Anda di halaman 1dari 16

PENGARUH PENGALAMAN KERJA, INDEPENDENSI, KOMPETENSI DAN INTEGRITAS TERHADAP KUALITAS AUDIT

(Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik Di Kepulauan Riau, Sumatera Barat Dan Riau)

ANNISA RAHMATIKA SALIM e-mail : annisarahmatika28@yahoo.com HP : 085278741666 Anggota : KAMALIAH ELFI ILHAM Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Riau ABSTRACT
This research is to examine how for job experience, independency, competency and integrity influence quality audit result to public accountant in the Riau Island, West Sumatra and Riau. All variables in this study were measured using a likert scale. This research was conducted in the area Korda IAI Central Sumatra using auditor respondents who work in public accounting firm located in the Riau Isaland, West Sumatra and Riau. The total number of respondents sampled in the study wereas many as 75 people (75%). The method of data analysis used to test the hypothesis is multiple regression analysis using the program SPSS 17.0 version. Parsial regression test (t test) showed that variable job experience, independence, competency and integrity has influence quality audit result, the magnitudeof the effect caused by (R2) by these fourth variables together 65.70% of the dependent variable, while the remaining 34,30% influnced by other variables not examined n this study. Keywords: Job experience, independency, competency, integrity, quality of audit result.

1.

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang Penelitian Laporan keuangan menyediakan bermacam informasi keuangan yang bersifat kuantitatif dan diperlukan sebagai sarana pengambilan keputusan oleh pihak internal maupun pihak eksternal perusahaan. Menurut FASB, ada dua karakteristik terpenting yang harus ada dalam laporan keuangan yaitu relevan (relevance) dan dapat diandalkan (reliable). Kedua karakteristik tersebut sangatlah sulit untuk diukur, sehingga para pemakai informasi membutuhkan jasa pihak ketiga yaitu auditor untuk memberi jaminan bahwa laporan keuangan tersebut memang relevan dan dapat diandalkan serta dapat meningkatkan kepercayaan semua pihak yang berkepentingan dengan perusahaan tersebut (Singgih dan Bawono, 2010). Akuntan publik atau auditor dalam tugasnya mengaudit perusahaan klien memiliki posisi yang strategis sebagai pihak ketiga dalam lingkungan perusahaan klien yaitu ketika akuntan publik mengemban tugas dan tanggung jawab dari
1

manajemen (agen) untuk mengaudit laporan keuangan perusahaan yang dikelolanya. Dalam hal ini manajemen ingin supaya kinerjanya terlihat selalu baik dimata pihak eksternal perusahaan terutama pemilik (prinsipal). Akan tetapi disisi lain, pemilik (prinsipal) menginginkan supaya auditor melaporkan dengan sejujurnya keadaan yang ada pada perusahaan yang telah dibiayainya. Dari uraian di atas terlihat adanya suatu kepentingan yang berbeda antara manajemen dan pemakai laporan keuangan (Elfarini, 2007 dalam Lingga dan Meythi, 2011). Kepercayaan yang besar dari pemakai laporan keuangan auditan yang diberikan oleh akuntan publik inilah yang akhirnya mengharuskan auditor memperhatikan kualitas audit yang dihasilkannya.Kualitas audit ini menjadi penting karena kualitas audit yang tinggi akan menghasilkan laporan keuangan yang dapat dipercaya sebagai dasar pengambilan keputusan (Indah, 2010). Kualitas audit didefinisikan sebagai probabilitas dimana seorang auditor menemukan dan melaporkan tentang adanya suatu pelanggaran dalam sistem akuntansi kliennya (De Angelo 1981 dalam Alim dkk, 2007). Agar laporan audit yang dihasilkan auditor berkualitas, maka auditor harus menjalankan pekerjaannya secara professional. Auditor harus mematuhi standar auditing dalam melakukan audit atas laporan keuangan, memperoleh bukti audit yang cukup untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan dan melakukan tahap-tahap proses audit secara lengkap (Sari, 2011). Pengalaman merupakan suatu proses pembelajaran dan penambahan perkembangan potensi bertingkah laku baik dari pendidikan formal maupun non formal atau bisa juga diartikan sebagai suatu proses yang membawa seseorang kepada suatu pola tingkah laku yang lebih tinggi. Pengalaman merupakan atribut yang penting yang harus dimiliki oleh auditor, hal ini terbukti dengan tingkat kesalahan yang dibuat oleh auditor yang tidak berpengalaman lebih banyak daripada auditor yang berpengalaman. Hal tersebut menunjukkan bahwa semakin lama masa kerja dan pengalaman yang dimiliki oleh seorang auditor maka akan menghasilkan kualitas audit yang baik. Auditor tidak hanya perlu memiliki pengalaman atau keahlian saja tetapi auditor juga harus memiliki sikap independen dalam pengauditan. Tanpa adanya independensi, auditor tidak berarti apa-apa. Karena tanpa adanya independensi suatu hasil audit tidak mencerminkan keadaan laporan keuangan sebenarnya. Independensi menurut Mulyadi (2002) berarti sikap mental yang bebas dari pengaruh, tidak dikendalikan oleh pihak lain, tidak tergantung pada orang lain. Auditor independen tidak hanya berkewajiban mempertahankan fakta bahwa ia independen, namun auditor juga harus menghindari keadaan yang dapat menyebabkan pihak luar meragukan sikap independensinya.Semakin independen seorang auditor dalam melaksanakan tugasnya, maka semakin baik kualitas audit yang dihasilkannya. Kompetensi adalah kualifikasi yang dibutuhkan oleh auditor untuk melakukan audit dengan benar. Semakin banyak kompetensi yang dimiliki oleh auditor maka semakin meningkat pula kualitas audit yang dihasilkannya. Kompetensi semacam itu diperoleh melalui baik jenjang pendidikan secara formal maupun informal, serta pengalaman dalam praktik audit.

