah CO2 untuk pengelasan baja lunak dan baja. Argon atau campuran argon dan helium untuk pengelasan aluminium dan baja tahan karat. Proses pengelasan MIG ini dadpat

secara semi otomatik atau otomatik. Semi otomatik dimaksudkan pengelasan secara manual, sedangkan otomatik adalah pengelasan yang seluruhnya dilaksanakan secara otomatik. Elektroda keluar melalui tangkai bersama-sama dengan gas pelindung. B. Arus Listrik Pada arus ini, elektron-elektron bergerak sepanjang penghantar hanya dalam satu arah. Arah aliran arus bolak-balik merupakan gelombang sinusoide yang memotong garis nol pada interval waktu 1/ 100 detik untuk mesin dengan frekuensi 50 hertz (Hz). Tiap siklus gelombang terdiri dari setengah gelombang positif dan setenngah gelombang negative. Arus bolak-balik dapat diubah menjadi arus searah dengan menggunakan pengubah arus (rectifier/adaftor).

Mesin Las
*Mesin las ada dua macam, yaitu: 1. mesin las D.C (direct current mesin las arus searah) 2. mesin las A.C (alternating current mesin las arus bolak-balik) Pemasangan kabel skunder, pada mesin las D.C dapat diatur / dibuat menjadi DCSP atau DCRP. - bila kabel elektroda dihubungkan kekutub negative mesin, dan kabel masa dihubungkan kekutub positif maka disebut hubungan polaritas lurus (D.C.S.P) Pada hubungan D.C.S.P, panas yang timbul, sepertiga memanaskan elektroda dan dua pertiga memanaskan benda kerja. Berarti benda kerja menerima panas lebih banyak dari elektroda. - bila kabel elektroda dihubungkan kekutub positif mesin, dan kabel masa dihubungkan kekutub negative maka disebut hubungan polaritas terbaik (D.C.R.P) catatan: DCSP = direct current straight polarity DCRP = direct current revers polarity - pada hubungan D.C.R.P, panas yang timbul, dua pertiga memanaskan elektroda dan sepertiga memanaskan benda kerja. Berarti elektroda menerima panas yang lebih banyak dari benda kerja - kapan dipergunakan D.C.R.P, tersebut? Ini tergantung pada : - bahan benda kerja - posisi pengelasan - bahan dan salutan elektroda - penembusan yang diinginkan

Pada mesin las A.C, kabel masa dan kabel elektroda dapat dipertukarkan tanpa mempengaruhi perubahan panas yang timbul pada busur nyala. Keuntungan-keuntungan pada mesin D.C antara lain: - busur nyala stabil - dapat menggunakan elektroda bersalut dan tidak bersalut - dapat mengelas pelat tipis dalam hubungan DCRP - dapat dipakai untuk mengelas pada tempat-tempat yang lembab dan sempit Keuntungan-keuntungan pada mesin A.C, antara lain: - busur nyala kecil, sehingga memperkecil kemungkinan timbunya keropos pada rigi-rigi las - perlengkapan dan perawatan lebih murah Besar arus dalam pengelasan dapat diatur dengan alat penyetel, dengan jalan memutar handle menarik atau menekan, tergantung pada konstruksinya. Besar ampere yang dihasilkan mesin dapat dilihat pada skala ampere. A. Penyetelan Terutama untuk benda-benda yang besar, diperlukan perangkaian yang baik untuk mempermudah penyetelan kampuh. Selain itu kemungkinan perubahan bentuk yang terjadi akibat panas selama pengelasan berlangsung dapat dihindarkan / dikurangi. Untuk itu diperlukan terutama: - kelem C - pasak - baut - jembatan - rantai - dan sebagainya Dalam memanjang kampuh, benda kerja harus dibiarkan supaya dapat memuai dengan bebas. Untuk menyetel / mengepas dua ujung plat yang telah dirol, atau plat datar dipergunakan: - kelem C - rantai - pasak Untuk menyetel sambungan siku dipergunakan kelem siku dan pasak. Menyetel dengan memakai baut dan kelem datar. Cara menyetel jarak kampuh (kampuh V terbuka/ V tertutup) dengan memakai baut. Cara menyetel/meluruskan sambungan dengan memakai pasak. Untuk mengatasi pelentingan pelat. Untuk menarik benda kerja ke posisi yang diinginkan dengan memakai baut, sebelum maupun selama mengelas.

