Anda di halaman 1dari 3

Hutan mangrove

Menurut Snedakker (1978), hutan mangrove adalah kelompok jenis tumbuhan yang tumbuh disepanjang garis pantai tropis sampai sub-tropis yang memiliki fungsi istimewa disuatu lingkungan yang mengandung garam dan bentuk lahan yang berupa pantai dengan reaksi pantai anaerob. Adapun menurut Aksornkoae (1993), hutan mangrove adalah tumbuhan halofit (Halofit adalah tumbuhan yang hidup pada tempat-tempat dengan kadar garam tinggi atau bersifat alkalin) yang hidup di sepanjang areal pantai yang dipengaruhi oleh pasang tertinggi sampai daerah mendekati ketinggian rata-rata air laut yang tumbuh di daerah tropis dan sub-tropis. Secara ringkas hutan mangrove dapat didefinisikan sebagai suatu tipe hutan yang tumbuh di daerah pasang surut (terutama di pantai yang terlindung, laguna, muara sungai) yang tergenang pasang dan bebas dari genangan pada saat surut yang komunitas tumbuhannya bertoleransi terhadap garam. Kita sering menyebutkan hutan yang berada di pinggir pantai sebagai hutan bakau. Sebenarnya hutan tersebut lebih tepat dikatakan hutan mangrove. Hutan mangrove merupakan istilah yang tepat untuk menggambarkan ekosistem hutan yang berada di pinggir pantai. Hal ini untuk menghindari salah pengertian dengan hutan bakau yang melulu ditumbuhi atas pohon bakau (Rhizopora spp.) karena bukan hanya bakau yang tumbuh disana. Kata mangrove mempunyai dua arti, pertama sebagai komunitas, yaitu komunitas atau masyarakat tumbuhan atau hutan yang tahan terhadap kadar garam/salinitas (pasang surut air laut); dan kedua sebagai individu spesies (Macnae, 1968 dalam Supriharyono, 2000). Supaya tidak rancu, Macnae menggunakan istilah mangal apabila berkaitan dengan komunitas hutan dan mangrove untuk individu tumbuhan. Hutan mangrove oleh masyarakat sering disebut pula dengan hutan bakau atau hutan payau. Namun menurut Khazali (1998), penyebutan mangrove sebagai

bakau nampaknya kurang tepat karena bakau merupakan salah satu nama kelompok jenis tumbuhan yang ada di mangrove. Hutan mangrove juga dikenal dengan istilah tidal forest, coastal woodland, vloedbosschen, atau juga hutan payau. Sedangkan ekosistem mangrove merupakan suatu sistem yang terdiri atas organisme (tumbuhan dan hewan) yang berinteraksi dengan faktor lingkungannya di dalam suatu habitat mangrove. Hutan mangrove juga merupakan ekosistem yang kompleks terdiri atas flora dan fauna daerah pantai, hidup sekaligus di habitat daratan dan air laut, antara batas air pasang dan surut. Berperan dalam melindungi garis pantai dari erosi, gelombang laut dan angin topan. Tanaman mangrove juga berperan sebagai buffer (perisai alam) dan menstabilkan tanah dengan menangkap dan memerangkap endapan mineral dari darat yang terbawa air sungai dan kemudian terbawa ke tegah laut oleh arus. Jaringan sistem akar mangrove memberikan banyak nutrien bagi larva dan juvenil ikan tersebut. Sistem perakaran mangrove juga menghidupkan komunitas invertebrata laut dan algae. Memberikan gambaran tentang tingginya produktivitas habitat pantai bermangrove ini, dikatakan bahwa satu sendok teh lumpur dari daerah mangrove di pantai utara Queensland (Australia) mengandung lebih dari 10 milyar bakteri, suatu densitas lumpur tertinggi di dunia. Beberapa hewan tinggal di atas pohon sebagian lain di antara akar dan lumpur sekitarnya. Walaupun banyak hewan yang tinggal sepanjang tahun, habitat mangrove penting pula untuk pengunjung yang hanya sementara waktu saja, seperti burung yang menggunakan dahan mangrove untuk bertengger atau membuat sarangnya tetapi mencari makan di bagian daratan yang lebih ke dalam, jauh dari daerah habitat angrove. Kelompok hewan arboreal yang hidup di atas daratan seperti serangga, ular pohon, primata dan burung yang tidak sepanjang hidupnya berada di habitat mangrove, tidak perlu beradaptasi dengan kondisi pasang surut. (Nybakken, 1993) Burung-burung dari daerah daratan menemukan sumber makanan dan habitat yang baik untuk bertengger dan bersarang. Mereka makan kepiting, ikan dan moluska atau hewan lain yang hidup di habitat mangrove. Tiap spesies biasanya mempunyai

gaya yang khas dan memilih makanannya sesuai dengan kebiasaan dan kesukaanya masing-masing dari keanekaragaman sumber yang tersedia di lingkungan tersebut. Sebagai timbal baliknya, burung-burung meninggalkan guano sebagai pupuk bagi pertumbuhan pohon mangrove. Kelompok lain yang bukan hewan arboreal adalah hewan-hewan yang hidupnya menempati daerah dengan substrat yang keras (tanah) atau akar mangrove maupun pada substrat yang lunak (lumpur). Kelompok ini antara lain adalah jenis kepiting mangrove, kerang-kerangan dan golongan invertebrata lainnya. Kelompok lainnya lagi adalah yang selalu hidup dalam kolom air laut seperti macam-macam ikan dan udang. Hutan-hutan mangrove menempati sebagian besar garis pantai, namun dibeberapa tempat juga dijumpai di teluk-teluk yang terlindung, atau disekeliling pulaupulau di lepas pantai dan laguna kecil, di muara-muara sungai, di delta sungai-sungai besar, bahkan dapat masuk ke pedalaman sepanjang sungai-sungai (sebagai contoh sampai 240 km kea rah hulu Sungai Kapuas di Kalimantan Barat, selain itu juga mencakup rawa-rawa dengan nipah yang luas. Hutan mangrove tumbuh subur dan luas di daerah delta dan aliran sungai yang besar dengan muara yang besar. Di pantai yang tidak ada sungainya, daerah mangrovenya sempit. Hutan mangrove mempunyai toleransi besar terhadap kadar garam dan dapat berkembang di daratan bersalinitas tinggi dimana tanaman biasa tidak dapat tumbuh.

Anda mungkin juga menyukai