Anda di halaman 1dari 4

1.

Latar Belakang Masalah Saat ini perkembangan dunia bisnis meningkat dengan pesat dan mengalami persaingan yang sangat ketat terutama pada sektor jasa yang disebabkan sebagai akibat dari tuntutan dan perkembangan teknologi. Hal ini dapat dilihat dalam kehidupan sehari-hari bahwa segala aktivitas kita tidak bisa lepas dari sektor jasa transportasi, telekomunikasi, jasa finansial, hiburan, kesehatan dan sebagainya. Salah satu sektor jasa yang mengalami perkembangan adalah sektor transportasi. Kereta api merupakan salah satu moda transportasi yang memiliki peran strategi dalam ekonomi nasional. Sebagai salah satu moda transportasi yang strategis, penyelenggaraan angkutan kereta api dilakukan oleh Badan Usaha Milik Negara yaitu PT. Kereta Api Indonesia (Persero). Sebagai badan penyelenggara tunggal jasa angkutan kereta api, PT. Kereta Api Indonesia (Persero) dituntut untuk menyelenggarakan pengangkutan yang memperhatikan kenyamanan, keamanan dan keselamatan penumpang. Pelayanan PT. Kereta Api Indonesia (Persero) seringkali menjadi masalah bagi pengguna jasa kereta api baik pengguna jasa kereta kelas eksekutif, bisnis maupun ekonomi yang menyebabkan turunnya jumlah pengguna kereta api. PT. Kereta Api Indonesia (Persero) sebagai perusahaan utilitas publik dalam sektor transportasi yang harus memikirkan langkah dan strategi peningkatan kualitas jasa layanan yang baik dan tepat bagi kemajuan perusahaan agar dapat tetap survive dalam perkembangan jasa transportasi di Indonesia. Moda transportasi kereta api menjadi salah satu jenis transportasi darat yang cukup penting di Indonesia, sebab merupakan transportasi massal yang diminati oleh masyarakat. Namun hingga kini perkembangan industri ini belum maksimal seperti halnya industri jalan tol yang mengalami perkembangan sangat pesat. Sampai dengan 2008 panjang lintasan rel kereta api di Indonesia mencapai 4.813,000 km atau naik 0,2% dibandingkan 4.802.547 km pada tahun sebelumnya. Jumlah gerbong kereta api naik 5,8% yaitu dari 4.840 unit meningkat menjadi 5.120 unit. Sedangkan jumlah penumpang kereta api meningkat 10,9% dari 175 juta orang menjadi 194 juta orang pada 2008. Permasalahan mendasar di sektor perkeretaapian nasional bila dikaitkan dengan angka kecelakaan yaitu banyaknya sarana dan prasarana yang sudah tua sehingga tidak layak lagi. Di negara maju seperti Jepang dan negara-negara Eropa, umur ekonomis kereta api guna menjamin keselamatan penumpang maksimal adalah 5-10 tahun, setelah itu diganti dengan sarana yang sama sekali baru. Berbeda dengan di Indonesia, di mana setelah umur kereta mencapai 25 tahun, maka sarana tersebut dipermak kembali hingga seperti baru lagi (retrofit) tanpa penggantian perangkat yang mendasar seperti Bogie.