Selain memiliki kompetensi, seorang auditor harus memiliki sikap integritas. Integritas merupakan kualitas yang melandasi kepercayaan publik dan merupakan patokan bagi anggota dalam menguji semua keputusannya. Integritas mengharuskan seorang auditor untuk bersikap jujur dan transparan, berani, bijaksana dan berttanggung jawab dalam melaksanakan audit. Keempat unsur itu diperlukan untuk membangun kepercayaan dan memberikan dasar bagi pengambilan keputusan yang andal (Pusdiklatwas BPKP, 2005 dalam Sukriah, 2009). Dengan integritas yang tinggi, maka auditor dapat meningkatkan kualitas audit yang dihasilkannya. Beberapa penelitian telah dilakukan mengenai kualitas audit ini. Alim dkk (2007) telah menemukan bahwa kompetensi dan independensi berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas audit. Elfarini (2007) menunjukkan bahwa kompetensi dan independensi berpengaruh terhadap kualitas audit. Sukriah dkk (2009) juga menunjukkan bahwa independensi dan integritas tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas hasil pemeriksaan dan pengalaman kerja, objektifitas dan kompetensi berpengaruh positif terhadap kualitas hasil pemeriksaan.Efendy MT (2010) menunjukkan bahwa kompetensi berpengaruh terhadap kualitas audit, sedangkan independensi tidak berpengaruh terhadap kualitas audit.Singgih dan Buwono (2010) menunjukkan bahwa secara simultan independensi, pengalaman, due professional care dan akuntabilitas berpengaruh terhadap kualitas audit, sedangkan secara parsial pengalaman tidak berpengaruh terhadap kualitas audit.Lingga dan Meythi (2011) juga menunjukkan bahwa kompetensi dan independensi secara parsial tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kualitas audit.Rahmawati (2011) menunjukkan kompetensi mempengaruhi kualitas audit, sedangkan independensi tidak berpengaruh terhadap kualitas audit.Tarigan (2011) menunjukkan bahwa secara parsial pengalaman kerja tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja manajerial SKPD, sedangkan independensi, objektifitas, integritas dan kompetensi secara simultan berpengaruh terhadap kualitas hasil pemeriksaan. Penelitian ini merupakan replikasi yang dilakukan oleh Lingga dan Meythi (2011). Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak pada ojek penelitian, yaitu Kantor Akuntan Publik (KAP) yang ada di Batam, Padang dan Riau. Oleh karena itu, selain ketiga variabel tersebut, dalam penelitian ini ditambahkan dua variabel lain yaitu pengalaman kerja dan integritas untuk dianalisis pengaruhnya terhadap kualitas audit. 1.2 Rumusan Masalah Dengan didasari latar belakang yang telah dijelaskan di atas maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Pengaruh Pengalaman Kerja, Independensi, Kompetensi dan Integritas terhadap Kualitas Audit Rumusan masalah di atas dapat dirinci menjadi beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut : 1. Apakah pengalaman kerjaberpengaruh terhadap kualitas audit ? 2. Apakah independensi berpengaruh terhadap kualitas audit ? 3. Apakah kompetensi berpengaruh terhadap kualitas audit ? 4. Apakah integritas berpengaruh terhadap kualitas audit ?

Penelitian ini dijalankan dengan beberapa tujuan. Pertama, untuk menganalisis dan menguji pengaruh pengalaman kerja terhadap kualitas audit. Kedua, untuk menganalisis dan menguji pengaruh independensi terhadap kualitas audit. Ketiga, untuk menganalisis da menguji pengaruh kompetensi terhadap kualitas audit. Terakhir, penelitian ini dijalankan dengan tujuan untuk menganalisis dan menguji pengaruh integritas terhadap kualitas audit. 1.3 Tinjauan Teori 1.3.1 Kualitas Audit Kualitas audit didefinisikan sebagai probabilitas dimana seorang auditor menemukan dan melaporkan tentang adanya suatu pelanggaran dalam sistem akuntansi kliennya. Menurut Rosnidah (2010) kualitas audit adalah pelaksanaan audit yang dilakukan sesuai dengan standar sehingga mampu mengungkapkan dan melaporkan apabila terjadi pelanggaran yang dilakukan klien. Ada empat hal dianggap mempunyai hubungan dengan kualitas audit yaitu (1) lama waktu auditor telah melakukan pemeriksaan terhadap suatu perusahaan (tenure), semakin lama seorang auditor telah melakukan audit pada klien yang sama maka kualitas audit yang dihasilkan akan semakin rendah, (2) jumlah klien, semakin banyak jumlah klien maka kualitas audit akan semakin baik karena auditor dengan jumlah klien yang banyak akan berusaha menjaga reputasinya, (3) kesehatan keuangan klien, semakin sehat kondisi keuangan klien maka akan ada kecenderungan klien tersebut untuk menekan auditor agar tidak mengikuti standar, dan (4) review oleh pihak ketiga, kualitas sudit akan meningkat jika auditor tersebut mengetahui bahwa hasil pekerjaannya akan direview oleh pihak ketiga (De Angelo, 1981, dalam Alim dkk., 2007). Dari pengertian diatas, agar laporan audit yang dihasilkan auditor berkualitas, maka auditor harus menjalankan pekerjaannya secara professional. Auditor harus bersikap independen terhadap klien, mematuhi standar auditing dalam melakukan audit atas laporan keuangan, memperoleh bukti kompeten yang cukup untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan dan melakukan tahaptahap proses audit secara lengkap(Sari, 2011). 1.3.2 Pengalaman Kerja Pengalaman merupakan suatu proses pembelajaran dan pertambahan perkembangan potensi bertingkah laku baik dari pendidikan formal maupun non formal atau bisa diartikan sebagai suatu proses yang membawa seseorang kepada suatu pola tingkah laku yang lebih tinggi.Pengalaman merupakan atribut yang penting yang dimiliki oleh audit, hal ini terbukti dengan tingkat kesalahan yang dibuat oleh auditor yang tidak berpengalaman lebih banyak daripada auditor yang berpengalaman. Seorang karyawan yang memiliki pengalaman kerja yang tinggi akan memiliki keunggulan dalam beberapa hal diantaranya: 1) mendeteksi kesalahan, 2) memahami kesalahan dan 3) mencaripenyebab munculnya kesalahan (Purnamasari, 2005). Pengalaman kerja seseorang menunjukkan jenis-jenis pekerjaan yang pernah dilakukan seseorang dan memberikan peluang yang besar bagi seseorang

