A.
Gambaran Umum Geografis Propinsi Jawa Tengah terdiri dari 35 kabupaten/kota, 17 diantaranya terdapat di wilayah pesisir meliputi 13 kabupaten/kota di wilayah pantai utara dan lima kabupaten di wilayah pantai selatan. Secara geografis Propinsi Jawa Tengah memiliki garis pantai sepanjang 791,76 km yang terdiri dari pantai utara sepanjang 502,69 km dan pantai selatan sepanjang 289,07 km. Wilayah penelitian Studi Penanganan Abrasi di Pantura Jawa Tengah tahun 2004 terletak di Kabupaten Batang, Kota Pekalongan dan Kabupaten Pekalongan. Panjang pantai masing-masing Kabupaten adalah sebagai berikut: Kabupaten Batang 38,75 Km, Kota Pekalongan 5,7 Km dan Kabupaten Pekalongan 8 Km. Secara geografis letak dari masing-masing wilayah penelitian adalah sebagai berikut:
Kabupaten Batang terletak pada koordinat 6o 51 46 7o 11 47 Lintang Selatan dan 109o 40 19 110o 03 06 Bujur Timur. Kota Pekalongan terletak pada koordinat 6o 50 42 6o 55 44 Lintang Selatan dan 109o 37 55 109o 42 19 Bujur Timur. Kabupaten Pekalongan terletak pada koordinat 6o 83 7o 23 19 Lintang Selatan dan 109o 49 109o 78 Bujur Timur.
Secara ringkas batas wilayah dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 2.1 Batas Wilayah di Tiga Kabupaten/Kota
Kabupaten/kota
Kab. Batang Kota Pekalongan Kab. Pekalongan
Utara
Laut Jawa Laut Jawa Laut Jawa
Timur
Kab. Kendal Kab. Batang
Selatan
Kab. Banjarnegara Kab. Pekalongan dan Kab. Batang
Barat
Kota Pekalongan dan Kab. Pekalongan Kab. Pekalongan Kab. Pemalang
Kota Pekalongan Kab. Banjarnegara dan Kab. Batang Sumber: Profil Daerah Kabupaten dan Kota Jilid 3, tahun 2003
Hal II - 1
1. Pembagian wilayah administratif Secara administratif Kabupaten Batang terdiri dari 12 kecamatan, 236 desa dan 9 kelurahan, Kota Pekalongan terdiri dari 4 (empat) kecamatan dan 46 kelurahan. Sedangkan Kabupaten Pekalongan terdiri dari 19 kecamatan, 270 desa dan 12 kelurahan. 2. Luas wilayah Luas wilayah dari masing-masing wilayah pengkajian yaitu:
Kabupaten Batang mempunyai luas wilayah 788,64 km2, Kota Pekalongan mempunyai luas wilayah seluas 45,25 km2 Kabupaten Pekalongan mempunyai luas wilayah seluas 836,13 km2 dan
3. Perincian penggunaan lahan Pada wilayah penelitian Kabupaten Batang, Kota Pekalongan dan Kabupaten Pekalongan kehidupan sebagian besar masyarakat tergantung pada sektor pertanian. Namun demikian setiap tahunnya terjadi penurunan luas lahan sawah yang disebabkan karena semakin bertambahnya jumlah penduduk yang mengakibatkan kebutuhan akan perumahan meningkat. Perincian penggunaan lahan dari masing-masing wilayah penelitian adalah sebagai berikut: Tabel 2.2 Penggunaan Lahan Sawah di Tiga Kabupaten/Kota yang Diteliti Tahun 2002
Penggunaan Lahan
Pengairan teknis Pengairan teknis Pengairan sederhana Pengairan desa/non PU Tadah hujan Jumlah
Penggunaan lahan sawah dibagi menjadi sawah pengairan teknis, pengairan setengah teknis, pengairan sederhana, pengairan desa/non PU, tadah hujan, pasang surut dan lebak, polder dan lainnya. Kabupaten Batang lahan sawah sebagian besar digunakan untuk sawah pengairan sederhana. Sedangkan untuk Kota Pekalongan semua lahan sawah yang ada merupakan lahan sawah dengan
Hal II - 2
pengairan teknis dan untuk Kabupaten Pekalongan sebagian besar digunakan untuk lahan sawah dengan pengairan teknis. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 2.2. Sedangkan penggunaan lahan bukan sawah pada wilayah penelitian terdiri dari bangunan pekarangan, tegal/huma, padang rumput, tambak, hutan rakyat/negara, perkebunan dan lainnya. Penggunaan lahan bukan sawah di Kabupaten batang sebagian besar (34,82%) digunakan untuk tegal/kebun. Sedangkan untuk Kota Pekalongan sebagian besar digunakan untuk bangunan pekarangan sebesar 82,27% dari total lahan bukan sawah, dan Kabupaten Pekalongan sebagian besar lahan bukan sawah berupa hutan rakyat dan negara sebesar 46,49% dari total lahan bukan sawah. Untuk mengetahui lebih rinci luas penggunaan lahan bukan sawah tersebut dapat dilihat pada tabel 2.3.
