Anda di halaman 1dari 8

Taman Surga Saat tatapan mata memandang lepas Wujud ciptaanNya di dunia Berdegup hati ini berkata, Sungguh

mempesona tak ada duanya Ku bayangkan dan kuresapi siapa gerangan Membuat sama sedemikian rupa Hati semakin berdegup seraya menangis teringat dan terngiang, seperti apa taman surga berada Meratap dan menangis kembali hati ini Mengingat janji Tuhan Hanyalah mereka manusia pilihan Yang jauh dari perbuatan nista dan angkara murka Yang akan menjadikan mereka penghuni taman surga kekal selamanya Oh, Tuhan walau seribu jalan berliku Berikanlah petunjukMu pada langkah kaki ini Agar hambaMu termasuk ke dalam golongannya

Puisi Dari Bunda Bunda hanya sedikit mengarang puisi untukku Tapi semakin lama kuamati Seyuman bunda adalah puisi Tatapan bunda adalah puisi Teguran bunda adalah puisi Belaian dan doanya adalah puisi cinta Yang disampaikan padaku Tak putus putus Tak putus putus Bahkan bila kutidur Alam Mengapa engkau tak tersenyum cerah Manusia, hewan, tumbuhan menantimu setiap nafas Alam, janganlah marah janganlah engkau bosan Engkau tempat berpijak semua makhluk. Alam janganlah kau enggan bersahabat dengan semua makhluk terutama manusia di dunia

Kalau memang manusia berbuat dosa tunjukkanlah yang terbaik ya Allah. Mohon ampun segala dosa. Bencana gempa di mana-mana Membuat manusia harus ingat kepadaMu 25. Kemerdekaan Indonesia Aku bisa tertawa Aku bisa bergaya Aku bisa berpesta Aku bisa tamasya Karena Indonesia telah merdeka Kemerdekaan yang mahal harganya yang tak dapat diukur dengan harta sekalipun segunung, sepulau bahkan sebenua Kini kewajibanku sebagai anak bangsa Belajar tekun untuk membangun bangsa Agar nanti menjadi negara yang kaya raya Aku ingin. Pahlawan yang telah gugur dahulu dapat tertawa lega melihat anak cucunya bahagia Mereka dapat tidur nyenyak di sisi-Nya 26. Kekeringan Di daerahku mengalami kekeringan Pepohonan mulai layu dan daun berguguran Debu-debu beterbangan Orang orang pun kebingungan Pohon besar di hutan sudah jarang Air hujan pun menghilang Terjadilah kemarau panjang Di sana sini mencari air Kami bersyukur punya sumur masih air Orang-orang datang untuk meminta air Kuberi dengan ikhlas lahir batin Itu anugrah dari Sang Maha Adil. 27. Rumah Impian Rumahku Sawah hijau terbentang luas Gunung-gunung menjulang tinggi Yang selalu menemaniku di kala pagi Rumahku .. Sungai nan jernih sungguh mempesona Padang rumput penuh canda ria bocah-bocah gembala yang selalu membuatku terpesona Namun.. Kemanakah rumahku itu ?

Hilang dalam waktu sekejab Berganti dengan pabrik-pabrik penuh asap Oh. Apa ini hanya impian ? Walaupun ini hanya impian aku tetap akan terpesona 28. Cahaya Dunia Di tengah kegelapan yang gulita Di antara orang-orang yang merambat mencari pegangan Di tengah orang tak tahu arah tujuan Di antara gulung-gulung ombak samudra yang siap menenggelamkan. Datanglah dewa penolong tepat saatnya Gemerlap sinar membahana ke seluruh dunia Kegelapan dunia sirnalah, berganti remang-remang dan kini jadilah terang benderang Kini semua orang jadi tahu mengapa, untuk apa, dan dari mana hidup ini terjadi Semua orang akhirnya hanya bersujud di hadapan Illahi yang telah menciptakan langit dan bumi Terima kasih para kyai yang telah mengajarkan kitab suci Terima kasih para bapak ibu yang sabar mendidik kami Terima ksih orang tuaku yang kujadikan teladan sejati Kaulah penerang duniaku yang abadi 29. Bangunlah Ibu Pertiwiku Kami saksikan suasana luka lara menerpa Ibu Pertiwi Kami tak habis pikir Apa gerangan engkau bersedih Mengapa keadaanmu begitu mengkhawatirkan begitu mencemaskan Kami tahu kami begitu durhaka Tak pernah berbakti kepadamu Kerusakan, perpecahan, pertikaian ,banyak kami lakukan Dan hanyalah maaf yang dapat kami pinta Selagi engkau masih mau menerima Di hati kami tak ada bisikan selain minta maaf , dan menyaksikan engkau bangun melawan keruntuhan itu 30. Bintang Masa Depan Di tengah keheningan malam Suasana begitu kelam dan mencekam Terpancar pesona menawan Seindah taman surga Di malam itu kau tidak tidur Kau hidup penuhi pesona langit Terangi hamparan bumi

