Anda di halaman 1dari 24

BAB II TINJAUAN TEORI

A. KONSEP NIFAS 2.1 Pengertian Masa nifas atau puerperium adalah masa setelah partus selesai sampai pulihnya kembali alat alat kandungan seperti sebelum hamil. Lamanya masa nifas ini yaitu kira kira 6 8 minggu. ( Abidin, 2011) Masa nifas (puerperium) adalah masa setelah keluarnya plasenta sampai alat alat reproduksi pulih seperti sebelum hamil dan secara normal masa nifas berlangsung selama 6 minggu atau 40 hari . ( Ambarwati, 2010) Masa nifas adalah masa sesudah persalinan dan kelahiran bayi, plasenta serta selaput yang di perlukan untuk memulihkan kembali organ kandungan seperti sebelum hamil dengan waktu kurang lebih 6 minggu. ( Saleha, 2009) 2.2 Periode Nifas Masa nifas dibagi dalam 3 periode 1. Puerperium dini Kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan. 2. Puerperium intermedial Yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya 6-8 minggu. 3. Remote puerperium Adalah waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama bila ibu selama hamil atau persalinan mempunyai komplikasi. Waktu untuk sembuh sempurna bisa berminggu-minggu, bulanan atau tahunan.

2.3 Perubahan Fisiologis Pada Masa Nifas Fisiologi masa nifas adalah hal-hal yang terjadi dan bersifat karakteristik dalam masa nifas artinya memberi ciri adanya masa nifas. Hal-hal yang terjadi dan memberi ciri pada masa nifas adalah perubahan-perubahan yang dianggap normal dan harus terjadi. Perubahan-perubahan fisiologi yang terjadi; 1. Perubahan Fisik a. Involusi Tempat Plasenta Bekas implantasi plasenta pada uterus merupakan luka yang kasar dan menonjol ke dalam cavum uteri namun bekas luka tidak meninggalkan parut yang disebabkan pertumbuhan endometrium baru di bawah permukaan luka. b. Perubahan Ligamen Umumnya terjadi perubahan ligamen-ligamen yang menjadi kendor setelah persalinan. c. Perubahan Pada Servik Segera setelah melahirkan serviks menjadi lembek ,kendor, dan terkulai. Warna serviks merah kehitam-hitaman karena penuh pembuluh darah dan ostium eksternum lebih besar. d. Perubahan Vulva, Vagina dan Perinium Vulva dan vagina kendor setelah persalinan, himen berubah menjadi carunculai mirtyformis, perubahan pada perineum pasca melahirkan terjadi pada saat perineum mengalami robekan. e. Dinding Perut dan Peritonium Dinding perut menjadi longgar pasca melahirkan. 2. Involusi Uterus dan Pengeluaran Lochea Perubahan fisik Involusi uterus dan pengeluaran lochea Laktasi Perubahan system tubuh lainnya Perubahan psikis

Perubahan yang merupakan proses kembalinya alat kandungan atau uterus dan jalan kelahiran setelah bayi dilahirkan hingga mencapai keadaan seperti sebelum hamil. Proses involusi terjadi karena adanya: Iskemia miometrium (local anemia) Atrofi jaringan Autolisis Efek oksitosin

Perubahan-perubahan normal pada uterus selama post partum: Involusi Uterus Plasenta lahir 7 hari TFU Setinggi pusat Pertengahan dan simpisis 14 hari 6 minggu Tidak teraba Normal 350 gr 60 gr 5 cm 2,5 cm Berat Uterus 1000 gr pusat 500 gr Diameter Uterus 12,5 cm 7,5 cm

Lochea Cairan yang dikeluarkan dari uterus melalui vagina dalam msa nifas. Sifat lochea alkalis sehingga memudahkan kuman masuk dan berkembang biak> Banyaknya lochea tiap orang berbeda , tetapi selalu lebih banyak pengeluaran darah lendir pada waktu menstruasi. Lochea berbau anyir dalam keadaan normal tetapi tidak berbau busuk. Total jumlah rata-rata pengeluaran lochea sekitar 240-270 ml. Perbedaan masing masing lochea dapat dilihat sebagai berikut: Lokia Rubra Waktu 1-3 hari warna Merah kehitaman Cirri Terdiri desidua, dari sel erniks

caseosa,lanugo, sisa mekonium dan sisa

darah Sanguilenta 3-7 hari Putih merah Serosa 7-14 hari Kekuningan kecoklatan bercampur Sisa darah

bercampur lendir / Lebih sedikit darah dan lebih banyak

serum , juga terdiri dari leukosit dan

robekan plasenta Alba > 14 hari putih Mengandung leukosit lendir, serabut yang mati ,