untuk melakukan pekerjaan yang lebih baik. Semakin luas pengalaman kerja seseorang, semakin trampil melakukan pekerjaan dan semakin sempurna pola berpikir dan sikap dalam bertindak untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Puspaningsih, 2004). Pengalaman akuntan publik akan terus meningkat seiring dengan makin banyaknya audit yang dilakukan serta kompleksitas transaksi keuangan perusahaan yang diaudit sehingga akan menambah dan memperluas pengetahuannya di bidang akuntansi dan auditing(Christiawan, 2002). 1.3.3 Independensi Independensi menurut Mulyadi (2002:26-27) berarti sikap mental yangbebas dari pengaruh, tidak dikendalikan oleh pihak lain, tidak tergantung padaorang lain. Independensi juga berarti adanya kejujuran dalam diri auditor dalammempertimbangkan fakta dan adanya pertimbangan yang objektif tidak memihakdalam diri auditor dalam merumuskan dan menyatakan pendapatnya. Dalam melaksanakan pemeriksaan akuntan, akuntan publik memperolehkepercayaan diri dari klien dan para pemakai laporan keuangan untukmembuktikan kewajaran laporan keuangan yang disusun dan disajikan olehklien. Oleh karena itu, dalam memberikan pendapat mengenai kewajaran laporankeuangan yang diperiksa harus bersikap independen terhadap kepentingan klien,para pemakai laporan keuangan, maupun terhadap kepentingan akuntan publikitu sendiri (Indah, 2010). Dalam Standar Professional Akuntan Publik (SPAP) seksi 220, Standar inimengharuskan auditor bersikap independen, artinya tidak mudah dipengaruhi, karena ia melaksanakan pekerjaannya untuk kepentingan umum (dibedakan dalam hal ia berpraktik sebagai auditor intern).Auditor secara intelektual harus jujur, bebas dari kewajiban terhadap kliennya dan tidak mempunyai kepentingan dengan klien, baik terhadap manajemen maupun pemilik. 1.3.4 Kompetensi Kompetensi adalah kualifikasi yang dibutuhkan oleh auditor untuk melakukan audit dengan benar. Kompetensi semacam itu dapat diperoleh melalui baik jenjang pendidikan secara formal maupun informal, serta pengalaman dalam praktik audit. Karena dalam melakukan peran audit, seorang auditor harus mengumpulkan serta mengevaluasi bukti-bukti yang digunakan untuk mendukung judgment yang diberikannya. Dari bukti-bukti yang dikumpulkan ini harus memadai guna meyakinkan auditor dalam memberikan opini (Tarigan, 2011). Standar umum pertama (SA seksi 210 dalam SPAP, 2001) menyebutkan bahwa audit harus dilaksanakan oleh seorang atau yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor. Sedangkan standar umum ketiga (SA seksi 230 dalam SPAP, 2001) menyebutkan bahwa dalam pelaksanaan audit akan penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama. Oleh karena itu, maka setiap auditor wajib memiliki kemahiran profesionalitas dan keahlian dalam melaksanakan tugasnya sebagai auditor.