2. Rumusan Masalah Bagaimanakah strategi rancang bangun produk jasa yang dapat ditempuh PT Kereta Api Indonesia untuk dapat terus bersaing dalam ketatnya persaingan industri jasa transportasi di Indonesia? 3. Pemecahan Masalah Pembangunan infrastruktur kereta api merupakan salah satu rencana kerja yang mendapat prioritas pemerintah. Melalui Departemen Perhubungan, pemerintah telah menyusun program revitalisasi pembangunan infrastruktur transportasi kereta api dalam tahun 2010 ini. Proyek-proyek yang akan segera dikerjakan termasuk adalah peningkatan jalan kereta api, jembatan atau underpass di lintas Sumatera dan Jawa, pembangunan perkeretaapian di Nangroe Aceh Darusalam, pembangunan jalur ganda pada 8 lokasi, pembangunan Mass Rapid Transport Jakarta, pembangunan sarana kereta, modifikasi stasiun dan lain sebagainya. Program revitalisasi dan modernisasi perkeretaapian tahap pertama pada periode 20082010 sebagian sudah selesai dikerjakan. Diantaranya jalur ganda Patuguran-Purwokerto sepanjang 34,87 km dengan investasi Rp 498,98 miliar dan jalur ganda Petarukan-Larangan sepanjang 30,45 km senilai Rp 325,29 miliar. Jalur Petarukan-Larangan ini merupakan bagian dari jalur ganda kereta api lintas Tegal-Pekalongan sepanjang 60 km. Selain itu, pengadaan 75 unit kereta api yang terdiri dari sarana kereta ekonomi 35 unit, kereta komunitas 20 unit, kereta eksekutif 20 unit dan lokomotif 2 unit dengan total investasi sebesar Rp 92,98 miliar. Sedangkan revitalisasi tahap kedua sebagai kelanjutan dari revitalisasi tahap pertama, diperkirakan membutuhkan anggaran Rp 20 triliun dalam 5 tahun ke depan periode 20102015. Berdasarkan UU Transportasi Nomor 23 tahun 2007 peluang untuk berinvestasi di bidang transportasi di Indonesia terbuka luas, baik untuk pemerintah daerah maupun swasta asing. Saat ini sejumlah proyek pembangunan kereta api menarik minat investor asing untuk menanamkan investasinya dalam sektor ini. Salah satu yang cukup besar adalah proyek kereta api batubara Palaci-Bangkuang di Kalimantan Tengah. Proyek ini mencakup jalur kereta api pengangkutan hasil tambang batu bara dengan total panjang mencapai 185 kilometer dengan total investasi mencapai US$ 740 juta, yang rencananya akan diselesaikan pada 2012. Sarana jalan rel merupakan infrastruktur vital bagi transportasi kereta api (KA), yang mendukung kelancaran operasional KA. Investasi untuk pembangunan rel sebenarmya tidak sebesar pembangunan jalan raya, karena pembangunan rel hanya membutuhkan lahan yang

sedikit dan tidak merusak ekosistim lingkungan di daerah. Dalam periode 2004-2008 total penjang rel KA di Indonesia mengalami pertumbuhan rata-rata 1,6% yaitu menjadi 4,813,000 km dibandingkan 4.517.197 km pada 2004. Semakin meningkatkannya panjang rel selama periode waktu 5 tahun ini karena banyaknya peremajaan dan pembangunan rel. Untuk meningkatkan sarana jalan rel KA, pemerintah giat melakukan rehabilitasi dan membuka sejumlah rel yang tidak dioperasikan lagi, untuk mendorong kegiatan perekonomian di daerah tersebut. Selain itu pemerintah juga menata perlintasan KA yang banyak dipenuhi pemukiman kumuh agar perlintasan rel menjadi aman. Menurut Dirjen Perkeretaapian Departemen Perhubungan anggaran program revitalisasi berupa perbaikan dan pergantian bantalan rel kereta api (KA) dari kayu ke beton pada 2008 mencapai Rp19 triliun. Pada 2009 Departemen Perhubungan menyediakan anggaran perbaikan sarana jalur kereta api, mulai dari Tanjung Priok sampai Stasiun Kota, di Jakarta sebesar Rp 20 miliar. Ini merupakan program penataan perlintasan KA yang dipenuhi permukiman kumuh agar menjadi aman. Sepanjang 2009 sejumlah jalur rel yang baru bertambah diantaranya jalur ganda PatuguranPurwokerto (Jawa Tengah) sepanjang 34,9 km, serta jalur Petarukan Larangan (Jawa Tengah) sepanjang 30,5 km. d. Perkembangan stasiun Selain sebagai tempat pemberhentian kereta api, stasiun juga berfungsi bila terjadi persimpangan antarkereta api sementara jalur lainnya digunakan untuk keperluan cadangan dan langsir. Di dalam stasiun dilengkapi dengan peron yaitu tempat naik-turun para penumpang di stasiun, jadi peron adalah lantai pelataran tempat para penumpang naik-turun dan jalur rel melintas di stasiun. Sekarang ada dua macam konstruksi lantai peron, yaitu yang dibuat sebelum Perang Dunia II umumnya dengan lantai rendah; sedangkan bentuk kedua adalah yang dibangun setelah Proklamasi umumnya dengan lantai modifikasi yang ditinggikan. Pada saat ini pada stasiun besar umumnya ada dua macam lantai peron, yang asli berlantai rendah dan yang telah disesuaikan dengan lantai tinggi. Di stasiun Tanah Abang, seperti halnya kebanykan stasiun kereta di Jepang, para penumpang tidak dapat menyeberang jalur begitu saja, harus melalui jembatan penyeberangan (dalam hal stasiun Tanah Abang stasiun berada di atas jalur rel). Kereta produksi sebelum 1920 umumnya mempunyai tanngga untuk turun ke bawah. Sedangkan kereta buatan sebelum tahun 1941 mempunyai tangga di dalam. Karena pada umumnya stasiun didirikan sebelum Perang Dunia II, maka lantai peron sama dengan lantai stasiun. Akibatnya para penumpang akan sulit turun-naik dari peron lama yang rendah, sedangkan kereta yang beroperasi kini pada umumnya dibuat setelah tahun 1965 yang berlantai dengan tangga yang tinggi. Pada umumnya, stasiun kecil memiliki tiga jalur rel kereta api yang menyatu pada ujungujungnya. Penyatuan jalur-jalur tersebut diatur dengan alat pemindah jalur yang dikendalikan dari ruang PPKA. Selain sebagai tempat pemberhentian kereta api, stasiun juga berfungsi bila