laserasi

selaput dan

servis

jaringan

3. Laktasi Laktasi atau menyusui mempunyai dua penertian yaitu produksi dan pengeluaran ASI. ASI merupakan makanan pokok bagi bayi dan merupakan makanan yang paling tepat untuk pertumbuhan dan perkembangan karena kandungan ASI menyesuaikan kebutuhan yang diperlukan oleh bayi. ASI dipengaruhi oleh 2 reflek yaitu reflek prolaktin yang mempengaruhi tahap produksi ASI dan reflek oksitosin yang mempenagruhi tahap pengeluaran ASI. ASI eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan minuman tambahan lain pada umur bayi berumur nol sampai 6 bulan. Bahkan air putih tidak boleh diberikan dalam tahap menyusui eksklusif. Cara meneteki bayi yang benar yaitu : cuci tangan dengan air bersih yang mengalir perah sedikit ASI dan oleskan ke putting dan areola sekitarnya Ibu duduk dengan santai dan kaki tidak boleh menggantung

Posisikan bayi dengan benar yaitu bayi dipegang dengan satu lengan, kepala bayi diletakkan dekat lengkungan siku ibu, bokong bayi ditahandengan telapak tangan ibu, perut bayi menempel ke tubuh ibu, mulut bayi berada di depan putting ibu, lengan yang dibawah merangkul tubuh ibu , jangan berada diantara tubuh ibu dan bayi, tangan yang diatas boleh dipegang ibu atau diletakkan diatas dada ibu.

Telinga dan lengan yang diatas berada dalam satu garis lurus Bibir bayi dirangsang dengan putting ibudan akan membuka lebar, kemudian dengan cepat kepala bayi didkatkan ke payudara ibu dan putting serta areola dimasukkan ke dalam mulut bayi.

Cek apakah perlekatan bayi sudah benar yaitu dagu menempel ke payudara ibu, mulut terbuka lebar, sebagian besar areola terutama yang berada dibawah , masuk ke dalam mulut bayi, bibir bayi terlipat ke luar, pipi bayi tidak boleh kempot, tidak boleh terdengar bunyi decak, hanya boleh terdengar bunyi menelan saja, ibu tidak kesakitan,bayi tenang.

4. Perubahan Sistem pada Tubuh a. Sistem Gastrointestinal Nafsu makan meningkat pasca melahirkan namun motalitasotot traktus cerna melambat selama waktu yang singkat setelah bayi lahir sehingga ibu mengalami konstopasi pasca melahirkan. b. Sistem Perkemihan Wanita pasca persalinan harus bisa berkemih dalam waktu 4 jam. c. Sistem Endokrin Selama proses kehamilan dan persalinan terdapat perubahan pada system endokrin. Misalnya hormon prolaktin darah meningkat dengan cepat, pada wanita tidak menyusui menurun dalam waktu 2 minggu. d. Sistem Kardiovaskuler Selama pasca melahirkan volume darah ibu relatif bertambah , sehingga keadaan ini menimbulkan dekompensasi kordis pada penderita vitium cordis. e. Sistem Hematologi

Pada awal post partum , jumlah Hb , hematokrit dan eritrosit sangat bervariasi. Hal ini disebabkan volume darah, volume plasenta dan tingkat volume darah yang berubah-ubah. Tingkatan ini dipengaruhi olehstatus gisi dan dehidrasi wanita tersebut. f. Perubahan Tanda-Tanda vital Suhu badan
0

Pasca melahirkan , suhu tubh dapat naik kurang lebih 0,5 normal. Suhu tubuh > 38 0 C waspada terkena infeksi. Nadi

C dari keadaan

Pasca melahirkan denyut nadi menjadi bradikardi atau lebih cepat. Nadi > 100 potensial terjadi infeksi. Tekanan Darah

Umumnya tekanan darah stabil, malah cenderung turu karena perdarahan . Jika tekanan darah tinggi tanda preeklamsia post partum.Tekanan darah normal manusia adalah sistolik antara 90-120 mmHg dan diatolik 60-80 mmHg. Pernapasan

Ibu post partum umumnya pernapasannya lambat atau normal yaitu antara 1624 x / menit. g. Perubahan Psikis Dalam menjalani adaptasi setelah melahirkan , ibu akan melalui fase-fase sebagai berikut : 1. Fase Taking In (1-2 hari post partum) Merupakan periode ketergantungan , karena ibu masih focus terhadap dirinya sendiri. Hal ini membuat ibu cenderung menjadi pasif terhadap lingkungannya. 2. Fase Taking Hold ( 3-10 hari post partum) Periode dimana ibu merasa khawatir akan ketidakmampuannya dan rasa tanggung jawabnya merawat bayi. 3. Fase Letting Go ( > 10 hari post partum)