Kompetensi berkaitan dengan pendidikan dan pengalaman memadai yang dimiliki akuntan publik dalam bidang auditing dan akuntansi. Dalam melaksanakan audit, akuntan publik harus bertindak sebagai seorang yang ahli di bidang akuntansi dan auditing. Selain itu, akuntan publik harus menjalani pelatihan teknis yang cukup yang mencakup aspek teknis maupun pendidikan umum. 1.3.5 Integritas Integritas merupakan kualitas yang melandasi kepercayaan publik dan merupakan patokan bagi anggota dalam menguji semua keputusannya. Integritas adalah menjalankan tugas dan pekerjaan dengan selalu memegang teguh Kode Etik dan prinsip-prinsip moral. Integritas mengharuskan seseorang auditor untuk bersikap jujur dan transparan, berani, bijaksana dan bertanggung jawab dalam melaksanakan audit. Keempat unsur itu diperlukan untuk membangun kepercayaan dan memberikan dasar bagi pengambilan keputusan yang andal (Pusdiklatwas BPKP, 2005 dalam Sukriah, 2009). Menurut Aturan Etika Kompartemen Akuntan Publik Integritas No. 102 adalah dalam menjalankan tugasnya, anggota KAP harus mempertahankan integritas dan objektivitas, harus bebas dari benturan kepentingan (Conflict Of Interest) dan tidak boleh membiarkan faktor salah saji material (material misstatement) yang diketahuinya atau mengalihkan (mensubordinasikan) pertimbangannya kepada pihak lain. Pada dasarnya integritas akuntan adalah suatu sikap akuntan yang mampukah ia bersikap jujur dan berterus terang tanpa harus mengorbankan rahasia penerima jasa yang berhubungan langsung dengan kepercayaan publik. Dalam menghadapi aturan, standar, panduan khusus atau menghadapi pendapat yang bertentangan, anggota harus menguji keputusan atau perbuatannya dengan bertanya apakah anggota telah melakukan apa yang seharusnya dilakukan dan apakah anggota telah menjaga integritas dirinya. Integritas mengharuskan anggota untuk mentaati bentuk standar teknis dan etika. Selain itu juga mengharuskan anggota untuk mengikuti prinsip objektivitas dan kehati-hatian professional (Sari, 2011). 1.4 Perumusan Hipotesis 1.4.1 Hubungan Pengalaman Kerja dan Kualitas Audit Pengalaman akuntan publik akan terus meningkat seiring dengan makin banyaknya audit yang dilakukan serta kompleksitas transaksi keuangan perusahaan yang diaudit sehingga akan menambah dan memperluas pengetahuannya di bidang akuntansi dan auditing(Christiawan, 2002).Hal tersebut menunjukkan bahwa semakin lama masa kerja dan pengalaman yang dimiliki oleh auditor maka semakin baik dan semakin meningkat pula kualitas audit yang dihasilkannya. H1 : Pengalaman kerja berpengaruh terhadap kualitas audit

1.4.2

Hubungan Independensi dan Kualitas Audit Independensi juga berarti adanya kejujuran dalam diri auditor dalammempertimbangkan fakta dan adanya pertimbangan yang objektif tidak memihakdalam diri auditor dalam merumuskan dan menyatakan pendapatnya.Auditor harus dapat mengumpulkan setiap informasi yang dibutuhkan dalam pengambilan keputusan audit dimana hal tersebut harus didukung dengan sikap independen. Hal ini menunjukkan bahwa semakin independen seorang auditor maka semakin baik kualitas audit yang dihasilkannya. H2 : Independensi berpengaruh terhadap kualitas audit

1.4.3

Hubungan Kompetensi dan Kualitas Audit Kompetensi adalah kualifikasi yang dibutuhkan auditor untuk melaksanakan audit dengan benar. Kompetensi auditor diukur melalui banyaknya ijasah/sertifikat yang dimiliki serta jumlah/banyaknya keikutsertaan yang bersangkutan dalam pelatihan-pelatihan, seminar atau simposium. Hal tersebut menunjukkan bahwa semakin tinggi kompetensi yang dimiliki oleh auditor maka semakin meningkat pula kualitas audit yang dihasilkannya. H3 : Kompetensi berpengaruh terhadap kualitas audit

1.4.4

Hubungan Integritas dan Kualitas Audit Integritas mengharuskan anggota untuk mentaati bentuk standar teknis dan etika. Selain itu juga mengharuskan anggota untuk mengikuti prinsip objektivitas dan kehati-hatian professional (Sari, 2011).Hal tersebut menunjukkan bahwa dengan integritas yang tinggi, maka auditor dapat meningkatkan kualitas audit yang dihasilkannya. H4 2. : Integritas berpengaruh terhadap kualitas audit

Metodologi Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh auditor yang bekerja pada Kantor Akuntan Publik (KAP) dan terdaftar pada Direktori Akuntan Publik Indonesia (IAPI) 2011 di wilayah Sumatera Barat, Kepulauan Riau dan Riau. Jumlah populasi secara keseluruhan dalam penelitian ini adalah 100 orang. Metode pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalahsimple random sampling. simple random samplingadalah teknik pengambilan sampeldiambil secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi.
2.1 Definisi Operasional Variabel 2.1.1

Kualitas Audit Kualitas audit didefinisikan sebagai probabilitas dimana seorang auditor menemukan dan melaporkan tentang adanya suatu pelanggaran dalam sistem akuntansi kliennya, definisi ini mengacu kepada De Angelo, 1981, dalam Alim

dkk., (2007).Instrumen penelitian ini mengukur kualitas audit melalui dua indikator yaitu kesesuaian pemeriksaan dengan standar audit dan kualitas laporan hasil pemeriksaan. Variabel ini diukur dengan menggunakan 10 item pernyataan dengan skala Likert 5 poin, dimana 1 berarti tidak setuju sama sekali, dan 5 sangat setuju dengan pernyataan yang diajukan.
2.1.2

Pengalaman Kerja Pengalaman merupakan atribut yang penting yang dimiliki oleh audit, hal ini terbukti dengan tingkat kesalahan yang dibuat oleh auditor yang tidak berpengalaman lebih banyak daripada auditor yang berpengalaman, definisi ini mengacu kepada Purnamasari (2005). Instrumen penelitian ini mengukur pengalaman kerja melalui dua indikator yaitu dilihat dari segi lamanya bekerja sebagai auditor dan banyaknya tugas pemeriksaan yang telah dilakukan. Variabel ini diukur dengan menggunakan 8 item pernyataan dengan skala Likert 5 poin, dimana 1 berarti tidak setuju sama sekali, dan 5 sangat setuju dengan pernyataan yang diajukan.