Tabel 2.3 Penggunaan Lahan Bukan Sawah di Tiga Kabupaten/Kota yang Diteliti Tahun 2002
Penggunaan Lahan Lahan Bukan Sawah Bangunan/pekarangan Tegal/kebun Ladang/huma Padang rumput Sementara tdk diusahakan Hutan rakyat Hutan negara Perkebunan negara/swasta Lain-lain Rawa-rawa Tambak Kolam/Tebat/Empang Jumlah
Sumber: Jawa Tengah Dalam Angka 2003.
Kab. Batang 11.154 19.614 0 134 0 1.354 12.533 8.123 2.930 2 128 4 56.336
Kab. Pekalongan 12.256 11.125 1.223 397 2 482 26.239 2.599 2.580 0 550 22 57.475
Hal II - 3
B.
Gambaran Umum Demografis 1. Jumlah dan kepadatan penduduk. Jumlah penduduk Kabupaten Batang tercatat sebanyak 674.638 jiwa dengan kepadatan 855 jiwa per Km2 dan jumlah rumah tangga sebesar 161.223 rumah tangga. Kota Pekalongan memiliki jumlah penduduk sebesar 130.276 jiwa dengan tingkat kepadatan paling tinggi sebesar 5.824 jiwa per Km2. walaupun memiliki tingkat kepadatan paling tinggi, namun Kota Pekalongan memiliki jumlah rumah tangga paling sedikit yaitu sebanyak 62.393 rumah tangga. Sedangkan Kabupaten Pekalongan memiliki jumlah penduduk dan jumlah rumah tangga paling banyak dibandingkan wilayah penelitian lainnya yaitu sebesar 816.712 jiwa dan 188.542 rumah tangga dengan kepadatan sebanyak 977 jiwa per Km2. Untuk selengkapnya data potensi kependudukan masing-masing wilayah penelitian dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 2.4 Jumlah Penduduk, Jenis Kelamin, kepadatan dan Jumlah Rumah Tangga
Jumlah Penduduk (jiwa) Perempuan Jumlah 339.057 674.638 133.264 263.540 410.157 816.712
Kepadatan
(jiwa per Km 2)
Sumber: Kabupaten Batang, Kota Pekalongan, Kabupaten Pekalongan Dalam Angka 2002, Profil Daerah Kabupaten dan Kota jilid 3
2. Penduduk menurut lapangan usaha. Jika dilihat dari sektor lapangan usaha yang paling banyak digeluti oleh masyarakat Kabupaten Batang adalah pertanian tanaman pangan baik sebagai buruh tani maupun petani sendiri sebesar 37,47% (120.488 jiwa). Selain itu, sebesar 1,2 % (7.675 jiwa) jumlah penduduk Kabupaten Batang bekerja di bidang perikanan di wilayah administrasi Kabupaten Batang. Hal ini menunjukkan besarnya sumberdaya manusia yang menjadi potensi utama dalam pembangunan Kabupaten Batang khususnya dalam bidang perikanan. Keterangan lebih lengkap dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Hal II - 4
Tabel 2.5 Banyaknya Penduduk Berumur 15 th Ke Atas Menurut Wilayah Administrasi dan Lapangan Usaha Berdasarkan Hasil SP 2000 di Kabupaten Batang dan Kabupaten Pekalongan akhir Tahun 2002
No . 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. Lapangan Usaha Pertanian tanaman Kab. Batang (jiwa) 120.488 6.226 7.675 1.752 16.105 35.670 45.490 55.219 7.417 25.522 321.564 Kota Pekalongan (Jiwa) 2.587 17.070 1.071 814 942 1.856 24.340 Kab. Pekalongan (jiwa) 91.188 2.987 6.011 1.603 7.796 63.391 67.981 88.747 5.683 28.927 364.314
pangan Perkebunan Perikanan Peternakan Pertanian lainnya Industri pengolahan Perdagangan Jasa Angkutan Lainnya Jumlah
Sumber: Kabupaten Batang, Kota Pekalongan, dan Kabupaten Pekalongan Dalam Angka 2002
Berdasarkan tabel 2.5, diketahui bahwa sebesar 9,23 % (24.340 jiwa) dari jumlah penduduk Kota Pekalongan bekerja di wilayah administrasi Kota Pekalongan. Dari tabel diatas diketahui pula bahwa lapangan kerja yang paling banyak digeluti oleh penduduk Kota Pekalongan adalah pada sektor industri sebesar 70,13% (17.070 jiwa), yang memiliki lebih banyak pekerja laki-laki dibandingkan pekerja perempuan. Sedangkan lapangan usaha pertanian pada wilayah kajian ini hanya sebesar 10,63% penduduk yang bekerja pada lapangan usaha ini. Sedangkan untuk Kabupaten Pekalongan, diketahui bahwa sebagian besar penduduk bekerja pada sektor pertanian tanaman pangan yaitu sebesar 25,03% (91.188 jiwa) dan sebesar 1,65 % penduduk (6.011 jiwa) bekerja pada bidang perikanan di wilayah administrasi Kabupaten Pekalongan. Hal ini menunjukkan besarnya sumberdaya manusia yang menjadi potensi utama dalam bidang perikanan cukup besar.
