Anda di halaman 1dari 11

Laporan Praktikum Ilmu Bedah Khusus Veteriner I

KASTRASI

Hari Rabu/10 Oktober 2012/Pukul 10.00-13.00 WIB Kelompok 5 (Pagi)

Heman Meichris Nabunome Vivi Dwi Santi Febryana Permata Fanama Lucky Agung Iskandar Aulia Syifak Bashofi Winda Wahyu Setya R.

B04080155 B04090065 B04090081 B04090095 B04090107 B04090109

Bagian Bedah dan Radiologi Departemen Klinik, Reproduksi dan Patologi Fakultas Kedokteran HewanI-IPB 2012

Bab I Pendahuluan 1.1. Latar belakang Kastrasi atau kebiri mengarah pada ovariohysterectomy (OHE atau operasi pengangkatan ovarium dan uterus) dan Orchiectomy (operasi pengangkatan testis). Operasi pada organ reproduktif ini dapat menggunakan berbagai macam teknik. Teknik yang digunakan sebenarnya tergantung dari hewan yang akan dioperasi dan apa tujuan dilakukannya operasi tersebut. Kebiri tidak hanya digunakan untuk membatasi kegiatan reproduksi hewan, tetapi juga dilakukan pada dystokia, pencegahan dan pengobatan tumor yang disebabkan oleh hormon reproduksi ( contoh tumor testis), pengobatan penyakit pada saluran reproduksi (contoh pyometra, prostatitis, dan abses pada prostat), dan pertolongan pada penyakit sistemik (contoh diabetes dan epilepsy) (Fossum et al 2007). Orchiectomy atau lebih sering disebut kastrasi di Indonesia, merupakan operasi pengangkatan testis. Khusu pada kucing, waktu yang baik dilakukan kastrasi adalah pada umur 5 sampai 9 bulan. Kastrasi biasanya digunakan untuk mengubah perilaku dan kebiasaan dari kucing jantan. Menurut Brooks (2011), dengan dilakukannya kastrasi, kebiasaan kucing untuk menjelajah, berkelahi dan kencing sembarangan menurun sampai 90%. Tepatnya 60% untuk menjelajah dan berkelahi, dan 80% untuk kencing sembarangan. Hal lain mengapa kastrasi dilakukan adalah untuk penampilan fisik dari kucing tersebut, karena kucing yang dikebiri sebelum pubertas (rata-rata usia 6 bulan) tidak akan mengalami perubahan seks sekunder.

1.2. Tujuan Melatih Mahasiswa melakukan orchiectomy atau kastrasi.

1.3. Manfaat Dapat diterapkan mahasiswa kedepannya guna mengontrol populasi kucing di daerah sekitar.

Bab II Material dan Metoda

2.1. Alat dan Bahan Alat : termometer, stetoskop, stopwatch/jam, penggaris, alat bedah minor, spuid 1 ml, jarum bedah, benang cutgut dan silk, pemotong bulu, tali. Bahan : xilazin, ketamin, atropin, penisilin, betadin, tampol, kasa,

2.2. Metode operasi

2.2.1. Sterilisasi peralatan operasi dan ruangan Sterilisasi peralatan operasi, seperti baju operasi, masker, penutup kepala, sarung tangan, sikat, dan handuk yang telah dicuci bersih serta dikeringkan. Kemudian dibungkus dengan kain muslin atau non woven yang terlebih dahulu dilipat dan ditata sesuai dengan urutannya masing-masing. Peralatan yang telah dibungkus, dimasukkan ke dalam sterilitator untuk disterilisasi dengan suhu 600C selama 15 menit atau dengan suhu 65 selama 15 menit. Perlengkapan yang telah disterilisasi digunakan pada saat operasi oleh operator dan asisten I. Peralatan operasi minor yang telah dicuci bersih kemudian dikeringkan terlebih dahulu. Setelah itu ditata di dalam kotak peralatan sesuai dengan urutan penggunaannya. Lalu kotak peralatan tersebut dibungkus dengan muslin atau non woven dan disterilisasi menggunakan sterilitator dengan suhu 1000C selama 60 menit. Peralatan yang telah disterilisasi digunakan pada saat operasi. Ruang operasi terlebih dahulu dibersihkan dari kotoran kemudian disterilisasi dengan radiasi (paling efektif) atau dengan desinfektan (campuran kalium permanganate 5 % dengan formalin 10 %, perbandingannya 1 : 2 selama 15 menit atau dengan formalin tablet yang diletakkan di ruangan atau senyawa chlorine).

