334 Ga Aris I Hal 143 150
334 Ga Aris I Hal 143 150
(2)
2 2
2
V U V V V +
U V
+ + +gH +rV
t H x H y y
H
c c c c
c c c c
W
+
W
W
= )
y
V
+
x
V
(
A
2
y
2
x y
2
2
2
2
h
c
c
c
c
(3)
Dalam hal ini:
x,y : koordinat ruang bertambah besar ke
arah timur dan utara (m).
u,v : kecepatan arus arah-x dan arah-y
(m/detik)
U : transpor dalam arah sb-x ( m
2
/detik )
- h
U = u dz
}
, dimana
dz u
h+
1
= u
h -
}
(4)
V : transpor dalam arah sb-y ( m
2
/detik)
dz v = V
h -
}
, dimana
- h
1
v = vdz
h+
}
(5)
t : parameter waktu (detik)
: elevasi dari permukaan laut terhadap
muka air rata-rata (m)
g : percepatan gravitasi bumi (m/detik
2
)
H : kedalaman aktual = h + (m)
h : kedalaman laut yang tetap (m)
r : koefisien gesekan dasar
A
h
: koefisien gesekan eddy horisontal (m
2
/
detik)
: koefisien gesekan angin
W
x
,W
y
: kecepatan angin arah-x dan arah-y
(m/detik)
Q
s
: debit yang disedot di inlet dan/atau
yang dibuang lagi di outlet PLTN
(m
2
/detik)
Model hidrodinamika tersebut diselesaikan
dengan menggunakan metode semi implisit
dua langkah dimana variabel-variabelnya dihitung
pada deretan sel ruang pada setiap langkah
waktu. Metoda ini dipilih karena dalam pemilihan
langkah waktu simulasi tidak bergantung pada
kriteria stabilitas Courant - Friedrich-Lewy
(CFL) seperti pada metoda eksplisit, sehingga
memori komputer dapat dihemat dan simulasinya
menjadi lebih ekonomis.
Data-data yang digunakan pada model ini adalah
peta situasi dan batimetri, data pasang surut,
angin rata-rata, dan kondisi fisik di sekitar lokasi
proyek (bangunan pantai, debit inlet dan outlet,
dan lainnya).
Model Dispersi Temperatur
Model dispersi termal di kanal/ kolam dan di
laut pada dasarnya dapat dipandang sebagai
penyebaran materi terlarut dalam air, yaitu:
a) Dengan adanya kecepatan dari aliran fluida
mengakibatkan temperatur terdispersi
secara langsung oleh aliran fluida. Proses
gerak ini disebut adveksi.
b) Proses difusi turbulen berhubungan dengan
variasi kecepatan dalam arah penampang
melintang aliran oleh adanya gerak
turbulensi
Kedua proses tersebut dan pertukaran panas
antara udara-laut serta panas yang berasal dari
outlet PLTN dirumuskan dalam persamaan
berikut :
( )
2 2
x y E T 2 2
p
T T T T T A
U V K K T-T Q
t x y x y Ch
+ + = + + +
(6)
Dalam hal ini:
T = temperatur aktual (
o
C)
T
E
= temperatur alami (
o
C)
Q
T
= laju perubahan temperatur outlet PLTN
(
o
C/detik)
147
U,V = kecepatan transport arah x dan y
(m/detik)
K
x,
K
y
= koefisien difusi turbulen arah x, dan y
(m
2
/detik)
A = (4,48 + 0,049T) + f(1,12 + 0,0180T +
0,00158T
2
)
= koefisien pertukaran panas laut-udara
yang berdimensi (kkal/m
2
detik
o
C)
f = 3,6 + 2,5W
3 ;
faktor angin untuk
koefisien A
W
3
= kecepatan angin yang diukur pada
ketinggian 3 m di atas permukaan laut
(m/detik)
= densitas air laut (kg/m
3
)
C
p
= panas spesifik pada tekanan konstan
(kkal/kg
o
C)
h = kedalaman laut (m)
Untuk keperluan praktis dapat diasumsikan
daerah perairan yang ditinjau cukup kecil maka
nilai T
E
diambil dari nilai temperatur alamiah
air laut di tempat jauh dari titik sumber panas.