Merupakan periode menerima tanggung jawab akan peran barunya sebagai ibu . Gangguan psikologis pada masa nifas: 1. Post Partum Blues Merupakan semacam perasaan sedih atau uring-uringan yang melanda ibu dan timbul dalam jangka waktu 2 hari sampai 2 minggu pasca persalinan. Penyebabnya yaitu adanya berbagai perubahan yang terjadi dalam tubuh wanita selama kehamilan dan perubahan cara hidupnya sesudah memiliki bayi dan perubahan hormonal. Gejalanya yaitu sangat emosional, sedih, khawatir, kurang percaya diri, mudah tersinggung, merasa hilang semangat, menangis tanpa sebab, sangat kelelahan, mudah marah dan gelisah. Post partum blues ini apabila tidak ditangani secara tepat menjadi lebih buruk atau lebih berat, post partum yang lebih berat disebut Depresi Post Partum yang melanda sekitar 10 % ibu baru. Gejalanya yaitu sulit tidur bahkan saat bayi telah tidur, nafsu makan hilang, perasaan tidak berdaya atau hilang kontrol, terlalu cemas, tidak menyukai atau takut menyentuh bayi, pikiran yang menakutkan mengenai bayi,perasaan berdebar-debar. 2.4 Program dan Kebijakan Teknis Asuhan masa nifas Diperlukan dalam periode ini karena merupakan masa kritis baik ibu maupun bayi. Diperkirakan bahwa 60 % kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah persalinan dan 50 % kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama. Masa neonatus merupakan masa kritis dari kehidupan bayi,2/3 kematian bayi terjadi dalam 4 minggu setelah persalinan dan 60 % kematian bayi baru lahir dalam waktu 7 hari setelah lahir. Dengan demikian kemampuan melekat dan asuhan pada ibu dan bayi pada masa nifas dapat mencegah beberapa kematian. Asuhan masa nifas memiliki tujuan yaitu: - Menjaga kesehatan ibu dan bayinya baik secara fisik maupun psikis

Melaksanakanskrining yang komprehensif , mendeteksi masalah, mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayi.

Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi, KB dan menyusui

Memberi pelayanan keluarga berencana

Paling sedikit 4 kali kunjungan masa nifas yang dilakukan untuk menilai status ibu dan bayi baru lahir dan untuk mencegah , mendeteksi dan menangani masalah-masalah yang terjadi. 1. Kunjungan I (6-8 jam post partum) Tujuan: Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri Memberikan konseling pada ibu atau keluarga bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri Pemberian ASI awal Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir normal Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermi

2. Kunjungan II ( 6 hari post partum) Tujuan: Mematikan involusi uterus berjalan normal : uterus berkontraksi di bawah pusar , tidak ada perdarahan abnormal, tidak ada bau Menilai adanya demam, infeksi atau perdarahan abnormal Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan, cairan dan istirahat Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan tanda-tanda penyulit Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat, menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari 3. Kunjungan III ( 2 minggu post partum) Tujuan: Mematikan involusi uterus berjalan normal : uterus berkontraksi di bawah pusar , tidak ada perdarahan abnormal, tidak ada bau

Menilai adanya demam, infeksi atau perdarahan abnormal Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan, cairan dan istirahat Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan tanda-tanda penyulit

Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat, menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari

4. Kunjungan IV (6 minggu post partum) Tujuan: - Menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang ai atau bayi alami - Memberikan konseling tentang KB secara dini

2.5 Kebutuhan Dasar Ibu Nifas Untuk membantu mempercepat proses penyembuhan pada masa nifas , maka ibu nifas membutuhkan diet yang cukup kalori dan protein, dan membutuhkan istirahat yang cukup. a. Kebutuhan nutrisi dan cairan Membutuhkan nutrisi yang cukup dan gisi seimbang Minum sedikitnya 3 liter setiap hari Mengkonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari Pil zat besi , diminum 40 hari pasca bersalin Minum kapsul vitamin A (200.000 unit) 1x setelah melahirkan

b. Kebutuhan Ambulasi Diskusikan pentingnya mengembalikan otot-otot perut dan panggul kembali normal Jelaskan bahwa latihan tertentu beberapa menit setiap hari sangat membantu, seperti: dengan tidur terlentang dengan lengan disamping , menarik otot perut selagi menarik nafas , tahan nafas ke dalam dan angkat dagu ke dada, tahan 1 hitungan sampai 5, rileks dan ulangi 10 x: Untuk memperkuat tonus otot vagina (latihan Kegel) Berdiri dengan tungkai dirapatkan, kencangkan otot-otot , pantat dan