2.2.2. Preparasi hewan Preparasi hewan dilakukan mulai dari pemeriksaan fisik hewan, dan pembiusan. Pemeriksaan fisik hewan meliputi signalement, anamnesis dan status

present. Lalu tindakan pembiusan dilakukan dengan menggunakan sulfa atropine sebagai premedikasi yang diberikan secara subkutan. Setelah 10 menit, digunakan ketamine xylazine sebagai anestesi umum. Salah satu obat anestetik yang sering digunakan pada kucing adalah ketamin. Dalam penggunaannya ketamin mempunyai beberapa keuntungan, di antaranya yaitu mempunyai mula kerja (onset of action ) yang cepat dan efek analgesik yang kuat serta aplikasinya cukup mudah, yaitu dapat diinjeksikan secara Intramuscular.

2.2.3. Prosedur operasi Langkah langkah Operasi: 1. Tutup hewan dengan kain penutup hingga bagian yang akan dioperasi saja yang terlihat. 2. Testis difiksir dengan tangan, kemudian dilakukan penyayatan pada rete testis. Penyayatan dimulai dari kulit, subkutan, tunika dartos, tunika vaginalis communis dan testis. 3. Tarik testis ke atas dengan menggunakan pinset. Lalu tunika vaginalis dipreparir sehingga funiculus spermaticus terlihat dan memisah dari ligamentumnya. 4. Putar funiculus spermatikus, lalu klem ganda, pada bagian caudal dari klem ikat dengan catgut. 5. Lakukan pemotongan diantara klem ganda, sesegera mungkin klem dilepas dan sisa funiculus spermaticus dimasukkan kembali ke skrotum. Lalu diberi penicillin untuk mencegah terjadinya infeksi. 6. Lakukan hal serupa pada testis yang satunya. 7. Lakukan penjahitan sederhana dengan benang catgut pada bagian kulitnya. 8. Berikan iodium tincture pada bekas jahitan dan beri oxylet secara intramuscular.

Bab III Hasil dan Pembahasan 3.1. Hasil Signalement Jenis hewan Nama hewan Jenis kelamin Umur Warna rambut Bobot badan Dosis atropine : Kucing : Maru : Jantan : 1 tahun : Hitam dan putih : 3,2 kg : 0,025 mg/kg BB

Konsentrasi atropine : 25 % Dosis xylazine : 20 mg/kg BB

Konsentrasi xylazine : 2 % Dosis ketamin Konsentrasi ketamin : 10 mg/kg BB : 100 %

Perhitungan dosis : Volume yang diberikan (mL) = Atropine Xylazine Ketamin Amoxyline

bobot badan x dosis konsentrasi

= 3,2 kg x 0,025 mg/kg BB = 0,32 mL ; SC 0,25 mg/mL = 3,2 kg x 2 mg/kg BB = 0,32 mL ; IM 20 mg/mL = 3,2 kg x 10 mg/kg BB = 0,32 mL ; IM 100 mg/mL = 3,2 kg x 20 mg/kg BB = 2,56 mL ; PO 25 mg/mL

Physical Examination (PE) Normal : Suhu awal Frekuensi napas Frekuensi denyut jantung CRT : 38.8C : 52 x/menit : 132 x/menit : <1 detik

Saat operasi: Tabel 1 pengamatan kondisi fisiologis kucing selama operasi. Waktu Napas (menit) (x/menit) 0 15 30 45 20 20 20 20 Denyut CRT jantung (detik) (x/menit) 152 132 162 112 <1 <2 <2 <2 Suhu (C) 38.5 37.4 36.9 36.6 Mukosa (+) Rose/ () pucat + Pupil (cm) 0,8 0,8 0,8 0,8 Maintenance (mL) 0.32 0.16 -

Grafik 1 pengamatan fisiologis kucing selama operasi


180 160 140
fre ku en si

120 100 80 60 40 20 0 0 15 30
Waktu

Napas (x/menit) Denyut jantung (x/menit) Suhu (C)