Cara menekan benda ke posisi yang diinginkan dengan memakai pasak, sebelum maupun selama mengelas. B. Mengatur Tegangan Pada mesin las modern, tegangan pengelasan dapat diatur sesuai dengan kebutuhan. Mesin las umumnya mempunyai tegangan 60 80 Volt sebelum terjadi busur nyala. Tegangan ini disebut tegangan terbuka atau tegangan atau tegangan pembakar. Bila busur nyala telah terjadi (sedang mengelas) maka tegangan turun menjadi 20 40 Volt. Ini dinamakan tegangan kerja. Tegangan kerja disesuikan dengan diameter elektroda. Untuk elektroda: 1,5 5,5 mm tegangan kerja 20 30 Volt. Untuk elektroda: 4,5 6,4 mm tegangan kerja 30 40 Volt. C. Mengatur Ampere Arus pengelasan ditentukan oleh: diameter elektroda, tebal bahan, jenis elektroda dan posisi pengelasan. Pengaturan arus dilakukan dengan memutar handel atau knop. Arus pengelasan yang dipakai dapat dilihat/ dibaca pada skala arus, yang terdapat pada mesin las. Perkiraan arus yang dipakai untuk mengelas, dapat dilihat pada table yang tertera pada setiap bungkus elektroda, misalnya sebagai berikut: diameter (mm) x panjang daerah polaritas arus elektroda (A) 2,6 x 350 45 95 Ac atau Dc D. Menebalkan Permukaan Menebalkan benda kerja yang telah aus (poros, bidang-bidang luncur dsb) dapat dilakukan dengan las. Dan untuk mencapai ukuran yang diperlukan, rigi-rigi las selanjutnya dikerjakan dengan menyekrap atau membubut. Untuk mencegah perubahan bentuk pada bidang datar, maka pengelasan dilakukan berurut dan bergantian pada kedua permukaannya. E. Posisi Posisi Pengelasan Posisi pengelasan ada empat macam: 1. posisi dibawah tangan (lihat w, h) 2. posisi mendatar / horizontal (lihat q) 3. posisi vertical (lihar s) 4. posisi diatas kepala (lihat u) F. Membuat Rigi Rigi sambungan terisi dengan rata, maka pada permukaan penyambungan diadakan pengayunan elektroda. Batas pemunduran elektroda dan kecepatan pengisian kawah normal. Batas pemunduran elektroda terlalu jauh, atau kecepatan pengisian terlalu lama, sehingga terjadi sambungan rigi-rigi yang tinggi.

