Praktikum 1
Praktikum 1
JURUSAN ILMU KELAUTAN FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SRIWIJAYA 2010/2011
1. Mempelajari dan menerapkan teknik titrasi untuk menganalisa contoh yang mengandung asam. 2. Menstandarisasi larutan penetrasi. IV. DASAR TEORI Asam adalah suatu zat yang larutan airnya berasa asam memerahkan lakmus biru bereaksi dengan logam aktif untuk membentuk hydrogen dan menetralkan basa. Sedangkan basa adalah suatu zat yang airnya pahit membirukan lakmus merah, terasa licin seperti sabun, dan menetralkan asam. Didalam air asam melepaskan ion H+ , sedangkan basa melepaskan ion OH-. Walaupun larutan memiliki rasa asam dan larutan basa agak pahit, namun sifat ini tidak dapat digunakan untuk mengenali asam atau basa. Oleh karena itu, untuk mengasamkan atau basa biasanya digunakan kertas lakmus merah atau biru. Titrasi adalah suatu metode volumetric yang baik untuk menentukan konsentrasi suatu larutan. Proses ini dikenal dengan menambahkan suatu larutan yang telahdiketahui nilai konsentrasinya kedalam larutan yang akan ditentukan konsentrasinya. Larutan yang telah diketahui konsentrasinya tersebut disebut larutan standar. Pereaksi yang digunakan dalam percobaan ini dinamakan titran, dan larutan yang digunakan dinamakan titer atau larutan baku. Perhitungan
konsentrasi larutan ini dapat dihitung berdasarkan pada berat baku yang ditimbang. Cara ini dikenal dengan standarisasi atau pembakuan. (Adam
Wiryawan, 2011: http//chem.-is-try.org/titrasi-asam-basa).
Ada beberapa teori mengenai tentang asam basa: 1. Teori Asam-Basa Arrhenius Sejak berabad-abad yang lalu , para pakar mendefinisikan asam dan basa berdasrkan sifat larutnya. Larutan asam mempunyai rasa masam dan bersifat korosif (merusak logam, marmer, dan berbagai bahan lain), sedangkan larutan basa berasa agak pahit dan bersifat kaustik (licin seperti sabun). Pada tahun 1884 Svante August Arrhenius (1859-1927) mengemukakan teori tentang asam basa. a. Asam Menurut Arrhenius, Aasam adalah zat yang dalam air melepaskan ion H+. dengan kata lain pembawa sifat asam adalah ion H+. Asam Arrhenius dapat dirumuskan sebagai Hxz dan dalam iar mengalami ionisasi sebagai berikut : HxZ (aq) xH+ (aq) + Z-x(aq) b. Basa Menurut Arrhenius, Basa adalah senyawa yang dalam air dapat menghasilkan ion hidroksida (OH-). Jadi, pembawa sifat asam adalah ion OH-. Basa Arrhenius merupakan hidroksida logam, dapat dirumuskan sebagai M(OH)x, dan dalam air mengion sebagai berikut:
2. Teori Asam-Basa Bronsted-Lowry dan Lewis Hidrogen klorida (HCl) dalam air bersifat asam (dapat melepas ion H+) tetapi tidak dalam benzena. Mengapa? Sebenarnya molekul airlah yang menarik/mengikat ion H+ (proton) dari HCl. Molekul benzene tidak mempunyai kecendrungan menarik H+. Oleh karena itu, HCl tidak terionisasi dalam benzene. Jadi, ionisasi HCl dalam air adalah pemindahan sebuah proton (ion H+) dari molekul HCl ke molekul air membentuk ion H3O+ (ion hidronium). Pada tahun 1923, Johanes N. Bronsted dan Thomas M. Lowry dalam yang bersamaan , walaupun bekerja sendiri-sendiri, mengajukan konsep asam-basa berdasrkan pemindahan proton (H+). Menurut Bronsted dan Lowry, Asam adalah spesi yang member proton, sedangkan Basa adalah spesi yang menerima proton pada suatu reaksi pemindahan proton. Asam Bronsted-Lowry : donor proton Basa Bronsted-Lowry : aseptor proton
Gilbert N. Lewis memberikan pengertian asam dan basa berdasarkan serah terima pasangan electron sebagai berikut: Asam Lewis : aseptor electron Basa Lewis : donor electron Jadi, pada NH3 adalah suatu basa karena memberi pasangan electron, sedangkan ion H+ adalah suatu asam karena menerima pasangan electron. Semua
asam-basa Arrhenius maupun asam-basa Bronsted Lowry memenuhi pengertian asam-basa Lewis. (Michael Purba, 2006. Kimia SMA XI).