45

Proses Operasi

Gambar 1 Proses operasi

Tabel 2 Monitoring pasca bedah Nafas Per menit 40 56 44 48 44 56 44 44 Detak Jantung per menit 140 192 120 140 148 192 120 148 Makan dan minum + Defekasi dan urinasi Luka jahitan

Waktu Hari ke 1 Pagi Malam Hari ke 2 Pagi Malam Hari ke 3 Pagi Malam Hari ke 4 Pagi Malam

Suhu C

38.4 38.9 38.4 38.8 38.2 39.1 37.8 38.6

+++

++

++

++

++

Keterangan : Makan : - = tidak makan + = makan sedikit + = makan biasa + = makan sangat banyak

defekasi & urinasi : = tidak defekasi + = defekasi

luka jahitan : = masih basah + = mulai kering ++ = kering

3.2. Pembahasan Operasi kastrasi atau orchiectomy merupakan operasi pengangkatan testis. Operasi ini memiliki berbagai manfaat, mulai dari terapi penyakit tertentu sampai perbaikan dari perilaku kucing jantan (de Oliviera et al 2010). Kastrasi juga dapat digunakan untuk meningkatkan berat badan kucing jantan. Menurut Backus (2011) peningkatan berat badan kucing setelah kastrasi sebesar 25-30%, biasanya dalam bentuk masa lemak. Hal ini juga sedikit berbahaya karena jika tidak dikontrol hewan akan mengalami obesitas. Teknik kastrasi dapat dibedakan menjadi dua, yakni teknik berdarah dan tidak berdarah. Teknik kastrasi berdarah dapat dibedakan lagi atas dua yaitu teknik terbuka dan teknik tertutup. Pada kastrasi tertutup, bidang sayatan dimulai dari kulit, subkutan, dan tunika dartos. Sedangkan pada teknik kastrasi terbuka,

sayatan dimulai dari kulit, subkutan, tunika dratos, dan tunika vaginalis comunis. Teknik kastrasi tidak berdarah dilakukan dengan cara menjepit daerah testis dengan tang bordizo.

Operasi kastrasi yang dilakukan pada praktikum kali ini menggunakan metode terbuka sehingga penyayatan dilakukan pada bagian Rape testis skrotum. Dimulai dari bagian kulit skrotum disayat 1 - 1,5 cm, setelah itu sayatan diarahkan menuju arah kiri dalam (dikarenakan akan mengambil testis sebelah kiri terlebih dahulu) kemudian disayat subkutan, tunica dartos dan tunica vaginalis communis. Kemudian jepit testis menggunakan tang arteri dan agak ditarik. Pada saat ini testis masih terikat atau terfiksir dengan ligamentum yang bertaut di testis. Selanjutnya dilakukan penarikan ligamentum ini sehingga testis mudah ditarik dan selanjutnya akan ditemukan bagian funiculus spermaticus. Langkah selanjutnya yaitu testis agak sedikit ditortir kemudian diikat menggunakan benang yang absordable (Cat Gut) bagian ujung yang sebelumnya sudah dijepit dengan 2 buah tang arteri. Setelah dilakukan pengikatan (di belakang tang arteri), funiculus spermaticus dipotong menggunakan gunting tepat di tengah dari jepitan kedua tang arteri kemudian testis dengan bagian funiculus spermaticusnya dipisahkan. Setelah itu bagian yang disayat tadi dimasukkan ke dalam. Setelah itu dilakukan langkah-langkah yang sama pada bagian testis sebelah kanan. Kemudian diberikan antibiotik dan dilakukan penjahitan menggunakan benang absordable (Cat Gut) pada bagian kulit dan subcutan skrotum. Selama operasi, pengamatan terhadap frekuensi napas, denyut jantung, temperatur, diameter pupil, CRT, mukosa, dan tonus otot pipi terus dilakukan setiap 15 menit. Selama operasi berjalan frekuensi napas stabil hingga operasi berakhir. Frekuensi jantung tidak statis seperti pada frekuensi napas. Penghitungan pada 15 menit pertama denyut jantung meningkat dari denyut jantung awal, dari 132 kali/menit menjadi 152 kali/menit, kemudian frekuensi jantung kembali normal pada menit ke-15, tetapi terjadi peningkatan lagi saat menit ke-30 karena hewan mulai sadar. Saat dilakukan meintenance frekuensi benar-benar menurun hanya menjadi 112 kali/menit. Hal ini terjadi karena xylazine memberikan efek depresi cardiopulmonary dengan menurunkan laju jantung, cardiac output dan laju respirasi secara bersamaan dengan menambah ketahanan peripheral (Handoko 2003).