Batas pemunduran elektroda terlalu pendek atau waktu pengisian terlalu singkat, sehingga terjadi sambungan rigi-rigi yang rendah. G. Menyambung Rigi Rigi Apabila elektroda habis sebelum sampai pada batas pengelasan, maka untuk menyambung kembali, diperlukan cara tertentu. Baik buruknya penyambungan tergantung pada: - kondisi kawah yang akan disambung - kecepatan penyambungan - batas mundur elektroda Sebelum penyambungan rigi-rigi dimulai bersihkan terak sepanjang kira-kira 15 mm (bila ujung kawah masih pijar, penyambungan dapat dilakukan tanpa pembuangan terak). Busur nyala dimulai 5 10 mm dari kanan kemudian elektroda digerakkan kekiri sampai mendekati rigi-rigi yang akan disambung. Kemudian teruskan pengelasan menurut arah yang diperlukan. H. Mematikan Busur Nyala Agar ujung akhir rigi-rigi las tidak keropos dan tidak terlalu rendah, maka untuk memutuskan atau melepaskan busur nyala dari benda kerja dibutuhkan cara : -cara a: elektroda diangkat, lalu sedikit diturunkan, baru diayun keluar. -cara b, elektroda diangkat sedikit lalu diturunkan kembali sambil dilepas dengan mengayunkan kekiri atas. -cara c, diperlihatkan cara pelepasan elektroda yang salah. I. Hasil Rigi Rigi Dengan melihat hasil rigi-rigi las dapat diketahui kesalahan-kesalahan pengelasan. a. besar arus, kecepatan gerak elektroda dan jarak busur nyala normal. b. besar arus, kecepatan gerak elektroda normal, tetapi jarak busur terlalu besar, sehingga terjadi sedikit percikan disekitar rigi-rigi. Selain itu penembusan dangkal. c. jarak busur nyala dan kecepatan elektroda normal, tetapi arus terlalu besar sehingga banyak terjadi percikan disepanjang rigi-rigi. Garis-garis rigi-rigi meruncing. d. kecepatan gerak elektroda normal, tetapi arus terlalu rendah sehingga rigi-rigi menjadi tinggi dan penembusan dangkal. Penyalaan elektroda sukar. e. besar arus, busur nyala normal tetapi kecepatan jalan elektroda terlalu lambat. Rigi-rigi tinggi dan lebar. f. besar arus, jarak busur nyala normal tetapi kecepatan jalan elektroda terlalu tinggi, sehingga bentuk permukaan rigi-rigi jelek. Penembusan juga dangkal J. Ayunan Elektroda Untuk mendapatkan rigi-rigi yang lebih besar dan memperdalam penembusan, perlu mengayun elektroda. lima macam ayunan. Pengayunan ini terutama penting dilakukan pada pengelasan kampuh V, X, U dan sebagainya. Cara 1 : tanpa ayunan, untuk pengelasan benda tipis. Cara 2, 3 : ayunan setengah lingkaran dan ayunan gergaji, untuk pengelasan benda yang tebalnya

sedang. Cara 4, 5 : ayunan segi empat dan segi tiga, untuk pengelasan benda tebal. K. Tinggi Awal Busur Bila pengelasan dimulai dipinggir sekali, maka penembusan awal rigi-rigi sering kurang baik. Untuk mengisi hal ini, maka titik awal pengalaan dimulai kira-kira 10 20 mm dari tepi kampuh yang akan dilas. Elektroda dimundurkan mencapai tepi, lalu dikembalikan kearah lintasan yang diperlukan. Jarak busur nyala ditinjau dari jenis salutan elektroda digolongkan sebagai berikut: a. elektroda bersalut sedang, jarak busur = 0,7 d b. elektroda bersalut tipis, jarak busur = 0,9 d c. elektroda bersalut tebal (elektroda kontak), jarak busur = 0,8 d d. elektroda bersalut sedang mengandung ferro, jarak busur = 0,8 d catatan: d = diameter kawat elektroda d = jarak busur nyala L. Menyalakan Elektroda Elektroda dapat dinyalakan dengan dua cara, yaitu: 1. cara sentakan 2. cara goresan Pertama ialah elektroda diturunkan lurus sampai menyentuh benda kerja dan langsung diangkat (cepat) sampai jarak kira-kira 1x diameter elektroda. Kemudian diturunkan sampai terjadi tinggi busur yang diinginkan (kira-kira 0,8 x diameter elektroda) Kedua ialah seperti menggoreskan korek api. Setelah busur terjadi tinggi nyala dipertahankan kira-kira 0,8 kali diameter elektroda diatas bidang kerja. Arah penggoresan dapat kekiri maupun kekanan Pasanglah tameng, sebelum elektroda menyala. Perpendekan elektroda, harus diikuti dengan penurunan tangan, agar sudut elektroda dan tinggi busur tetap dapat dipertahankan M. Menjepit Elektroda Sebelum bekerja, semua kelengkapan keselamatan kerja harus disiapkan. Jepitlah ujung elektroda pada bagian yang tidak bersalut. Elektroda harus dijepit dengan kuat pada tang.