C. Gambaran Umum Ekonomi Tabel di bawah ini menunjukkan besarnya PDRB Kabupaten Batang, Kota Pekalongan dan Kabupaten Pekalongan berdasarkan kontribusi masing-masing bidang usaha.
Hal II - 5
Tabel 2.6 Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Batang, Kota Pekalongan dan Kabupaten Pekalongan Tahun 2001 Bidang Usaha
1. Pertanian 2. Pertambangan dan Air Bersih 3. Industri 4. Listrik, Gas dan Air Bersih 5. Bangunan 6. Perdagangan, Hotel & Restoran 7. Pengangkutan dan Komunikasi 8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 9. Jasa-Jasa
Kabupaten Batang
523.449.101 26.233.607 901.850.217 18.208.641 128.238.190 586.893.678 108.149.819 128.208.073
Kota Pekalongan
206.306.939 395.961.837 13.761.508 121.643.730 356.547.330 110.244.374 125.459.557 176.396.588 1.506.321.863
Kabupaten Pekalongan
523.449.101 26.233.607 901.850.217 18.208.641 128.238.190 586.893.678 108.149.819 128.208.073 386.896.262 2.808.127.587
PDRB
Tabel diatas menunjukkan PDRB dari ke-tiga wilayah penelitian yang dijabarkan menurut lapangan usaha. Untuk Kabupaten Batang, bidang usaha yang memberikan kontribusi paling besar adalah sektor industri, sedangkan bidang usaha yang memberikan kontribusi paling kecil adalah sektor listrik, gas dan air bersih. Sedangkan untuk Kota Pekalongan pada tahun 2001 bidang usaha yang memberikan kontribusi terbesar bagi PDRB Kota Pekalongan adalah industri, sedangkan yang memberikan kontribusi paling kecil adalah bidang usaha listrik, gas dan air bersih. Sama halnya dengan Kabupaten Batang dan Kota Pekalongan, pada Kabupaten Pekalongan bidang usaha yang memberikan kontribusi paling banyak terhadap PDRB adalah bidang usaha industri, sedangkan yang memberikan kontribusi paling sedikit adalah bidang usaha listrik, gas dan air bersih.
Hal II - 6
D. Gambaran Potensi Pantai dan laut Kabupaten/Kota yang Diteliti 1. Kabupaten Batang a. Potensi pantai Kabupaten batang mempunyai panjang garis pantai 38,75 km selebar 4 mil (Sumber: Makalah Dinas Perikanan dan Kelautan Kab. Batang, 2002). Daerah pesisir Kabupaten Batang berada di Kecamatan Batang, Tulis, Subah, Limpung dan Gringsing. Permasalahan pantai Batang relatif sama dari tahun ke tahun, yaitu terjadinya penyumbatan muara pada Kali Gabus, Kali Boyo, Kali Sambong, dan Kali Anyar. Penyumbatan ini antara lain disebabkan oleh sampah lokal yang berasal dari daerah hulu. Pantai Klidang Lor/Muara Sungai Sambong Sungai Sambong yang bermuara di Klidang Lor, Kecamatan Batang, Kabupaten Batang dimanfaatkan sebagai alur pelayaran perahu nelayan dan Pelabuhan Pendaratan Ikan (PPI) Klidang Lor. Secara geografis Muara Sambong terletak pada 06o5245.1 LS dan 109o4459.4 BT. Lahan pinggir pantai di sisi barat muara merupakan permukiman, pertambakan dan fasilitas PPI/TPI, sedangkan di sebelah timur dimanfaatkan sebagai areal pertambakan dan kawasan wisata. Geomorfologi pantai Klidang Lor merupakan pantai berpasir yang bercampur dengan Lumpur. Kemiringan dasar pantai berkisar 0,004 sampai 0,005, termasuk dalam kategori pantai yang landai. Menurut hasil studi yang dilakukan oleh Bappeda Batang tahun 2000, kedalaman pantai kurang dari 2 m berada pada jarak + 200 m dari garis pantai, sedangkan kedalaman kurang dari 3 m berada pada jarak + 1.200 m dari garis pantai. Sedimen pantai yang mengendap berwarna hitam dipengaruhi oleh sedimen daerah hulu yang dibawa arus sungai. Kualitas air tercemar dan berwarna hitam karena adanya sampah lokal yang berasal dari daerah hulu. Kondisi ini sangat memprihatinkan, apalagi pada sisi timur dimanfaatkan sebagai kawasan wisata.