Suatu penerapan yang sangat penting dari stoikiometri di laboratorium adalah analisa dari unsur-unsur untuk menentukan jumlah komposisinya. Pengukuran yang didasarkan pada massa di namakan gravimeri, sedangkan pengukuran yang didasarkan pada volume dinamakan volumetri ditetapkan pada analisa suatu contoh yang mengandung asam. Suatu analisa volumerti, contoh yang akan pada erlenmeyer dan kemudian disiapkan untuk dianalisis. Contoh padat dilarutkan terlebih dahulu, selanjutnya larutan tersebut direaksinkan dengan suatu larutan penetrasi yang diketahui, maka nilai konsentrasi dari zat yang dianalisis dapat diketahui. Metode volumetric yang diketahui atau yang dilaksanakan dengan tidak
mengetahui nilai konsentrasi penetrasi tidak dapat dilaksanakan. Reaksi yang dapat dipergunakan untuk melakukan analisa volumetric haruslah mempunyai sifat-sifat penting, antara lain : Stoikiometri yang baik Tidak menerima reaksi sampingan Laju reaksi tinggi Tidak ada gangguan berarti Ada alat untuk mendeteksi titik titik ekivalen titrasi Secara umum pada pelaksanaan titrasi asam-basa volumetric indikator yang digunakan adalah indicator yang mempunyai trayek pH 8,3-10,5 dimana larutan ini
merupakan larutan yang tidak berwarna pada larutan asam dan akan berwarna merah jambu pada larutan bersifat basa. Titrasi Asam-Basa. Reaksi penetralan asam-basa dapat digunakan utuk menentukan kadar (titer) larutan asam atau larutan basa. Dalam hal ini, sejumlah tertentu larutan asam ditetesi dengan larutan basa, atau sebaliknya sampai mencapai titik ekivalen (asam dan basa tepat bereaksi). Apabila molaritas salah satu larutan (asam atau basa) diketahui ditentukan. Proses penetapan kadar suatu larutan dengan cara tersebut disebut titrasi volume. Pereaksi yang digunakan dinamakan titran dan larutannya disebut titer atau larutan baku. Konsentrasi larutan ini dapat dihitung berdasarkan berta baku yang ditimbang secara seksama atau dengan penetapan yang dikenal dengan standarisasi atau pembakuan. Larutan standarisasi atau standar dibagi menjadi larutan standar primer dan sekunder. Kedua larutan standar ini dapat digunakan untuk menganalisa kuantitatif suatu senyawa. Pada analisa volumetric, contoh yang dianalisa ditempatkan dalam erlenmeyer. Contoh dilarutkan terlebih dahulu, selanjutnya larutan direaksikan dengan larutan penetrasi yang diketahui maka konsentrasi zat yang dianalisis dapat ditentukan. Metode volumetric yang lain dpat dilakukan dengan konsentrasi penetrasi yang tidak diketahui secara tepat dinamakan standarisasi. Reaksi yang dapat dipakai untuk analisis volumetric harus mempunyai sifat-sifat penting, antara lain stoikiometri yang baik, tidak memberikan reaksi samping hanya bahan yang dianalisisyang bereaksi dengan titran. Laju reaksi tinggi, tidak ada gangguan berarti dan terdapat alat untuk mendeteksi titik ekivalen. Jika reaksi kekurangan satu atau dua dari sifat-sifat tersebut, titrasi masih bisa dilakukan asalkan dengan tepat dan hati-hati. Beberapa jenis reaksi dapat digunakan untuk titrasi, yaitu reaksi pengendapan, reduksai dan asam basa, yang semuanya dapat berlangsung dengan sempurna. Pada percobaan ini yang digunakan adalah reaksi asm basa untuki menstandarisasi larutan
basa dan selanjutnya digunakan untuk menganalisis contoh yang mengandung asam. Dalam percobaan ini, ion OH adalah larutan NaOH dan sumber ion H adalah larutan asam. Mula-mula sipakan larutan NaOH 0,1 M kemudian larutan ini distandarisasi dengan larutan asam yang diketahui konsentrasinya karena menyerap CO2 dari udara. Oleh sebab itu larytan NaOH harus distandarisasi sebelum digunakan unuk menitrasi sampel. Pada kebanyakan titrasi asam basa perubahan larutan pada titik ekivalen tidak jelas. Untuk mengatasinya maka digunakan indicator yaitu senyawa organic asam basa atau lemah mempunyai warna molekul (asam) berbeda dengan warna ionnya (basa), dimana indiketor ini memperlihatkan perubahan warna pada pH tertentu. Indicator berfungsi untuk membedakan larutan yang bersifat asam dan basa. Contoh indicator yaitu lakmus merah dan lakmus biru, fenolplatein, metal merah, fenol merah, dan lain-lain. Untuk titrasi asm basa indicator yang digunakan pada larutan asam maupun basa. (Tim Kimia Dasar II, 2011 ). adalah fenolplaein yang mempunyai trayek pH 8,3-10,5 dimana larutan ini tidak berwarna
6. Pipet tetes 7. Air suling 8. Larutan NaOH 9. Indicator fenolftalein 10. Larutan HCl 11. Asam asetat
VI.