Independensi Independensi juga berarti adanya kejujuran dalam diri auditor dalam mempertimbangkan fakta dan adanya pertimbangan yang objektif tidak memihak dalam diri auditor dalam merumuskan dan menyatakan pendapatnya, definisi ini mengacu kepada Mulyadi (2002:26-27).Instrumen penelitian ini mengukur independensi melalui tiga indikator yaitu independensi penyusunan program, independensi pelaksanaan pekerjaan dan independensi pelaporan. Variabel ini diukur dengan menggunakan 9 item pernyataan dengan skala Likert 5 poin, dimana 1 berarti tidak setuju sama sekali, dan 5 sangat setuju dengan pernyataan yang diajukan. 2.1.4 Kompetensi Kompetensi auditor diukur melalui banyaknya ijasah/sertifikat yang dimiliki serta jumlah/banyaknya keikutsertaan yang bersangkutan dalam pelatihan-pelatihan, seminar atau simposium dan lain-lain, definisi ini mengacu kepada Suraida (2005). Instrumen penelitian ini mengukur kompetensi melalui tiga indikator yaitu mutu personal, pengetahuan umum dan keahlian khusus. Variabel ini diukur dengan menggunakan 10 item pernyataan dengan skala Likert 5 poin, dimana 1 berarti tidak setuju sama sekali, dan 5 sangat setuju dengan pernyataan yang diajukan.
2.1.3 2.1.5

Integritas Integritas adalah kualifikasi yang dibutuhkan auditor dalam melaksanakan audit dengan benar. Integritas mengharuskan seorang auditor untuk bersikap juju dan transparan, berani, bijkasana dan bertanggung jawab dalam melaksanakan audit.Instrumen penelitian ini mengukur integritas melalui empat indikator yaitu kejujuran auditor, keberanian auditor, sikap bijaksana auditor dan tanggung jawab auditor. Variabel ini diukur dengan menggunakan 14 item pernyataan dengan skala Likert 5 poin, dimana 1 berarti tidak setuju sama sekali, dan 5 sangat setuju dengan pernyataan yang diajukan.

2.2 Analisis Data Sebelum melakukan penelitian perlu dilakukan analisis data yang terdiri atas uji validitas dan uji reliabilitas. Uji validitas dilakukan dengan melakukan korelasi antara skor butir pertanyaan dengan total skor konstruk atau variabel (Ghozali, 2005). Berdasarkan hasil uji validitas item variabel pengalaman kerja, independensi, kompetensi, integritas dan kualitas audit didapatkan nilai koefisien untuk semua item lebih besar dari 0.224. Dengan demikian setiap item pernyataan dalam tiap-tiap variabel (pengalaman kerja, independensi, kompetensi, integritas dan kualitas audit) dinyatakan valid. Sedangkan, uji reliabilitas dilakukan dengan melihat nilai Croncbach Alpha. Hasil uji reliabilitas menunjukkan bahwa semua variabel penelitian dinyatakan reliabel dengan nilai Cronbach Alpha lebih besar dari 0.6 (pengalaman kerja = 0.709; independensi = 0.711; kompetensi = 0.753; integritas = 0.746 dan kualitas audit = 0.784). Untuk melakukan pengujian hipotesis dengan menggunakan model regresi, maka asumsi klasik perlu dipenuhi terlebih dahulu. Asumsi klasik yang perlu dipenuhi yaitu uji normalitas, uji multikolinearitas, uji heterokedastisitas dan uji autokorelasi. Hasil uji asumsi klasik yang dilakukan menunjukkan bahwa data penelitian telah memenuhi asumsi klasik yang disyaratkan. Uji goodness of fit adalah uji F yang bertujuan untuk menguji apakah variabel independen secara simultan mempengaruhi variabel dependen (Ghozali, 2005). Hasil uji F ysng dilakukan menunjukkan terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel pengalaman kerja, independensi, kompetensi dan integritas terhadap kualitas audit. 2.3 Metode Pengujian Hipotesis Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini diuji dengan teknik analisis regresi berganda (Multiple Regression Analysis) versi 17. Analisis ini bertujuan untuk menguji hubungan antar variabel penelitian dan mengetahui besarnya pengaruh masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat. Model yang digunakan dalam regresi berganda untuk melihat pengaruh pengalaman kerja, independensi, kompetensi dan integritas terhadap kualitas audit dalam penelitian ini adalah : Y = + 1 X1 + 2 X2 + 3 X3+ 4 X4 + Keterangan : Y = Kualitas Audit : Konstanta = Konstanta 1 2 34 = Koefisien regresi X1 = Pengalaman kerja X2 = Independensi X3 = Kompetensi X4 = Integritas = error

3.