Temperatur kucing yang sedang dioperasi terlihat semakin menurun dari temperatur awal. Pada awal sebelum dilakukan anaestesi temperatur kucing melebihi kisaran normal temperature kucing yaitu 38,8oC. Pada 15 menit pertama temperatur menurun menjadi 38,5oC dan pada saat menit ke-45 atau saat operasi telah selesai temperatur mencapai 36,6oC. Parameter lain yang dapat diukur selama proses operasi ini adalah ukuran diameter pupil. Saat praoperatif ukuran diameter pupil sebesar 0,8 cm, sedangkan CRT (Capillary Refill Time) sejak menit ke-15 hingga menit berikutnya tetap statis yaitu kurang dari dua detik. Mukosa pada awalnya berwarna rose, tetapi setelah terbius total mukosa menjadi sedikit lebih pucat warnanya. Untuk hari pertama post operasi suhu tubuh, frekuensi nafas dan jantung sudah normal kembali. Hanya saja nafsu makan masih rendah dan tidak melakukan defekasi sama sekali. Untuk hari selanjutnya makan dan minum pasien lebih baik. Defekasi dan urinasi juga sudah dilakukan walau defekasi dengan kondisi feses diare. Tetapi hari ke 3 sudah normal. Pada hari pertama post operasi pasien muntah dan massa yang dimuntahkan dalam bentuk cairan berwarna kuning kehijauan dalam jumlah yang sedikit. Hal ini dapat disebabkan oleh efek obat anaesthesi yang mempengaruhi pencernaan. Kondisi luka jahitan mulai kering pada hari ke-2 post operasi, hal ini memperlihatkan bahwa luka mengalami persembuhan yang baik. Untuk operasi kastrasi ini, jahitan yang telah dibuat tidak perlu dilakukan pembukaan jahitan, karena jahitan yang dibuat menggunakan benang catgut yang nantinya akan diserap oleh tubuh dalam waktu yang relatif cepat. Perawatan post operasi pun dilakukan untuk menghindari kontaminasi bakteri yang berlebihan yaitu dengan pemberian antibiotik secara peroral amoxilin sebanyak 2,56 ml setiap hari (pagi dan malam hari) selama 5 hari berturut-turut.

Bab IV Penutup 4.1. Kesimpulan Orchiectomy atau kastrasi dapat digunakan untuk mengontrol tingkat reproduksi kucing. Biasanya kucing yang dikastrasi akan mengalami perubahan perilaku dan peningkatan berat badan.

4.2. Saran Perlunya persiapan yang lebih baik bagi para operator dan asisten sebelum melakukan operasi. Contohnya adalah menonton video proses operasi ataupun membaca buku yang berhubungan dengan bedah kastrasi.

Daftar Pustaka Backus Robert. 2011. Plasma Oestrogen Changes in Adult Male Cats After Orchiectomy, Body Weight Gain, and Low Dosage Estradiol Administration. British Journal of Nutrition 106:s15-s18 Brooks Wendy C. 2011. Neuturing the Male Cat. [terhubung berkala]. http://www.veterinarypartner.com/content.plx?p=A&A=563. [6 oktober 2012] de Oliviera Karen Maciel et al. 2010. A comparative Study Among Three Open Orchiectomy Techniques in Cats. J veterinary Science 38(2):177-183 Fossum TW et al. 2007. Small Animal Surgery. Ed ke 3. Mosby Elsevier : Missouri USA. Handoko. 2003. Obat Susunan Saraf Pusat. Di dalam: Sulistia GG, editor. Farmakologi dan Terapi Ed ke-4. New Delhi: Oxford and IBH Publishing.

Anda mungkin juga menyukai