PROSEDUR PERCOBAAN
A. Standrisasi Larutan NaOH 0,5 M Cuci dengan baik buret 50 ml, selanjutnya bilas dengan air suling. Tutup ceratnya dan masukkan kira-kira 5 ml larutan NaOH yang akan distandarisasi. Miringkan dan putar buret untuk membasahi (membilas) permukaan dalam buret. Keluarkan larutan dari buret dan ulangi proses pembilasan sekali atau dua kali lagi dengan larutan NaOH. Isi buret dengan larutan NaOH sampai mencapai angka nol, alirkan larutan untuk mengeluerkan gelembung udara pada ujung buret dan isi buret kembali. a. Standarisasi dengan HCl
Pipet 25 ml larutan HCl standar 0,5 M dan masukkan kedalam setiap erlenmeyer.
Tambahkan kedalam erlenmeyer masing-masing 3 tetes indicator fenolplatein dan 25 ml air suling.
Catat volume akhir larutan NaOH pada erlenmeyer pertama dan ditandai dengan perubahan warna menjdi merah jambu. Ulangi titrasi untuk erlenmeyer kedua dan ketiga.
perhitungannya. Hitung rata-rata dari krtiga hasil. Jika ketiga hasil menunjukkan perbedaan lebih besar dari 0,002 M, lakukan standarisasi sekali lagi.
Tambahkan 25 ml air suling dan kocok sampai semua larut serta tambahkan 3 tetes indicator fenolplatein.
Larutan pada masing-masing erlenmeyer dititrasi dengan NaoH sampai terbentuk warna merah muda.
Hitung molaritas larutan NaoH dan tunjukkan rincian perhitungannya. Jika ketiga hasil menunjukkan perbedaab lebih besar dari 0.001 M, lakukan standarisasi sekali lagi.
a. Analisa kualitatif Didihkan 200 mg serbuk tablet dengan 10 ml larutan NaOH selama 2 sampai 3 menit, dinginkan. Tambahkan 5 ml asam sulfat pekat. Amati hasilnya.Ambil bagian bening dari (1), tambahkan 2 ml FeCl3 0,1 M. amati hasilnya. b. Analisa kuantitatif Timbang dengan seksama 500 mg aspirin, larutkan dalam 10 ml etanol 95 %. Tambahkan 30 ml NaOH 0,5 M, didihkan hati-hati selama 10 menit. Titrasi dengan HCl 0.5 m menggunakan indicator larutan fenol merah. Lakukan 3 kali penitrasi.
VII.
PERTANYAAN PRAPERCOBAAN
1. Apa yang dimaksud dengan asam, basa, titik ekivalen, dan indicator ?
2. Jelaskan perbedaan titik akhir reaksi dengan titik ekivalen ! 3. Sebanyak 0,7742 gr kalium hydrogen sitrat dimasukkan kedalam Erlenmeyer dan dilarutkan dengan air suling kemudian di titrasi dengan larutan NaOH. Bila terpakai 33,6 ml larutan NaOH, berapa molaritas larutan NaOH tersebut. 4. Buatlah reaksi antara asam Asetil Salisilat dengan NaOH !
dalam larutannya.
Basa asalah senyawa yang dalam air dapat menghasilkan ion OH- dalam
larutannya. Titiik ekivalen adalah titik dimana suatu larutan asam dan basa tepat habis bereaksi .
Indicator adalah senyawa organik asam maupun basa lemah yang
mempunyai warna molekul (warna asam) berbeda dengan warna ionnya (warna basa).
2. Titik ekivalen merupakan suatu titik dimana antara larutan baku dengan larutan sekunder tepat habis bereaksi, sedangkan titik akhir titrasi merupakan suatu titik dimana larutan asam dan basa telah habis bereaksi dan larutan telah berubah warna merah muda.
3.
Penyelesaian Diket : gr KH4C6H5O7 V NaOH Mr KH4C6H5O7 Dit : = 0.7742 gr = 33,6 ml = 232 = 0,0336 L
M NaOH ?