pinggul dan tahan sampai 5 hitungan, kendurkan dan ulangi latihan sebanyak 5 x. Mulai dengan mengerjakan 5 x latihan untuk setiap gerakan . Setiap minggu naikkan jumlah latihan 5 x lebih banyak. Pada minggu ke-6 setelah persalinan ibu harus mengerjakan setiap gerakan sebanyak 30 x. c. Kebutuhan Eliminasi Kebanyakan pasien dapat melakukan BAK secara spontan dlam 8 jam setelah melahirkan. Bila partus normal hendaknya kencing dapat dilakukan sendiri secepatnya. BAB biasanya tertunda selama 2-3 hari setelah melahirkan karena enema persalinan, obat analgesik. d. Kebersihan diri - Anjurkan kebersihan seluruh tubuh - Mengajarkan ibu bagaimana membersihkan daerah kelamin dengan sabun dan air - Pastikan bahwa ia mengerti untuk membersihkan daerah di sekitar vulva terlebih dahulu , dari depan ke belakang , baru kemudian membersihkan daerah sekitar anus; - Menasehatkan kepada klien untuk membersihkan vulva setiap kali selesai BAK dan BAB; - menyarankan ibu untuk mengganti pembalut atau kain pembalut setidaknya dua kali sehari; - menyarankan klien mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan sesudah membersihkan daerah kelaminnya; - jika ibu mempunyai luka episiotomi atau laserasi, sarankan kepada ibu untuk menghindari menyentuh daerah luka. e. Istirahat - Anjurkan ibu agar istirahat cukup untuk mencegah kelelahan yang berlebihan - Sarankan ia untuk kembali ke kegiatan-kegiatan rumah tangga secara perlahanlahan , serta untuk tidur siang atau istirahat selagi bayi tidur - Kurang istirahat akan mempengaruhi ibu dalam beberapa hal:

1. Mengurangi jumlah ASI yang yang diproduksi 2. Memperlambat proses involusi uterus dan memperbanyak perdarahan 3. Menyebabkan depresi dan ketidakmampuan untuk merawat bayi dan dirinya sendiri f. Seksualitas Secara fisik aman ntuk memulai hubungan suami istri begitu darah merah berhenti dan ibu dapat memasukkan satu atau dua jarinya ke dalam vagina tanpa rasa nyeri. g. Senam Nifas Senam nifas perlu dilakukan karena dapat mengencangkan otot-otot yang kendor. h. Keluarga Berencana Wanita tidak akan menghasilkan telur (ovulasi) sebelum ia mendapatkan lagi haidnya selama meneteki. Oleh karena itu, metode amenorhe laktasi dapat dipakai sebelum haid pertama kembali. i.Perawatan Payudara - Menjaga payudara tetap kering dan bersih - Menggunakan BH yang dapat menyokong payudara - Apabila putting susu lecet oleskan colostrums atau ASI yang keluar pada sekitar putting susu - Apabila lecet sangat berat diistirahatkan 24 jam - Jika nyeri dapat dihilangkan dengan minum paracetamol

2.6 Tanda Bahaya Nifas Kompikasi masa nifas adalah keadaan abnormal pada masa nifas yang disebabkan oleh masuknya kuman kuman ke dalam alat genetalia pada masa persalinan dan nifas. Macam 1. Infeksi \ a. Infeksi pada perineum, vulva, vagina dan serviks Gejalanya berupa rasa nyeri dan panas pada tempat infeksi dan kadang kadang perih bila kencing. Bila getah radang bias

keluar biasanya tidak berat. Suhu sekitar 38 0Cdan nadi dibawah 100 per menit. Bila luka tertutup getah radang suhu bisa naik 39 40 0C dan kadang kadang disertai mengigil b. Endometritis Kadang kadang lokia tertahan oleh darah, sisa sisa plasenta dan selaput ketuban. Keadaan ini dinamakan lokiametra dan dapat menyebabkan kenaikan suhu. Uterus pada endometritis agak membesar, serta nyeri pada perabaan dan lembek. c. Septicemia dan piemia Kedua duanya merupakan infeksi berat namun gejala gejala septicemia lebih mendadak dari piemia. Pada septicemia dari permulaan penderita sudah sakit dan lemah sampai 3 hari postpartum suhu meningkat dengan cepat biasanya disertai mengigil. Selanjutnya suhu sekitar antara 39 40 0C keadaan umum cepat memburuk nadi menjadi cepat (140-160 x /menit) atau lebih. Penderita meningal dalam 6 7 hari postpartum jika ia hidup terus gejala gejala menjadi piemia . Pada piemia penderita tidak lama postpartum sudah merasa sakit, perut nyeri, dan suhu aggak meningkat. Suatu cirri khas pada piemia adalah berulang ulang suhu meningkat dengan cepat disertai mengigil kemudian dikuti oleh turunya suhu. Lambat laun timbul gejala abses pada paru paru, pneumonia dan pleuritis. d. Peritonitis Peritonitis nifas bisa terjadi karena meluasnya endometritis tetapi dapat juga ditemukan bersama sama dengan salpingo-ooforitis dan sellulitis pelvika. Selanjutnya ada kemungkinan bahwa abses pada selulitis pelvika mengeluarkan nanahnya kerongga