terjadi persimpangan antarkereta api sementara jalur lainnya digunakan untuk keperluan cadangan dan langsir. Menurut data Dirjen Perkeretaapian, dalam periode lima tahun terakhir jumlah stasiun tidak mengalami perkembangan berarti. Pada 2004 jumlah stasiun tercatat sebanyak 571 unit, yang tersebar di daerah operasi Jawa 437 unit (76,5%) dan divisi regional Sumatera 134 unit (23,5%). Sedangkan pada 2008, jumlah stasiun berkurang 1 unit menjadi 570 unit yang terdiri dari 441 unit (77,4%) di Jawa dan sisanya 129 unit (26,4%). Di Jawa terdapat penambahan stasiun dari 437 unit menjadi 441 unit, sebaliknya di Sumatera terjadi penutupan stasiun dari 134 unit menjadi 129 unit. e. Perkembangan jumlah kereta api - Pertumbuhan jumlah lokomotif Dalam periode lima tahun terakhir 2004-2008 pertumbuhan rata-rata jumlah lokomotif yang dioperasikan sangat minim yaitu - 0,9% per tahun. Pada 2004 jumlah lokomotif masih 354 unit, namun dalam tahun-tahun berikutnya terus mengalami penurunan sehingga berkurang menjadi hanya 341 unit pada 2008. Kondisi lokomotif yang dioperasikan saat ini bervariatif, dengan tingkat laik operasi berkisar dari 30%-95%. Dari sejumlah 341 unit lokomotif yang ada pada 2008, hampir seluruhnya sudah tua yaitu sekitar 82% berumur antara 16 tahun-30 tahun. Sementara sisanya bahkan sudah mencapai umur di atas 30 tahun. Penurunan jumlah lokomotif disebabkan karena sebagian besar sudah tua. Selain itu juga kurang ketersediaan suku cadang dari luar negeri karena tidak diproduksi lagi. Disamping itu PT. KAI sebagai operator kereta api belum mempunyai dana yang cukup untuk membeli kereta api baru. Menurunnya kondisi sarana seperti lokomotif dan kereta api merupakan problem berat yang dihadapi oleh PT KAI, sebab berpengaruh terhadap kualitas pelayanan kepada masyarakat. Sampai dengan 2008 jumlah lokomotif yang siap dioperasikan sebanyak 341 unit terdiri dari 303 unit (88,8%) merupakan jenis Lok besar. Pengoperasioan Lok besar ini terbanyak di Jawa yait

Anda mungkin juga menyukai