Hal II - 7
Pada mulut muara sungai dibangun jetty dengan panjang + 300 m. Permasalahan yang ada di lokasi pantai ini adalah tingginya sedimentasi sungai yang mengganggu alur pelayaran, penanganan yang selama ini dilakukan adalah dengan pengerukan rutin oleh Dinas Perikanan dan Kelautan. Faktor pasang surut juga mempengaruhi lahan permukiman penduduk dan jalan. Pada saat pasang tinggi, lahan dan jalan di sekitar PPI Klidang Lor menjadi tergenang. Namun demikian pengaruh pasang disini tidak mempengaruhi adanya intrusi air ke persawahan atau sumber air karena daerah udik dari sungai Sambong berupa irigasi teknis yang dapat menekan laju intrusi pada saat musim kering (Sarana Antar Nusa Perekayasa, 2000).
Pantai Celong Lokasi pantai berada di Dukuh Mangunsari, Desa Kedawung, Kecamatan Limpung, Kabupaten Batang. Secara geografis Pantai Celong terletak pada 06o5456.6 LS dan 109o5605.9 BT. Lahan di sekitar pantai dimanfaatkan sebagai lahan permukiman, perkebunan/hutan, TPI/PPI, dan jalan rel kereta api. Geomorfologi pantai Celong merupakan pantai berpasir dan berbatu. Untuk Pantai Celong, permasalahan yang dihadapi adalah masalah sedimentasi yang mengganggu alur pelayaran dan pendangkalan di kolam labuh TPI/PPI setempat. Pendangkalan biasanya terjadi pada saat bertiupnya angin barat pada bulan Desember-Januari. Sedangkan pada saat bertiup angin timur, sedimen terangkut kearah barat namun karena terhalang breakwater TPI/PPI, tidak semua sedimen yang mengendap terangkut keluar kolam labuh.
TPI Roban dan TPI Seklayu Selain TPI yang berada di Pantai Klidang Lor dan Pantai Celong, di Kabupaten Batang terdapat pula TPI Roban yang berada di Kecamatan Tulis dan TPI Seklayu yang berada di Kecamatan Gringsing.
Hal II - 8
Permasalahan yang dihadapi oleh kedua TPI ini antara lain adalah sering terjadinya pendangkalan di alur sungai (Makalah Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Batang, 2002). b. Potensi Mangrove Kabupaten Batang memiliki garis pantai sepanjang 38,75 Km. Berdasarkan Laporan Kegiatan Evaluasi dan Pemantauan Bakau tahun 2000 menunjukkan bahwa areal hutan bakau di wilayah pantai Kabupaten Batang seluas 59,50 Ha yang terdiri dari 51,00 Ha dalam kondisi baik sedangkan 8,50 Ha dalam kondisi kritis. Rusaknya tanaman bakau disebabkan oleh beberapa faktor antara lain tekanan dari meningkatnya jumlah penduduk dan pembangunan, penebangan tanaman bakau untuk areal dan perluasan tambak, untuk kebutuhan ekonomis (kayu bakar atau dijual) dan faktor alam. Selain bakau Kabupaten Batang juga mempunyai potensi trumbu karang yang sebagian besar penduduk memberi nama karang maeso. c. Potensi Perikanan Laut dan Darat Perikanan laut di Kabupaten Batang terdapat di empat kecamatan yaitu Kecamatan Batang, Tulis, Limpung dan Grinsing, dengan tingkat produksi pada tahun 2001 sebesar 18.757.010 kwintal senilai Rp. 52.890.115.200,(tabel 2.7.). Terdapat 10.563 orang yang menggantungkan hidupnya di sub sektor ini, terdiri dari nelayan musiman sebanyak 1.687 orang, nelayan pandega 8.430 orang dan nelayan juragan sebanyak 446 orang, dengan menggunakan armada penangkapan jenis kapal motor sebanyak 183 buah dan motor tempel sebanyak 347 buah. Potensi ikan segar Kabupaten Batang yang merupakan komoditas eksport sangat baik seperti udang tambak, udang laut, kakap merah, bawal putih, ikan remang, rajungan dan ikan asin. Tahun 2001 produksi ikan segar tersebut sebanyak 1.711.451 kg senilai Rp 17.010.405.235,- Di sektor pengolahan ikan Kabupaten Batang menghasilkan ikan-ikan olahan berupa pindang, ikan asin dan ikan asap atau panggang. Produksi ikan olahan tahun 2001 mencapai 25.585.822 kg senilai Rp 151.387.614.900,- . Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 2.7.