peritoneum dan menyebabkan peritonitis. Peritonitis umum biasanya disebabkan oleh kuman yang sangat pathogen. e. Selulitis pelvika (parametritis)

Pada pemeriksaan dapat diraba tahanan padat dan nyeri di sebelah uterus dan tahanan ini yang berhubungan erat dengan tulang panggul dapat meluas ke berbagai jurusan. Di tengah tengah jaringan yang meradang itu bisa tumbuh abses. f. Salpingitis dan ooforitis Gejala salpingitis dan ooforitis tidak dapat dipisahkan dari pelvio peritonitis. Penyebab melalui permukaan endometrium kadang kadang jaringan infeksi menjadi ketubah falopi dan ovarium. g. Tromboflebitis Perluasan infeksi nifas yang mengikuti aliran darah disepanjang vena dan cabang cabangnya. 2. Perdarahan HPP adalah perdarahan lebih dari 500 600 ml dalam 24 jam setelah anak lahir. Pembagian HPP o Perdarahan o Perdarahan Postpartum primer (early post partum

hemorhage) yang terjadi pada 24 jam pertama postpartum sekunder (late post partum

hemorhage) yang terjadi setelah 24 jam. Penyebab HPP primer adalah Antonia uteri, retensio plasenta, sisa plasenta, laserasi jalan lahir, dan inversion uteri. Penyebab HPP sekunder adalah ninvolusi retensi sisa plasenta, infeksi nifas Mengenali resiko perdarahan postpartum (uterus distensi, partus lama, partus dengan pancingan) member oksitosin injeksi setelah bayi lahir, memastikan kontraksi uterus setelah bayi lahir, memastikan plasenta lahir lengkap, menangani robekan jalan lahir. 3. Bendungan payudara Disebabkan oleh penyubatan pada saluran ASI. Tanda tanda

a. Payudara bengkak b. Keras c. Terasa panas sampai suhu badan meningkat Cara menghindari a. Berikan ASI setiap 2 jam sekali b. Bila produksi ASI berlebih keluarkan secara manual dan simpan di dalam botol susu c. Bila terjadi bendungan ibu bisa mengigil (masase) daerah yang teraba keras pada payudara kemudian ibu bisa mengeluarkan ASI secara manual atau disusukan kepada bayinya. B. KONSEP MANAJEMEN KEBIDANAN POST PARTUM Pengkajian Tanggal dan jam dilakukan pengkajian Data subyektif 1. Biodata Biodata penting untuk mengetahui latar belakang identitas, tingkat intelektual serta status sosial berkaitan dalam rencana pemberian konseling dan KIE. 2. Alasan datang Untuk mengkaji alasan ibu datang ke petugas kesehatan atau layanan kesehatan. 3. Keluhan utama Apa yang dirasakan / dikeluhkan ibu pada saat ini 4. Riwayat kesehatan sekarang Untuk mengetahui pada saat ini ibu sedang menderita penyakit apa, termasuk penyakit umum dan penyakit menular, kronis maupun menurun. Riwayat kesehatan yang lalu Sebelum hamil apakah ibu pernah menderita penyakit menular, kronis maupun menurun. 3. Riwayat kesehatan keluarga Untuk mengetahui apakah dalam keluarga ada yang menderita penyakit menular, kronis maupun menurun. 4. Riwayat haid

Menarche : Umur Pertama kali haid Siklus :21-35 hari Lama Haid :3-15 hari Jumlah : berapa kali ganti pembalut Sifat Darah : Dismenorhoe :nyeri haid / tidak HPHT :8.