= = Mol NaOH = 0,7742/ 232 = 0,003 mol = mol/ V = 0,003/ 0,0336 = 0,09 M
Erlenmeyer I II III
Volume Awal 0 0 0
B. Standarisasi dengan KH-Pthalat KH-Pthalat + Aquadest + Indikator PP Erlenmeyer I Volume Awal 0 Volume Akhir 4
II III
0 0
6 4,7
Aspirin
NaCl
H2SO4
Menghasilkan warna coklat pekat dan terdapat lapisan bening Aspirin dipanaskan warna menjadi biru IX. REAKSI DAN PERHITUNGAN
A. Reaksi
1. HCl
H+ Na+
+ +
ClOH-
NaOH 2. O C OK O
OCOH O
3. KH-Pthalat
B. Perhitungan
1. Strandarisasi dengan HCl
Dik :
3 M HCl = M NaOH . V NaOH V HCl = 0,01 x 8,4 12,4 = 0,00672 % kesalahan = M teori M praktek M teori = 0,01 - 0,00672 x 100 % 0,01 = 3,28 % x 100 % = 0,084 12,4
= 0, 102 % kesalahan = M teori M praktek x 100 % M teori = 0,5 0,102 x 100 % 0,5 = 7, 9 %
X. PEMBAHASAN Percobaan kali ini tentang titrasi asam basa yang mana pada percobaan ini. Sudah dilakukan standarisasi dengan larutan Natrium Hidroksida dan Asam Klorida, adapun tujuan dari standarisasi ini untuk mengetahui nilai konsentrasi dari HCl dan KH-Pthalat. Pada percobaan ini kita mempelajari dan menerapkan teknik titrasi untuk menganalisa contoh yang mengandung asam, dan menstandarisasi larutan penetrasi. Larutan NaOH yang diteteskan ke dalam erlenmeyer yang mana di dalam erlenmeyer sudah terdapat campuran asamklorida, air suling, dan fenolplatein sebagai indicator, harus diteteskan sedikit demi sedikit agar dapat melihat dan menetukan titik ekivalen dan titik akhir dalam reaksi yang terjadi. Titik ekivalen merupakan titik dimana larutan asam dan basa tepat habis bereaksi. Reaksi ini terjadi pada saat larutan NaOH dan larutan dalam erlenmeyer bereaksi dan menimbulkan warna ungu dan warna larutan belum permanen. Sedangkan Titik akhir merupakan titik dimana larutan asam dan basa telah habis bereaksi. Keadaan ini terjadi pada saat larutan telah berubah warna menjadi merah muda dan sudah permanen atau tidak bisa kembali lagi seperti semula. Pada keadaan ini reaksi harus segera dihentikan karena sudah mencapai titik akhir dari titrasi. Analisa yang dipakai pada percobaan ini yakni analisa kualitatif. Analisa kualitatif merupakan analisa yang didasarkan pada pengamatan dan perubahan fisik dari suatu larutan. Larutan standar primer merupakan larutan yang sudah diketahui konsentrasinya. Larutan standar pada percobaan ini yaitu larutan NaOH, sedangkan larutan stndar sekunder merupakan larutan yang belum diketahui konsentrasinya. Sedangkan analisa kuantitatif merupakan analisa yang digunakan berdasarkan perhhitungan. Dalam hal ini kita diharuskan untuk mencari molaritas dan persen kesalan.
Indikator merupakan senyawa asam atau basa lemah yang mempunyai warna molekul (warna asam) berbeda dengan warna ionnya (warna basa). Dimana indicator ini memperlihatkan perubahan warna pada pH tertentu. Indicator berfungsi untuk membedakan larutan yang bersifat asam dan basa. Indicator yang digunakan pada percobaan ini yakni indicator fenolplatein dimana larutan ini tidak berwarna pada larutan asam dan berwarna merah jambu pada larutan basa. Perbedaan hasil yang didapatkan dapat juga disebabkan oleh zat-zat yang digunakan mungkun telah terkontaminasi dengan udara, atau indicator yang digunakan sudah tidak murni dan alat yang digunakan kurang steril (bersih). Dalam percobaan ini, ketepatan larutan amatlah penting. Selain itu dalam proses titrasi ada factor yag mendukung mempercepatnya proses titrasi, yakni diantaranya proses pengadukan. Dimana dalam pengadukan yang konstan dapat mempercepat terjadinya proses reaksi.
XI. KESIMPULAN
Dari percobaan yang telah dilakukan, maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:
basa telah h
merah jambu
merup
ekiv
basa tepat h
ber
dikat
ap
merah pekat, u menghasilkan diperlukan ketelitian. 5. Indicator senyawa lemah molekul berbeda warna (basa).
warna seperti
ad
org
asam maupun
mempunyai w
(a
de
io
DAFTAR PUSTAKA Adam Wiryawan, 2011. Titrasai Asam Basa. http//chem.-is-try.org/titrasi-asam-basa (Akses sabtu 14, mei 2011, jam 20.15) Purba, Michael. 2006. Kimia untuk SMA XI. Jilid 2. 326. Jakarta : Penerbit Erlangga Tim Kimia Dasar. 2011. Penuntun Praktikum Kimia Dasar II. Palembang : Universitas Sriwijaya
LAMPIRAN
Buret
Labu Ukur
Pipet tetes
Erlenmeyer
Gelas Ukur
Gelas beker