Hal II - 9
Tabel 2.7 Data Potensi Perikanan dan Kelautan Kabupaten Batang Tahun 2001
No. 1 1 2 3 4 5 6 7 Jenis Perikanan Laut Udang Tambak Udang Laut Kakap Merah Bawal Remang Ikan Asin Rajungan Jumlah Produksi Ikan Olahan Th. 2001 1 2 3 4 Pindang Asin Panggang Segar Jumlah
Sumber : Dinas Perikanan Batang 2002
Berat (1000 kg) 18.757.010 81.124 18.802 381.179 85.153 259.964 881.848 3.381 1.711.451 6.887.475 8.818.483 3.765.784 6.387.080 25.858.822
Harga (Rp) 52.890.115.200 3.636.691.000 786.410.760 5.278.939.575 715.167.100 1.403.856.000 5.138.429.800 50.911.000 17.010.405.235 47.182.302.700 50.384.297.900 24.191.492.600 28.629.521.700 150.387.614.900
Produksi perikanan laut di Kabupaten Batang paling banyak (16.081.343 kg) jika dibandingkan dengan produki perikanan tambak, kolam, perairan umum dan mina padi. Jumlah seluruh produksi perikanan di Kabupaten Batang sebanyak 16.596.224 kg. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari tabel di bawah. Tabel 2.8 Rekapitulasi Produksi dan Nilai Produksi Ikan Laut, Tambak, Perairan Umum, Kolam dan Mina Padi di Kabupaten Batang Tahun 2002
No Produksi Nilai Produksi (Kg) 16.081.343 341.211 81.709 74.257 17.704 16.596.224
d. Perikanan Darat
Hal II - 10
Selain hasil perikanan laut, pada Kabupaten Batang terdapat pula perikanan darat yang berada di empat kecamatan yaitu Kecamatan Batang, Tulis, Subah, Limpung dan Kecamatan Gringsing seluas 247,75 hektar. Semuanya melibatkan 229 orang petani tambak. Nilai produksi perikanan darat tersebut pada tahun 2001 sebanyak 868.565 kwintal senilai Rp 12.952.436.100,-. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 2.9. Tabel 2.9 Perikanan Darat Kabupaten Batang No 1. 2. 3. 4. Perikanan Darat
Ikan Tambak Udang Tambak Ikan Kolam Perairan Umum jumlah
Sumber : Kabupaten Batang dalam Angka 2002
2.
Kota Pekalongan a. Potensi Pantai Panjang garis pantai Kota Pekalongan sesuai dengan pengukuran pada peta GIS adalah + 6 km. Secara administratif, pesisir Kota Pekalongan berada di wilayah Kecamatan Pekalongan Utara, meliputi Kelurahan Bandengan, Kelurahan Kandang-panjang, Kelurahan Panjang Wetan, Kelurahan Krapyak Lor dan Kelurahan Degayu. Permasalahan pantai yang dihadapi oleh Kota Pekalongan berada di dua lokasi utama yaitu Pantaisari/Pasir Kencana dan Pantai Slamaran. Pantaisari/Pasir Kencana Pantaisari/Pantai Pasir Kencana berada di wilayah Kelurahan Panjang Wetan, Kecamatan Pekalongan Utara, Kota Pekalongan. Penggunaan lahan di sepanjang pantai membentang dari barat ke timur adalah kawasan perikanan darat/kawasan tambak, kawasan industri, kawasan wisata, kawasan pelabuhan dan kawasan permukiman. Selain itu, pada lokasi pantai ini juga terdapat krematorium (tempat pembakaran jenazah). Penggunaan lahan pada lokasi ini didominasi oleh kawasan perikanan darat/tambak dan permukiman.
Hal II - 11
Pada
Pantaisari
ini
bermuara
sungai
Pekalongan.