5. Riwayat Perkawinan Berapakali menikah, usia saat menikah dan lama menikah 6. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu Kehamilan : Berapakali hamil, keluhan selama hamil, tempat perisa kehamilan, berapa kali Persalinan : Anak lahir hidup, jenis persalinan, usia kehamilan, saat persalinan, tempat persalinan, penolong persalinan, BBl, PB, plasenta lahir sepontan / tidak Nifas : Riwayat perdarahan, menyusui / tidak

7. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas sekarang untuk mengetahui Kehamilan : Selama hamila ada gangguan apa tidak seperti perdaraha, mual muntah, priksa berapa kali dimana, mendapat apa saja selama priksa Persalinan : Bagaimana proses persalinannya, usia kehamilan cukup bulan atau kurang bulan, ditolong oleh siapa, jenisklamin, BBL, PBL, Plasenta lahir normal atau dirogoh Nifas : Apakah saat ini ibu merasa demam terjadi perdarahan hebat, pusing lemas atau tidak 8. Riwayat KB Apakah ibu pernah menjadi aseptor KB, jenis KB, berapa lama, keluhan selama ikut KB, rencana KB selanjutnya.

9. Pola kebiasaan sehari-hari Nutrisi : Ibu menyusui membutuhkan zat zat gizi lebih banyak dari pada ibu

yang tidak menyusui, karena ibu merupakan produsen makanan dan minuman bagi bayinya. Zat zat gizi yang berasal dari ASI berasal dari makanan yang dikonsumsi oleh ibu. Kebutuhan ibu menyusui adalah kebutuhan ibu sendiri ditambah dengan zat gizi untuk ASI yang di produksi. Bila asupan gizi ibu kurang dari kebutuhan maka kekurangannya akan diambil dari tubuh ibu. Untuk mendukung produksi ASI yang cukup dan aggar bayi dan ibu memiliki setatus gizi yang baik, maka ibu menyusui perlu makan dengan gizi yang seimbang. Sedangkan pola makan untuk ibu menyusui dapat dilihat pada tabel berikut: Anjurkan Makan Satu Hari Untuk Ibu Menyusui 5 piring nasi atau padaanya sehari (1 piring kira kira 2,5 centong) 2 potong ikan sehari 5 potong tempe atau tahu sebesar tempat korek api sehari 3 mangkok sayur sehari 2 potong buah buahan, potongan sedang 1 gelas susu diminum pagi hari (Annasari,2009:21) Eliminasi : Hendaknya kencing dapat dilakukan sendiri secepatnya kadang kadang

wanita mengalami sulit kencing karena sfingter uretra ditekan oleh kepala janin selama persalinan. Juga oleh adanya oedema kandung kencing yang terjadi selama persalinan. Bila kandung kencing penuh dan wanita sulit kencing, sebaiknya dilakukan kateterisasi (Mochtar,rustam,1998:117) Istirahat dan rekreasi : Wanita pekerja harus sering istirahat. Tidur siang menguntungkan dan baik untuk kesehatan. Tempat hiburan yang terlalu ramai, sesak dan panas lebih baik dihindari dan dapat menyebabkan jatuh pingsan. (Rustam,1998:61) Aktivitas dan gerakan badan Kegunaannya

Sirkulasi darah menjadi lebih baik, nafsu makan bertambah, pencernaan lebih baik dan tidur lebih nyenyak. Gerakan badan yang melelahkan dilarang. Dianjurkan berjalan jalan pada pagi hari dalam udara yang segar. Gerakan badan di tempat Berdiri jongkok Terlentang kaki diangkat Terlentang perut diangkat Melatih perafasan Kebiasaan : Mandi diperlukan untuk kebersihan / personal hygene terutama

perawatan kulit karena fungsi ekstensi kringat yang bertambah dianjurkan menggunakan sabun lembut atau ringa, jagalah kebersihan. Mandi berendam tidak dianjurkan. 10. Data psikososial, Budaya dan spiritual Psikososial : Ibu bahagia atau tida terhadap kelahiran anaknya, reaksi ibu dan

keluarga terhadap kelahiran bayinya, bagaimana hubungan ibu dengan suami, keluarga serta lingkungan. Budaya : Adakah tradisi tradisi keluarga seperti oyong dan minum jamu

jamuan dst. Spiritual mental. Data obyektif a. Pemeriksaan umum Keadaan umum Kesadaran Tekanan darah Suhu Nadi Pernafasan TB BB sebelum hamil BB sekarang : baik/cukup/buruk : composmentis : 110/70-140/90 mmHg : 36,5-37,50C : 60-100 x / menit : 16-24 x / menit :>145 cm : : Penambahan 9 13,5 kg : Agama dan ketaatan ibu diperlukan dalam pemberian dukungan

(Hanafi,2002) Pemeriksaan fisik a. Inspeksi Rambut Kepala Mata Telinga Hidung : bersih, hitam : tidak ada benjolan : simetris, konjungtiva tidak pucat, sklera tidak ikterus : simetris, bersih tidak ada serumen : bersih, tidak ada polip