Hasil dan Pembahasan Sebanyak 100 buah kuesioner telah disebarkan, baik diantar langsung atau dikirimkan lewat pos kepada Kantor Akuntan Publik (KAP) di wilayah Sumatera

Barat, Kepulauan Riau dan Riau. Sebanyak 75 buah kuesioner atau 75% dari kuesioner yang disebar, dikembalikan oleh responden. Hal ini menunjukkan responden cukup kooperatif dalam penelitian ini.
3.1 Gambaran Umum Responden dan Analisis Deskriptif Dari 75 kuesioner yang diolah, berdasarkan umur diketahui yang menjadiresponden antara umur 20-30 tahun berjumlah 45 orang (60%), antara umur 31-40 15 orang (20%), antara umur 41-50 7 orang (9,33%) dan antara 51-60 sebanyak 8 orang (10,67%). Berdasarkan tingkat pendidikan terakhir responden, responden dengan latar belakang pendidikan diploma berjumlah 2 orang (2,67%), S1 sebanyak 55 orang (73,33%), S2 sebanyak 15 orang (20%) dan S3 sebanyak 3 orang (4%). Berdasarkan bidang kerja yang ditangani oleh responden, responden yang bekerja dibidang auditing berjumlah 39 orang (52%), yang bekerja dibidang konsul sebanyak 15 orang (20%), yang bekerja dibidang perpajakan sebanyak 20 orang (26,67%) dan yang bekerja dibidang sistem 1 orang (1,33%). Berdasarkan lama responden bekerja, responden yang bekerja selama 1 tahun 12 orang (16%), lama bekerja 2 tahun sebanyak 25 orang (33,33%), lama bekerja 3-5 tahun sebanyak 20 orang (26,67%) dan lama bekerja lebih dari 10 tahun berjumlah 8 orang (10,67%).Berdasarkan posisi jabatan responden, reponden yang berposisi magang berjumlah 0 (0%), responden yang berposisi supervisor sebanyak 10 orang (13,33%), responden yang berposisi staff auditor sebanyak 28 orang (37,33%), responden yang berposisi auditor junior sebanyak 12 orang (16%), responden yang berposisi auditor senior sebanyak 17 orang (22,67%) dan responden yang berposisi sebagai manajer kap sebanyak 8 orang (10,67%). Berdasarkan analisis deskriptif yang dilakukan terhadap variabel penelitian diperoleh nilai rata-rata, nilai minimum dan maksimum serta standar deviasi variabel penelitian seperti yang disajikan pada tabel 3.1 berikut ini :

Tabel 3.1 Tabel Analisis Deskriptif Data


Descriptive Statistics N Kualitas Audit Pengalaman Kerja Independensi Kompetensi Integritas Valid N (listwise) 75 75 75 75 75 75 Minimum 30.00 30.00 28.00 42.00 30.00 Maximum 50.00 40.00 45.00 62.00 50.00 Mean 41.3600 33.9333 35.8800 56.6667 41.8933 Std. Deviation 4.56674 2.98344 3.52581 3.96721 4.84231

Sumber : Data Olahan (2012) Berdasarkan tabel 3.1 diatas dapat dilihat bahwa kualitas audit mempunyai nilai minimum 30, maksimum 50 dan rata-rata jawaban responden adalah sebesar 41.3600 dengan standar deviasi 4.56674. Pengalaman kerja mempunyai nilai minimum 30, maksimum 40 dan rata-rata jawaban responden adalah sebesar 33.9333 dengan standar deviasi 2.98344. Independensi mempunyai nilai minimum 28, maksimum 7 dan rata-rata jawaban responden adalah sebesar

10

35.8800 dengan standar deviasi 3.52581. Kompetensi mempunyai nilai minimum 42, maksimum 62 dan rata-rata jawaban responden adalah sebesar 56.6667 dengan standar deviasi 3.96721. Sedangkan integritas mempunyai nilai minimum 30, maksimum 50 dan rata-rata jawaban responden adalah sebesar 41.8933 dengan standar deviasi 4.84231.
3.2 Pengujian Hipotesis Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan model regresi. Untuk menggunakan model regresi maka uji asumsi klasik terlebih dahulu harus dilakukan. Uji asumsi klasik yang perlu dilakukan meliputi uji multikolinearitas, uji autokorelasi, uji heteroskedastisitas dan uji normalitas. Uji asumsi klasik telah dilakukan dan hasil uji asumsi klasik menunjukkan data penelitian telah terdistribusi dengan normal serta bebas dari heterokedastisitas, autokorelasi dan multikolinearitas.

Tabel 3.2 Hasil Analisis Regresi


Coefficients Unstandardized Coefficients Model 1 (Constant) PK I K IN B 2.301 .225 .374 .396 .375 Std. Error 5.515 .119 .122 .095 .094 .147 .289 .420 .326
a

Standardized Coefficients Beta T .417 3.898 3.070 4.166 3.973 Sig. .678 .000 .003 .000 .000

Collinearity Statistics Tolerance VIF

.816 .553 .481 .727

1.226 1.809 2.078 1.375

a. Dependent Variable: KA

3.2.1

Pengalaman kerja berpengaruh terhadap kualitas audit Berdasarkan hasil perhitungan regresi pada tabel 3.2 diperoleh nilai p value (sign) 0.000 yang artinya lebih kecil dari 0.05 yang menunjukkan adanya pengaruh antara pengalaman kerja terhadap kualitas audit. Hal ini berarti bahwa auditor yang berpengalaman diasumsikan dapat memberikan kualitas audit yang lebih baik dibandingkan dengan auditor yang belum berpengalaman. Secara teknis, semakin banyak tugas yang auditor kerjakan, akan semakin mengasah keahliannya dalam mendeteksi suatu hal yang memerlukan perlakuan khusus yang banyak dijumpai dalam melakukan pekerjaannya. Independensi berpengaruh terhadap kualitas audit Berdasarkan hasil perhitungan regresi pada tabel 3.2 diperoleh nilai p value (sign) 0.003 yang artinya lebih kecil dari 0.05 yang menunjukkan adanya pengaruh antara independensi terhadap kualitas audit.