Proses pertukaran panas antara laut dan udara
dalam model dispersi termal pada sirkulasi air
pendingin PLTN dapat mengurangi suhu air
akibat penguapan dan konduksi panas dengan
lapisan udara, walaupun demikian suku
pertukaran panas dapat menambah temperatur
air laut akibat adanya paparan radiasi matahari
pada siang hari.
Distribusi temperatur air laut secara vertikal
diasumsikan cukup homogen atau variasinya
tidak besar karena telah terjadi percampuran
turbulen yang hampir sempurna dari permukaan
sampai dasar laut, sehingga model termal dua
dimensi horisontal dapat dipakai dan mendekati
proses dispersi di kolam/kanal/laut. Persamaan
model 2D diselesaikan dengan metoda numerik
upstream dan koefisien pertukaran panas antara
laut dan udara menggunakan perumusan yang
diperoleh secara empiris.
Model termal ini disimulasikan sesuai dengan
skenario yang didesain sama dengan skenario
simulasi model arus seperti telah diuraikan di
muka, karena model hidrodinamika dan model
termal dijalankan secara bersamaan atau biasa
disebut model kopel dari dua model tersebut.
Diskusi
Verifikasi hasil simulasi model
hidrodinamika
Verifikasi elevasi muka laut hasil model
terhadap elevasi muka laut hasil observasi pasut
pada tanggal 31 Maret 14 April 2007 dengan
hasil model global TMD (Tidal Model Driver)
menunjukkan hasil yang baik. Verifikasi
tersebut dilakukan di Tanjung Jati pada
koordinat 11045 42,1 BT dan 62623,6 LS
(lihat Gambar 2)
Hasil Simulasi dengan (AT
outlet
) = 7,7
0
C
Simulasi model ini dilakukan pada 2 skenario
yaitu Musim Barat dan Musim Timur.
Hasil Simulasi pada Musim Barat
Penyebaran temperatur sesuai dengan
pergerakan arus yang didominasi oleh pengaruh
angin barat, yaitu ke arah timur dengan interval
kecepatan 0,66 sampai 1,5 m/det. Pada kondisi
pasut yang dicuplik (surut menuju pasang,
pasang tertinggi, menuju surut, dan surut
terendah) dapat dilihat bahwa luas penyebaran
panas PLTN Muria yang signifikan terhadap
lingkungan (diatas 1,0
o
C) maksimum dengan
jauh penyebaran 2,5 km dari outlet ke arah
Timur. Arah arus yang bergerak dari barat ke
timur menyebabkan penyebaran termal
selanjutnya mengikuti pola yang sama. Simulasi
dalam waktu satu hari menghasilkan
penyebaran menuju arah timur dengan suhu
disekitar 32
o
C.
Plot suhu di inlet pada musim barat,
menunjukkan adanya peningkatan rata-rata
sebesar 1.0
0
C. Hal ini disebabkan oleh
limpahan air yang keluar dari outlet bergerak
menuju inlet sehingga sebagian air masuk ke
arah inlet.
Hasil Simulasi pada Musim Timur
Penyebaran temperatur sesuai dengan
pergerakan arus yang didominasi oleh pengaruh
angin timur, yaitu ke arah barat dengan interval
kecepatan 0,3 sampai dengan 1,81 m/det.
Gambar 2 Verifikasi pasut Tanjung Jati Jepara
148
Gambar 3. Kondisi surut menuju pasang
Gambar 4. Kondisi pasang tertinggi
Gambar 5. Kondisi pasang menuju surut
Gambar 6. Kondisi surut terendah
Pada kondisi pasut yang dicuplik dapat dilihat
bahwa luas penyebaran panas PLTN Muria
yang signifikan terhadap lingkungan (diatas 1,0
o
C) maksimum dengan jauh penyebaran 5 km
dari outlet ke arah barat. Arah arus yang
bergerak dari timur ke barat menyebabkan
penyebaran termal selanjutnya mengikuti pola
yang sama. Simulasi dalam waktu satu hari
menghasilkan penyebaran menuju arah timur
dengan suhu 34
o
C.