Bibir dan mulut : bibir lembab, tidak stomatitis, tidak pucat, lidah bersih, tidak ada caries pada gigi Leher : tidak tampak pembesaran kelenjar tiroid,kelenjar limfe, dan vena jugularis Dada : Payudara membesar, punting susu menonjol/datar/ masuk, tidak ada

retraksi otot dada, Genetalia : Ada/ tidak jahitan episiotomi, bersih, tidak oedem, lochea rubra Ektremitas Palpasi : Payudara : Lembek, tidak tegang, tidak ada bendungan ASI, colostrum/ASI sudah keluar Perut : TFU, konraksi uterus baik,/tidak/lambat, kandung kemih : oedem ada/tidak, varices ada/tidak

kosong/tidak/penuh Ekstremitas : oedema(-), varises (-) Auscultasi : Dada : Ronchi/whesing Perut : Bising usus 1. Identifikasi masalah DX : PAbPost Partum Hari KeDengan Persalinan DS : Ibu mengatakan melahirkan tanggal jam Ibu megatakan melahirkan dengan usiabulan Ibu mengatakan melahirkan anaknya yang ke Ibu mengatakan pernah tau tidak mengalami keguguran

DO : Keadaan umum : baik/cukup/buruk : composmentis : 110/70-140/90 mmHg : 36,5-37,50C : 60-100 x / menit : 16-24 x / menit :>145 cm : : Penambahan 9 13,5 kg (Hanafi,2002) Masalah yang mungkin timbul : After pain DS DO Perdarahan DS DO : Ibu mengatakan perdarahan banyak : Tampak perdarahan pervagina banyak (500 /24 jam pertama) : Ibu mengatakan perut terasa mules/ sakit / nyeri : Ekspresi wajah menyeringai

Kesadaran Tekanan darah Suhu Nadi Pernafasan TB BB sebelum hamil BB sekarang

Kurang pengetahuan tentang perawatan bayi DS DO : Ibu mengatakan belum bisa merawat bayinya : Tidak dapat mempraktekkan perawatan bayi

Nyeri sehubungan dengan luka perineum DS : ibu mengatakan nyeri pada daerah jahitan DO : tampak luka jahitan pada perineum

Kurang pengetahuan tentang cara meneteki yang benar DS DO : : Ibu tidak dapat mempraktekkan cara meneteki yang benar

- Potensial infeksi luka perineum DS : ibu mrngatakan luka terasa nyeri DO : luka tampak basah. Identifikasi Masalah Potensial

Perdarahan sekunder Intervensi : kolaborasi dengan tim dokter Observasi TTV Observasi jumlah perdarahan Infeksi luka jahitan pada perineum Intervensi: Kolaborasi dengan tim dokter Observasi TTV Observasi luka jahitan pada perineum KIE perawatan luka jahitan 2. Intervensi DX : PAbPost Partum Hari KeDengan Persalinan Tujuan : masa nifas berjalan normal tidak terjadi komplikasi Kriteria hasil :TTV dalam batas normal Keadaan umum : baik/cukup/buruk : composmentis : 110/70-140/90 mmHg : 36,5-37,50C : 60-100 x / menit : 16-24 x / menit :>145 cm : : Penambahan 9 13,5 kg (Hanafi,2002) TFU sesuai masa infolusi