3.2.2

11

Hal ini berarti bahwa jika seorang auditor bersikap independen, maka penilaiannya akan mecerminkan kondisi yang sebenarnya dari sebuah perusahaan yang diperiksa. Dengan demikian maka jaminan atas keandalan laporan yang diberikan oleh auditor dapat dipercaya oleh semua pihak yang berkepentingan. Maka auditor dituntut untuk mempertahankan sikap independensi sehingga dapat menghasilkan kualitas audit yang tinggi.
3.2.3

Kompetensi berpengaruh terhadap kualitas audit Berdasarkan hasil perhitungan regresi pada tabel 3.2 diperoleh nilai p value (sign) 0.000 yang artinya lebih kecil dari 0.05 yang menunjukkan adanya pengaruh antara kompetensi terhadap kualitas audit. Hal ini berarti bahwa kualitas audit dapat dicapai jika auditor memiliki kompetensi yang baik. Auditor sebagai ujung tombak pelaksanaan tugas audit memang harus senantiasa meningkatkan pengetahuan yang telah dimiliki agara penerapan pengetahuan dapat maksimal dalam praktiknya. Integritas berpengaruh terhadap kualitas audit Berdasarkan hasil perhitungan regresi pada tabel 3.2 diperoleh nilai p value (sign) 0.000 yang artinya lebih kecil dari 0.05 yang menunjukkan adanya pengaruh antara integritas terhadap kualitas audit. Hal ini berarti bahwa Auditor harus melaksanakan audit dengan bersikap jujur, berani, bijaksana dan bertanggung jawab. Jika seorang auditor dapat mempertahankan sikap integritasnya, maka auditor dapat membangun kepercayaan publik dan memberikan dasar bagi pengambilan keputusan yang andal. Maka auditor dituntut untuk mempertahankan sikap integritas sehingga dapat menghasilkan kualitas audit yang tinggi. 4. Kesimpulan dan Saran

3.2.4

4.1 Kesimpulan Berdasarkan analisis data dan pembahasan pada 20 sampel Kantor Akuntan Publik yang terdaftar di Directory IAPI periode 2011, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Hasil pengujian validitas dan reliabilitas untuk seluruh variabel telah memberikan hasil yang baik. Pengujian terhadap setiap pertanyaan dengan menggunakan korelasi Product Moment Pearson menunjukkan bahwa setiap butir pertanyaan valid, yakni rhitung> rtabeldan untuk reliabilitas setiap instrument dihitung dengan Cronbach Alpha menunjukkan bahwa memiliki nilai yang lebih besar dari 0,60 berarti semua instrument reliable. 2. Pengujian hiipotesis menunjukkan bahwa variabel Pengalaman Kerja, Independensi, Kompetensi dan Integritas memiliki pengaruh terhadap Kualitas Audit. 3. Hasil pengujian koefisien determinasi (R2) sebesar 0.657 memberi pengertian bahwa 65.70% kualitas audit dipengaruhi oleh Pengalaman Kerja, Independensi, Kompetensi dan Integritas. Jumlah koefisien determinasi sebesar

12

65.70% memberi gambaran bahwa masih ada 34.30% variabel lain yang mempengaruhi kualitas audit.

4.2 Saran Terdapat beberapa saran dalam penelitian ini yang nantinya dapat berguna dan dapat memberikan arah bagi penelitian selanjutnya, yaitu sebagai berikut : 1. Peneliti berikutnya dapat melakukan penelitian diprovinsi lain khususnya seSumatera atau diluar pulau Sumatera, sehingga nantinya hasil bias digeneralisasi untuk lingkup yang lebih luas serta mencantumkan waktu pengembalian kuesioner. 2. Peneliti selanjutnya dapat lebih maksimal memperoleh data kueisoner yang baik, bila perlu mengunjungi KAP secara langsung karena tingkat pengembaliannya lebih jelas dan dapat dipantau secara langsung. 3. Peneliti selanjutnya disarankan menambah variabel penelitian lainnya yang dapat mempengaruhi kulitas audit oleh akuntan publik.

DAFTAR PUSTAKA Abdul Halim. (2003). Analisis Investasi. Salemba Empat. Jakarta. Alim, M. Nizarul, Trisna Hapsari dan Lilik Purwanti. 2007. Pengaruh Kompetensi Dan Independensi Terhadap Kualitas Audit Dengan Etika Auditor Sebagai Variabel Moderasi. SNA X. Makassar. Jurnal Angelo, Linda E. 1981. Auditor Size And Audit Quality. Journal of Accounting and Economics III. Arens A. Alvin, Mark Beasley, dan Randal Elder. 2008. Auditing and Assurance Service. Edisi 12. Pearson Education International. Boynton, William C, Raymond N. Johnson, dan Walter G. Kell. 2006. Modern Auditing: Assurance Services and the Integrity of Financial Reporting. United States of America: Hermitage (Penerjemah: Drs Paul A. Rajoe, MM, Gina). Christiawan, Yulius Jogi. 2002. Kompetensi dan Independensi Akuntan Publik: Refleksi Hasil Penelitian Empiris. Jurnal Akuntansi & Keuangan Vol. 4, No.2, November. Efendy, MT. 2010. Pengaruh Kompetensi, Independensi, Dan Motivasi Terhadap Kualitas Audit Aparat Inspektorat Dalam Pengawasan Keuangan Daerah (Studi Empiris Pada Pemerintah Kota Gorontalo). Tesis Universitas Diponegoro. Semarang. Elfarini, Eunike C. 2007. Pengaruh Kompetensi dan Independensi Terhadap Kualitas Audit. Skripsi Universitas Semarang. Semarang. Ghozali, Imam. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang.