Muara
Sungai
Pekalongan difungsikan sebagai Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) dengan bangunan pelindung berupa jetti. Keberadaan bangunan ini berpengaruh terhadap kondisi pantai sekitar. Terutama pada saat terjadinya angin timur yang akan mengeluarkan sedimen di daerah pantai terhalang oleh bangunan pelindung yang menyerupai jetti, sedangkan angin barat yang akan membawa sedimen ke daerah pantai akan menambah suplai sedimen yang ada. Dari kondisi yang ada, permasalahan yang dihadapi pantai Pasir Kencana adalah erosi pantai, banjir pasang dan limpasan pasir. Terhadap permasalahan erosi pantai, sudah pernah ditangani oleh pemkot dengan membangun seawall dari buis beton. Namun hasil yang diperoleh belum optimal bahkan di beberapa titik lokasi, bangunan tersebut banyak yang terguling/roboh. Pantai Slamaran Pantai Slamaran berada di wilayah Kelurahan Krapyak Lor, Kecamatan Pekalongan utara, Kota Pekalongan. Penggunaan lahan di sepanjang pantai membentang dari barat ke timur adalah kawasan perikanan darat/kawasan tambak, kawasan wisata, kawasan pelabuhan dan kawasan permukiman, dan Susukan. Dari kondisi yang ada, permasalahan yang dihadapi Pantai Slamaran adalah dominan sedimentasi dan garis pantai relatif stabil dinamis. Faktor pasang surut mempengaruhi lahan permukiman penduduk dan jalan. Pada saat pasang tinggi, lahan dan jalan di sekitar permukiman menjadi tergenang. Kondisi ini sudah diatasi oleh Pemkot dengan membuat pintu klep otomatis penahan banjir rob. yang masih didominasi oleh kawasan perikanan darat/tambak dan permukiman. Pada lokasi ini bermuara sungai Sibulan
b. Potensi Mangrove
Hal II - 12
Potensi mangrove di Kota Pekalongan ditemui pada sisi barat sungai Pekalongan, sedangkan pada sisi timurnya yaitu di wilayah pantai Slamaran justru terjadi penambahan daratan (abrasi). Pengaruh dari abrasi di wilayah pantai Kota Pekalongan ini pernah melenyapkan/menghancurkan sebagian rumah-rumah penduduk dan juga tambak-tambak yang mulai hilang karena abrasi. Keberadaan Hutan Bakau di wilayah pesisir dan pantai Kota Pekalongan, sudah tidak ada, tanaman bakau yang ada hanya di pematangpematang saluran air/pematang tanah dan jumlahnya sedikit. Keadaan laut di wilayah pesisir dan pantai Pekalongan yang pada akhir-akhir ini cukup memprihatinkan adalah semakin tingginya rob (Air Laut Pasang), yang sering menggenangi jalan-jalan, pekarangan penduduk pada saat-saat tertentu. c. Potensi Perikanan Laut dan Darat Kota Pekalongan yang terletak di Wilayah Pantai Utara sebelah Barat Propinsi Jawa Tengah memiliki jumlah penduduk 263.540 jiwa. Dari jumlah penduduk tersebut terdapat 29.078 jiwa yang bekerja disektor Perikanan (Tabel 2.10), dari tabel ini terlihat bahwa 11,09% penduduk Kota Pekalongan bekerja di sektor Perikanan. Sedangkan apabila dilihat berdasarkan jenis pekerjaannya pada sektor perikanan sebagian besar penduduk Kota Pekalongan sebagai nelayan sebanyak 22.705 orang dan yang paling sedikit sebagai pedagang ikan hias sebanyak 35 orang. Tabel 2.10 Jumlah Tenaga Kerja Menurut Jenis Pekerjaan di Sektor Perikanan Kota Pekalongan Tahun 2001
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Nelayan Pengolah Ikan Bakul ikan di TPI Bakul ikan di Pasar Bakul ikan hias Petani tambak Petani ikan Buruh perikanan Jumlah
Sumber: Kota Pekalongan dalam angka 2002
Hal II - 13
Di wilayah Kota Pekalongan terdapat Pelabuhan Perikanan Nusantara Pekalongan (PPNP) dengan TPI yang terbesar di wilayah Jawa Tengah. TPI Kota Pekalongan terdiri dari 2 unit tempat pelelangan, dengan nilai produksi tahun 2001 mencapai 71.550.645 Kg, dengan nilai Rp. 206.394.885.000,(tabel 2.11.). Produksi ikan ini mengalami peningkatan yang cukup besar pada sekitar bulan Agustus, September dan Oktober. Tabel 2.11 Produksi dan Nilai Hasil Perikanan Laut Perbulan di TPI Kota Pekalongan Tahun 2001