Kesadaran Tekanan darah Suhu Nadi Pernafasan TB BB sebelum hamil BB sekarang

Involusi Uterus Plasenta lahir 7 hari

TFU Setinggi pusat Pertengahan dan simpisis

Berat Uterus 1000 gr pusat 500 gr

Diameter Uterus 12,5 cm 7,5 cm

14 hari

Tidak teraba

350 gr

5 cm

6 minggu

Normal

60 gr

2,5 cm

Tidak terjadi gangguan dalam proses laktasi Intervensi : 1. Jelaskan proses involusi R/ Dengan mengetahui proses involusi ibu akan melakukan perawatan/ kegiatan yang mendukung proses tersebut. 2. Observasi tanda vital R/ Merupakan tolok ukur detesi dini adanya kelainan 3. Observasi TFU, Kontraksi uterus, dan lochea R/ Kontraksi yang lembek, dan lochea yang tidak sesuai masa nifas merupakan tanda terjadinya sub involusi 4. Beri nutrisi adekuat R/ Mempercepat proses penyembuhan dan regenerasi jaringan baru serta mengatasi kekurangan zat yang hilang akibat proses persalinan 5. Ajarkan perawatan perineum yang baik dan benar R/ Mencegah terjadinya infeksi 6. Beri tablet tambah darah R/ Mencegah terjadinya anemia 7. Beri tablet vitamin A 200.000 UI R/ kebutuhan vitamin A bayi terpenuhi melalui ASI ibu 8. Ajarkan senam nifas R/ Dengan senam nifas dapat membantu mengencangkan otot-otot dasar panggul 9. Anjurkan untuk ganti celana dalam setiap kali basah R/ Tampat yang kotor dan basah merupakan media yang paling baik untuk tuimbuhnya kuman 10. Ajarkan cara merawat bayi R/ Ibu dapat merawat bayinya dengan baik dan benar 11. Ajarkan cara meneteki yang benar R/ Pengetahuan ibu bertambah dan dapat meneteki secara benar

Masalah yang mungkin timbul : 1. After pain Tujuan : ibu bisa beradaptasi dengan rasa nyeri Kriteria hasil : Ibu dapat menjelaskan sebab nyeri Ibu dapat menjelaskan kembali bahaya bila tidak ada kontraksi Ibu dapat mempraktekkan teknik relaksasi dan distraksi Intervensi : a. Jelaskan sebab nyeri R/ Pengetahuan ibu bertambah sehingga dapat menerima perubahan yang terjadi b. Jelaskan bahaya bila tidak timbul kontraksi R/ Pengetahuan ibu bertambah sehingga ibu lebih kooperatif c. Ajarkan tehnik relaksasi dan distraksi R/ Nafas dalam dan panjang meningkatkan suplai oxigen sehingga peredaran darah lancar, sedang distraksi mengalihkan perhatian dari sensasi nyeri

2. Perdarahan Tujuan : Perdarahan tidak terjadi

Kriteria hasil : Perdarahan tidak lebih dari 500 cc/24 jam Penurunan tinggi fundus uteri 1 cm/ hari Intervensi : a. Observasi tanda vital R/ Merupakan parameter dalam tubuh b. Observasi TFU, Kontraksi uterus, dan perdarahan R/ Mengetahui sedini mungkin terjadinya sub involusi 3. Kurang pengetahuan tentang perawatan bayi Tujuan : Ibu dapat melakukan perawatan bayi

Kriteria hasil : Ibu dapat mempraktekkan kembali cara merawat bayi Intervensi : a. Jelaskan tujuan perawatan bayi

R/ Pengetahuan ibu bertambah, ibu lebih kooperatif b. Ajarkan cara merawat bayi R/ Ibu bisa merawat bayinya sendiri 4. Nyeri luka perineum ( nyeri sedang skala 4-6 ) Tujuan : ibu bisa beradaptasi dengan nyeri Criteria hasil : Ibu bisa rileks Ibu bisa tidur dan istirahat yang cukup. Intervensi : a. Atur posisi senyaman mungkin. R/ posisi yng nyaman akan memperlancar peredaran darah b. Ajarkan teknik relaksasi. R/ dengan nafas panjang otot menjadi rileks. c. Obeservsi tekanan darah dan nadi. R/ nyeri dapat menyebabkan tekanan darah dan nadi meningkat. d. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgesik. R/ analgesik bekerja menghambat mediator nyeri.

5. Kurang pengetahuan tentang cara meneteki yang benar Tujuan : Ibu dapat meneteki bayinya secara benar Kriteria hasil : Ibu dapat mempraktekkan kembali cara meneteki yang benar Intervensi : a. Ajarkan cara meneteki yang benar R/ Ibu dapat meneteki bayinya sendiri secara benar 6. Potensial infeksi luka perineum Tujuaan : infeksi tidak terjadi Kriteri hasil : Suhu badan tidak lebih dari 380C Luka perineum kering, tidak bengkak dan merah. Intervensi :

a. Kaji status nutrisi pasien R/ klien yang berat badannya 20 % dibawah normal atu malnutrisi lebih rentan terhadap infeksi post partum. b. Dorong masukan cairan oral dan diet tinggi protein, vitamin C dan besi. R/ protein dan vitamin C diperlukan untuk pembuatan kolagen, besi diperlukan untuk sintesi Hb yang mana akan berperan dalam proses penyembuhan luka. c. Jaga luka tetap dalam kondisi kering. R/ lingkungan yang lembab merupakan media yang paling baik untuk

pertumbuhan bakteri. d. Kaji suhu, nadi dan jumlah sel darah putih. R/ demam masa nifas, leukositosis dan tachikardi menunjukkan adanya infeksi. 3. Implementasi Mengacu pada intervensi 4. Evaluasi Mengacu pada kriteria hasil

Anda mungkin juga menyukai