Keindahan dan kekuatanmu Begitu sempurna menawan hati Mencerahkan duka setiap insan Andaikan aku bermimpi di kala itu, perbolehkan aku bermimpi untuk menjadi sepertimu wahai sang bintang 31. Suara Hati Untuk Bangsa Penjajah Menangis pedih hati ini teringat Merintih perih jiwa ini terngiang Masa masa di mana semua orang tak punya kebebasan Hari Hari di kala semua tercengkal oleh aturan kejam Wahai bangsa penjajah dimana hati nuranimu? Apakah engkau tidak mempunyai mata hati ? Dimana sebenarya rasa kemanusiaanmu berada ? Sungguh kejam kau perbuat waktu itu Manusia kau perlakukan seperti binatang Kau pekerjakan paksa orang orang tak berdosa Mereka menangis, merintih , dan menahan keluh Dan kau diam saja lagi senang Memang,sudah sepantasnyalah engkau binasa dari muka bumi ini 32. Candi Borobudur Hamparan susunan batu tertata apik Pahatan dan ukiran terbaik dari orang orang terpilih. Tak berbelok mata ini menatapnya Reliefmu begitu melegenda Oh, nenek moyangku sungguh kekuatanmu maha hebat waktu itu Kau torehkan tanpa pamrih usahamu Kau bangun peninggalan sejarah itu untuk keindahan dunia Kini kusaksikan hasil keikhlasanmu itu ada di depanku Terbesik dalam hati menyentuh stupa-stupamu. Sungguh warisan usahamu begitu membekas Semangat gotong royongmu bak kehidupan kerajaan semut Dan saatnyalah kini kau berikan contoh Kau berikan tauladan Agar kami bangkit membangun negeri ini 33. Ayo Membaca Sesobek kertas telah diberikan Seuntai tulisan juga berada di dalamnya Duhai anak yang malang Kenapa engkau diam saja ? Kenapa kertas itu hanya kau simpan ? Sungguh banyak harapan terpendam Ilmu maha luas telah tertuliskan Namun sayang kau malas membaca

Dunia begitu luas ilmu pun begitu terbentang Sungguh dunia telah berkata, Kau ingin tahu isiku ? Kau ingin mengerti apa tentang dunia ini ? Malang beribu malang kau malas membaca Duhai anak yang malang Bangkitlah sekarang Wawasan luas telah menantimu Lawanlah jiwa kotormu itu Tuk mencapai impianmu 34. Surat Tuk Bapak Presiden Hari ini Indonesia merintih Berita demi berita hanyalah berisi kepedihan Begitu banyak rakyat menderita Sungguh berat beban hidup ini Bapak presiden kenapa sekolah ini mahal ? Kenapa banyak rakyat miskin tak bisa bersekolah Kenapa sembako dan BBM merangkak naik Sungguh pilu hati ini melihatnya Bapak presiden marilah kita gandengkan tangan, Rekatkan barisan , ambilah jalan yang terbaik Berilah kemudahan bagi siswa siswi Indonesia Berilah kelapangan bagi rakyat rakyat miskin Bapak presiden kami kan bersatu, tapi kuasa ada di tanganmu 35. Sinar pelangi Kulewati jalan setapak menyusuri pantai di kala pagi buta meninggalkan bumi Kala itu gerimis kecil pun datang Datang menemani sang mentari bangun Aku lihat di seberang ufuk timur Bersama dinginnya tetesan embun Sinar pelangi melingkar merangkul menyinari bumi Betapa elok nan indah Tuhan kau ciptakan Tak ada dua bentuk yang menyamainya Sinarnya menorehkan hiasan langit di kala pagi Mengajak manusia menatap indah dunia Menggapai hasrat mencapai mimpi 36. Manusia Sabang dan Merauke Ketika menunjuk ujung barat Indonesia Ketika menunjuk ujung timur Indonesia Mata ini tak lepas lepasnya membelalak mengikuti putaran irama yang sedang membiak Megah memang di sebelah barat namun lusuh mungkin di sebelah timur Lurus mungkin disebelah barat