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Bulan Januari Pebruari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Jumlah
Sumber: Data Perikanan 2002
Produksi (Kg) 4.441.895 3.413.671 4.649.265 6.186.732 5.117.696 5.557.574 5.551.124 8.603.219 8.583.663 8.809.395 6.886.397 3.780.014 71.550.645
Nilai (Rp) 12.758.341.000 487.714.000 15.770.381.000 20.826.029.000 16.692.859.000 17.136.291.000 19.585.892.000 20.889.124.000 19.488.008.000 22.420.214.000 18.870.820.000 11.468.212.000 206.394.885.000
Tabel 2.12 Rekapitulasi Produksi dan Nilai Produksi Ikan Laut, Tambak, Perairan Umum, Kolam dan Mina Padi di Kota Pekalongan
No Produksi Nilai Produksi (Kg) 50.881.566 60.400 76.203 17.307 51.035.476
Hal II - 14
Sedangkan jumlah kapal penangkapan ikan yang tercatat berada di wilayah Kota Pekalongan adalah sebanyak 696 unit dengan jumlah armada terbanyak adalah jenis purse seine sebanyak 419 unit (tabel 2.13). Tabel 2.13 Jumlah Kapal Penangkap Ikan Yang Melelangkan Ikan di TPI Kota Pekalongan Tahun 2001
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Bulan Januari Pebruari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Jumlah Purse Seine (Unit) 160 132 192 232 208 164 221 436 226 403 212 149 2.775 Mini Purse Seine (Unit) 80 210 471 886 219 364 194 66 166 156 123 10 2.945 Cotok/ Cantrang (Unit) 189 110 268 281 305 213 351 206 219 144 116 58 2.360 Gill Net (Unit) 26 33 53 44 46 52 69 47 126 57 42 44 639
Tabel 2.14 Jumlah Kapal Penangkap Ikan Kota Pekalongan Menurut Jenis Alat Tangkap Tahun 2001
No 1 2 3 4 5 6 Jenis Pekerjaan Purse Seine Mini Purse Seine Long Line Gill Net Cantrang / Cotok Prawe Jumlah
Sumber: Kota Pekalongan dalam angka 2002
Untuk kegiatan pengolahan ikan, terdapat 2 jenis pengolahan yaitu Tradisional yang terdiri dari ikan asin, segar, pindang, panggang, terasi dll, dan Modern yang terdiri dari fillet Beku dan Kaleng. Pada Kota Pekalongan terdapat pengusaha pengolah ikan sebanyak 96 orang dengan jenis pengolahan ikan
Hal II - 15
yang paling banyak adalah ikan asin sebanyak 30 orang (lihat tabel 2.15). Untuk pengembangan Perikanan Tangkap di wilayah Kota Pekalongan yang terletak diseberang Timur PPNP terdapat lokasi Pengembangan PPNP seluas 30 Ha. Di lokasi tersebut oleh Departemen Perikanan dan Kelautan akan dikembangkan suatu kegiatan Industri Perikanan Terpadu yang meliputi fasilitas pendaratan ikan, pelelangan tambat labuh, industri pengolahan ikan dan distribusi hasil perikanan. Tabel 2.15 Jumlah Pengolah Ikan Menurut Jenis Olahan di Kota Pekalongan Tahun 2001 No
1 2 3 4 5 Ikan Asin Ikan Pindang Ikan Segar Ikan Panggang (Pengasapan) Terasi Jumlah
Sumber: Kota Pekalongan dalam angka 2002
Jenis Olahan
3.
Kabupaten Pekalongan a. Potensi Pantai Menurut data administratif, Kabupaten Pekalongan terdiri dari 270 Desa, dan 6 Desa diantaranya merupakan desa pantai (sumber: Peta GIS). Kabupaten Pekalongan memiliki panjang pantai + 10 km, dengan luas pantai + 2 km2 (sumber: Dinas Perikanan dan Kelautan, 2001). Secara administratif, pesisir Kabupaten Pekalongan berada di wilayah: Kecamatan Wonokerto, meliputi desa: Wonokerto Kulon, Apiapi Kecamatan Tirto, meliputi Desa Jeruksari Kecamatan Siwalan, meliputi Desa Depok dan Semut
Wilayah pantai di kabupaten Pekalongan yang mengalami kerusakan adalah Pantai Suter yang berada di Desa Depok, Kecamatan Siwalan, kabupaten Pekalongan. Lokasi pantai ini berada pada 06 o 50 27.6 LS dan 109 o 36 06.9 BT sekitar 6,7 km dari jalan raya pantura Jawa Tengah.