13

Harhinto, Teguh. 2004. Pengaruh Keahlian Dan Independensi Terhadap Kualitas Audit Studi Empiris Pada KAP Di Jawa Timur. Skripsi Universitas Diponegoro. Semarang. Haryani, AM. 2011. Pengaruh Independensi Auditor, Keahlian Profesional Auditor Dan Tenur Kantor Akuntan Publik (Kap) Terhadap Kualitas Audit Penggantian Kap Kasus Kewajiban Rotasi Audit. Skripsi Universitas Negeri Semarang. Semarang. Hidayat, MT. 2011. Pengaruh Faktor-Faktor Akuntabilitas Auditor Dan Profesionalisme Auditor Terhadap Kualitas Auditor (Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik Di Semarang). Universitas Diponegoro. Semarang. Indah, Siti NurMawar, 2010. Pengaruh Kompetensi dan Independensi Auditor terhadap Kualitas Audit. Universitas Diponegoro Semarang. Skripsi. Lingga, Ita salsalina dan Meythi, 2011. Pengaruh Kompetensi dan Independensi Auditor terhadap Kualitas Audit. Universitas Kristen Maranatha Bandung. Skripsi. Mulyadi. 2002. Auditing. Edisi Keenam. Salemba Empat. Jakarta. Mayangsari, Sekar. 2003. Pengaruh Keahlian Audit dan Independensi Terhadap Pendapat Audit : Sebuah Kuasieksperimen. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia Vol 6, No 1. Oktavia, Reni. 2006. Pengaruh Pengalaman Audit Dan Self-Efficacy Terhadap Keputusan Auditor. Jurnal Universitas Lampung. Lampung. Purnamasari, Dian Indri, 2005. Pengaruh Pengalaman Kerja terhadap HubunganPartisipatif dengan Efektifitas Sistem Informasi. Jurnal Riset Akuntansi Keuangan. Purwanto dan Suharyadi. 2004. Statistika Untuk Ekonomi Dan Keuangan Modern. Salemba Empat. Jakarta. Puspaningsih Abriyani, 2004. Faktor-faktor yang Berpengaruh Terhadap Kepuasan Kerja dan Kinerja Manajer Perusahaan Manufaktur. JAAI. Rahmawati, Annisa. 2011. Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Kualitas Audit (Studi Pada Kantor Akuntan Publik Di Surabaya). Skripsi Universitas Airlangga. Surabaya. Rosnidah, Ida. Rawi dan Kamarudin. 2010. Analisis Dampak Motivasi Dan Profesionalisme Terhadap Kualitas Audit Aparat Inspektorat Dalam Pengawasan Keuangan Daerah (Studi Empiris Pada Pemerintah Kabupaten Cirebon). Jurnal Akuntansi. Bandung. Sari, Nungky Nurmalita, 2011. Pengaruh Pengalaman Kerja, Independensi, Objektifitas, Integritas, Kompetensi dan Etika terhadap Kualitas Audit. Universitas Diponegoro Semarang. Skripsi. Sekaran, Uma. 2007. Metodologi Penelitian Untuk Bisnis. Salemba Empat. Jakarta. Setiawan, Rendy Adi. 2012. Pengaruh Independensi Dan Profesionalisme Terhadap Kualitas Audit (Studi Empiris Pada KAP Di Malang & Surabaya). Skripsi Universitas Brawijaya. Malang

14

Singgih, Elisa Muliani dan Icuk Rangga Bawono, 2010. Pengaruh Independensi, Pengalaman, Due Professional Care dan Akuntabilitas terhadap Kualitas Audit. SNA XIII. Purwokerto. Jurnal. Sukriah, Ika, Akram dan Biana Adha Inapty. 2012. Pengaruh Pengalaman Kerja, Independensi, Objektifitas, Integritas dan Kompetensi terhadap Kualitas Hasil Pemeriksaan. Jurnal Riset Akuntansi Keuangan. Suraida, Ida, 2005. Pengaruh Etika, Kompetensi, Pengalaman Audit dan Risiko Audit terhadap Skeptisme Profesional Auditordan Ketepatan Pemberian Opini Akuntan Publik. Sosiohumaniora, Vol. 7, No. 3. Jurnal Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Bisnis. Alfabeta. Bandung. Tarigan, Sabri, 2011. Pengaruh Pengalaman Kerja, Independensi, Objektifitas, Integritas dan Kompetensi terhadap Kualitas Hasil Pemeriksaan. Universitas Sumatera Utara Medan. Skripsi. Widhi, Frianty Kartika. 2006. Pengaruh Faktor-faktor Keahlian Dan Independensi Auditor Terhadap Kualitas Audit (Studi Empiris KAP Di Jakarta). Skripsi Universitas Diponegoro. Semarang. Winarna Jaka, 2005. Independensi Auditor : Suatu Tantangan Di Masa Depan. JAAI Wiramurti Aditya, 2010. Pengaruh Kompetensi Dan Independensi Auditor terhadap Kelangsungan Usaha Kantor Akuntan Publik Di Yogyakarta. Universitas Negeri Yogyakarta. Skripsi. Ikatan Akuntan Indonesia. 2009. Standar Akuntansi Keuangan. Salemba Empat. Jakarta. Ikatan Akuntan Indonesia. 2011. Standar Profesional Akuntan Publik. Salemba Empat. Jakarta. www.iapi.or.id

15

Anda mungkin juga menyukai