AnneAhira.com Keselamatan Kerja

Kesehatan

Gaya Hidup Sehat

Lingkungan Kerja

Alat

Alat Keselamatan Kerja Las Listrik


Ilustrasi alat keselamatan kerja

Las listrik adalah teknik menyambung dua bagian logam memanfaatkan tenaga panas yang diperoleh dari sumber tenaga listrik AC maupun DC dengan tambahan logam pengisi. Sumber tenaga panas mencairkan sebagian logam induk dan logam pengisi sehingga diperoleh sambungan permanen yang sulit dipisahkan. Pekerjaan las listrik memiliki resiko bahaya kecelakaan cukup besar yang dapat diminimalkan dengan alat keselamatan kerja. Potensi bahaya yang ditimbulkan dari pekerjaan las listrik berasal dari sinar (busur) las listrik, percikan bunga api, benda panas dan asap hasil penyulutan elektroda. Maka dari itu, alat keselamatan kerja las listrik berfungsi melindungi dan mencegah tubuh operator las dari bahaya kecelakaan tersebut. Adapun alat-alat keselamatan kerja yang digunakan adalah: Helm Las Helm Las melindungi mata dari pancaran busur listrik berupa sinar ultra violet dan sinar infra merah yang menyala terang dan kuat. Sinar las tidak boleh dilihat secara langsung dengan mata telanjang sampai jarak minimum 16 meter. Selain itu, bentuk helm las yang menutup muka berguna melindungi kulit muka dari percikan api dan gas selama proses pengelasan. Alat keselamatan kerja ini memiliki 3 lapisan kaca yang terdiri dari satu kaca las khusus yang diapit oleh dua kaca bening. Lapisan kaca luar dan dalam berfungsi melapisi kaca las khusus agar tidak mudah rusak atau pecah. Kaca las memiliki penomoran yang dibedakan menurut besar arus listrik yang diatur pada mesin las. Penggolongannya adalah sebagai berikut.

Kaca las nomor 6 dipakai untuk las titik (tack weld). Kaca las nomor 6 dan 7 untuk pengelasan menggunakan arus sebesar 30 A. Kaca las nomor 8 untuk pengelasan dengan arus sebesar 30 A sampai 75 A. Kaca las nomor 10 untuk pengelasan dengan arus sebesar 75 A sampai 200 A. Kaca las nomor 12 untuk pengelasan dari 200 A sampai 400 A. Kaca las nomor 14 untuk pangelasan menggunakan amperase diatas 400 A.

Pakaian Kerja (Apron) Pakaian kerja berguna melindungi badan dari percikan bunga api. Apron terbuat dari bahan yang tidak mudah terbakar seperti kulit atau dari asbes. Apron terdiri dari apron lengan dan apron dada. Sarung Tangan (Welding Gloves) Sarung tangan terbuat dari kulit atau asbes lunak sehingga tidak menghalangi pergerakan jari-jari tangan saat memegang penjepit elektroda atau peralatan lainnya. Sepasang sarung tangan harus selalu dipakai agar tangan tidak terkena percikan bunga api atau benda panas yang dilas. Sepatu Las Karakteristik sepatu las sangat berbeda dengan sepatu biasa pada umumnya. Sepatu las harus terbuat dari bahan kulit dimana bagian ujungnya terdapat plat besi pelindung. Hal ini sangat berguna untuk melindungi kaki dari benda-benda keras dan tajam yang jatuh mengenai kaki. Selain itu, alas sepatu terbuat dari karet yang tidak licin sehingga pemakainya tidak mudah terpeleset saat mengangkat benda-benda berat. Kamar Las Kamar las memiliki meja las untuk meletakkan benda kerja dan tabir-tabir untuk menghalangi sinar las keluar secara berlebihan. Pengelasan yang dilakukan di luar kamar las biasanya, menimbulkan gangguan terhadap orang yang ada di sekitar operator las akibat sinar las. Masker Masker berguna menutup mulut dan hidung dari asap yang ditimbulkan oleh mencairnya selaput (fluks) elektroda. Kaca Mata Pelindung Kaca mata pelindung berbeda dibanding kaca yang terdapat pada helm las. Kaca mata las memiliki satu lapisan kaca bening yang berfungsi melindungi mata dari percikan terak las sewaktu permukaan las dibersihkan. Alat keselamatan kerja las listrik hanyalah salah satu bagian dari sistem keamanan dan keselamatan kerja. Pemahaman terhadap resiko pekerjaan las listrik dan kesadaran dalam mematuhi prosedur kerjanya akan sangat membantu kelancaran dan keberhasilan pekerjaan. Bagaimanapun juga keselamatan lebih penting dari pekerjaan itu sendiri dan kesehatan sangat berharga bagi kehidupan.

Anda mungkin juga menyukai