namun keriting tapi di sebelah timur Apa mau dikata dan siapa mau menyangka Sabang dan merauke adalah putih dengan hitam Namun Indonesia adalah abu-abu Dimana putih telah tumpah dengan hitam 37. Kota Pendidikan Di tempat ini kami lahir Di tanah ini kami besar Sejarah bicara dan kami menyaksikan Kau tumbuh dengan timbunan pengalaman dan pengetahuan Dan kini kau wariskan pada kami anak bangsa Kota budaya, kota etika, kota pendidikan tersandangkan di tanahmu Bendera kalimat itu sulit memang dipertahankan Kini tersaksikan hanya segelintir saja yang berkibar di udara Apa ditanya ?, mengapa ini terjadi dan berbalik nyata ? Manusia Jogja ada dimana ? 38. Lagu Hati Anak Difabel Tak tahu entah apa dirasa isi jiwaku tidaklah sesempurnamu Kau punyai kebahagiaan lengkap seindah kemolekan bunga Ku tahu itu pasti mempesona bagi siapa saja yang mampu merasa dan mendayanya Entah mengapa diri ini merintih dan mengiba pada keadaan Keadaan dimana aku tak sesempurnamu Aku hanyalah sisa kesedihan di mata orang lain Banyak orang tak merasuk ke jiwaku Dalam asa kepedihan ini Itu karena hanya aku yang mampu mendayanya Andaikan begitu adanya irama hati ini akan tetap bersujud syukur kepadaNya Dan tetap bangkit melawan rintihan jiwa yang menggejola 39. Sepeda Tua Di kala pagi telah mencuri malam Sepeda penuh karat berkata adakah dikau mau mengayuhku ? Aku butuh semangatmu Rodaku telah menantimu tuk mengantarkan nalurimu kemanapun engkau ingin

Jika jiwa itu telah pudar Bila hatimu itu sudah tidak merasa Apa diri akan kau temui nanti ? Tersaksikan oleh bisinngnya dunia Manusia telah enggan merengkuh rodaku Dan aku kini telah terasingkan Tergantikan dengan teman barumu yang bernama mesin 40. Seperti Bintang Kutatap langit nan berkilau di kala malam Kusaksikan gugusan bintang begitu bercahaya Cahayanya begitu indah Sinarnya sungguh menggugah Oh, Bintang daku ingin seperti dikau Menjadi pelita terang di kala gelap Membuat penyejuk hati untuk setiap insan Oh, Tuhan sungguh kuasaMu begitu sempurna Engkau ciptakan hiasan maha sempurna Sebagai pelengkap dunia di kala kelam Sebagai permata berlian bagi setiap mata yang memandang Oh, Tuhan izinkanlah aku bersinar seperti bintang 41. Air Hujan Engkau turun secara perlahan lahan Butiranmu bisa kecil dan juga besar Suaramu begitu nyaring merasuk telinga Kadangkala engkau adalah teman manusia Teman di kala duka,teman di kala suka Permatamu bisa menyegarkan tanaman Tapi bisamu dapat menggegerkan dunia Di saat manusia rakus terhadap hutan Hutan dijadikan gundul, bak Pak Ogah berkepala botak Saat itu engkau turun sesukamu dan tahu rasa manusia saat itu 42. Terima Kasih Ayah Kau yang sempat kulupakan yang sempat terabaikan Tak pernah ku memikirkanmu Bukan maksud hati mengutamakan Ibu Memang Ibu telah mengandungku, telah menimangku hingga aku besar Namun tetap engkau yang berjasa seperti Ibu. Tiada engkau aku tidak bersekolah tak bisa membeli makanan adik pun tak bisa beli mainan Oh, Ayah jasamu sungguh besar sama seperti Ibu yang telah mengasihiku

Satu kata sekali lagi terima kasih ayah tetaplah semangat bekerja, ku menyayangimu. Terbanglah Merpatiku Merpati sayapmu menari merajut awan Merpati sayapmu putih suci menawan Waktu terus mengalir bagai bengawan Merpati teruslah menari, teruslah kawan Mengapa matamu sayu Pelan kedipmu terhuyung huyung Samudera hidup masih merayu Merpati teruslah, teruslah mendayung Masihlah berwarna sang pelangi Masih ada merah masih ada jingga Masihlah kau harum mewangi Masihlah aku padamu bangga Hari esok sedang menunggu Hilangkan gundah, buang gerah Merpati bentangkan tawamu Usir gelisah dari jiwamu Jangan biarkan angin membawamu Tunjukkan pada semua wibawamu Kupu-Kupu Pun Mengerti Ketika kupu-kupu bergerak Mengikuti harumnya aroma bunga itu Ia tak tahu bahwa sekarang telah bisa terbang Menikmati indahnya awan angkasa Apakah kau mengerti dulu kau adalah ulat Dengan segala keganasanmu Kau makan daun daun muda kesayangan pak tani, dan kau sangat jijik , kotor lagi menakutkan Tapi sungguh ajaib Tuhan menciptakan Kau bekali dirimu dengan metamorfosa Dan kau tidak makan, menahan haus dan dahaga Di dalam kurungan hijau yang tergulung- gulung Ketika waktu tiba kau rubah dirimu jadi makhluk maha sempurna Berpenampilan molek dan menawan Membawa bahagia bagi siapa saja yang melihatnya

Anda mungkin juga menyukai