149
Gambar 7. Kondisi surut menuju pasang
Gambar 8. Kondisi pasang tertinggi
Gambar 9. Kondisi pasang menuju surut
Gambar 10. Kondisi surut terendah
150
Dari hasil plot inlet selama simulasi, terlihat
bahwa hampir tidak ada peningkatan suhu di
inlet. Ini terjadi karena pengaruh angin timur
sangat besar, sehingga suhu dari outlet
menyebar ke arah barat
Kesimpulan dan Saran
1. Simulasi pada musim timur menunjukkan
bahwa massa air menyebar ke arah barat.
Hampir tidak ada limpahan dari outlet yang
masuk ke inlet pada waktu angin berasal
dari timur, jadi hampir tidak terjadi
resirkulasi air pendingin.
2. Simulasi pada musim barat menunjukkan
bahwa penyebaran suhu bergerak ke arah
timur laut karena pengaruh angin yang
dominan. Pernyataan ini didukung oleh plot
suhu di inlet, yang menunjukkan
peningkatan suhu rata-rata sebesar 1,0
0
C.
3. Pada musim barat dapat dilihat bahwa luas
penyebaran panas PLTN Muria yang
signifikan terhadap lingkungan (diatas 1,0
o
C) mencapai jarak maksimum sebesar 2,5
km dari outlet ke arah timur. Simulasi
dalam waktu satu hari menghasilkan
penyebaran menuju arah timur dengan suhu
sekitar 32
o
C.
4. Pada musim timur dapat dilihat bahwa luas
penyebaran panas PLTN Muria yang
signifikan terhadap lingkungan (diatas 1,0
o
C) mencapai jarak maksimum sebesar 5 km
dari outlet ke arah barat. Simulasi dalam
waktu satu hari menghasilkan penyebaran
menuju arah barat dengan suhu sekitar
34
o
C.
Rekomendasi
1. Hasil simulasi secara umum telah
menggambarkan pola sebaran air pendingin
di Semenanjung Muria, walaupun demikian
hasil ini masih memerlukan pengujian
(verifikasi) lebih rinci lagi.
2. Data yang diperlukan untuk verifikasi
model adalah arus, pasang surut, sebaran
temperatur, angin, debit sungai, debit inlet
dan outlet yang berupa data time series
(deret waktu) serta batimetri terbaru di tiap
lokasi.
3. Keakuratan data pendukung untuk
menjalankan model secara umum masih
perlu ditingkatkan, misalnya data debit
inlet-outlet pembangkit sebaiknya diambil
dari data pengukuran lapangan.
Survey atau paling tidak kunjungan lapangan di
atau ke masing-masing lokasi PLTN sangat
diperlukan agar input model sesuai dengan
kenyataan di lapangan.
Daftar Pustaka
Astuti, P., 1998. Model
Penyebaran Panas di
Perairan Muara Karang
Jakarta Utara dengan
Menerapkan Metoda
Quickest. Tesis
Magister, Program
Magister Oseanografi
dan Sains Atmosfer,
Departemen Geofisika
dan Meteorologi,
Institut Teknologi
Bandung.
James, A., 1993. An Introduction
to Water Quality
Modelling, Second
edition. John Wiley &
Son, Chichester,
England.
Kowalik, Z., dan Murty, T.S.,
1993. Numerical
Modelling of Ocean
Dynamics. World
Scientific, Singapore.
Leonard, B. P., 1978. Elliptic
Systems : Finite-
Difference Method.
Departement of
Mechanical
Engineering, The
University of Akron,
Akton, Ohio.
Leonard, B.P., 1979. A stable
and accurate convective
modelling procedure
based on qudratic
upstream interpolation.
A Journal of Computer
Methods in Applied
Mechanics and
Engineering, North-
Holland Publishing
Company.
Van Leer, B., 1985. On
Numerical Dispersion
by Upwind Differencing.
Dept. of Mathematics
and Informatics of Delft
University.
Jurnal Geoaplika (2008)
Volume 3, Nomor 3, hal. 143 150
143