Hal II - 16
Secara geomorfologis, pantai Suter termasuk pantai yang berpasir. Pantai Suter mempunyai potensi sebagai kawasan wisata pantai dan areal pertambakan. Kualitas air laut dan kondisi pantai dan laut di sekitarnya relatif belum tercemar. Lokasi pantai berada di antara dua sungai besar yaitu Sungai Sragi di sebelah abrat dan Sungai Sipait di timur. Permasalahan yang dihadapi pantai Suter adalah erosi pantai sehingga garis pantai mengalami kemunduran. Indikasi awal tampak dari bekas tanaman pohon kelapa yang sudah tumbang (pokok pohon) berada di perairan laut. Penyebab kerusakan adalah berubahnya pola arus dan hidrodinamika pantai di sekitar lokasi dikarenakan adanya bangunan pantai yang menjorok ke laut. Bangunan pantai yang berada dekat dengan lokasi pantai Suter adalah bangunan jetti pada muara sungai Sipait di sebelah timur Pantai Suter. b. Gambaran Mangrove Luas hutan mangrove di Kabupaten Pekalongan + 1 ha yang berada di Desa Semut, Desa Wonokerto Kulon, Desa Apiapi, Desa Pecakaran Kecamatan Wonokerto, Desa Depok Kecamatan Siwalan, dan Desa Jeruksari Kecamatan Tirto. Pada daerah tersebut sebagian besar memiliki kerapatan penutup vegetasi berkisar antara 25 50% (jarang), kecuali pada Desa Wonokerto Kulon Kecamatan Wonokerto yang memiliki kerapatan penutup vegetasi kurang dari 25% (jarang sekali). Jenis vegetasi pada hutan mangrove yang berada di Kebupaten Pekalongan berupa bakau hitam. c. Potensi Perikanan Laut dan Darat Potensi sumber daya perikanan dibedakan menjadi dua yaitu sumber daya manusia dan sumber daya alam. Tersedianya sumber daya manusia dan alam yang dapat dieksploitasi merupakan salah satu faktor yang penting dalam usaha peningkatan produksi perikanan. Dilihat dari sumber daya manusia yang bergerak di bidang perikanan dapat dirinci sebagai berikut:
Hal II - 17
Tabel 2.16 Sumber Daya Manusia dan Sarana yang Bergerak di Bidang Perikanan pada Kabupaten Pekalongan
No 1. Mata Pencaharian Nelayan Perairan Laut Juragan Pandega Nelayan Perairan Umum Petani Tambak Petani Ikan Air Tawar Bakul/Pengolah Ikan Armada 1. Kapal motor 2. Motor tempel 3. Perahu layar Jumlah alat tangkap ikan 1. purseine 2. purseine mini 3. paying 4. cantrang 5. pukat pantai 6. trammel net Jumlah SDM Jumlah (jiwa
dan buah)
% 76,72
2. 3. 4. 5. 6.
9.823 453 9.370 868 579 1179 354 21 477 20 1 119 369 21 81 12.803
7.
100
Sumber : Kab. Pekalongan Dalam Angka 2002, Dinas Perikanan dan Kelautan Tahun 2001
Sarana penangkapan ikan yang ada di Kabupaten Pekalongan atau yang biasa disebut armada penangkapan sebagian besar merupakan motor tempel sebanyak 477 buah dan yang berupa kapal motor (Purse Seine) sebanyak 20 buah. Sarana tempat pelelangan ikan yang terdapat di Kabupaten Pekalongan yaitu TPI Wonokerto dan TPI Jambean. Sumber daya alam yang berkaitan dengan sektor perikanan yang dimiliki Kabupaten Pekalongan dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 2.17 Sumber Daya Alam yang Tersedia di Kabupaten Pekalongan
No. 1 2 3 4 5 6 Sumber Daya Alam Panjang Pantai Luas Pantai Tambak Kolam Mina Padi Perairan Umum Panjang/Luas 10 km 2 km2 550,30 Ha 14,27 Ha 12 Ha 225,60 Ha
Hal II - 18
Tabel 2.18 Rekapitulasi Produksi dan Nilai Produksi Ikan Laut, Darat dan Sungai di Kabupaten Pekalongan
No 1. Laut 2. Darat 3. Sungai Jumlah
Sumber : Kabupaten Pekalongan dalam Angka 2002
Produksi
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa produksi perikanan di Kabupaten Pekalongan sebagian besar adalah produksi ikan laut sebesar 1.939.614 kg, sedangkan untuk produksi ikan darat hanya sebesar 712.420kg.
Hal II - 19
Laporan Pendahuluan
Hal II - 20